Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak)
di atas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam leher.
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi
rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh
jantung berserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak
di dalam mediastinum.
Edema paru adalah salah satu kondisi kegawatan yang tersering dan
sangat mengancam jiwa. Penatalaksanaan yang agresif harus segera dilakukan
setelah dicurigai diagnosis edema paru. Tanda dan gejala yang tampak adalah
representasi perpindahan cairan dari kompartemen intravaskular ke dalam
jaringan interstisial dan selanjutnya ke dalam alveoli. Kelainan kardiak dan
nonkardiak dapat menyebabkan edema paru sehingga kita harus mengetahui
kondisi dasar yang mencetuskan edema paru agar penatalaksanaan yang
dilakukan tepat dan berhasil. Kadang masalahnya kompleks karena pada
pasien selain terdapat problem kardiak sekaligus terdapat juga problem
nonkardiak (Subagyo, 2013).
Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh akumulasi cairan
di paru-paru (ruang interstitial dan alveolus). Cairan ini memenuhi alveolus di
dalam paru-paru yang menyebabkan seseorang sulit untuk bernafas. Penyebab
tersering edema paru disebabkan oleh permasalahan jantung. Namun,
akumulasi cairan di dalam paru dapat disebabkan oleh beberapa alasan
diantaranya adalah pneumonia, beberapa racun, maupun obat-obatan. Edema
paru yang terjadi secara akut merupakan kondisi kegawatan medis yang harus
segera ditangani. Walaupun edema paru kadang merupakan kondisi yang
fatal, namun penanganan yang tepat untuk edema paru dan kondisi yang
mendasarinya dapat memberikan tingkat perbaikan yang tinggi. Terapi untuk
edema paru sangat bervariasi, tergantung dari penyebab yang mendasarinya,
namun secara umum terapi ini termasuk suplementasi oksigen dan
pengobatan medikametosa.
B. Tujuan Umum
Mengetahui
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Anatomi Fisiologi
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan
berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang
bernapas dengan udara. Istilah kedokteran yang berhubungan dengan paru-
paru sering mulai di pulmo, dari kata Latin pulmonesuntuk paru-paru.Paru-
paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena
tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Didalam paru-paru terjadi proses
pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan
oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil
metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.(Guyton and Hall, 2007)
Organ paru-paru memiliki tube bronkial atau bronchi, yang
bercabang-cabang dan ujungnya merupakan alveoli, yakni kantung-kantung
kecil yang dikelilingi kapiler yang berisi darah. Di sini oksigen dari udara
berdifusi ke dalam darah, dan kemudian dibawa oleh hemoglobin. Darah
terdeoksigenisasi dari jantung mencapai paru-paru melalui arteri paru-paru
dan, setelah dioksigenisasi, beredar kembali melalui vena paru-paru.(Guyton
and Hall, 2007)
Secara fungsional paru-paru dibagi menjadi dua, yaitu lobus kanan
dengan tiga gelambir dan lobuskiri dengan dua gelambir. Seperti gambar
yang ditampilkan dibawah ini :
B. Pengertian
Edema paru merupakan suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi
di ekstravaskuler dalam paru (Muttaqin, 2012).
Edema paru adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gejala sulit bernapas
akibat terjadinya penumpukan cairan di dalam kantong paru-paru (alveoli).
Kondisi ini dapat terjadi tiba-tiba maupun berkembang dalam jangka waktu
lama.
Edema paru akut adalah suatu keadaan darurat medis yang
diakibatkan oleh kegagalan berat ventrikel kiri. Selain kegagalan berat
ventrikel kiri, edema paru akut dapat pula diakibatkan oleh :
a. Inhalasi gas yang memberi rangsangan, seperti karbon monoksida.
b. Overdosis obat barbiturat atau opiat.
c. Pemberian cairan infus, plasma, transfusi darah yang terlalu cepat.
(Mary Baradero, 2008).
Proses edema paru adalah adanya perpindahan cairan dari intrakapiler,
yaitu menembus dinding kapiler paru ke jaringan interstisium. Proses ini
dapat berlanjut terus dan cairan tidak hanya berkumpul di interstisium, tetapi
dapat terus menembus membran alveolus masuk ke dalam rongga alveolus.
Dalam keadaan normal, cairan yang berada di jaringan interstisium dapat
keluar dari paru melalui pembuluh darah limfa, cairan akan menuju rongga
alveolus. Dengan demikian, edema paru dapat berupa edema interstisium
ataupun edema interstisium bersama-sama dengan edema alveolar. Begitu
diketahui terdapat edema paru, keadaan ini merupakan keadaan gawat yang
harus segera mendapat penanganan. (Darmanto Djojodibroto, 2009).
C. Etiologi
Penyebab edema paru ada 2 yaitu :
a. Edema paru kardiogenik : adanya kelainan pada organ jantung
1) Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena
adanya deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk
gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak
otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung
yang mengalami gangguan tidak mampu memompa darah lagi seperti
biasa.
2) Kardiomiopati
Penyebab terjadinya kardiomiopati sendiri masih idiopatik. Menurut
beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati
dapat disebabkan oleh infeksi pada miokard jantung (miokarditis),
penyalahgunaan alkohol dan efek racun dari obat-obatan seperti kokain
dan obat kemoterapi. Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri
menjadi lemah sehingga tidak mampu mengkompensasi suatu keadaan
dimana kebutuhan jantung memompa darah lebih berat pada keadaan
infeksi. Apabila ventrikel kiri tidak mampu mengkompensasi beban
tersebut, maka darah akan kembali ke paru-paru. Hal inilah yang akan
mengakibatkan cairan menumpuk di paru-paru (flooding).
3) Gangguan katup jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi
untuk mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat
(stenosis) atau tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi).
Hal ini menyebabkan darah mengalir kembali melalui katub menuju
paru-paru.
4) Hipertensi
Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan
pada otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri
koronaria.
b. Edema paru nonkardiogenik
1) Infeksi pada paru
Infeksi (bakteri atau virus), pneumonia, reaksi imunologis dapat terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler paru sehingga terjadi pergesaran
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
2) Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru
3) Paparan toxic Edema paru yang disebabkan karena inhalasi bahan
kimia toksik dapat menyebabkan lesi paru. Zat yang bersifat toksik
seperti klorin, oksida nitrogen, ozon, sulfur dioksida, oksida metalik,
uap asam dan lain-lain (Muttaqin, 2008).

