Anda di halaman 1dari 45

Disusun oleh :

dr

Penerbit :
Fakultas Kedokteran
Universitas
Diponegoro2021
ISBN : x

iii
Diizinkan menyitir dan menggandakan isi buku ini dengan memberikan apresiasi
sebagaimana kaidah yang berlaku.

v
PERSEMBAHAN

Buku ini kami dedikasikan untuk semua mahasiswa


Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

vi
KATA PENGANTAR

Penulis

Buku Ajar | TUMOR KULIT v


DAFTAR ISI

Buku Ajar | TUMOR KULIT vi


Buku Ajar | TUMOR KULIT vii
TINJAUAN MATA KULIAH

I. Deskripsi Singkat
Inflamasi
II. Relevansi
Diharapkan setelah mengikuti mata kuliah -1 ini, maka peserta didik mampu
menjelaskan anatomi, fisiologi dan patofisologi di tengah. Setelah memahami konsep dasar
penyakit tersebut, maka peserta didik diharapkan bisa mendiagnosis dan memberikan terapi
serta edukasi yang tepat terkait penyakit tersebut.

III. Capaian Pembelajaran


1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Setelah mengikuti modul ini peserta didik diharapkan mempunyai pemahaman dan
pengetahuan yang cukup tentang anatomi , fisologi dan patofisiologi diagnosis penyakit,
terapi medika mentosa dan terapi operatif. Selain itu peserta didik diharapkan juga
mempunyai kemampuan untuk melakukan komunikasi efektif, menggunakan sistem
teknologi informasi, mawas diri dan mau belajar sepanjang hayat serta mempunyai etika,
moral dan profesionalisme dalam praktek.
Dalam mengaplikasikan kompetensi, maka level yang digunakan adalah mengadaptasi
Miller’s piramide of competency level.

1
Buku Ajar | TUMOR KULIT
(1) Knows (factual recall of knowledge)
(2) Knows how (the application of knowledge to problem solving and decision making)
(3) Shows how (the student has performed the skill least several times).
(4) Does (actual performance)

Level yang akan disesuaikan dengan tahapan pendidikan untuk mahasiswa masing-
masing peserta didik. Untuk program pendidikan S-1, level yang diharapkan adalah
level 3. Sedangkan untuk program pendidikan spesialis, maka level yang ditetapkan ada
di level 4.

2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)

3. Indikator
Indikator pencapaian pembelajaran mata kuliah -1 adalah:
a. Ketepatan dalam menjelaskan anatomi dan fisiologi tengah.
b. Ketepatan dalam menjelaskan patofisiologi infeksi tengah.
c. Ketepatan dalam mendiagnosis inflamasi tengah.
d. Ketepatan dalam memberikan terapi medikamentosa maupun operatif pada inflamasi
tengah.
e. Ketepatan dalam memberikan edukasi pasien dengan inflamasi tengah.

2
Buku Ajar | TUMOR KULIT
A. POKOK BAHASAN I

1. Keratosis seboroik
Definisi
Merupakan tumor jinak epidermal yang paling sering terjadi. Lesi umumnya terjadi pada usia
pertengahan, namun dapat muncul pada awal masa remaja. Sinonim : Seborrhoeic wart, senile
wart, senile keratoses, basal cell papilloma.
Epidemiologi
Sering dijumpai pada ras kulit putih dengan jumlah pasien lelaki dan perempuan sebanding.
Kelainan muncul pada dekade 5. Pada usia 30-40 tahun dapat ditemukan bentuk yang agak datar.
Namun, kelainan ini dapat muncul sejak umur 15 tahun dan prevalensi meningkat dengan
bertambahnya umur. Keratosis seboroik lebih jarang ditemukan pada anak-anak dan ras kulit
hitam.
Patofisiologi
Etiologi keratosis seboroik tidak diketahui, patogenesis masih belum jelas, dan prevalensi
banyak pada daerah terpajan sinar matahari. Keratosis seboroik yang multipel dapat familial
dengan pewarisan dominan autosomal. Lesi yang banyak dapat terjadi setelah peradangan kulit
atau manifestasi dari keganasan viseral dan akantosis nigrikans (tanda Leser-Trelat dan berupa
erupsi mendadak keratosis seboroik)
Gambaran Klinis
Terdapat banyak varian klinis. Pada lesi awal terdapat batas yang tegas, permukaan rata, kusam,
dan berwarna kecoklatan. Seiring perkembangannya, lesi menjadi berbentuk papul, permukaannya
verukosa, stuck-on, mengkilat, dan terdapat kista pseudohorn.
Jenis varian :
 Stucco keratosis
 Dermatosis papulosa nigra
 Inverted follicular keratosis
 Lichenoid keratosis
 Large cell acanthoma
 Flat seborrheic keratosis
Diagnosis Banding :
 Lentigo senilis/solaris
 Nevus melanositik
 Melanoma maligna
 Karsinoma sel basal
Pemeriksaan Penunjang
a. Dermoskopi
11
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Milia-like cysts, comedo-like openings, light-brown fingerprint-like structures, cerebriform
pattern(gyrus & sulci).6
b. Histopatologi
Tampak akantosis, papillomatosis, kista pseudohorn, dan hiperkeratosis.
Penatalaksanaan
 Kuretase, krioterapi
 Bedah listrik (elektrodesikasi) memiliki efektivitas yang sama dibanding laser CO2 dengan
biaya yang lebih murah.
 Laser CO2 ablatif memiliki efikasi yang hampir sama seperti tindakan bedah listrik
(elektrodesikasi) dan memiliki outcome yang memuaskan.
 Potassium-titanyl-phosphate (KTP) laser memperlihatkan perbaikan yang serupa dalam
tatalaksana dermatosis papulosa nigra pada 14 subjek.
 QS Nd: YAG 1064 mm (long pulsed). Penggunaannya pada untuk keratosis seboroik
mencapai resolusi sebesar 70-90% pada dua orang pasien.
Edukasi
 Penyakit dan penyebabnya
 Pilihan terapi dan efek samping
 Prognosis
Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : bonam-dubia ad bonam

2. Fibroma mole
Definisi
12
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Fibroma mole (FM) adalah tumor jinak pada usia pertengahan yang terdiri dari jaringan fibrosa
longgar, terdapat terutama di daerah leher dan lipatan.
Epidemiologi
Kelainan ini sering ditemukan pada perem-puan usia pertengahan, menopause dan usia lanjut.
Etiopatogenesis
FM merupakan jaringan fibrosa longgar dengan epidermis yang tipis, kadang-kadang
dihubungkan dengan diabetes melitus, akromegali, dan polip intestinal.
Gambaran Klinis
Secara klinis, fibroma mole berupa papul bertangkai, lunak, ukuran bermacam-macam, biasanya
2 mm di leher atau aksila, dan ada pula yang besar 1 cm atau lebih di badan. Warna, seperti kulit,
tetapi dapat pula hiperpigmentasi. Lokasi yang sering adalah leher bagian lateral. Dapat pula
ditemukan di muka, dada, punggung, dan selangkangan.
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologis yang menunjukkan papilomatosis, hiperkeratosis,
dan akantosis. Jaringan ikat terdiri atas serat kolagen longgar dan bila besar, mengandung sel
lemak ditengahnya.
Diagnosis Dan Diagnosis Banding
Diagnosis ditegakkan dengan gambaran klinis dan bila perlu, dengan tambahan pemeriksaan
histopatologis. Diagnosis banding: neurofibroma, keratosis seboroik yang bertangkai.
Tata Laksana
Nonmedikamentosa: belum ada
Medikamentosa: diberikan untuk mencegah trauma, initasi, atau alasan kosmetik. Dapat dilaku-
kan eksisi atau destruksi dengan bedah skalpel, bedah listrik, bedah beku, dan bedah Laser.
Prognosis
Baik, fibroma mole yang kecil dan bertangkai dapat putus dan terjadi perdarahan kecil.

13
Buku Ajar | TUMOR KULIT
3. Kista epidermal
Definisi
Kista dengan dinding berasal dari epidermis atau epitel folikel rambut. Lesi berkembang dari
folikel pilosebasea dan berisikan keratin. Umumnya ditemukan pada wanita atau pria dewasa.
Nama lain yaitu follicular cyst-infundibular type, keratin cyst, epidermal inclusion cyst, dan
epithelial cyst. Milia secara histopatologi merupakan kista epidermoid yang berukuran kecil.
Gambaran Klinis
Nodul dermis atau subkutan yang dapat digerakkan (mobile) dengan jaringan bawah kulit dan
memiliki pungtum pada tengah lesi. Lesi yang tidak berkaitan dengan trauma biasanya berlokasi
pada dada bagian atas, punggung bagian atas, leher, dan kepala sedangkan lesi yang berkaitan
dengan trauma berada pada telapak tangan, telapak kaki, dan bokong. Lesi biasanya sewarna kulit
dan terdapat bau yang tidak sedap seperti keju. Kista biasanya tumbuh secara lambat, asimtomatik,
namun sering pecah. Pada kista yang pecah dapat meradang dan nyeri.
Diagnosis Banding :
 Steatocystoma multiplex
 Kista pilar
 Lipoma
 Bisul (furunkel, karbunkel) atau acne cyst
 Furunkulosis
Pemeriksaan Penunjang :
a. Histopatologi
Nampak epitel skuamosa berlapis dengan lapisan granular yang intak dengan kista yang
berisi debris keratin eosinofilik.
b. Ultrasonografi
Nampak massa hyphoechoic pada bidang subkutan dengan muara punctum di epidermis.
Penatalaksanaan
Medikamentosa : antibiotik golongan sefalosporin untuk Staphylococcus pada kista epidermal
yang mengalami inflamasi.
Tindakan :
a. Surgical excision
Insisi, pengeluaran isi keratin, dan eksisi dari dinding kista merupakan teknik yang paling
sering dilakukan. Rekurensi sebanyak 3%.3 Minimal insisi dengan besar 3 mm dapat
digunakan pada kista epidermoid pada wajah dengan diameter kurang dari 1 cm. Pada
metode ini didapatkan luka yang minimal dan hasil kosmetik yang lebih baik.
b. Laser
 Laser karbon dioksida : Untuk melakukan eksisi minimal dilaporkan dapat
menghilangkan secara total kista epidermoid pada 21 pasien.

14
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Laser erbium: yttrium aluminum garnet (Er:YAG). Dilaporkan dapat mengecilkan
kista epidermoid tanpa bekas luka pada 23(92%) dari 25 pasien.
Edukasi
 Penyakit dan penyebabnya
 Cara pencegahan
 Pilihan terapi dan efek samping
 Prognosis
Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : bonam-dubia ad bonam
 Menghilangkan semua dinding kista diperlukan untuk mencegah berulangnya penyakit.

4. Keloid
Definisi
Keloid adalah penyembuhan dengan pertumbuhan berlebihan jaringan ikat melebihi ukuran
Iuka, sedangkan parut hipertrofi sesuai dengan ukuran Iuka dan akan mengalami resolusi. Nama
lain keloid adalah Keloid dan skar (sikatriks) hipertrofi.
Epidemiologi
Keloid lebih banyak dijumpai pada ras kulit hitam dibandingkan dengan kulit putih dan
perempuan lebih sering dari lelaki.
Etiopatogenesis
Faktor lokal, misalnya benda asing dalam kulit, Iuka bakar, dan infeksi. Faktor lainnya,
misalnya ras, familial, dan hormonal. Pada keloid yang matang, miofibroblas yang terlihat dalam
15
Buku Ajar | TUMOR KULIT
jaringan granulasi sudah tidak ada dan kadang-kadang berkas miofilamen terlihat dalam fibroblas.
Gambaran Klinis
Keloid dan parut hipertrofik berupa lesi padat kemerahan dan menimbul dengan permukaan
licin dan berkilat. Kelainan ini dapat tumbuh terus, tetapi bila mengalami resolusi pertumbuhan
akan berkurang dan warna akan lebih pucat. Setelah 2-3 bulan, bila pertumbuhan masih terjadi dan
melebihi ukuran Iuka, kemungkinan besar akan menjadi keloid. Keloid lebih banyak tumbuh di
daerah predileksi dada, punggung dan deltoid.
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologi yang menunjukkan serat kolagen yang tersusun,
seperti nodus, tersusun konsentris, serta tumbuh 265 perlahan menjadi kolagen yang tebal dan
padat. Pada keloid, perkembangan ini terus berlanjut, sedangkan pada skar hipertrofik, berkas
kolagen berangsur-angsur menipis dan tersusun lurus sesuai dengan permukaan kulit.
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis dari gambaran klinis biasanya mudah dengan adanya riwayat trauma atau radang kulit
sebelumnya. Bila perlu, ditambah dengan pemeriksaan histopatologis. Keloid dapat juga tumbuh
spontan, biasanya di daerah prestemal atau dada atas. Diagnosis banding ialah dermato fibroma.
Akan tetapi, tumor ini agak hiperpigmentasi.
Tata Laksana
Nonmedikamentosa: menghindari trauma, radang, atau infeksi di daerah predileksi.
Medikamentosa:
 Kortikosteroid intralesi, misalnya triamsinolon asetonid 10 mg/ml, disuntikkan kira-kira
0,1 ml dalam setiap 1 ml jaringan keloid. Maksimum 2 ml setiap minggu.
 Sitostatik: 5-Fluorourasil intralesi 50 mg/ml, 0,5-2 ml setiap minggu.
 Tekanan dengan bebat tekan atau gel silikon.
 Eksisi pada keloid kecil atau keloid yang dapat dieksisi dengan penutupan kulit yang
mudah dan tidak teregang, kemudian diberikan kortikosteroid intralesi atau bebat tekan
untuk mengurangi rekurensi. Dapat pula diberikan krim imiquimod 5% sesudah eksisi.
 Topikal krim centella asiatica atau ekstrak cephae, namun hasil belum memuaskan.
Prognosis
Harus diperhatikan kemungkinan timbulnya keloid pada Iuka, trauma, atau infeksi di daerah
predileksi dan eksisi keloid pada tempat tersebut, kemungkinan besar akan menimbulkan rekurensi
sehingga penatalaksanaan harus hati-hati.

16
Buku Ajar | TUMOR KULIT
5. Nevus Verukosus
Definisi
Tumor epidermal yang ditandai dengan hiperkeratosis dari keratinosit dan permukaan verukosa.
Gambaran Klinis
Nevus verukosus ditandai dengan papul verukosus terlokalisasi atau difus, rapat, sewarna kulit,
coklat atau coklat keabuan, yang dapat menyatu membentuk plak papilomatosa yang berbatas
tegas. Konfigurasi linear sering ditemukan di ekstremitas dengan distribusi pada garis Blaschko’s
atau relaxed skin tension lines. Systemized epydermal nevus adalah nevus verukosus dengan
distribusi luas (ektensif) termasuk didalamnya nevus unius lateris yaitu nevus epidermal dengan
distribusi setengan badan dan histriks ikhtiosis, nevus epidermal dengan distribusi bilateral.
Umumnya konfigurasi transversal di tubuh dan linear di ekstremitas. Inflammatory linear
verrocous epidermal nevus (ILVEN) adalah varian nevus verukosus yang ditandai pruritus, eritema
dan sisik. Terutama ditemukan di bokong dan ekstremitas bawah.
Diagnosis Banding
 Liken striatus
 Linear Darier disease
 Linear porokeratosis
 Liken planus linear
 Psoriasis
 Inkontinensia pigmenti
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi: ditemukan gambaran akantosis, papilomatosis dan hiperkeratosis, serta
elongasi dari rete ridges.
Pada ILVEN menunjukkan infiltrat peradangan kronik di dermis, hiperplasia epidermal
psoriasiform dan parakeratosis
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
 5-FU topikal
17
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Podofilin
 Tretinoin topikal
 Calcitriol
Tindakan :
 Bedah beku
 Bedah laser
 Bedah eksisi
Edukasi
 Penyakit dan penyebabnya
 Pilihan terapi dan efek samping
 Prognosis
Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

6. Siringoma
Definisi
Tumor jinak adneksa yang terbentuk dari elemen duktus berdiferensiasi ke arah eccrine
acrosyringium.
Gambaran Klinis
18
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Papul multipel, padat, sewarna kulit atau agak kekuningan
 Pada wajah terutama kelopak mata bawah
 Lebih sering pada wanita dewasa
 Siringoma eruptif, ditandai dengan papul multipel, diseminata, kadang berkonfluens
terutama pada tubuh bagian setengah atas biasanya mengenai gadis pubertas atau dewasa
muda
Diagnosis Banding
 Trikoepitelioma
 Hiperplasia sebasea
 Steatosistoma multiplex
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi: pada dermis ditemukan gambaran duktus ekrin multipel menyerupai
tanda koma (comma-like) atau tadpoles.
Penatalaksanaan
Non medikamentosa :
 Elektrokauter (bedah listrik)
 Bedah laser
 Bedah eksisi
 Dermabrasi
Medikamentosa :
Isotretinoin oral, terutama untuk tipe eruptif
Edukasi
 Perjalanan penyakit
 Tatalaksana
 Prognosis
Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

19
Buku Ajar | TUMOR KULIT
7. Trikoepitelioma
Definisi
Tumor jinak folikel rambut, merupakan varian dari trikoblastoma.
Gambaran Klinis
Terdiri dari 3 bentuk, yaitu:
a. Soliter
Terutama papul, kecil (diameter 5-8 mm), sewarna kulit. Lokasi pada wajah terutama
sekitar hidung, bibir atas dan pipi. Kadang lesi juga timbul pada badan, leher, dan skalp.
Dapat membesar terutama pada paha dan regio perianal. Sering ditemukan pada pasien usia
lanjut.
b. Multipel
Biasa timbul pada remaja, pada sindrom Brooke-Spiegler, berupa papul padat, mengkilat
dalam jumlah banyak pada wajah dengan predileksi di bibir atas, lipatan nasolabial dan
kelopak mata. Dapat juga tampak pada sindrom Rombo, lupus eritematosus sistemik dan
myasthenia gravis.
c. Desmoplastik
Biasa terjadi pada wanita muda, berupa plak anular sklerotik, soliter padat, sewarna kulit
sampai putih keabuan dengan depresi sentral terletak di pipi atas atau sudut bibir.
Berukuran 1 cm dan asimtomatik.
Diagnosis Banding
 Trikoepitelioma
 Hiperplasia sebasea
 Steatosistoma multipleks
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi, terutama pada tipe desmoplastik yang mirip dengan karsinoma sel
basal. Ditemukan kista tanduk (horn cyst) dalam berbagai ukuran dan pulau basaloid.
20
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
 Imiquimod topikal
 Tretinoin
Tindakan :
 Bedah listrik
 Bedah eksisi
 Bedah beku
 Bedah laser
Edukasi
 Perjalanan penyakit
 Diagnosis penyakit
 Prognosis
V. Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

8. Dermatofibroma
Definisi
Tumor jinak fibrohistiositik kulit yang sering ditemukan. Nama lain: fibroma simpleks, nodular
21
Buku Ajar | TUMOR KULIT
subepidermal fibrosis, histiositoma, dermal dendrositoma, histiositoma fibrosa, sklerosing
hemangioma.
Gambaran Klinis
Tumor padat, ”dome shaped” berupa papul/nodulus/nodul, asimptomatik, berukuran beberapa
mm hingga 10 mm, dapat mencapai 2 cm sebagai ukuran terbesar. Tumor dapat timbul soliter,
multipel maupun eruptif. Pada umumnya warna tumor hiperpigmentasi, kecoklatan namun dapat
pula berwarna pink, eritema atau sewarna kulit. Etiologi diduga trauma, pasca-insect bite. Tumor
ini banyak ditemukan pada orang dewasa, wanita lebih sering, dengan predileksi tersering pada
tungkai bawah. Pada palpasi, tumor teraba melekat pada kulit hingga lapisan subkutan; apabila
dilakukan “pinching”/cubitan dari tepi, lesi akan melekuk ke dalam kulit, disebut dimple sign.
Diagnosis Banding
 Nevus melanositik
 Kista fibrosis atau neoplasia mesenkimal lain
 Dermatofibrosarkoma protuberans (apabila lesi besar, multilobular dan tidak berbatas
tegas)
Pemeriksaan Penunjang
 Histopatologi
 Dermoskopi
Penatalaksanaan
 Tidak diperlukan terapi khusus karena asimtomatik
 Tindakan bedah pisau untuk biopsi dan eksisi keseluruhan jaringan tumor, apabila: Lesi
dicurigai ganas. Biasanya lesi dengan pertumbuhan cepat dan besar. Margin dari lesi
disarankan mencapai 3 mm serta hingga terangkat lapisan subkutan. Kemudian dilanjutkan:
pemeriksaan imunohistokimia. Menyebabkan keluhan subjektif (gatal/nyeri). Bila terdapat
di lokasi yang rentan trauma berulang.
 Shave excision
 Bedah beku (bertujuan untuk mendatarkan lesi)
 Pulsed dye laser 600 nm
 Injeksi triamsinolon asetonid
 Laser CO2 (untuk lesi multipel di wajah)
Edukasi
 Menjelaskan dan meyakinkan pasien bahwa dermatofibroma merupakan tumor jinak
sehingga tidak perlu dilakukan tindakan apapun.
 Tindakan menghilangkan lesi dermatofibroma yang secara klinis jinak, dengan tujuan
estetik tidak direkomendasikan. Namun demikian apabila terdapat kecurigaan keganasan,
pertumbuhan yang cepat, bentuk yang iregular serta lokasi yang tidak biasa diperlukan
tindakan pembedahan.
Prognosis
Dermatofibroma adalah tumor jinak. Meskipun ada yang mengalami percepatan pertumbuhan,
22
Buku Ajar | TUMOR KULIT
namun sebagian besar akan statis bertahun-tahun. Sebagian tumor ada pula yang mengalami
regresi spontan meninggalkan makula hipopigmentasi. Pertumbuhan lesi menjadi ganas terjadi
pada 20% kasus namun jarang bermetastasis.
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9. Nevus flameus
Definisi
Malformasi kutaneus vaskular, yang melibatkan postcapillary venule. Nama lain: port wine stain
Gambaran Klinis
Lesi berupa makula eritematosa atau kebiruan, tepi ireguler, muncul sejak lahir dan tidak pernah
hilang spontan. Umumnya ditemukan pada wajah di area persarafan nervus trigeminus. Seiring
bertambahnya usia, warna lesi akan bertambah gelap dan dapat disertai munculnya papul dan
nodus vaskular diatasnya.
Diagnosis Banding
 Sarkoma Kaposi
 Nevus Unna
Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi: telangiektasia dapat ditemukan secara histologis setelah usia 10 tahun. Dilatasi
kapiler pada lapisan dermis superfisial yang seiring dengan bertambahnya usia akan merambah ke
pembuluh kapiler di lapisan dermis yang lebih dalam hingga subkutan.
Penatalaksanaan
Bedah laser pulse dye
23
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Edukasi
 Edukasi mengenai penyakitnya, nevus flammeus tidak bisa berinvolusi seperti
hemangioma, progesivitas dari nevus flammeus, bisa terjadi: perubahan warna, lebih gelap
atau keunguan, dan terbentuk papul atau nodul vaskular (cobble stone formation). Terapi
lebih awal memberikan hasil yang memuaskan.
 Nevus flammeus bisa berdiri sendiri atau merupakan tanda dari beberapa sindrom, yakni
Sturge-Weber syndrome (SWS; encephalotrigeminal angiomatosis), Klippel-Trenaunay
syndrome, Cobb syndrome, dan Proteus syndrome (PS).
 Pasien dengan nevus flammeus lokasi yang luas di area wajah, patut dicari adanya
gangguan pada mata, dan nervus trigeminal, dapat dilakukan MRI pada kepala untuk
mencari lesi intrakranial (Sturge-Weber syndrome SWS; encephalotrigeminal
angiomatosis).
 Nevus flameus dengan lokasi di ekstremitas, diperlukan pemerikaan lengkap seperti
ultrasonography, ultrasonografi Doppler, MRI, lymphoscintigraphy untuk mencari adanya
trombus di ekstremitas.
 Nevus flameus dengan kelainan nevus epidermal, makrosomia lokal, limb gigantism,
hipoplasia dermal, cerebriform palmar atau hiperplasia palmar, choristomas pada mata,
visceral hamartomas, dan deposisi lemak abnormal merupakan sindrom Proteus.
Prognosis
Bila hanya malformasi kapiler saja:
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Bila merupakan gejala dari sindrom:
 Quo ad vitam : dubia ad malam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
 Quo ad sanactionam : dubia ad malam

24
Buku Ajar | TUMOR KULIT
10. Limfangioma
Definisi
Hiperplasia dan dilatasi pembuluh limfe akibat kelainan kongenital malformasi sistem limfatik.
Kelainan dapat bermanifestasi berbentuk vesikel yang berisikan cairan limfe, biasanya terdapat
pada daerah wajah dan ditemukan pada usia kurang dari dua tahun. Nama lainnya adalah
lymphangioma circumscriptum.
Gambaran Klinis
Lesi berupa kumpulan vesikel yang berisikan cairan bening maupun cairan serohemoragik. Lesi
mempunyai batas difus dan dapat menyerang struktur disekitarnya.
Diagnosis Banding
 Angiokeratoma
 Hemangioma
 Malformasi vena
 Limfangiektasia/limfangioma akuisita
Pemeriksaan Penunjang
a. Histopatologi
Pada sediaan terlihat dilatasi dari pembuluh limfe dengan endotelium yang datar dan tidak
ditemukan sel darah.
b. Ultrasonography (USG)
Menyingkirkan malformasi arteriovenosa (highflow). Pada limfangioma didapatkan jenis
slow-no flow dan dapat dinilai ekstensi dan luas malformasi.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Bila terdapat kecurigaan kelainan melibatkan pembuluh besar dan memerlukan tindakan
25
Buku Ajar | TUMOR KULIT
berbeda.
d. Dermoskopi
Red-blue lacunas, red-bluish to red black homogenous areas.
Penatalaksanaan
 Bedah pisau
 Skleroterapi Dengan menggunakan OK-432 Dengan menggunakan bleomisin A5
 Prosedur destruktif : Radiofrequency ablation atau Bedah laser CO2
Edukasi
 Penyakit dan penyebabnya
 Pilihan terapi dan efek samping
 Prognosis
Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanactionam : bonam-dubia ad bonam

26
Buku Ajar | TUMOR KULIT
11. Leukoplakia
Definisi
Lesi berwama putih pada selaput lendir (mukosa) yang tidak dapat dihilangkan dengan cara
digosok dan terjadi karena berbagai faktor, antara lain hiperkeratosis dan maserasi. Nama lainnya
adalah Leukokeratosis.
Epidemiologi
Prevalensi leukoplakia pada populasi umum berkisar antara 2-4%, dan 14% terdapat perokok.
Laki-laki dua kali lebih banyak dari pada perempuan. Dapat mengenai semua umur, tetapi yang
dihubungkan dengan karsinogenesis biasanya pada dekade kelima sampai ketujuh.
Etiopatogenesis
Leukoplakia ini dihubungkan dengan pema kaian alkohol dan tembakau, di samping trauma
kronik dan infeksi. Leukoplakia ini juga terdapat pada penyakit genetik, yaitu diskeratosis
kongenita. Mutasi kromosom 3, meningkatnya ekspresi p53, inaktivasi p16, dan meningkatnya
aktivitas telomerase pemah dilaporkan terdapat pada leukoplakia dengan sel-sel yang displastik.
Keterlibatan human papilloma virus (HPV) juga dilaporkan, yaitu HPV tipe 11 dan 16.
Gambaran Klinis
27
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Leukoplakia dapat timbul di mukosa oral dan anogenital berupa plak putih yang asimto matik
dan asimetris. Permukaannya kasar atau granular, dapat juga lunak dan licin. Beberapa lesi
memperlihatkan campuran dengan wama kemerahan sehingga disebut eritroleukoplakia. Walaupun
leukoplakia sering dihubungkan dengan kemampuannya untuk menjadi ganas, bagian yang
berwama merah lebih besar kemungkinannya menjadi ganas. Selain lesi di atas, leukoplakia dapat
berbentuk verukosa atau nodular. Pada wanita tua, terdapat lesi pada mukosa oral yang disebut
leukoplakia verukosa proliferatif, yang separuhnya dihubungkan dengan penggunaan tembakau.
Biasanya lesi tersebut muncul setelah 10-20 tahun menderita leukoplakia yang homogen.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang ialah biopsi dan pemeriksaan histopatologik. Gambaran histopa tologik
menunjukkan hiperkeratosis dengan para atau ortokeratosis, akantosis, atau atrofi epitelial serta
peradangan kronik. Dapat terlihat fokal kandidiasis. Pada pemeriksaan histopatologik didapatkan
lebih kurang S-34% displasia, karsinoma insitu, atau karsinoma sel skuamosa invasif. Displasia
dibagi atas ringan, sedang dan berat, disebut displasia ringan bila displasia tersebut hanya terdapat
pada sepertiga epitel. Displasia sedang bila terdapat antara sepertiga sampai duapertiga epitel dan
berat bila seluruh epitel terkena, tetapi bukan fullthickness {bila ful/thickness disebut karsinoma
insitu).
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis ditegakkan dengan gambaran klinik dan histopatologik. Diagnosis banding meliputi
kandidosis, liken planus, sifilis, liken sklerosus, leukoderma, keratosis perokok, penyakit Darier,
dan cheek biting. Kecuali kandidiasis, diagnosis banding yang lain dapat dibedakan dengan
pemeriksaan histopatologik.
Tatalaksana
Tatalaksana nonmedikamentosa adalah anjuran untuk menghentikan pemakaian alkohol atau
tembakau, sedangkan medikamentosa yang merupakan pilihan adalah bedah eksisi. Topikal 5-
fluorourasil, laser dan bedah beku juga dapat digunakan.

28
Buku Ajar | TUMOR KULIT
12. Bowen disease
Definisi
Penyakit Bowen (PB) adalah bentuk karsinoma sel skuamosa (KSS) insitu, dapat mengenai
kulit, dan selaput lendir serta berpotensi untuk berubah menjadi KSS invasif. Nama lain penyakit
ini adalah Karsinoma sel skuamosa in situ.
Epidemiologi
Penyakit ini dapat timbul pada orang dewasa, tetapi jarang terdapat pada usia di bawah 30 tahun.
Biasanya, ditemukan pada orang-orang di atas 60 tahun. Kemungkinan untuk mendapatkan
penyakit ini hampir sama pada perempuan dan laki-laki walaupun terdapat kecenderungan pada
perempuan. lnsiden di Minesota pada tahun 1991 adalah 14 per 100.000 penduduk kulit putih. Di
Hawaii, pada tahun 1994, sebesar 142 per 100.000 penduduk kulit putih.
Etiologi Dan Patogenesis
Beberapa faktor diduga sebagai penyebab penyakit ini, antara lain pajanan sinar matahari dan
radiasi ionisasi. Hal ini diperkirakan karena daerah predileksi, jarang terdapat pada orang kulit
berwarna, dan meningkat pada penderita yang mendapatkan terapi Psoralen Ultra Violet A
(PUVA). Pajanan terhadap arsen atau paraquat juga diduga menjadi penyebab. Penyakit Bowen
dapat ditemukan pada penderita imunosupresi setelah menjalankan transplantasi ginjal. Virus
papiloma humanus (HPV) tipe 16 banyak ditemukan pada penderita PB anogenital dan beberapa
PB pada jari dan periungual.
Gambaran Klinis
Umumnya, lesi berupa plak eritematosa berbatas tegas, tepi tidak teratur dan di atasnya terdapat
29
Buku Ajar | TUMOR KULIT
skuama atau krusta. Membesar perlahan, dapat menjadi hiperkeratotik dan verukosa, serta
berpigmen pada 2% kasus. Lesi berukuran beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter dengan
predileksi pada daerah terpajan matahari, seperti kepala dan leher serta tungkai bawah pada
perempuan. Walaupun demikian, semua bagian tubuh dapat terkena. Selain bentuk lesi di atas,
ditemukan juga varian PB yang lain. Penyakit Bowen intertriginosa memberikan gambaran klinis
sebagai plak eritematosa yang basah atau plak yang berpigmentasi. Penyakit Bowen periungual
gambarannya adalah plak tipis eritematosa yang berskuama di sekeliling kutikula, erosif, krusta,
diskolorisasi kuku, atau onikolisis, plak verukosa atau destruksi nail plate. Pada daerah selaput
lendir, terdapat papul verukosa atau polipoid dan plak eritroplakia atau plak eritematosa, seperti
beludru. Selain anogenital, daerah mukosa lainnya dapat terkena, misalnya rongga mulut dan
konjungtiva.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah biopsi dan pemeriksaan histopatologik.
Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa kelainan PB hanya terbatas pada epidermis.
Stratum komeum hiperkeratotik dan umumnya parakeratotik. Epidermis akantosis dan kadang-
kadang ditemukan hiperplasia psoriasiformis. Sel keratinosit atipik dan memperlihatkan gambaran
windblown. Polatas epidermis menghilang dan proses maturasi keratinosit tidak ada. Keterlibatan
adneksa kulit dengan adanya infiltrasi sel atipik kedalam pilosebasea dapat terlihat. Pada lesi yang
berpigmen, terdapat hiperpigmentasi di sepanjang lapisan basal dan proliferasi melanofag dermis.
Batas antara epidermis dan dermis tegas serta membran basalis utuh. Dermis atas memperlihatkan
adanya infiltrat peradangan kronik.
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan histopatologis. Diagnosis banding ialah
dermatitis, karsinoma sel basal superfisial, psoriasis, liken planus, keratosis aktinik, keratosis
seboroik yang teriritasi, atau melanoma amela notik. Lesi hiperkeratosis atau verukosa sulit
dibedakan dengan veruka vulgaris, keratosis seboroik dan lesi yang berpigmentasi biasanya
dibedakan dengan melanoma.
Tatalaksana
Nonmedikamentosa: menghindari sinar matahari.
Medikamentosa: eksisi, elektrodesikasi dan kuretase, bedah beku, kemoterapi topikal dengan 5-
fluoraurasil (5-FU), immune response modifiers drug (imiquimod) topikal, laser, radiasi, dan photo
dynamic therapy (PDT). Sebaiknya, pengobatan memperhatikan ukuran dan lokasi Jesi,
karakteristik penderita dan umur, serta kemampuan penyembuhan. Tindakan bedah merupakan
terapi pilihan dengan kemungkinan sembuh 95%. Biasanya, eksisi sederhana ditujukan pada lesi
yang lebih kecil. Untuk mencapai hasil yang baik, sebaiknya eksisi dibuat dengan batas tepi 4 mm
di Juar Jesi. Pada lesi yang lebih besar dan rekuren, sebaiknya digunakan bedah Mohs karena dapat
mengontrol batas tepi lesi seakurat mungkin. Bedah Mohs juga digunakan untuk daerah nail bed
dan periungual. Kuretase memberikan kemungkinan penyem buhan 60-95%, sedangkan bila
dikombinasikan dengan kauterisasi, memberikan hasil sebesar 80-90%. Keberhasilan bedah beku
dikatakan 34% walaupun ada penelitian yang mendapatkan 96- 97%. Topikal 5-FU berkisar antara
10-20% hingga 66-92%. Pemberian imiquimod topikal memberi kan penyembuhan 93%. Laser
digunakan untuk daerah yang sulit, seperti jari atau genitalia. Radio terapi digunakan dengan
penyembuhan antara 89-100%. Akan tetapi, pada tungkai bawah, pe nyembuhan dengan terapi ini
buruk sehingga tidak direkomendasikan. Untuk daerah tersebut, dapat digunakan PDT, dengan
kemungkinan penyembuhan lebih kurang 90%.
Prognosis
30
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Prognosis penderita PB baik, tetapi kemung kinan PB berubah menjadi KSS invasif sebesar 5%.
Selain itu, PB juga merupakan petanda adanya kanker kulit nonmelanoma (KKNM) dan mungkin
keganasan internal bila penyebabnya adalah arsen. Bila PB terdapat di daerah vulva maka
dihubungkan dengan keganasan uterus, serviks dan vagina.

13. Karsinoma Sel Basal


Definisi
Tumor ganas yang berasal dari lapisan epidermis, tumbuh secara lambat, dan lokal invasif.
Merupakan kanker kulit tipe non-melanoma yang paling sering terjadi. Penyakit ini berhubungan
dengan pajanan sinar matahari dan jarang terjadi metastasis.
Gambaran Klinis
a. Nodular
Paling sering terjadi dan muncul di daerah yang sering terpajan sinar matahari.
b. Berpigmen
Mempunyai kemiripan dengan tipe nodular namun berwarna (biru, hitam, dan kecoklatan)
karena mengandung melanin.
c. Superfisial
Tipe lesi yang paling tidak agresif, namun sering multifokal, dan biasanya muncul di badan
maupun ekstremitas.
d. Morfeaformis
Lesi yang paling jarang terjadi dan sering ditemukan pada wajah. Menyerupai skar atau
keloid berbatas difus, merupakan tipe risiko tinggi.
e. Ulseratif
Termasuk ulkus rodens dan ulkus terebrans, berhubungan dengan destruksi lokal.
f. Varian lain
Yaitu: basoskuamosa, keratotik, dan fibroepitelioma pinkus.

31
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Diagnosis Banding
 Keratosis aktinik
 Karsinoma sel skuamosa
 Penyakit Bowen
 Keratoacanthoma
 Melanoma
 Dermatitis
 Psoriasis
 Tinea korporis
 Keratosis seboroik
 Moluskum kontagiosum
 Angiokeratoma
 Karsinoma sebasea
 Morphea/skleroderma lokalisata
Pemeriksaan Penunjang
a. Dermoskopi
Gambaran blue-black globules, leaf like structures, spoke wheels, ulcers, danarborizing
vessel.
b. Histopatologi
Dilakukan jika secara klinis masih terdapat diagnosis banding, lesi kulit berada pada daerah
risiko tinggi seperti daerah tengah wajah (sekitar mulut, mata, , dan hidung), dan pada
kasus yang memerlukan gambaran histopatologi lesi untuk menentukan pilihan terapi dan
prognosis.
c. Computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI)
Bila ditemukan tanda dan gejala menunjukkan keterlibatan tulang, saraf yang besar, mata,
dan kelenjar parotis
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
 Imiquimod :Dihubungkan dengan perbaikan pada gambaran histopatologi. Namun, pada
penelitian yang lain disebutkan penggunaan krim imiquimod memiliki tingkat keberhasilan
yang lebih rendah dibandingkan dengan operasi.
 Sonidegib
 Vismodegib
 5-fluorouracil (5-FU)
 Topical tazarotene 0.1%
 Zycure** (0.005% mixture of solasodine glycosides)
32
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Tindakan :
a. Bedah eksisi
 Baik dilakukan pada karsinoma sel basal primer.
 Lebih efektif dibandingkan radiasi.
 Lebih efektif dibandingkan photodynamic therapy (PDT) dengan 5-aminolevullinic
acid (5ALA) (-PDT 5-ALA) untuk penanganan karsinoma sel basal tipe nodular.
 Lebih efektif dalam menghilangkan karsinoma sel basal tipe nodular namun
penampakan kosmetik dapat lebih buruk dibandingkan dengan pemakaian PDT
dengan methyl-aminolevulinate (MAL).
b. Mohs micrographic surgery
 Pilihan pada karsinoma sel basal yang primer maupun sekunder.
 Sebesar 3% lesi primer yang diterapi dengan bedah eksisi berbanding 2% lesi
primer yang diterapi bedah mikrografik Mohs mengalami rekurensi dalam
pemantauan 30 bulan.
 Biaya yang dikeluarkan bedah mikrografik Mohs secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan bedah eksisi.
 Namun, angka cost-effective bedah mikrografik Mohs vs bedah eksisi belum
mencapai 50%.
c. Destructive surgical techniques
d. Kauter dan kuret
Pilihan yang baik untuk low-risk karsinoma sel basal.
e. Cryosurgery
Aman dan efektif pada kanker kulit non-melanoma.
f. Carbon dioxide laser ablation
Dapat digunakan pada low-risk karsinoma sel basal.
g. Photodynamic therapy (PDT)
Terapi kombinasi dengan ALA atau MAL
Konsultasi :
 Radioterapi: terkait tatalaksana radioterapi
 Hematologi dan onkologi medik: terkait tatalaksana kemoterapi
Edukasi
 Penyakit dan penyebabnya
 Proteksi terhadap sinar matahari : Dengan penggunaan tabir surya SPF 15 menunjukkan
pengurangan insidens karsinoma sel skuamosa berikutnya namun tidak tidak terdapat
proteksi yang signifikan pada karsinoma sel basal.
 Celecoxib : Dapat mengurangi berkembangnya karsinoma sel basal.

33
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Obat anti inflamasi non-steroid dihubungkan dengan berkurangnya risiko karsinoma sel
basal pada pasien dengan risiko tinggi.
 Penggunaan nikotinamid oral aman dan efektif dalam mengurangi kemunculan kanker kulit
non-melanoma dan keratosis aktinik pada pasien dengan risiko tinggi.
 Pilihan terapi dan efek samping
 Prognosis
Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fuctionam : dubia ad malam
 Quo ad sanactionam : dubia ad malam.
 Pasien dengan kanker non-melanoma mempunyai angka 30-50% untuk mendapatkan lesi
yang kedua dalam waktu 5 tahun.

14. Karsinoma sel skuamosa


Definisi
Tumor ganas non-melanoma yang berasal dari keratosit epidermis supra-basal. Umumnya
timbul pada bagian tubuh yang terpajan matahari dan sebagian besar timbul dari lesi prekursor
34
Buku Ajar | TUMOR KULIT
seperti keratosis aktinik, penyakit Bowen, luka bakar dan penyakit kulit kronis lain.
Faktor Predisposisi
 Lesi prekursor (keratosis aktinik, penyakit Bowen)
 Pajanan ultraviolet
 Pajanan radiasi ionisasi
 Pajanan terhadap karsinogen lingkungan
 Imunosupresi
 Skar
 Luka bakar atau pajanan panas yang lama
 Ulkus kronik atau dermatosis inflamasi
 Infeksi human papilloma virus
 Genodermatosis (albinism, xeroderma pigmentosum, porokeratosis, epidermolisis bulosa)
 Mutasi P53, Bcl2, dll
Gambaran Klinis
Pada populasi kulit putih lesi kulit biasanya ditemukan pada daerah yang terpajan sinar matahari
seperti kepala, leher, dan punggung tangan. Pada populasi kulit berwarna terdapat distribusi yang
sama baik ditempat yang sering terpajan matahari maupun tidak. Tumor biasanya soliter,
merupakan kelanjutan dari lesi prekursor.
Gambaran Tumor Risiko Tinggi (NCCN 2012) :
 Area M ≥10 mm
 Area H ≥6 mm
 Poorly defined
 Rekurensi
 Imunosupresi
 Site of prior RT atau proses inflamasi kronis
 Tumor yang berkembang dengan cepat
 Gejala neurologi
 Patologi :Moderately or poorly differentiated histology, Subtipe akantolitik,
adenoskuamosa atau desmoplastik
 Kedalaman: ≥2 mm atau Clark levels IV,V
 Keterlibatan perineural atau vaskular
Dikatakan tumor risiko tinggi apabila ada salah satu tanda diatas
M: “medium” risk : daerah kening, kulit kepala, pipi, dan leher
H: “High” risk : wajah bagian tengah, , periaurikular, kelopak mata, periorbital, hidung, pelipis,
dan bibir
35
Buku Ajar | TUMOR KULIT
Diagnosis Banding
 Keratosis aktinik
 Penyakit Bowen
 Karsinoma sel basal
 Melanoma tipe amelanotik nodular
 Keratoakantoma
 Karsinoma sebasea
 Pioderma gangrenosum atipikal
Pemeriksaan Penunjang
a. Dermoskopi
Struktur vaskular polimorfik berupa linear ireguler/serpentine, hairpin/looped,
glomerular/coiled dan dotted. Sedangkan struktur keratin berupa white circle, white
pearl/clod central keratin, dan central keratin with blood spot.
b. Biopsi
Spesimen diambil pada bagian lesi yang dicurigai infiltrasi lebih dari superfisial
c. Histopatologi
Pada pemeriksaan harus mencantumkan subtipe perubahan morfologi pada sel, derajat
diferensiasi, dalamnya tumor dalam millimeter, kedalaman invasi, dan pemeriksaan
keterlibatan saraf, vaskular, dan kelenjar getah bening.
d. Computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI)
Dilakukan bila terdapat kecurigaan perluasan penyakit pada tulang, saraf maupun jaringan
lunak lain.
e. Pemeriksaan kelenjar getah bening
Penatalaksanaan
Pencegahan pajanan sinar ultraviolet:
 Konseling kebiasaan dalam pencegahan kanker kulit.
 Penggunaan tabir surya
 Penggunaan tabir surya dengan SPF 15 dapat mengurangi insidens
 karsinoma sel skuamosa dalam penilaian 4,5 tahun.
 Pemakaian tabir surya dihubungkan dengan penurunan risiko karsinoma sel skuamosa pada
8 tahun follow up (rate ratio 0,62 95% CI 0,38-0,99).
Pencegahan pada populasi risiko tinggi:
 Asitretin oral : Mengurangi risiko kanker kulit non-melanoma pada pasien
transplantasiginjal.
 Tretinoin topikal : Tidak dapat mencegah karsinoma sel skuamosa pada pasien dengan
risiko.
36
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Nikotinamid oral
 Obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) : Celexocib
 Cyclic photodynamic therapy dengan ALA
Pencegahan pada populasi risiko rendah:
 Obat anti-inflamasi non steroid (OAINS)
 Beta carotene : Penggunaan beta carotene tidak terbukti memiliki manfaat namun tidak
menimbulkan efek samping.
Medikamentosa :
Krim imiquimod 5%
Tindakan :
a. Bedah pisau
 Angka rekurensi sebesar 5% pada yang belum metastasis.
 Merupakan terapi pilihan pada sebagian besar kasus karsinoma sel skuamosa.
 Mohs micrographic surgery (MMS)
 Superficial ablative techniques
 Kuret dan bedah listrik (BL)
 Sekitar 1,7% pasien mengalami rekurensi setelah dilakukan kuret dan BL pada
karsinoma sel skuamosa tipe risiko rendah.
b. Bedah beku
Sekitar 0,8% pasien dilaporkan mengalami rekurensi setelah dilakukan cryotherapy pada
karsinoma sel skuamosa risiko rendah.
Konsultasi :
 Konsultasi spesialis radioterapi
 Terapi radiasi : Sekitar 6,4% pasien dilaporkan mengalami rekurensi setelah dilakukan
terapi radiasi pada karsinoma sel skuamosa yang tidak metastasis.
 Adjuvant radiation therapy : Sekitar 18% pasien dilaporkan mengalami rekurensi lokal
pada pasien dengan karsinoma sel skuamosa dengan perineural invasion.
 Konsultasi spesialis bedah onkologi : Bila terdapat penyebaran regional.
 Konsultasi hematologi onkologi medik : Bila terdapat metastasis
Edukasi
 Penyakit dan penyebabnya
 Cara pencegahan
 Pilihan terapi dan efek samping
 Prognosis
Prognosis
37
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Quo ad vitam : dubia
 Quo ad fuctionam : dubia ad malam
 Quo ad sanactionam : dubia ad malam
 Pasien karsinoma sel skuamosa mempunyai risiko tinggi untuk mengalami karsinoma sel
basal, melanoma, dan rekurensi karsinoma sel skuamosa.

15. Melanoma Maligna


Definisi
Tumor ganas melanosit yaitu sel yang menghasilkan melanin dan berasal dari neural crest.
Sebagian besar melanoma maligna (MM) muncul pada kulit tapi dapat juga timbul di permukaan
mukosa, misalnya uvea.
Faktor risiko
 Pajanan sinar ultraviolet : Pajanan sinar UV high levels intermiten atau sporadik, Pajanan
kronik berlebihan
 Karakteritik fenotip : Kulit terang, ketidakmampuan menjadi kecoklatan (tan),
kecenderungan terbakar surya atau efelid (skin phototype I dan II), Mata biru atau hijau,
Rambut merah atau pirang, Mempunyai nevus melanositik yang banyak, dan atau lebih dari
satu nevus melanositik atipik, Nodular melanoma kongenital besar
 Riwayat melanoma sebelumnya
 Riwayat melanoma dalam keluarga
 Mutasi p16, BRAF atau MC1R
 Xeroderma pigmentosum
 Supresi imun (kontroversi)
Gambaran klinis
 Superficial spreading melanoma (SSM)
 Nodular melanoma (NM)
38
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Lentigo malignant melanoma (LLM)
 Acral lentigo melanoma (ALM)
Gambaran MM dini/ABCD (Tidak berlaku untuk NM)
A = asimetris
B = border/tepi yang tidak teratur
C = color/warna yang bermacam-macam
D = diameter sama atau lebih dari 6 mm, atau terdapat perbedaan penampilan, misal “ugly
duckling”
E = elevasi
Diagnosis Banding
SSM :
 Nevus atipik
 Nevus melanositik
 Keratosis seboroik
 Karsinoma sel basal
NM :
 Berpigmen
 Nevus melanositik
 Nevus biru
 Nevus Spitz berpigmen
 Karsinoma sel basal berpigmen
 Amelanotik
 KSB
 Hemangioma
 Granuloma piogenik
 Karsinoma sel Merkel
LLM :
 Lentigo solaris
 Keratosis aktinik berpigmen
 Keratosis seboroik datar
 KSB superfisialis berpigmen
ALM termasuk ALM subungual :
 Veruka plantaris

39
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Hematoma
 Nevus palmoplantar
 Melanokhia longitudinal
 Onikomikosis
 Granuloma piogenik
Pemeriksaan Penunjang
a. Dermoskopi
Umumnya pola asimetris dengan warna yang bermacam-macam. Dicurigai melanoma bila
didapatkan paling sedikit satu gambaran sebagai berikut: blue white veil, broadened
network, irregular streaks/radial streaming, pseudopods, scar like
depigmentation/regression structures, peripheral black dots and globules, multiple brown
dots, multiple blue gray dots dan atypical vessels.
b. Histopatologi
 Radial (horizontal) growth phase
 Vertical growth phase
c. Pulasan (pewarnaan) khusus untuk diagnostik
 S 100
 HMB 45
 Melan-A (apabila fasilitas tersedia)
d. Pulasan (pewarnaan) khusus untuk prognostik apabila fasilitas tersedia
 BRAF
 P16
e. Pemeriksaan radiodiagnostik
 Foto thoraks
 USG/CT scan abdomen
 Bone scan
 CT scan kepala (bila ada indikasi)
 CT scan lesi
Penatalaksanaan
a. Tindakan bedah:
 Eksisi dengan evaluasi tepi lesi
 Mohs micrographic surgery (stadium I dan II)
b. Terapi sistemik (A,1)
Stadium I dan II:

40
Buku Ajar | TUMOR KULIT
 Interferon-alpha dosis rendah: 3 mU s.c 3x seminggu selama 18-24 bulan
 Interferon-alpha dosis tinggi: 15-20 mU/m2 i.v (atau i.m) 5 hari/minggu selama 4
minggu atau 10 mU/m2 s.c 3x/minggu
 Injeksi BCG subkutan 0,375mg, diulang setiap 1-3 bulan
Stadium III dan IV sesuai dengan performance status (ECOG 0-4)
 Hasil kurang baik cukup diberikan kemoterapi single: dacarbazine dosis 1000
mg/m2 (hari 1, intravena) atau dacarbazine dosis 250 mg/m2 (hari 1-5, intravena)
 Hasil baik diberikan kombinasi kemoterapi (CVD) : Cisplatin dosis 20 mg/m2 (hari
1-4, intravena), Vinblastin dosis 1,2-4 mg/m2 (hari 1-4, intravena), Dacarbazine
dosis 20 mg/m2 (hari 1, intravena)
 Bila terdapat metastasis ke otak, diberikan temozolamide dosis 200 mg/m2 (hari 1-
5, oral)
c. Terapi radiasi
d. Tindak lanjut : Setiap 3 bulan dalam 1 tahun pertama. Selanjutnya setiap 6 bulan seumur
hidup.
Edukasi
 Edukasi dan informasi kepada pasien tentang penyakit melanoma, upaya diagnosis, dan
penatalaksanaannya.
 Edukasi tentang manfaat dan efek samping pengobatan (eksisi luas, diseksi KGB,
kemoterapi, radioterapi, terapi lokal).
 Monitoring respon pengobatan
Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam/malam
 Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam

41
Buku Ajar | TUMOR KULIT
42
Buku Ajar | TUMOR KULIT
43
Buku Ajar | TUMOR KULIT
44
Buku Ajar | TUMOR KULIT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang SemarangTelp. 024-
76928010 Fax.024-76928011
Website : Email : dean@fk.undip.ac.id

36
Buku Ajar | INFLAMASI TENGAH

Anda mungkin juga menyukai