Anda di halaman 1dari 12

Solusi Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Muhammad ary susanto

A. Konsep Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Pengertian KDRT

Kekerasan dalam Rumah Tangga/KDRT adalah setiap perbuatan terhadap


seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/ atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, dan perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.1Tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga didefinisikan sebagai kekerasan yang terjadi dalam
ranah pribadi, pada umumnya terjadi antara individu yang dihubungkan melalui
intimacy ( hubungan intim, hubungan seksual, perzinahan), hubungan darah mupun
hubungan yang diatur oleh hukum.

Menurut Undang-undang RI No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan


Kekerasan dalam Rumah Tangga (P.K.D.R.T.) pasal 1 ayat 1 menyebutkan;
kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.2 “Kekerasan dalam rumah tangga khususnya
penganiayaan terhadap istri, merupakan salah satu penyebab kekacauan dalam
masyarakat. Berbagai penemuan penelitian masyarakat bahwa penganiayaan istri
tidak berhenti pada penderitaan seorang istri atau anaknya saja, rentetan penderitaan
itu akan menular ke luar lingkup rumah tangga dan selanjutnya mewarnai kehidupan
masyarakat kita”

Pengertian KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) diatas tidak menunjukkan


bahwa pelaku kekerasan terhadap perempuan hanya pada kaum lelaki, tetapi kaum
1
Budi Santoso, Agung. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Terhadap Perempuan: Perspektif pekerjaan
sosial, Jurnal Pegembangan Masyarakat Islam, Vol. 10 No. 1, Juni 2019.
2
UU RI No. 23 tahun 2004, tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. (Cet.III; Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), h. 4
perempuan juga dapat dikategorikan sebagai pelaku kekerasan. Kekerasan yang
terjadi dalam rumah tangga khususnya terhadap istri sering didapati, bahkan tidak
sedikit jumlahnya. Dari banyaknya kekerasan yang terjadi, hanya sedikit saja yang
dapat diselesaikan secara adil. Hal ini terjadi, karena dalam masyarakat masih
berkembang pandangan bahwa kekerasan dalam rumah tangga tetap menjadi rahasia
atau aib rumah tangga yang sangat tidak pantas jika diangkat ke permukaan atau tidak
layak dikonsumsi oleh publik.

Siapa sajakah yang masuk dalam lingkup rumah tangga dalam pemahaman
mengenai KDRT. Tidak hanya keluarga inti (suami, istri, dan anak) namun juga
termasuk orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan keluarga inti
karena hubungan darah, perkawinan (mertua, menantu, ipar, dan besan), persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, tidak terkecuali orang setiap yang bekerja membantu
rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga bersangkutan, karena dalam UU ini
orang yang bekerja membantu rumah tangga dipandang sebagai anggota keluarga.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat di simpulkan bahwa pengertian KDRT


adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan suami, istri, atau orang tua
secara fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah tangga yang mengakibatkan
menyakiti secara fisik, psikis, seksual, dan ekonomi termasuk ancaman dan
perampasan kebebasan

B. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


1. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Kekerasan secara fisik baik dalam bentuk ringan maupun
berat. Kekerasan fisik dalam bentuk ringan misalnya, mencubit, menjambak,
memukul dengan pukulan yang tidak menyebabkan cidera dan sejenisnya.
Sedangkan kekerasan fisik dalam bentuk berat misalnya, memukul hingga
cidera, menganiaya, melukai, membunuh dan sejenisnya. Jadi segala sesuatu
yang dapat menimbulkan luka, menghasilkan luka memar, luka tusuk, luka
akibat senjata tajam, dan luka goresan sampai dengan luka- luka yang dapat
menimbulkan kematian disebut dengan kekerasan fisik.

2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya,
dan atau penderitaan psikis pada seseorang. Kekerasan psikis tidak tampak
bukti yang dapat dilihat secara kasat mata, namun kekerasan psikis sering
menimbulkan dampak yang lebih lama. Seperti pelaku mengintimidasi,
mengancam, mencaci maki, bullying.

3. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual yaitu kekerasan yang berbentuk pelecehan seksual seperti


ucapan, simbol dan sikap yang mengarah pada porno, perbuatan cabul,
perkosaan dan sejenisnya. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga. Pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan tujuan tertentu.

4. Kekerasan Ekonomi

Kekerasan ekonomi/penelantaran rumah tangga yaitu kekerasan dalam bentuk


penelantaran ekonomi pada umumnya tidak menjalankan tanggung jawabnya
dalam memberikan nafkah dan hak-hak ekonomi lainnya terhadap istri, anak
atau anggota keluarga lainnya dalam lingkup rumah tangga. Karena pada
hakikatnya, setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut.

C. Faktor KDRT

Faktor penyebab KDRT amatlah beragam dan kompleks. Bisa jadi seseorang
mengalami KDRT karena satu penyebab, namun bisa jadi juga penyebab KDRT yang
lain. Faktor penyebabnya amatlah berbeda pada setiap kasus, malah bisa jadi factor-
fator tersebut saling berkorelasi satu sama lain.

Berikut merupakan faktor penyebab KDRT yang umum:

1. Faktor Ekonomi
Faktor kurangnya ekonomi kerapkali menjadi faktor pemicu perselisihan
dan retaknya hubungan di dalam rumah tangga. Perceraian, perselisihan, dan
kekerasan seringkali disebabkan kondisi keluarga yang jauh dari standar mapan.
Salah satu contoh yaitu kondisi krisis ekonomi di negara pada saat pandemi, yang
menyebabkan perekonomian menjadi jungkir balik dan tidak stabil. Ancaman
PHK mendera dimana-mana. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab
goyangnya kehidupan dalam rumah tangga. Dimana salah satu faktor pendukung
rumah tangga yang stabil adalah adanya kehidupan finansial yang stabil. Stabil
dalam arti cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dalam rumah
tangga tersebut.

Kekurangan bahkan minus-nya kondisi finansial keluargalah yang


kemudian ke depannya bisa menjadi penyebab kekerasan dalam kehidupan
berumah tangga. Artinya faktor pemicunya disebabkan oleh kondisi finansial,
yang kemudian berbuntut peristiwa-peristiwa yang mengantarkan kepada
berkurangnya kasih sayang dalam internal rumah tangga dan selanjutnya berlanjut
pada pecahnya hubungan yang berbentuk adanya kekerasan dalam kehidupan
rumah tangga.

Banyak suami yang tidak bisa mengendalikan dirinya, maka lahirlah


kekerasan kepada pihak rumah tangga. Mereka menjadi depresi dan kehilangan
kepercayaan diri, ada juga yang bersikap agresif. Mereka melampiaskan
kekesalannya kepada istri, anak-anak, maupun kepada pembantunya.

Disadari atau tidak, banyak persoalan kehidupan yang berawal dari tidak
beresnya kondisi ekonomi keluarga. Hal ini tentu saja menjadi sebuah PR besar
bagi suami dan istri untuk menyikapinya dengan cara yang bijak dan solutif.
Bagaimanapun kehidupan berumah tangga adalah ajang untuk menyelesaikan
sekian banyak permasalahan yang tak ada habis-habisnya. Termasuk juga
persoalan ekonomi.3

2. Perselingkuhan

Kekerasan akibat perselingkuhan bisa muncul dari pihak pasangan yang


melakukan perselingkuhan sampai kepada pihak yang tidak melakukan
perselingkuhan. Pihak yang melakukan perselingkuhan bersikap keras untuk
3
Malahayati, Begini Seharusnya Wanita Bersikap, (Hikam Pustaka, 2017), hal.31.
menutupi upaya perselingkuhannya. Sedangkan pihak yang tidak melakukan
perselingkuhan, ia akan melakukan kekerasan karena merasa di khianati oleh
pasangannya.

