Pengertian KDRT
Siapa sajakah yang masuk dalam lingkup rumah tangga dalam pemahaman
mengenai KDRT. Tidak hanya keluarga inti (suami, istri, dan anak) namun juga
termasuk orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan keluarga inti
karena hubungan darah, perkawinan (mertua, menantu, ipar, dan besan), persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, tidak terkecuali orang setiap yang bekerja membantu
rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga bersangkutan, karena dalam UU ini
orang yang bekerja membantu rumah tangga dipandang sebagai anggota keluarga.
Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Kekerasan secara fisik baik dalam bentuk ringan maupun
berat. Kekerasan fisik dalam bentuk ringan misalnya, mencubit, menjambak,
memukul dengan pukulan yang tidak menyebabkan cidera dan sejenisnya.
Sedangkan kekerasan fisik dalam bentuk berat misalnya, memukul hingga
cidera, menganiaya, melukai, membunuh dan sejenisnya. Jadi segala sesuatu
yang dapat menimbulkan luka, menghasilkan luka memar, luka tusuk, luka
akibat senjata tajam, dan luka goresan sampai dengan luka- luka yang dapat
menimbulkan kematian disebut dengan kekerasan fisik.
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya,
dan atau penderitaan psikis pada seseorang. Kekerasan psikis tidak tampak
bukti yang dapat dilihat secara kasat mata, namun kekerasan psikis sering
menimbulkan dampak yang lebih lama. Seperti pelaku mengintimidasi,
mengancam, mencaci maki, bullying.
3. Kekerasan Seksual
4. Kekerasan Ekonomi
C. Faktor KDRT
Faktor penyebab KDRT amatlah beragam dan kompleks. Bisa jadi seseorang
mengalami KDRT karena satu penyebab, namun bisa jadi juga penyebab KDRT yang
lain. Faktor penyebabnya amatlah berbeda pada setiap kasus, malah bisa jadi factor-
fator tersebut saling berkorelasi satu sama lain.
1. Faktor Ekonomi
Faktor kurangnya ekonomi kerapkali menjadi faktor pemicu perselisihan
dan retaknya hubungan di dalam rumah tangga. Perceraian, perselisihan, dan
kekerasan seringkali disebabkan kondisi keluarga yang jauh dari standar mapan.
Salah satu contoh yaitu kondisi krisis ekonomi di negara pada saat pandemi, yang
menyebabkan perekonomian menjadi jungkir balik dan tidak stabil. Ancaman
PHK mendera dimana-mana. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab
goyangnya kehidupan dalam rumah tangga. Dimana salah satu faktor pendukung
rumah tangga yang stabil adalah adanya kehidupan finansial yang stabil. Stabil
dalam arti cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dalam rumah
tangga tersebut.
Disadari atau tidak, banyak persoalan kehidupan yang berawal dari tidak
beresnya kondisi ekonomi keluarga. Hal ini tentu saja menjadi sebuah PR besar
bagi suami dan istri untuk menyikapinya dengan cara yang bijak dan solutif.
Bagaimanapun kehidupan berumah tangga adalah ajang untuk menyelesaikan
sekian banyak permasalahan yang tak ada habis-habisnya. Termasuk juga
persoalan ekonomi.3
2. Perselingkuhan
3. Permasalahan Psikologi
Pelaku kekerasan dalam rumah tangga bisa jadi disebabkan oleh salah satu
factor berikut ini:
1) Trauma
Terkait dengan KDRT, pelakunya bisa jadi menderita salah satu trauma
masa lalu yang berat dan tidak menyenangkan. Bisa jadi lelaki yang gemar
melakukan penyiksaan terhadap istrinya adalah mereka yang dahulu
pernah menderita kejadian yang berat dimana mereka sangat terguncang
secara psikologis, misalnya mengalami kekerasan di masa kecilnya.
4
Ibid., hal.36.
Apakah mereka pernah diperlakukan secara keras oleh orang tuanya
sehingga terbentuklah dalam persepsi mereka bahwa keras itu baik. Bisa
juga mereka bukan korban, namun mereka menyaksikan suatu tindak
kekerasan, misalnya anggota keluarganya diperlakukan dengan tidak layak
oleh kerabat-kerabatnya.
2) Frustasi
3) Kepribadian ganda
D. Penyebab KDRT
Sedikitnya ada dua faktor penyebab KDRT adalah pertama, faktor internal
yang mana akibat dari melemahnya kemampuan adaptasi setiap anggota keluarga di
antara sesamanya, sehingga cenderung bertindak diskriminatif dan eksploitatif
terhadap anggota keluarga yang lemah. Kedua, faktor eksternal yang mana akibat dari
intervensi lingkungan di luar keluarga yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi sikap anggota keluarga, yang terwujud dalam sikap eksploitatif
terhadap anggota keluarga lain, khususnya terjadi terhadap perempuan dan anak.
E. Dampak KDRT
1. Dampak Medis
a. Korban KDRT mengeluarkan biaya kesehatan tahunan lebih besarr.
b. Korban mengalami sakit yang serius atau luka parah atau cacat permanen.
c. Korban mengalami masalah kesehatan seksual (hamil, PMS, atau
keguguran).
d. Korban mengalami kematian.
2. Dampak Kesehatan Fisik
a. Cedera.
b. Gangguan fungsi tubuh.
c. Status kesehatan yang buruk.
d. Ketidakmampuan permanen.
e. Obesitas berat.
3. Dampak Kesehatan Reproduksi
a. Hamil yang tidak diinginkan.
b. HIV/PMS
c. Aborsi yang tidak aman.
d. Komplikasi kehamilan
4. Dampak Emosional
a. Depresi
b. Kcemasan.
c. Percobaan bunuh diri.
d. Keadaan stress pasca trauma.
e. Harga diri rendah.
5. Dampak Perilaku
a. Penyalahgunaan/pemakaian zat tertentu (obat-obatan, rokok, dan alcohol).
b. Ketidakaktifan fisik
c. Praktik seksual berisiko.
5
Hellen Last Fitriani, KDRT Dalam Persimpangan Covid-19, (Guepedia, 2022), hal.43.
6. Dampak Profesional
a. Kinerja buruk di tempat kerja.
b. Ketakutan kehilangan pekerjaan.
c. Lebih banyak waktu yang digunakan untuk mengatasi persoalan,
memerlukan pendampingan (konseling).
7. Dampak Personal (Keluarga)
a. Anak-anak mengalami masalah dalam kesehatan mentalnya, termasuk di
dalamnya perilaku anti-sosial dan depresi.
b. Anak-anak mengalami mimpi buruk, ketakutan, nafsu makan menurun.
8. Dampak Masyarakat
a. Pewarisan lingkaran kekerasan secara turun temurun, atau dari generasi
tertentu.
b. Kualitas hidup sesama anggota masyarakat merosot, karena wanita yang
dianiaya tidak mengambil peran yang selayaknya dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Mempertahankan kepercayaan yang keliru bahwa pria lebih kuat dan
berhak melakukan kekerasan.
9. Dampak Psikologis
Dampak psikologis kekerasan yang berulang dan dilakukan oleh orang yang
memiliki kedekatan hubungan dengan korban adalah jatuhnya harga diri dan
konsep diri korban. Ia akan melihat dirinya negative, banyak menyalahkan
dirinya sendiri, dan menganggap diri sebagai pennggung jawab tindak
kekerasan yang di alaminya.6
F. Kekerasan dalam Rumah Tangga dari Sudut Pandang Teori Agresi
Menurut Baron, perilaku agresi adalah suatu tindakan individu yang bertujuan
untuk melukai atau mencelakai individu lain yang tidak berkeinginan untuk datangnya
atau mendapat tingkah lagu tersebut. Definisi menurut Baron ini mencakup empat
faktor yaitu tingkah laku untuk melukai atau mencelakai, tujuan untuk melukai atau
mencelakakan, individu yang menjadi korban, dan keengganan korban untuk
mendapat perilaku tersebut.7 Pada kesimpulannya bahwasannya perilaku agresi
merupakan suatu tindakan yang dimaksudkan untuk melukai atau menyakiti orang
6
Noorkasiani, Heryati, dkk, Sosiologi Keperawatan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007), hal.87.
7
Alfi Laili Nur F, dkk, Teori dasar memahami perilaku, Guepedia, 2022, hlm 37
lain atau barang, baik secara fisik maupun psikis yang tindakan tersebut tidak di
inginkan terjadi.
Perilaku perilaku diatas juga dapat ditemukan dalam kasus-kasus kdrt yang
telah terjadi, bahwasannya banyak dari korban Kekerasan dalam rumah tangga yang
kebanyakan adalah perempuan mendapat berbagai macam perlakuan tak
menyenangkan dari suami sebagai akibat dari rasa frustasi seperti di atas. Tak jarang
banyak suami maupun istri yang saling melukai karena alasan kecemburuan ataupun
karena keadaan ekonimi dimana istri yang selalu menuntut pemenuhan nafkah dari
suami, dan ketika suami merasa tak dapat memenuhi tuntutan tersebut maka ia akan
merasa frustasi dan melakukan perilaku agresi berupa kekerasan fisik maupun psikis
terhadap istrinya.
8
Ibid., hlm 38-39.
faktor faktor frustasi dan faktor kesenjangan. Faktor-faktor ini mempengaruhi
fenomena sosial di lingkungan sosial dikarenakan adanya pengaruh dari pergaulan,
lingkungan sekitar dan juga pengaruh dari keluarga.9
Dari apa yang diungkapkan oleh Buss Morgan maupun Dollar di atas apabila
diterapkan pada ranah konflik dalam keluarga adalah masa dimana seorang anggota
keluarga dapat melukai anggota keluarga lainnya baik itu secara verbal, non verbal,
baik fisik atau psikis dan dilakukan secara langsung ataupun tidak yang disebabkan
oleh tidak tercapainya keinginan individu anggota keluarga tersebut. Korban
kekerasan dalam rumah tangga juga tak melulu pada istri, bisa juga anak maupun
suami, dengan kata lain perilaku agresi ini bisa juga terjadi atau bisa dilakukan oleh
siapapun, yaitu yang merasa ketidaktercapaian pada hasrat dan kehendaknya,
termasuk oleh perempuan dan anak-anak atau remaja.
G. Solusi KDRT
KDRT secara umum dibagi menjadi dua yaitu fisik dan non fisik. Kekerasan
fisik bisanya berupa kekerasan yang nyata dan menyebabkan luka seperti memar,
lebam bahkan berdarah. Sedangkan kekerasan non fisik biasanya berupa presure atau
tekanan secara psikologi seperti dimaki-maki, dicaci, dan dihina yang dampaknya
lebih fatal. Sebab, bentuk kekerasan tersebut dapat menggoncang pikiran dan jiwa
(steres) korban kekerasan tersebut.
KDRT merupakan bentuk kekerasan yang tidak boleh di biarkan Jika seorang
istri sudah tidak tahan dengan pelakuan kasar dari suaminya (baik berupa fisik dan
non fisik) boleh mengadukan dan mengajukan gugatan cerai kepada suaminya ke
pengadilan agama akan tetapi bercerai bukan satu-satunya penyelesaian dari KDRT.
KDRT itu ada biasanya di sebabkan oleh masalah yang memicu terjadinya KDRT,
suami atau istri bisa saja menjadi pelaku atau menjadi korban Berikut beberapa
9
Ibid., hlm 39.
10
Wahyudi, Teori Konflik dan Penerapannya pada Ilmu-Ilmu sosial, (Malang : Penerbit Muhammadiyah
Malang, 2021), hlm 76.
contoh permasalahan sehingga menimbulkan KDRT dan beberapa solusi yang bisa di
lakukan untuk menghindari KDRT.
1. Bersikap kasar
Sikap kasar merupakan hal yang tidak seharusnya menjadi sifat dan di lakukan
dalam berumah tangga. Jika pasangan berkata kasar cara mengatasinya ialah
dengan mengajarkan kepada mereka iman, ketakwaan, dan agama yang benar
dengan berdasarkan al-Qur’an dan Hadits Nabi. Karena Rasul berhubungan
dengan manusia dengan kelemah lembutan bukan dengan kekasaran, bukan
tindakan yang bruntal, tapi kelemah lembutan, maka umat itu tunduk pada
Rasulullah SAW. jika seorang istri sudah bersikap lemah lembut kepada
suaminya namun suami selalu marah-marah dan main kasar selanjtnya dengan
menyampaiakan secara langsung perasaan hati sang istri kepada suaminya
bahwa saya tidak suka digalakin.apabila masih belom di terima maka meminta
bantuan kepada orang ke tiga untuk menasehati dan mengarahkan agar suami
tidak berbuat kasar istri juga memiliki hak untuk melaporkan suaminya
tersebut kepada aparat atau pihak yang berwajib sesuai dengan undang-undang
KDRT yang berlaku. Jika hal ini terjadi, seorang istri harus sudah siap dan
bisa menerima resikonya, yaitu keputusan selanjutnya. Oleh karena itu,
sebaiknya diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan terlebih dahulu
dengan berfikir positif
2. Perselingkuhan
H. Resolusi KDRT
Pasangan atau orangtua harus mengetahui dan memahami dasar dasar
pentingnya mengetahui pemahaman dan kemampuan dalam resolusi konflik dalam
keluarga. Contoh :
1. Menciptakan pembinaan keluarga yang lebih baik dari sisi fiksi dan
emosional.
2. Ketika keluarga bisa membina dan sudah menjadi lebih baik dari kedua sisi
tersebut tidak akan lagi kdrt karena sudah sama-sama memahmi karakter
masing-masing.
3. Mengendalikan masalah atau konflik berlebihan yang dapat merujuk pada
kekerasan dalam rumah tangga.
4. Pengendalian konflik dengan cara yang benar dan semua yang terlibat dalam
keluarga saling memberikan dukungan.
5. Menjaga keharmonisan keluarga sehingga mencegah konflik terjadi.
6. Menjaga keharmonisan dalam rumah tangga juga menjadi kunci agar tidak
terjadi perselingkuhan dan lain-lain yang menjadi pemicu KDRT