4) Reaksi alergi

5) Udema Neurogenik : keadaan ini terjadi pada klien dengan gangguan


system saraf pusat. Diduga dasar mekanisme edema paru neurogenik
adalah adanya rangsangan hipotalamus yang menyebabkan rangsangan
pada system adrenergic, yang kemudian menyebabkan pergeseran
volume darah dari sirkulasi sistemik ke sirkulasi pulmonal dan
penurunan komplien ventrikel kiri (Muttaqin, 2008).

D. Patofisiologi
Edema Paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan
yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai
gantinya udara. Hal ini menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran
gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan
pengoksigenan darah yang buruk.
Edema paru kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau
volume yang mendadak tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan
(peningkatan tekanannya) ke kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmHg.
Mekanisme fisiologis tersebut gagal mempertahankan keseimbangan
sehingga cairan akan membanjiri alveoli dan terjadi oedema paru. Jumlah
cairan yang menumpuk di alveoli ini sebanding dengan beratnya oedema
paru. Penyakit jantung yang potensial mengalami edema paru adalah semua
keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri >25 mmHg.
Sedangkan edema paru non-kardiogenik timbul terutama disebabkan
oleh kerusakan dinding kapiler paru yang dapat mengganggu permeabilitas
endotel kapiler paru sehingga menyebabkan masuknya cairan dan protein ke
alveoli. Proses tersebut akan mengakibatkan terjadinya pengeluaran sekret
encer berbuih dan berwarna pink froty. Adanya sekret ini akan
mengakibatkan gangguan pada alveolus dalam menjalankan fungsinya.
E. Manifestasi Klinis
a. Gejala edema paru akut (mendadak) :
1) Sesak napas ekstrim atau kesulitan bernapas (dyspnea) yang semakin
memburuk ketika berbaring
2) Perasaan tercekik atau seperti tenggelam
3) Terengah-engah, napas berdesah
4) Kecemasan, kegelisahan, atau ketakutan
5) Batuk yang menghasilkan dahak berbusa yang mungkin disertai
dengan warna darah
6) Keringat berlebihan
7) Kulit pucat
8) Nyeri dada, terutama jika edema baru disebabkan oleh penyakit
jantung
9) Detak jantung yang cepat atau tidak teratur (palpitasi)
b. Gejala edema paru jangka panjang (kronis)
1) Mengalami sesak napas yang lebih dari biasanya ketika aktif secara
fisik
2) Kesulitan bernapas dengan pengerahan tenaga, seringkali terjadi
ketika berbaring
3) Napas berdesah
4) Bangun di malam hari dengan perasaan sesak napas yang dapat
membaik ketika duduk
5) Kenaikan berat badan dengan cepat ketika edema paru muncul sebagai
akibat dari gagal jantung kongestif.
6) Bengkak pada kaki dan pergelangan kaki
7) Kehilangan nafsu makan
Tanda dan gejala edema akut (Mary Baradero, 2008)

