Anda di halaman 1dari 8

Laporan Psikologi Umum II

Perilaku Agresi Fisik Pengeroyokan Yang Dilakukan Oleh Remaja


Menurut Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Oleh :
Ananda Chelsea Geraldy ( 222011053 )
A6

Dosen Pengampu :
Aritya Widianti, S.Psi., M.Psi, Psikolog
Ni Mada Irene Novianti. A, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Putu Diana Wulandari, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Universitas Bali Internasional


Fakultas Bisnis, Sosial, Teknologi, dan Humaniora
Program Studi Psikologi
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, kehidupan seorang anak tentunya tidak terlepas dari interaksi dengan
lingkungan sekitar. Lingkungan ini meliputi keluarga, sekolah, teman sebaya, tempat
bermain, dan tempat beraktivitas lainnya. Lingkungan sangat berpengaruh bagi tumbuh
kembang, serta sikap dari seseorang individu. Pengaruh dari lingkungan dapat berupa hal
yang positif dan negative. Pengaruh negative berdampak buruk bagi siapapun khususnya
pada remaja, jika seorang remaja tidak bisa memilah dan memilih pergaulan mereka, akan
dapat menimbulkan dampak yang merugikan dirinya maupun orang di sekitarnya.
Setiap tingkah laku individu khususnya di Negara Indonesia di batasi oleh hukum, karena
negara Indonesia sendiri merupakan Negara yang berlandaskan hukum dan pastinya akan
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Pada remaja khususnya banyak terjadi
pelanggaran hukum yang disebabkan oleh pengaruh negative dari perkembangan, seperti
pengaruh globalisasi, tehknologi serta perubahan gaya hidup.
Salah satu jenis pelanggaran hukum yang dimaksud adalah pelanggaran hukum
pengeroyokan. Di atur kedalam kitab UU Hukum Pidana ( KUHP ) yang tertuang ke dalam
pasal 170 KUHP.
Kasus yang diangkat adalah Pengeroyokan yang di lakukan oleh seorang remaja yang
secara tiba tiba melakukan pengancaman serta pemukulan terhadap teman tongkrongannya
sendiri. Hal ini terjadi karena tersulutnya amarah dari anak tersebut yang melihat mantan
kekasihnya menjalin hubungan dengan teman akrrabnya sehingga terjadilah aksi tersebut.
Rafli merasa tidak dihargai dan kecewa terkait dengan sikap dari teman temannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja merupakan sebuah Tindakan yang dapat melanggar norma dan hukum.
Secara umum kenakalan remaja dapat disebabkan oleh bentuk pengabaian social sehingga
remaja ini dapat mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
Sumiati (2009), mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh
remaja dengan mengabaikan nilai-nilai social yang berlaku di dalam masyarakat. Kenakalan
remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma dan hukum yang dilakukan oleh
remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang orang sekitarnya.
a. Karakteristik Kenakalan Remaja
Conger (dalam Monks dkk, 1999) menyatakan bahwa kenakalan remaja mempunyai sifat
memberontak, pendendam, curiga, impulsive dan menunjukan control batin yang kurang dan
hal ini mendukung perkembangan konsep diri yang negative.
Kartono (2003), mengatakan bahwa kenakalan remaja mempunyai karakteristik umum,
yang melingkupi :
a. Struktur intelektual. Fungsi kognitif pada remaja yang nakalnakan mendapatkan nilai
lebih tinggi untuk tugas prestasi di bandingkan keterampilan verbalnya.
b. Fisik dan Psikis. Remaja yang nakal lebih “idiot secara moral” dan memiliki karakteristik
yang berbeda secara fisik sejak lahir dibandingkan remaja yang normal. Bentuk tubuh
lebih kekar, berotot, kuat dan bersikap lebih agresif. Fungsi fisiologis dan neurologis
yang khas pada remaja nakal adalah kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan
menunjukan ketidakmatangan jasmaniah.
c. Karakteristik individual. Remaja yang nakal memiliki sifat kepribadian yang khusus yang
menyimpang seperti berorientasi pada masa sekarang, bersenang senang dan puas pada
hari ini tanpa memikirkan masa depan. Terganggu secara emosional, kurang bersosialisasi
dengan masyarakat normal dan kurang bertanggung jawab.
b. Bentuk Bentuk Kenakalan Remaja
Menurut Gunarsa (2004), bentuk kenakalan remaja di bagi menjadi dua, yaitu :
a. Kenakalan yang bersifat amoral dan asocial yang tidak diatur dalam undang-undang,
sehingga sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaiannya sesuai dengan
undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan hukum bila dilakukan
pada orang dewasa.
Sunarwiyati (1985), membagi bentuk kenakalan remaja menjadi :
a. Kenakalan biasa, seperti : suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, berkelahi
dengan teman, dll.
b. Kenakalan yang menjurus pada kejahatan, seperti mengendarai mobil tanpa SIM,
mengambil barang tanpa izin, dan kebut-kebutan.
c. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkoba, hubungan seks di luar pernikahan ,
pemerkosaan, aborsi dan pembunuhan.

b. Aspek-Aspek Kenakalan Remaja


Aspek-Aspek kenakalan menurut Jenses (dalam Sarwono, 2010) adalah
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, contohnya seperti
perkelahian,tawuran, pengeroyokan, pemerkosaan, pembunuhan dll.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misalnya perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan dll.
c. Kenakalan Sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain misalnya,
penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas, dll.

2.2 Agresi
Perilaku Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk mendominasi atau merusak benda
ataupu orang secara fisik ataupun verbal. Perilaku agresif remaja dilatarbelakangi oleh factor
eksternal berupa ejekan dari lingkungan keluarga atau pertemanan. Dan factor internal yaitu
persepsi remaja terhadap lingkungannya. Agresi meliputi kekerasan yang dilakukan secara
fisik, seperti memukul, menendang, menampar, mendorong, berkelahi dll. Agresi non verbal
adalah penggunaan kata-kata kasar, tidak sopan, mengejek, memfitnah dan berkata kotor
( Agustin, Y., 2015 ).

