Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MID MATERNITAS

“ INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM IVA TEST”

DISUSUN OLEH :

ASMIYAH

142 2017 0018

C.1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah kami

masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.

Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan

masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 14 November 2019


Penulis,

Asmiyah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pemeriksaan Tes IVA ...................................................... 3

B. Tujuan Pemeriksaan Tes IVA ....................................................... 5

C. Sasaran Tes IVA ............................................................................. 5

D. Indikasi Pemeriksaan IVA ............................................................. 5

E. Kapan harus melakukan pemeriksaan IVA ................................. 6

F. Peralatan dan Bahan....................................................................... 6

G. Langkah-langkah Pemeriksaan .................................................... 7

H. Hasil Interpretasi IVA ................................................................... 9

I. Syarat tes IVA .................................................................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 12

B. Saran ................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

LAMPIRAN REFERENSI .............................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa

kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat

menurut World Helath Organization (WHO)merupakan suatu keadaan sejahtera

meliputi fisik, mental, dan sosial yang bebas dari penyakit atau kecacatan.

Kesehatan merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kualitas

hidupmanusia secara sosial dan ekonomi (Maulana, 2009).

Salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian dalam masyarakat

adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi menurutInternational

Conference on Population and Development(ICPD)(1994) dalam Efendi &

Makhfudli (2009) merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial

dalam berbagai hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem reproduksi.

Kesehatan reproduksi yang cukup mendapatkan perhatian yaitu kesehatan

reproduksi pada wanita. Banyak permasalahan yang menyangkut tentang

kesehatan reproduksi, salah satunya adalah kanker serviks yang merupakan jenis

kanker pembunuh nomor dua setelah kanker payudara pada wanita (Irianto, 2014).

ndakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut Rasjidi (2009) antara lain

dengan Pap Smear(mengambil lendir serviks untuk dilakukan pemeriksaan di

laboratorium), kolposkopi(pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan

teropong), biopsy(pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan serviks yang

dicurigai), dan IVA Test (InspeksiVisual Asam Asetat)

Tes IVA adalah sebuah pemeriksaan skrinning pada kanker serviks

dengan menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dapat dilihat dengan

1
pengamatan secara langsung (Nugroho, 2010 dalam Rahayu 2015). Berdasarkan

hasil uji diagnostik, pemeriksaan IVA memilikisensitifitas 84%, spesifisitas 89%,

nilai duga positif 87%, dan nilai duga negatif 88%,

Sedangkan pemeriksaan pap smear memiliki sensitifitas 55%, spesifisitas

90%, nilai duga positif 84%, dan nilai duga negatif 69%, sehingga dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan IVA lebih cepat memberikan

hasil sensitivitas yang tinggi (Wiyono dkk, 2008). Metode IVA ini merupakan sebuah

metode skrinning yang praktis danmurah, sehingga diharapkan temuan kanker

serviks dapat diketahui secara dini (Rasjidi, 2012)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud TES IVA?


2. Apa Tujuan TES IVA ?
3. Siapa saja menjadi sasaran TES IVA ?
4. Apa indikasi TES IVA ?
5. Kapan harus dilakukan pemeriksaan IVA ?
6. Apa saja peralatan dan bahan TES IVA ?
7. Bagaimana langkah-langkah pemeriksaan TES IVA ?
8. Bagaimana hasil interpretasi TES IVA ?
9. Apa saja syarat pemeriksaan TES IVA ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud TES IVA?
2. Untuk mengetahui apa Tujuan TES IVA ?
3. Untuk mengetahui siapa yang menjadi sasaran TES IVA ?
4. Untuk mengetahui apa indikasi TES IVA ?
5. Untuk mengetahui kapan harus dilakukan pemeriksaan IVA ?
6. Untuk mengetahui apa saja peralatan dan bahan TES IVA ?
7. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah Pemeriksaan dan TES IVA ?
8. Untuk mengetahui bagaimana hasil interpretasi TES IVA ?
9. Untuk mengetahui syarat pemeriksaan TES IVA?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tes IVA

Tes IVA merupakan pemeriksaan skrining untuk deteksi dini kanker serviks.

Prosedur pemeriksaan yaitu dengan memasukkan spekulum ke dalam vagina, agar

mulut rahim (serviks) dapat di periksa secara langsung. Mulut rahim kemudian di

olesi zat asam cuka, apabila zat asam mengenai sel-sel yang abnormal, warna jaringan

akan berubah menjadi putih dan di katakan sebagai hasil tes positif. Pemeriksaan IVA

yang positif biasanya menandakan adanya suatu lesi pre kanker, tetapi tentu saja

pemeriksaan IVA harus di pastikan dengan pemeriksaan lainnya oleh dokter spesialis

kandungan, dengan di lakukan pemeriksaan lanjutan seperti pap smear, atau biopsi.

Hasil tes positif ini perlu di tindaklanjuti dengan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter

spesialis kandungan

Pemeriksaan Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah

pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter/bidan/paramedis dengan mengamati

leher rahim yang telah diberiasam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo

dan dilihat dengan penglihatan mata telanjang. Tujuannya untuk melihat adanya

sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu metode deteksi dini kanker mulut

rahim (Depkes, 2008).

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) merupakan metode skrining paling efektif

yang biasa digunakan untuk deteksi dini kanker serviks pada negara-negara

berkembang dengan sumber daya yang masih belum adekuat. Pemeriksaan IVA

adalah pemeriksaan paling sederhana dan memiliki sensitivitas yang paling tinggi

dibandingkan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks lainnya, seperti papsmear.

3
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan cara melihat serviks dengan mata

telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-

5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi

putih (acetowhite) yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra-

kanker.

Pemerintah melalui Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE

KK) bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintahan, lembaga swadaya

masyarakat, organisasi lintas profesi, serta berbagai pihak lain mengadakan Gerakan

Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia selama 5 tahun sejak

tahun 2015. Salah satu fokus utama adalah menggalakan deteksi dini kanker serviks

dengan IVA dan/atau Pap smear.

Metode IVA dapat dijadikan pilihan skrining yang tepat pada pelayanan

primer. Hal ini disebabkan oleh pemeriksaan IVA mempunyai karakteristik sebagai

berikut

a. Murah dan aman.

b. Akurasi sama dengan skrining lainnya. Sensitifitas IVA sebesar 77% (range antara

56-94%) dan spesifisitas 86% (antara 74-94%).

c. Metode sederhana, mudah dilakukan, dan tidak memerlukan fasilitas

laboratorium.

d. Memberikan hasil segera sehingga dapat dengan cepat diambil keputusan

mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan).

4
B. Tujuan pemeriksaan IVA

Untuk deteksi kanker serviks pada kelompok beresiko menggunakan

pemeriksaan skrining kanker serviks melalui metode IVA (Inspeksi Visual Asam

asetat).

C. Sasaran Pemeriksaan IVA

Deteksi dini kanker serviks dilakukan pada kelompok perempuan 20 tahun ke atas,

namun prioritas program deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun.

Berdasarkan perjalanan penyakit kanker serviks, kelompok sasaran skrining adalah

sebagai berikut

a. Wanita usia ≥ 20 tahun atau telah melakukan hubungan seksual secara aktif.

b. Wanita dengan duh vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah.

c. Wanita yang secara khusus meminta skrining kanker serviks.

D. Indikasi Pemeriksaan IVA

Menjalani tes kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30-

45 tahun. Kanker rahim menempati angka tertinggi diantara kanker lain wanita,

tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mudah

terdateksi, biasanya 10-20 tahun lebih awal.