Perselingkuhan apapun bentuk dan alasannya tak bisa dibenarkan. Baik


dari segi adat, agama, maupun aturan bernegara. Dari segi adat, orang yang
berselingkuh dianggap merusak hubungan sosial dalam masyarakat. Dari segi
agama, perselingkuhan adalah dosa besar karena sangat merusak rumah tangga
orang lain maupun rumah tangga sendiri. Dari segi aturan bernegara,
perselingkuhan bisa menyebabkan perceraian dan efek-efek negatif lainnya.4

3. Permasalahan Psikologi

Kekerasan dalam rumah tangga juga bisa terjadi karena adanya


permasalahan-permasalahan psikologis. Tepatnya adalah karakter yang
menyimpang dari perilaku normal. Dalam psikologis terdapat istilah kesehatan
mental yaitu istilah bagi tercapainya kondisi yang sehat secara mental.
Berlawanan dengan kondisi itu adalah kondisi tidak sehat secara mental.
Ketidaksehatan alias sakit mental jauh lebih berbahaya daripada sakit secara fisik.

Gangguan perilaku secara psikologis ini menyebabkan orang-orang


bertindak diluar batas kenormalan. Terlihat bahwa dia sudah tidak lagi
mempunyai persepsi yang wajar dalam lingkungannya. Perilakunya sudah
menyebabkan orang di lingkungannya menjadi terganggu. Jika orang-orang
disekelilingnya sudah terganggu, artinya memang ada sesuatu yang tidak beres
pada kepribadiannya.

Pelaku kekerasan dalam rumah tangga bisa jadi disebabkan oleh salah satu
factor berikut ini:

1) Trauma

Terkait dengan KDRT, pelakunya bisa jadi menderita salah satu trauma
masa lalu yang berat dan tidak menyenangkan. Bisa jadi lelaki yang gemar
melakukan penyiksaan terhadap istrinya adalah mereka yang dahulu
pernah menderita kejadian yang berat dimana mereka sangat terguncang
secara psikologis, misalnya mengalami kekerasan di masa kecilnya.
4
Ibid., hal.36.
Apakah mereka pernah diperlakukan secara keras oleh orang tuanya
sehingga terbentuklah dalam persepsi mereka bahwa keras itu baik. Bisa
juga mereka bukan korban, namun mereka menyaksikan suatu tindak
kekerasan, misalnya anggota keluarganya diperlakukan dengan tidak layak
oleh kerabat-kerabatnya.

2) Frustasi

Frustasi dengan istilah umumnya berarti putus, putus harapan, dan


sebagainya yang membuat sebagian orang kehilangan akal sehatnya,
sehingga mereka bisa melampiaskan kepada orang-orang yang tidak
bersalah sekalipun. Orang yang frustasi sudah tak bisa lagi melihat jalan
keluar yang baik untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahannya.

3) Kepribadian ganda

D. Penyebab KDRT

Sedikitnya ada dua faktor penyebab KDRT adalah pertama, faktor internal
yang mana akibat dari melemahnya kemampuan adaptasi setiap anggota keluarga di
antara sesamanya, sehingga cenderung bertindak diskriminatif dan eksploitatif
terhadap anggota keluarga yang lemah. Kedua, faktor eksternal yang mana akibat dari
intervensi lingkungan di luar keluarga yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi sikap anggota keluarga, yang terwujud dalam sikap eksploitatif
terhadap anggota keluarga lain, khususnya terjadi terhadap perempuan dan anak.

Selain itu, KDRT sering kali terjadi karena kurangnya komunikasi,


ketidakharmonisan, alasan ekonomi, ketidakmampuan mengendalikan emosi,
ketidakmampuan mencari solusi masalah rumah tangga apapun, serta kondisi mabuk
karena minuman keras dan narkoba.

Dalam banyak kasus terkadang pula suami melakukan kekerasan terhadap


istrinya karena merasa frustasi tida bisa melakukan sesuatu yang semestinya menjadi
tanggung jawabnya. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan yang belum siap kawin
(nikah muda), suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap untuk
memenuhi kebutuhan, dan keterbatasan kebebasan karena masih menumpang pada
orang tua atau mertua. Dari kondisi tersebut, sering sekali suami mencari pelarian
dengan hal-hal negative (mabuk, judi, narkoba, seks) sehingga berujung pada
pelampiasan terhadap istri dengan berbagai bentuk, baik kekerasan fisik, psikis,
seksual, bahkan penelantaran.5

E. Dampak KDRT
1. Dampak Medis
a. Korban KDRT mengeluarkan biaya kesehatan tahunan lebih besarr.
b. Korban mengalami sakit yang serius atau luka parah atau cacat permanen.
c. Korban mengalami masalah kesehatan seksual (hamil, PMS, atau
keguguran).
d. Korban mengalami kematian.
2. Dampak Kesehatan Fisik
a. Cedera.
b. Gangguan fungsi tubuh.
c. Status kesehatan yang buruk.
d. Ketidakmampuan permanen.
e. Obesitas berat.
3. Dampak Kesehatan Reproduksi
a. Hamil yang tidak diinginkan.
b. HIV/PMS
c. Aborsi yang tidak aman.
d. Komplikasi kehamilan
4. Dampak Emosional
a. Depresi
b. Kcemasan.
c. Percobaan bunuh diri.
d. Keadaan stress pasca trauma.
e. Harga diri rendah.
5. Dampak Perilaku
a. Penyalahgunaan/pemakaian zat tertentu (obat-obatan, rokok, dan alcohol).
b. Ketidakaktifan fisik
c. Praktik seksual berisiko.

5
Hellen Last Fitriani, KDRT Dalam Persimpangan Covid-19, (Guepedia, 2022), hal.43.
6. Dampak Profesional
a. Kinerja buruk di tempat kerja.
b. Ketakutan kehilangan pekerjaan.
c. Lebih banyak waktu yang digunakan untuk mengatasi persoalan,
memerlukan pendampingan (konseling).
7. Dampak Personal (Keluarga)
a. Anak-anak mengalami masalah dalam kesehatan mentalnya, termasuk di
dalamnya perilaku anti-sosial dan depresi.
b. Anak-anak mengalami mimpi buruk, ketakutan, nafsu makan menurun.
8. Dampak Masyarakat
a. Pewarisan lingkaran kekerasan secara turun temurun, atau dari generasi
tertentu.
b. Kualitas hidup sesama anggota masyarakat merosot, karena wanita yang
dianiaya tidak mengambil peran yang selayaknya dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Mempertahankan kepercayaan yang keliru bahwa pria lebih kuat dan
berhak melakukan kekerasan.
9. Dampak Psikologis
Dampak psikologis kekerasan yang berulang dan dilakukan oleh orang yang
memiliki kedekatan hubungan dengan korban adalah jatuhnya harga diri dan
konsep diri korban. Ia akan melihat dirinya negative, banyak menyalahkan
dirinya sendiri, dan menganggap diri sebagai pennggung jawab tindak
kekerasan yang di alaminya.6
F. Kekerasan dalam Rumah Tangga dari Sudut Pandang Teori Agresi

Menurut Baron, perilaku agresi adalah suatu tindakan individu yang bertujuan
untuk melukai atau mencelakai individu lain yang tidak berkeinginan untuk datangnya
atau mendapat tingkah lagu tersebut. Definisi menurut Baron ini mencakup empat
faktor yaitu tingkah laku untuk melukai atau mencelakai, tujuan untuk melukai atau
mencelakakan, individu yang menjadi korban, dan keengganan korban untuk
mendapat perilaku tersebut.7 Pada kesimpulannya bahwasannya perilaku agresi
merupakan suatu tindakan yang dimaksudkan untuk melukai atau menyakiti orang

6
Noorkasiani, Heryati, dkk, Sosiologi Keperawatan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007), hal.87.
7
Alfi Laili Nur F, dkk, Teori dasar memahami perilaku, Guepedia, 2022, hlm 37
lain atau barang, baik secara fisik maupun psikis yang tindakan tersebut tidak di
inginkan terjadi.

Bentuk perilaku agresi menurut Buss Morgan diklasifikasi kedalam bentuk


perilaku agresi secara verbal atau fisik, pasif atau aktif, dan secara langsung dan tidak
langsung. Di antara perilaku agresi tersebut antara lain adalah :

1) Perilaku agresi fisik secara langsung, seperti menusuk, memukul.


2) Perilaku agresi fisik aktif secara tidak langsung, seperti membuat jebakan
untuk mencelakakan orang lain.
3) Perilaku agresi fisik pasif secara langsung, seperti tidak memberi jalan bagi
ambulans yang melintas.
4) Perilaku agresi fisik pasif secara tidak langsung, seperti menolak sesuatu hal
yang diperintahkan oleh orang lain.
5) Perilaku agresi verbal aktif secara langsung, seperti mencaci maki orang lain
6) Perilaku agresi verbal aktif yang dilakukan secara tidak langsung, seperti
menyebar gosip atau fitnah.
7) Perilaku agresi verbal pasif secara langsung, seperti menolak untuk berbicara
dengan orang lain.
8) Perilaku agresi verbal pasif secara tidak langsung, seperti tidak setuju dengan
pendapat orang lain akan tetapi enggan untuk menyampaikan pendapatnya
sendiri, dan juga tidak mau menjawab pertnayaan dari orang lain.8

Perilaku perilaku diatas juga dapat ditemukan dalam kasus-kasus kdrt yang
telah terjadi, bahwasannya banyak dari korban Kekerasan dalam rumah tangga yang
kebanyakan adalah perempuan mendapat berbagai macam perlakuan tak
menyenangkan dari suami sebagai akibat dari rasa frustasi seperti di atas. Tak jarang
banyak suami maupun istri yang saling melukai karena alasan kecemburuan ataupun
karena keadaan ekonimi dimana istri yang selalu menuntut pemenuhan nafkah dari
suami, dan ketika suami merasa tak dapat memenuhi tuntutan tersebut maka ia akan
merasa frustasi dan melakukan perilaku agresi berupa kekerasan fisik maupun psikis
terhadap istrinya.

Menurut daviddoff, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresi,


yaitu faktor biologis, faktor belajar sosial, faktor lingkungan, faktor amarah, dan

8
Ibid., hlm 38-39.
faktor faktor frustasi dan faktor kesenjangan. Faktor-faktor ini mempengaruhi
fenomena sosial di lingkungan sosial dikarenakan adanya pengaruh dari pergaulan,
lingkungan sekitar dan juga pengaruh dari keluarga.9

Dollar dkk menyatakan bahwa dalam setiap frustasi menimbulkan perilaku


agresi. Teori frustasi agresi menyatakan bahwa agresi disebabkan oleh frustasi, yaitu
kondisi ketika seseorang dihalangi untuk mencapai targetnya, dia menjadi frustasi.
Ketika apa yang diharapkan tidak menjadi seperti kenyataan maka ia akan
menggunakan orang lain sebagai pelampiasan atas rasa frustasinya.10

Dari apa yang diungkapkan oleh Buss Morgan maupun Dollar di atas apabila
diterapkan pada ranah konflik dalam keluarga adalah masa dimana seorang anggota
keluarga dapat melukai anggota keluarga lainnya baik itu secara verbal, non verbal,
baik fisik atau psikis dan dilakukan secara langsung ataupun tidak yang disebabkan
oleh tidak tercapainya keinginan individu anggota keluarga tersebut. Korban
kekerasan dalam rumah tangga juga tak melulu pada istri, bisa juga anak maupun
suami, dengan kata lain perilaku agresi ini bisa juga terjadi atau bisa dilakukan oleh
siapapun, yaitu yang merasa ketidaktercapaian pada hasrat dan kehendaknya,
termasuk oleh perempuan dan anak-anak atau remaja.

G. Solusi KDRT

KDRT secara umum dibagi menjadi dua yaitu fisik dan non fisik. Kekerasan
fisik bisanya berupa kekerasan yang nyata dan menyebabkan luka seperti memar,
lebam bahkan berdarah. Sedangkan kekerasan non fisik biasanya berupa presure atau
tekanan secara psikologi seperti dimaki-maki, dicaci, dan dihina yang dampaknya
lebih fatal. Sebab, bentuk kekerasan tersebut dapat menggoncang pikiran dan jiwa
(steres) korban kekerasan tersebut.

KDRT merupakan bentuk kekerasan yang tidak boleh di biarkan Jika seorang
istri sudah tidak tahan dengan pelakuan kasar dari suaminya (baik berupa fisik dan
non fisik) boleh mengadukan dan mengajukan gugatan cerai kepada suaminya ke
pengadilan agama akan tetapi bercerai bukan satu-satunya penyelesaian dari KDRT.
KDRT itu ada biasanya di sebabkan oleh masalah yang memicu terjadinya KDRT,
suami atau istri bisa saja menjadi pelaku atau menjadi korban Berikut beberapa
9
Ibid., hlm 39.
10
Wahyudi, Teori Konflik dan Penerapannya pada Ilmu-Ilmu sosial, (Malang : Penerbit Muhammadiyah
Malang, 2021), hlm 76.
contoh permasalahan sehingga menimbulkan KDRT dan beberapa solusi yang bisa di
lakukan untuk menghindari KDRT.

1. Bersikap kasar

Sikap kasar merupakan hal yang tidak seharusnya menjadi sifat dan di lakukan
dalam berumah tangga. Jika pasangan berkata kasar cara mengatasinya ialah
dengan mengajarkan kepada mereka iman, ketakwaan, dan agama yang benar
dengan berdasarkan al-Qur’an dan Hadits Nabi. Karena Rasul berhubungan
dengan manusia dengan kelemah lembutan bukan dengan kekasaran, bukan
tindakan yang bruntal, tapi kelemah lembutan, maka umat itu tunduk pada
Rasulullah SAW. jika seorang istri sudah bersikap lemah lembut kepada
suaminya namun suami selalu marah-marah dan main kasar selanjtnya dengan
menyampaiakan secara langsung perasaan hati sang istri kepada suaminya
bahwa saya tidak suka digalakin.apabila masih belom di terima maka meminta
bantuan kepada orang ke tiga untuk menasehati dan mengarahkan agar suami
tidak berbuat kasar istri juga memiliki hak untuk melaporkan suaminya
tersebut kepada aparat atau pihak yang berwajib sesuai dengan undang-undang
KDRT yang berlaku. Jika hal ini terjadi, seorang istri harus sudah siap dan
bisa menerima resikonya, yaitu keputusan selanjutnya. Oleh karena itu,
sebaiknya diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan terlebih dahulu
dengan berfikir positif

2. Perselingkuhan

Cara mengatasi perselingkuhan adalah dengan kita memberikan nasehat yang


baik kepada pelaku perselingkuhan, menyadarkan dan memberikan
pengetahuan agama yang cukup serta memberikan kesempatan untuk
bertaubat kepada Allah SWT dan berubah menjadi lebih baik. Namun jika
pasangan yang diselingkuhi sudah tidak kuat dan tahan dengan perbuatan
perselingkuhan yang dilakukan pasanagnnya, boleh dia mundur dan
mengajukan cerai sebagai jalan akhir.

H. Resolusi KDRT
Pasangan atau orangtua harus mengetahui dan memahami dasar dasar
pentingnya mengetahui pemahaman dan kemampuan dalam resolusi konflik dalam
keluarga. Contoh :

1. Menciptakan pembinaan keluarga yang lebih baik dari sisi fiksi dan
emosional.
2. Ketika keluarga bisa membina dan sudah menjadi lebih baik dari kedua sisi
tersebut tidak akan lagi kdrt karena sudah sama-sama memahmi karakter
masing-masing.
3. Mengendalikan masalah atau konflik berlebihan yang dapat merujuk pada
kekerasan dalam rumah tangga.
4. Pengendalian konflik dengan cara yang benar dan semua yang terlibat dalam
keluarga saling memberikan dukungan.
5. Menjaga keharmonisan keluarga sehingga mencegah konflik terjadi.
6. Menjaga keharmonisan dalam rumah tangga juga menjadi kunci agar tidak
terjadi perselingkuhan dan lain-lain yang menjadi pemicu KDRT

Anda mungkin juga menyukai