a. Gelisah
b. Dispnea berat
c. Pucat
d. Batuk produktif dengan banyak septum yang berbuih dan sedikit
bercampur darah
e. Mengi
f. Sianosis
g. Takikardi
Manifestasi klinis Edema Paru secara spesifik juga dibagi dalam 3
stadium:
a. Stadium 1.
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas
difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya
sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan
kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat inspirasi karena
terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi.
b. Stadium 2.
Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah
paru menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa
interlobularis menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di
jaringan kendor inter-sisial, akan lebih memperkecil saluran napas kecil,
terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula
terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering terdapat takhipnea. Meskipun
hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takhipnea
juga membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan
intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat
sedikit perubahan saja.
c. Stadium 3.
Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu,
terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali
dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang
lain turun dengan nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt.
Penderita biasanya menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat
dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory acidemia. Pada keadaan
ini morphin hams digunakan dengan hati-hati.

F. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi menjadi 2, kardiogenik
dan non-kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya
sangat berbeda. Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah
Jantung Kiri apapun sebabnya. Edema Paru Kardiogenik yang akut
disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri Akut. Tetapi dengan adanya
faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada penderita Payah Jantung Kiri
Khronik

a) Cardiogenic pulmonary edema


Edema paru kardiogenik ialah edema yang disebabkan oleh adanya
kelainan pada organ jantung. Misalnya, jantung tidak bekerja semestinya
seperti jantung memompa tidak bagus atau jantung tidak kuat lagi
memompa.
Cardiogenic pulmonary edema berakibat dari tekanan yang tinggi
dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh fungsi
jantung yang buruk. Gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh fungsi
pompa jantung yang buruk (datang dari beragam sebab-sebab seperti
arrhythmias dan penyakit-penyakit atau kelemahan dari otot jantung),
serangan-serangan jantung, atau klep-klep jantung yang abnormal dapat
menjurus pada akumulasi dari lebih dari jumlah darah yang biasa dalam
pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru. Ini dapat, pada gilirannya,
menyebabkan cairan dari pembuluh-pembuluh darah didorong keluar ke
alveoli ketika tekanan membesar.
b) Non-cardiogenic pulmonary edema
Non-cardiogenic pulmonary edema ialah edema yang umumnya
disebabkan oleh hal berikut:
1) Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Pada ARDS, integritas dari alveoli menjadi terkompromi sebagai
akibat dari respon peradangan yang mendasarinya, dan ini menurus
pada alveoli yang bocor yang dapat dipenuhi dengan cairan dari
pembuluh-pembuluh darah.
2) kondisi yang berpotensi serius yang disebabkan oleh infeksi-infeksi
yang parah, trauma, luka paru, penghirupan racun-racun, infeksi-
infeksi paru, merokok kokain, atau radiasi pada paru-paru.
3) Gagal ginjal dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan cairan dari
tubuh dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam pembuluh-
pembuluh darah, berakibat pada pulmonary edema. Pada orang-orang
dengan gagal ginjal yang telah lanjut, dialysis mungkin perlu untuk
mengeluarkan kelebihan cairan tubuh.
4) High altitude pulmonary edema, yang dapat terjadi disebabkan oleh
kenaikan yang cepat ke ketinggian yang tinggi lebih dari 10,000 feet.
5) Trauma otak, perdarahan dalam otak (intracranial hemorrhage),
seizure-seizure yang parah, atau operasi otak dapat adakalanya
berakibat pada akumulasi cairan di paru-paru, menyebabkan
neurogenic pulmonary edema.
6) Paru yang mengembang secara cepat dapat adakalanya menyebabkan
re-expansion pulmonary edema. Ini mungkin terjadi pada kasus-kasus
ketika paru mengempis (pneumothorax) atau jumlah yang besar dari
cairan sekeliling paru (pleural effusion) dikeluarkan, berakibat pada
ekspansi yang cepat dari paru. Ini dapat berakibat pada pulmonary
edema hanya pada sisi yang terpengaruh (unilateral pulmonary
edema).
7) Jarang, overdosis pada heroin atau methadone dapat menjurus pada
pulmonary edema. Overdosis aspirin atau penggunaan dosis aspirin
tinggi yang kronis dapat menjurus pada aspirin intoxication, terutama
pada kaum tua, yang mungkin menyebabkan pulmonary edema.
8) Penyebab-penyebab lain yang lebih jarang dari non-cardiogenic
pulmonary edema mungkin termasuk pulmonary embolism
(gumpalan darah yang telah berjalan ke paru-paru), luka paru akut
yang berhubungan dengan transfusi atau transfusion-related acute
lung injury (TRALI), beberapa infeksi-infeksi virus, atau eclampsia
pada wanita-wanita hamil.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Tes yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis edema paru meliputi:

1. X-ray

Sebuah sinar-X dada kemungkinan akan menjadi tes pertama yang

dlakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis edema paru.

2. Elektrokardiografi (EKG)

Tes non-invasif ini dapat mengungkapkan berbagai informasi tentang

hati. Selama EKG, patch melekat pada kulit menerima impuls listrik dari

jantung. Ini dicatat dalam bentuk gelombang pada kertas grafik atau

monitor. Pola gelombang menunjukkan denyut jantung dan irama, dan

apakah bidang acara jantung berkurang aliran darah.

3. Ekokardiografi (USG jantung diagnostik ujian)

Tes non-invasif lain, ekokardiografi menggunakan perangkat tongkat

berbentuk disebut transducer untuk menghasilkan gelombang suara

frekuensi tinggi yang tercermin dari jaringan hati klien. Gelombang suara
yang kemudian dikirim ke sebuah mesin yang digunakan untuk menyusun

gambar hepar pada monitor. Tes ini dapat membantu mendiagnosa

sejumlah masalah jantung, termasuk masalah katup, gerakan abnormal

dinding ventrikel, cairan di sekitar jantung (efusi perikardial) dan kelainan

jantung bawaan. Hal ini juga secara akurat mengukur jumlah darah

ventrikel kiri menyemburkan dengan setiap detak jantung (fraksi ejeksi,

atau EF). Hal ini juga dapat memperkirakan apakah ada peningkatan

tekanan pada sisi kanan jantung. Meskipun EF rendah sering

menunjukkan penyebab jantung untuk edema paru, itu mungkin untuk

memiliki edema paru jantung dengan EF normal.

4. Transesophageal echocardiography (TEE)

Dalam pemeriksaan USG jantung tradisional, transduser tetap berada di

luar tubuh pada dinding dada. Namun dalam TEE, lembut, tabung

fleksibel dengan ujung transducer khusus dimasukkan melalui mulut dan

masuk ke kerongkongan-bagian yang mengarah ke perut. Kerongkongan

terletak tepat di belakang hepar, yang memungkinkan untuk gambar yang

lebih dekat dan lebih akurat dari jantung dan arteri pulmonalis sentral.

Pasien akan diberi obat penenang untuk membuat lebih nyaman dan

mencegah tersedak, mungkin memiliki sakit tenggorokan selama

beberapa hari setelah prosedur, dan ada sedikit risiko perforasi atau

perdarahan dari kerongkongan.

5. Kateterisasi arteri paru


Jika tes lainnya tidak mengungkapkan alasan untuk edema paru, dokter

mungkin menyarankan prosedur untuk mengukur tekanan dalam kapiler

paru (tekanan baji). Selama tes ini, balon kecil di ujung kateter

dimasukkan melalui pembuluh darah di kaki atau tangan ke dalam arteri

pulmonalis. Kateter memiliki dua bukaan terhubung ke transduser

tekanan. Balon mengembang dan mengempis kemudian, memberikan

pembacaan tekanan.

6. Kateterisasi jantung

Jika tes seperti EKG atau ekokardiografi tidak mengungkap penyebab

edema paru, atau juga memiliki nyeri dada, dokter mungkin menyarankan

kateterisasi jantung dengan angiogram koroner. Selama kateterisasi

jantung, sebuah tabung panjang dan tipis yang disebut kateter dimasukkan

ke dalam arteri atau vena di pangkal paha, leher atau lengan dan berulir

melalui pembuluh darah ke jantung. Jika dye disuntikkan selama

pengujian, itu disebut sebagai angiogram koroner. Selama prosedur ini,

pengobatan seperti membuka arteri yang tersumbat dapat dilakukan, yang

dengan cepat dapat meningkatkan aksi pemompaan ventrikel

kiri. Kateterisasi jantung juga dapat digunakan untuk mengukur tekanan

dalam bilik jantung Anda, menilai katup jantung Anda, dan mencari

penyebab edema paru.


H. Penatalaksanaan
Pada edema paru di tempat terjadinya peningkatan tekanan, dilakukan
terapi bertujuan untuk mengurangi tekanan hidrostatik yang menyebabkan
edema tersebut. Prinsip dasar pengelolaannya adalah tirah baring, oksigenasi
yang adekuat, dan pembatasan garam dalam diet. Obat-obatan yang dapat
dipakai adalah kelompok vasodilator, diuretik dan obat-obatan inotropik.
Tujuan terapi pada edema paru yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas adalah untuk menghilangka faktor penyebab perlukaan paru,
perbaikan keadaan umum dan memberi kesempatan pada paru-paru untuk
membaik, serta sejauh mungkin mengurangi tekanan yang menyebabkan
pergeseran cairan melalui barrier yang terluka. Hal ini penting, karena terapi
spesifik untuk perlukaan akut paru pada umumnya tidak ada (kecuali bila
penyebabnya adalah infeksi), dan terapi suportif merupakan satu-satunya
pilihan.
Sasaran penatalaksanaan medikal adalah untuk mengurangi volume
total yang bersrkulasi dan untuk memperbaiki pertukaran pernapasan.

1. Oksigenasi
1. Diberikan dalam konsentrasi yang adekuat untuk menghilangkan
hipoksia dan dispnea.
2. Oksigen dengan tekanan intermiten atau tekanan positif kontinu,
jika tanda – tanda hipoksia menatap.
3. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik, jika terjadi gagal
napas.
4. Tekanan ekpirasi akhir positif (PEEP).
5. Gas darah arteri (GDA).

2. Farmakoterapi
1. Morfin : IV dalam dosis kecil untuk mengurangi ansietas dan
dispnea: merupakan kontraindikasi pada cedera vaskular serebral,
penyakit pulmonal kronis, atau syok kardiogenik. Siapkan selalu
nalokson hidroklorida (narcan) untuk depresi pernapasan luas.
2. Diuretik : furosemid (lasix) IV untuk membuat efek diuretik cepat.
3. Digitalis : unutk memperbaiki kekuatan kontraksi jantung:
diberikan dengan kewaspadaan tinggi pada pasien dngan MI akut.
4. Aminofilin: untuk mengi dan bronkospasme, drip IV kontinu
dalam dosis sesuai berat badan.

3. Perawatan suportif
1. Baringkan pasien tegak, dengan tungkai dan kaki dibawah, lebih
baik bila kaki terjuntai disamping tempat tidur, untuk membantu
arus balik vena ke jantung.
2. Yakinkan pasien, gunakan sentuhan untuk memberikan kesan
realitas yang konkret.
3. Maksimalkan waktu kegiatan di tempat tidur.
4. Berikan informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang
sdang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna respons
terhadap pengobatan.

I. Komplikasi
Jika edema paru terus menerus, dapat meningkatkan tekanan di arteri
pulmonalis dan akhirnya ventrikel kanan mulai gagal. Ventrikel kanan
memiliki dinding lebih tipis dari otot dari pada sisi kiri karena berada di
bawah sedikit tekanan untuk memompa darah ke paru-paru. Peningkatan
tekanan punggung atas ke atrium kanan dan kemudian ke berbagai bagian
tubuh, sehingga dapat menyebabkan:
1. Kaki bengkak (edema)
2. pembengkakan abdomen (ascites)
3. Penumpukan cairan dalam membran yang mengelilingi paru-paru
(efusi pleura)
4. Kemacetan dan pembengkakan hati
Bila tidak diobati, edema paru akut bisa berakibat fatal. Dalam
beberapa kasus dapat berakibat fatal bahkan jika menerima pengobatan
(Mayo Clinic Staff, 2011).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Diagnosis Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. 2008. Asuhan keperawatan dengan Gangguan Pernafasan. Jakarta:


Salemba Medika

Krisanty, Paula, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM

Subagyo, Ahmad. 2013. Edema Paru, Kelainan Akut Atau Kronik. Diakses

melalui http://www.klikparu.com/2013/02/edema-paru-kelainan-akut-

atau-kronik.html tanggal 6 November 2014, jam 14.01 wib.

Anda mungkin juga menyukai