Anda di halaman 1dari 36

NAMA : HERI SURYADI, SH, MH

PANGKAT/NRP : AKP/ 68110351


JABATAN : KAPOLSEK CIPARAY
NO. HP : 081214417686
RIWAYAT JABATAN :
1. 08-12-2004 KA SPK RESTA BDG TENGAH
2. 19-09-2005 KANIT PATROLI SEKTA SUMUR BDG
3. 16-07-2007 KANIT RESKRIM POLSEK
KIARACONDONG
4. 10-03-2008 KASUBNIT TURJAWALI II SAT LANTAS
POLWILTABES BDG
5. 24-10-2011 KANIT LANTAS POLSEK ANDIR
6. 07-12-2015 WAKA POLSEK ANDIR RESTABES
BANDUNG
7. 05-06-2017 KAPOLSEK CIPARAY POLRES
BANDUNG 2
1. Di keluarga yang bagaimana
dapat terjadi KDRT ?
2. Apa yang dimaksud dengan
KDRT ?
3. Bagaimana bentuk-bentuk
KDRT ?
4. Faktor-faktor apa yang dapat
menimbulkan KDRT ?
5. Apa akibat KDRT ?
6. Bagaimana mengatasi KDRT?
7. Bagaimana Penanganan
Kasus KDRT di Kepolisian?
8. Apa Hambatan/kesulitan
dalam memberikan
perlindungan kasus KDRT?
KDRT dapat terjadi di keluarga
mana saja: kaya – miskin, beragama
– tidak beragama, berpendidikan –
tidak berpendidikan, hidup di kota –
hidup di pedesaan, dsb
Kekerasan dalam Rumah Tangga atau KDRT,
sebagaimana dikemukakan  dalam Pasal 1 UU Nomor 23
tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (UU PKDRT) adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga
JANGKAUAN KDRT

KDRT meliputi suatu jangkauan luas


dari pengendalian perilaku, biasanya
secara fisik, seksual, dan psikologis,
yang secara khas melibatkan
ketakutan, kejahatan, intimidasi dan
perampasan emosional.
1. Physical Abuse (Kekejaman Fisik)
2. Sexual Abuse and Exploitation (being used
for a sexual purpose) / Kekejaman dan
Eksploitasi Seksual
3. Neglect (Pengabaian)
4. Psychological and Mental Abuse
(Kekejaman Mental Psikologis)
5. Economic or Financial Abuse
(Kekejaman Ekonomik dan Finansial)
KEKEJAMAN FISIK
Disharmoni dalam keluarga dapat
melahirkan berbagai gesekan dan
benturan antar individu dalam keluarga.
Kekerasan menjadi jalan keluar yang
umum, baik kekerasan antara suami
dengan istri maupun antara orang tua
dengan anak, dan antara anak dgn anak.
Di samping itu
kekerasan
dapat juga
terjadi antara
majikan
dengan PRT
KEKEJAMAN DAN
EKSPLOITASI SEKSUAL
Kekejaman dapat
terjadi antar suami
isteri, majikan
dengan pembantu,
orang tua dengan
anak, dan anak
dengan anak
Ada suami yang tega
mengkomersialkan
istri dan anaknya.
KEKEJAMAN MENTAL PSIKOLOGIS
Kekejaman mental ini
lebih berat pengaruh
negatifnya terhadap
perkembangan anak
dibandingkan dengan
kekejaman fisik.
Gabungan kekejaman
fisik dan mental dapat
membunuh perkem-
bangan anak.
LANJUTAN....

Kekejaman seperti ini


dapat terjadi antara ibu
dan anak, atau antar
sesama saudara kandung.
KEKEJAMAN EKONOMIK
DAN FINANSIAL
Kekejaman semacam ini terjadi
pada suami terhadap istri.
Termasuk juga di dalamnya
pengabaian terhadap hak-hak
istri dan anak (penyediaan
nafkah termasuk nafkah batin,
perlindungan, dan penghargan).
1. Faktor Mental Psikologis
2. Faktor Pendidikan
3. Faktor Sosial dan Ekonomi.
FAKTOR MENTAL PSIKOLOGIS
KDRT dapat disebabkan oleh adanya
gangguan kesehatan mental anggota keluarga
berupa ketidakmampuan mengendalikan
pikiran, perasaan, dan perilaku sebagai akibat
dari gangguan mental seperti:
1. Gangguan Depresif atau Stress
2. Gangguan Kepribadian
3. Gangguan Psikopat
GANGGUAN DEPRESIF ATAU
STRESS.
TEKANAN PERASAAN KARENA
KETIDAK-MAMPUAN MENGATASI MASALAH
YANG DIHADAPI, MISALNYA KARENA:
1. KEHILANGAN ORANG PENTING
DALAM
KEHIDUPANNYA.
2. KEHILANGAN UANG ATAU BARANG
YANG DIMILIKI.
3. KEHILANGAN PRESTISE, JABATAN
ATAU KEDUDUKAN (STATUS)
GANGGUAN KEPRIBADIAN

A. GANGGUAN SKIZOID (PIKIRAN ANEH-


ANEH DAN MAGIS). PIKIRAN SALAH
TETAPI TIDAK BOLEH DIBANTAH.
B. GANGGUAN PARANOID (PENCURIGA).
CURIGA DAN TIDAK PERCAYA PADA
ORANG LAIN.
C. GANGGUAN EKSPLOSIF (MARAH HEBAT
DGN ALASAN TIDAK SEPADAN
GANGGUAN PSIKOPAT
(GANGGUAN MENDALAM DAN KRONIS)

1. MELIMPAHKAN KESALAHAN KEPADA


ORANG LAIN.
2. SEMUA PERASAAN TIDAK PUAS,
KONFLIK JIWA DAN TEKANAN
PERASAAN DIUNGKAPKAN DENGAN
CARA YANG MENYEBABKAN ORANG
LAIN MENDERITA.
3. SANGAT EGOIS, AGRESIF, DAN TIDAK
PEDULI KEPADA ORANG LAIN.
FAKTOR PENDIDIKAN
1. Pendidikan yang makin tinggi dapat menim-
bulkan kesombongan bahkan memicu
keinginan untuk mengganti pasangan hidup
karena dirasa tidak sepadan lagi dengan
tingkat pendidikannya.
2. Pendidikan yang rendah dapat menimbul-kan
lingkaran kekerasan, karena orang tua yang
berpendidikan rendah akan melaku-kan
kekerasan seperti yang dialaminya sejak kecil.
FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI
Masyarakat modern menikmati
kemajuan materi yang memanjakan
hidup mereka, Segala sesuatunya
menjadi lebih mudah tapi mekanis,
sementara sentuhan manusiawi
berkurang. Hubungan antar individu
menjadi kering, dan hasilnya tingkat
kesabaran masyarakat pada umumnya
turun.
LANJUTAN....

Disharmoni ini melahirkan berbagai


gesek-an dan benturan, baik antar kelompok
masyarakat maupun antar individu.
Kekerasan menjadi jalan keluar yang umum.
Termasuk kekerasan dalam rumah tangga
antar anggota keluarga, baik antara suami
dengan istri maupun orang tua dengan anak.
LANJUTAN...

Sebaliknya tingkat sosial ekonomi yang


rendah dapat memicu KDRT. Tekanan mental
akibat ketidak mampuan memenuhi berbagai
tuntutan hidup rumah tangga dapat menimbulkan
ketidaktenangan bahkan kekacauan dalam rumah
tangga yang dapat berakhir fatal berupa
penganiyayaan, pengabaian anak/istri, komer-
sialisasi istri atau anak, pencurian, pemerasan,
bahkan pembunuhan atau bunuh diri.
KDRT DAPAT MERUSAK KETENANGAN,
KETENTERAMAN, SERTA KEBAHAGIAAN RUMAH TANGGA
DARI SEMUA ANGGOTA KELUARGA, BAIK YANG SECARA
LANGSUNG MENJADI SASARAN KEKERASAN MAUPUN YANG
MENYAKSI-KANNYA. AKIBATNYA RUMAH YANG MESTINYA
MENJADI SURGA BERUBAH MENJADI NERAKA BAGI
PENGHUNINYA. ISTRI YANG MENJADI KORBAN
KEKERASAN AKAN MENGALAMI
STRESS DAN GANGGUAN MENTAL
LAINNYA YANG SELANJUTNYA AKAN
MENGALAMI PENYAKIT
PSIKOSOMATIK ATAU KONVERSI
YANG SUKAR DISENBUHKAN.
KDRT dapat berdampak mengerikan
terhadap anak-anak dan orang dewasa
dalam rumah itu, baik yang langsung jadi
sasaran kekerasan maupun yang
menyaksikan kekerasan itu.
Anak-anak yang dari kecil hidup
dalam suasana KDRT cenderung menjadi
pelaku kekerasan atau korban kekerasan
pada waktu mereka sudah dewasa.
Anak-anak yang dari kecil hidup dalam
suasana KDRT tetapi tidak menjadi pelaku
kekerasan atau korban kekeras-an dapat
mengalami rintangan yang berat dalam
perkembangan emosionl, mental, dan
psikologis. Tantangan ini berupa: kurang
perhatian, kesulitan pendidikan, masalah
kesehatan mental, dan kurang keterampilan
sosial.
Pengaruh KDRT terhadap Emosi Anak
Semua jenis kekerasan terhadap anak dapat
mempengaruhi emosi anak. Pengaruh itu antara
lain :
1. Konsep diri rendah 5. Mengasingkan diri
2. Depresi dan Cemas 6. Keprib. terganggu
3. Agresif dan Pemarah 7. Rasa tidak berguna
4. Sulit berkomunikasi 8. Mimpi buruk
Banyak orang tua yang waktu kecilnya menga-lami KDRT
sulit mempercayai orang lain, menjauhi orang lain, dan
sulit membangun hubungan intim dengan orang lain.
PENGARUH KDRT TERHADAP ANAK

Kekerasan terhadap anak-anak tidak hanya ber-


pengaruh terhadap perasaan mereka tetapi sangat
berpengaruh terhadap perilaku mereka pada masa dewasa.
Anak yg dibesarkan dalam suasana KDRT berpeluang
besar menjadi tahanan polisi pada waktu remajanya atau
waktu dewasa.
Persentase yang sangat besar dari nara pidana di
penjara America adalah anak dari keluarga dengan KDRT.
Sepertiga dari anak-anak dari keluarga dengan KDRT
tumbuh menjdi orang tua pelaku kekerasan.
1. Peliharalah suasana harmonis dalam rumah tangga
dengan saling memahami, saling menghargai, dan
saling mencintai.
2. Lakukan selalu komunikasi yang sehat
3. Hargailah hak dan kerjakanlah kewajiban masing-
masing anggota keluarga sebagaimana mestinya.
4. Jangan terlalu sayang pada diri sendiri.
5. Lakukan relaksasi dua kali sehari
6. Setiap masalah segera diselesaikan; jangan ditumpuk.
7. Gunakan teknik pengubahan tingkah laku secara tepat
8. Jika perlu gunakan jasa konselor atau psikolog.
Berdasarkan UU No. 23 Th 2014 Tentang
Penghapusan KDRT :
Penanganan kasus KDRT bisa dilakukan oleh Unit
PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak-anak).
Penanganan kasus KDRT hanya bisa dilakukan di
Polres/ Polda/ Mabes karena di Polsek tidak ada Unit
PPA.
Unit PPA bertugas memberikan pelayanan dalam
bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak yang
menjadi korban kejahatan/kekerasan dan penegakkan
hukum terhadap pelakunya.
Unit PPA tingkat Mabes Polri berada di bawah
Direktorat I/ Keamanan dan Transnasional Bareskrim
Polri.
Unit PPA Tingkat Polda adalah satuan operasional Dit
Reskrim/ Dit Reskrim Um Polda.
Unit PPA tingkat Polres dibawah Sat Reskrim Polres.
1. Adanya keengganan dari korban (utamanya wanita) untuk
meneruskan proses tindak pidana yang terjadi, karena ada rasa
kasian terhadap Tersangka utamanya apabila tersangka adalah
suaminya.
2. Kekhawatiran sang istri/ korban untuk melapor atau mengadu karena
sifat ketergantungan yang tinggi terhadap suami sebagai tersangka
KDRT.
3. Pengaruh budaya dan agama yang masih kuat yang mengharuskan
ketaatan kepada suami dalam keadaan bagaimanapun.
4. Adanya rasa malu terhadap keluarga/orang lain, karena masalah
KDRT merupakan masalah bersifat private (domain private)
5. Penempatan korban dalam satu tempat khusus pada kepolisian
belum tersedia, yang ada hanya Ruang Pelayanan Khusu (RPK) yang
sifatnya sementara dan tidak semua Polres punya RPK.
KETENTUAN PIDANA
BERDASARKAN UU NO. 23 TAHUN 2004
TENTANG PENGHAPUSAN KDRT
Pasal 44
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya
korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak
Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
(4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap
isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
LANJUTAN...
Pasal 47
Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp. 12.000.000,00
(dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 48
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir
atau kejiwaan sekurangkurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak
berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya
alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara
paling lama 20 (duapuluh) tahun atau denda paling sedikit Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah) dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
LANJUTAN...
Pasal 45
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun atau denda paling banyak Rp. 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap
isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
 

Pasal 46
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling
banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
LANJUTAN...
Pasal 49
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang :
a. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1);
b. menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).

Pasal 50
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan
berupa :
a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban
dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku;
b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu.

Anda mungkin juga menyukai