Sejumlah faktor risiko berhubungan dengan perkembangan kanker

serviks sebagai berikut:

a) Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia <20

tahun)

b) Memiliki banyak pasangan seksual

c) Riwayat pernah mengalami Infeksi Menular Seksual (IMS)

d) Ibu atau saudara perempuan yang memiliki riwayat kanker serviks

e) Hasil Papsmear sebelumnya yang tidak normal

5
f) Wanita perokok

g) Wanita yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh

dan (HIV/AIDS)

E. Kapan Harus Menjalankan Pemeriksaan Tes IVA

Tes IVA dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat siklus menstruasi,

saat kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes IVA dapat dilakukan

pada wanita yang dicurigai atau diketahui menderita IMS atau HIV/AIDS.

Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika harus konseling

dibutuhkan. Untuk masing-masing tes akan diberikan beberapa instruksi baik

yang sederhana untuk ibu (misalnya, kunjungan ulang ibu untuk tes IVA setiap

tahun secara berkala atau 3-5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus

dibahas seperti kapan dan dimana pengobatan diberikan, risiko potensial atau

manfaat pengobatan dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan

yang lebih lanjut.

F. Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan IVA adalah peralatan yang

biasa tersedia di klinik atau poli KB seperti :

1) Meja periksa ginekologi dan kursi.

2) Lampu yang memadai untuk menyinari vagina dan serviks.

3) Nampan atau wadah alat.

4) Sarung tangan periksa sekali pakai.

5) Spekulum cocor bebek.

6) Kondom yang telah dipotong ujungnya untuk disarungkan pada bilah spekulum. Hal

ini berfungsi untuk mencegah dinding vagina masuk ke dalam celah spekulum

sehingga leher rahim dapat terlihat dengan jelas.

6
7) Kapas lidi atau forceps untuk memegang kapas.

8) Spatula kayu untuk mendorong jaringan ikat yang menonjol diantara bilah

spekulum.

9) Larutan asam asetat 3-5% (asam cuka dapur: Dixi®).

Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian diencerkan

menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam cuka dicampur dengan 4

bagian air). Contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40 ml air akan

menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 % dicampur dengan

80 ml air akan menghasilkan 100 ml asam asetat 5%.

10) Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi alat dan sarung tangan.

G. Langkah-langkah Pemeriksaan

1) Penilaian klien didahului dengan memastikan identitas, kelengkapan informed

consent, riwayat singkat kesehatan reproduksi, dan termasuk komponen berikut :

 Paritas.

 Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah.

 Pemakaian alat KB.Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah.

 Riwayat IMS (termasuk HIV).

 Merokok.

 Hasil pap smear sebelumnya yang abnormal.

 Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim.

 Penggunaan steroids atau obat-obat alergi yang lama (kronis).

2) Pasien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang hingga lutut dan

menggunakan kain yang sudah disediakan.

7
3) Pasien diposisikan dalam posisi litotomi dan tutup area pinggang hingga lututnya

dengan kain.

4) Gunakan sarung tangan.

5) Bersihkan genitalia eksterna pasien dengan air DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi).

6) Inspeksi genitalia eksternal dan lihat apakah terdapat duh pada mulut uretra. Palpasi

kelenjar Skene and Bartholin. Jangan menyentuh klitoris karena akan menimbulkan

rasa tidak nyaman pada pasien. Katakan pada ibu/klien bahwa spekulum akan

dimasukan dan mungkin ibu akan merasakan beberapa tekanan.

7) Masukan spekulum sepenuhnya atau sampai terasa ada tahanan, lalu secara perlahan

buka bilah spekulum untuk melihat leher rahim. Atur spekulum sehingga seluruh

leher rahim dapat terlihat.

8) Bila serviks dapat terlihat seluruhnya, kunci spekulum dalam posisi terbuka sehingga

tetap berada di tempatnya. Dengan cara ini petugas memiliki satu tangan yang bebas

bergerak.

9) Amati serviks apakah ada infeksi (serviksitis), duh ektopik, kista Nabothi, atau lesi

“strawberry” (infeksi Trichomonas).

10) Bersihkan serviks dari cairan, darah, dan sekret dengan kapas lidi bersih.

11) Identifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah di sekitarnya.

 Terdapat kecurigaan kanker atau tidak.

 Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi sambungan skuamo kolumnar (SSK).

 Jika SSK tidak tampak, maka dilakukan pemeriksaan mata telanjang tanpa

asam asetat lalu beri kesimpulan sementara, misalnya hasil negatif namun

SSK tidak tampak. Klien disarankan untuk melakukan pemeriksaan

selanjutnya lebih cepat atau Pap smear maksimal 6 bulan lagi.

8
 Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi yang sudah

dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke seluruh permukaan serviks.

Tunggu hasil IVA selama 1 sampai 2 menit di bawah pencahayaan 100 watt,

perhatikan apakah ada bercak putih (acetowhite epihelium) atau tidak.

12) Gunakan kapas lidi baru untuk menghilangkan sisa asam asetat dari serviks dan

vagina. Buang kapas sehabis pakai pada tempatnya.

13) Lepaskan spekulum secara halus. Jika hasil tes IVA negatif, letakkan spekulum ke

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk didesinfeksi. Jika hasil tes IVA

positif dan setelah konseling pasien menginginkan pengobatan segera, letakan

spekulum pada nampan atau wadah agar dapat digunakan pada saat krioterapi.

14) Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya sementara alat-alat

lainnya direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi.

15) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan pemeriksaan lagi,

serta rencana tata laksana jika diperlukan.

H. Hasil Interpretasi IVA

Pada pasien dengan serviks yang normal, serviks akah terlihat halus, bulat,

berwarna merah muda, seragam, tidak berfitur, dan terlubrikasi dengan cairan mukus

yang encer dan terlihat lubang di bagian tengah (os eksternal). Pemeriksaan IVA

dikatakan negatif apabila lesi acetowhite tidak ditemukan, dan positif apabila terdapat

lesi acetowhite setelah dilakukan pemulasan asam asetat dan dibiarkan 1 sampai 2

menit.

Bila ditemukan IVA positif, segera lakukan krioterapi, elektrokauterisasi, atau

eksisi LEEP/LLETZ.

 Krioterapi dilakukan oleh dokter umum atau dokter spesialis obstetri dan

ginekologi.

9
 Elektrokauterisasi dan LEEP/LLETZ dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan

ginekologi.

Sementara pasien dengan kecurigaan kanker serviks, segera dilakukan biopsi.

Apabila hasil pemeriksaan patologi anatomi mengonfirmasi terdapatnya kanker

serviks, segera rujuk ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi untuk

penatalaksanaan.

Klasifikasi Kriteria Klinis


IVA
Negatif Tidak terdapat lesi acetowhite
Ektropion/serviksitis/kista Naboti/lesi acetowhite tidak signifikan.
+ Terlihata batas berwarna putih yang jelas pada sambungan
skuamo kolumnar.
++

Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih

(acetowhite) pada lesi prakanker jaringan ektoserviks yang diolesi larutan asam

asetat. Bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam

asetat tidak dilakukan namun segera dilakukan rujukan ke sarana yang lebih lengkap.

Wanita yang sudah menopause tidak direkomendasikan menjalani deteksi dini

dengan metode IVA karena zona transsisional leher rahim pada kelompok ini

10
biasanya berada pada endoserviks dalam kanalis servikalis sehingga tidak bisa dilihat

dengan inspeksi spekulum

Interpretasi Inspeksi Visual Asam Asetat ( IVA)

NO HASIL INTERPRETASI

1. Normal Licin, merah muda, bentuk portio normal

2. Infeksi Servisitis, banyak fluor, ektropian, polip

3. Positif IVA Plak putih, epitel acetowhite (bercak putih)

4. Kanker serviks Pertumbuhan seperti bunga kol, mudah berdarah

I. Syarat Tes Iva

a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual

b. Tidak sedang datang bulan/haid

c. Tidak sedang hamil

d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan melalukan pemeriksaan

kesehatan serviks secara dini (skrining) karena gejala kanker serviks tidak terlihat

sampai stadium yang lebih parah. Pemeriksaan dengan menggunakan metode IVA

merupakan pemeriksaan untuk mencegah kanker serviks yang cukup efisien dan

efektif karena dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti perawat, bidan dan

dokter umum serta biaya lebih murah.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun.Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput dari kesalahan.Dan

semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-

teman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Juanda, D., & Kesuma, H. (2015). Pemeriksaan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat )
untuk Pencegahan Kanker Serviks. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 2(2), 169–174.

PPID Kabupaten Buleleng. (2015). Test dan Prosedur IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).
Pejabat Pengelola Informasi Dan Dokumentasi (PPID) Kabupaten Buleleng, 2–3.
Retrieved from https://ppid.bulelengkab.go.id/assets/data/Test dan Prosedur
IVA_891107.pdf

Juanda dan Kesuma. 2015 . Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk
Pencegahan Kanker Serviks , VOLUME 2, NO. 2, Fakultas Kedokteran Universitas
Riau, Pekanbaru.

Meilan, Nessi, dkk. 2018. Kesehatan Reproduksi Remaja :Implementasi PKPR dalam Teman
Sebaya. Malang : Wineka Media.

Farelya, gita, dkk. 2018. Etikolegal Dalam Pelayanan Kebidanan.Yogyakarta: Deepublish

13
LAMPIRAN REFERNSI

14
15
16
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015: 169-174

Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)


untuk Pencegahan Kanker Serviks

Desby Juanda1, Hadrians Kesuma2


1. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru
2. Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Desbyjuanda@gmail.com

Abstrak
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Kelompok berisiko untuk terjadinya kanker
serviks adalah wanita di atas usia 30 tahun yang memiliki banyak anak dan dengan perilaku menjaga kesehatan
reproduksi yang masih kurang. Kebiasaan gonta ganti pasangan seksual merupakan salah satu faktor utama
penularan virus HPv penyebab kanker serviks ini terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk deteksi kanker
serviks pada kelompok beresiko menggunakan pemeriksaan skrining kanker serviks melalui metode IVA
(Inspeksi Visual Asam asetat). Ditemukan 1 orang (3%) dari subjek penelitian 30 orang dengan positif IVA
pada hasil pemeriksaan serviks inspekulo. Sedangkan 5 orang (16%) mengalami keluhan seperti keputihan dan
gatal pada alat kelamin. Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan pada pasien dengan IVA Positif untuk memastikan
adanya lesi yang mengarah pada keganasan agar penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera.

Kata kunci : kanker serviks, pemeriksaan IVA

Abstract
Cancer of the cervix or also called cervical cancer is a type of cancer that is 99,7% caused by the human
papilloma virus (HPV) which attacked the cervix. Groups at risk for the occurrence of cervical cancer are
women over the age of 30 who have many children with behavior and maintaining reproductive health are still
lacking. The habit of dressing mutually sexual partners is one of the main factors in the transmission of the virus
HPV causes cervical cancer occurs. The purpose of this study is to detect cervical cancer in the Group at risk of
cervical cancer screening examination using via method IVA (Visual inspection of acetic acid). There was one
person (3%) of the subjects of the study 30 people with positive results on screening cervical IVA inspeculo.
While 5 persons (16%) experience a complaints such as vaginal discharge and itching in the genitals. Further
investigation is required in patients with positive IVA to ensure lesions that lead to fierceness to treatment can
be done in immediately.

Keywords : cervical cancer, IVA test

Pendahuluan

Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh Yayasan
Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut WHO, 490.000 perempuan didunia
setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80% berada di Negara Berkembang
termasuk Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1
orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul

17
18

Anda mungkin juga menyukai