2.3 Teori Psikoanalis Sigmund Freud


Menurut perspektif psikoanalisis Sigmund Freud bahwa dalam diri manusia selalu
mempunya potensi bawah sadar yaitu suatu dorongan untuk merusak diri atau Thanatos. Pada
mulanya, dorongan untuk merusak diri tersebut ditujukan untuk diri sendiri, tetapi dalam
perkembangannya ditujukan untuk orang lain. Operasionalisasi dorongan tersebut dikatakan oleh
Baron & Byne (1994) dapat dilakukan melalui perilaku agresi, dialihkan pada objek yang
dijadikan kambing hitam atau mungkin disublimasikan dengan car acara yang lebih bisa diterima
di masyarakat.
BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN

3.1 Analisis Kasus


Ada suatu kasus yang dimana seorang anak laki-laki berusia 18tahun yang sedang
menduduki kelas 11 di salah satu SMA yang berada di kota Bandung. Rafli seorang anak yang
ceria dan mudah bergaul dengan siapa saja. Tak heran jika Rafli memiliki banyak teman
tongkrongan. Suatu hari, Rafli tiba tiba melakukan pengancaman serta pemukulan terhadap
teman-teman tongkrongannya. Rafli begitu marah dan kesal, amarah Rafli disebabkan karena ia
kesal dan merasa kecewa terhadap teman temannya. Rafli patah hati dan sangat kecewa, karena
perempuan yang ia sayangi menjadi kekasih dari teman akrabnya sendiri yang Bernama Erik.
Sebelumnya Rafli dan Erik terlihat selalu bersama, begitu akrab dan dekat terlihat seperti
kakak dan adik. Kedekatan keduanya membuat rasa percaya Rafli terhadap Erik begitu besar,
sehingga Rafli tidak pernah terfikir jika masalah ini akan terjadi. Rafli merasa ada dorongan oleh
teman teman tongktongannnya sehingga Erik dengan perempuan tersebut menjalin hubungan.
Selain itu Rafli merasa tidak dihargai karena Rafli yang mengajak bermain dan nongkrong di
tempat tersebut. Rafli memperkenalkan kekasihnya kepada teman temannya secara satu persatu
dan respon dari teman temannya pun baik kepada kekasihnya. Kini Rafli tampak murung dan
sedih serta kecewa terhadap teman temannya dan tidak pernah terlihat bersama lagi setelah
kejadian tersebut. Rafli begitu terpukul dengan kenyataan tersebut.

3.2 Teori Psikoanalisis


Dari kasus di atas dapat dikaitkan dengan TEORI PSIKOANALISIS yang dikemukan oleh
SIGMUND FREUD (1856-1939). Dalam Teori Psikoanalisis terdapat ID, EGO, SUPEREGO
dalam diri manusia. Menurut pandangan psikoanalitik struktur kepribadian dibagi menjadi tiga
yaitu :
a. Id
Id merupakan kepribadian seseorang yang hanya terdari dari Id Ketika dilahirkan. Id
tidak terorganisasi dengan sempurna, buta, menuntut dan mendesak, id tidak bisa
mentolerensi tegangan, dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegara mungkin
serta untuk mencapai keadaan homeostatic. Id diatur oleh asas kesenangan, bersifat tidak
logis, amoral dan di dorong oleh satu kepentingan.
b. Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur,
tugas utamanya adalah pengantar naluri dengan lingkungan sekitaar. Ego mengendalikan
kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego berlaku realistis dan berfikir logis serta
merumuskan rencana rencana tindakann bagi pemuasan kebutuhan kebutuhan.
c. Superego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi individu
yang urusan utamanya adalah apakah suatu Tindakan baik atau buruk, benar atau salah.
Superego merepresentasikan hal yang ideal yang real dan mendorong bukan pada
kesenangan tetapi pada pada kesempurnaan. Superego berfungsi menghambat impuls dari
Id.

Dari kasus di atas yang telah di analisis oleh penulis, bahwa Rafli tidak dapat
menyemimbangkan Id, Ego, dan Superego. Id dan Ego yang dimiliki oleh Rafli lebih besar
pengaruhnya dibandingkan super ego yang dimilikinya. Id Rafli menjadi lebih besar karena ia
merasa tidak dihargai, akibat apa yang Erik dan teman-temannya lakukan. Ia melanggar nilai-
nilai dan norma yang ada di masyarakat. Peran Ego juga melakukan apa yang Id inginkan karena
terlalu besarnya dorongan Id sehingga SuperEgo tidak dapat menampungnya dan menilai bahwa
apa yang ia lakukan adalah Tindakan yang wajar.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K. 2014. Problematics Study in Perspective Psychology Education. Pioneer Education


Journal, 6(2), 105 — 107.
Bertens, K. 2016. Sigmund Freud's Psychoanalysis . Jakarta: Gramedia
Bettelheim, B. 1969. Psychoanalysis and Education. Chicago Journal. University of Chicago
Ernerst, K. 2000. On Psychoanalysis and Education. New York
Freud, Sigmund. 2005. Psikoanalisis. Diterjemahkan oleh haris Setiowati. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, Cetakan. 7. Jakarta :
PT. Gunung Mulia
Kartono. 2003. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Koeswara, E, 1988. Agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco.
Monks, dkk. (1996). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagianya.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
S.Sunarwiyati, Sartono, Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI
Jakarta , Jakarta: Universitas Indonesia, 1985.
Sumiati. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai