Dosen Pembimbing:
Rabiatul Syahriah S.H.,M.Hum
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan makalah yang berjudul “MAKALAH PERLINDUNGAN KORBAN
KEKERASAN SEKSUAL YANG MENGALAMI VICTIM BLAMING DI MEDIA
SOSIAL DALAM KASUS SKANDAL MISS UNIVERSE INDONESIA DITINJAU
DARI ALIRAN REALISME HUKUM” dapat diselesaikan oleh kelompok kami
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Filsafat Hukum.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah ikut
berperan dalam pembuatan makalah ini, terkhusus Dosen Pembimbing mata kuliah
Filsafat Hukum yaitu Ibu Rabiatul Syahriah S.H.,M.Hum serta pihak-pihak lain yang
berperan secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai ungkapan rasa syukur,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun agar kedepannya menjadi
lebih baik lagi. Akhir kata, kami penulis berharap semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi banyak orang. Sekian terimakasih.
Penulis
1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 5
2.1 Pengaruh perlindungan korban Victim Blaming di Media Sosial terhadap korban
kekerasan seksual. ................................................................................................... 5
2.2 Akibat Victim Blaming yang terjadi pada korban pelecehan seksual dalam
skandal Miss Universe Indonesia 2023. .................................................................. 7
2.3 Analisa Victim Blaming yang terjadi pada korban pelecehan seksual dalam
skandal Miss Universe Indonesia 2023 ditinjau dari Aliran Realisme Hukum....... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 13
3.2. Saran ……………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Paradiaz, R., & Soponyono, E. (2022). Perlindungan hukum terhadap korban pelecehan
seksual. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 4(1), Hal. 61-72.
2
Ibid.
4
internet terhadap berita kekerasan seksual yang beredar, ada yang menyemangati dan
mendukung para korban namun ada pula yang mempertanyakan atau bahkan
menyalahkan para korban atas pelecehan seksual tersebut. Fenomena menyalahkan
korban inilah yang disebut dengan Victim Blaming, dimana kondisi ini yang sebenarnya
tidak boleh dilakukan terhadap korban atau penyintas pelecehan seksual. Pihak-pihak
yang yang berperan dalam Victim Blaming ini biasanya berasal dari instansi tertentu
seperti penegak hukum, tenaga medis, bahkan orang terdekat korban dan juga para
pengguna media sosial atau yang kita kenal belakangan ini dengan sebutan ‘Netizen’.
Hal yang sangat disayangkan karena banyaknya pihak yang melakukan Victim Blaming,
padahal dalam keadaan sadar yang disalahkan tersebut merupakan korban dalam kasus
yang terjadi, sehingga ketidakadilan yang diemban oleh korban seolah mendapati
sekaligus dua kejahatan yaitu kekerasan seksual yang dialami serta penyalahan korban
yang dilakukan di media sosial yang berujung tidak hanya kondisi fisik namun batin
dan mental korban pun menjadi terganggu.3
3
Firmanda, H., Azlina, I. I. S., & Septipah, I. (2023). Perlindungan Korban Kekerasan Seksual
yang Mengalami Victim Blaming di Media Sosial Berdasarkan Aliran Realisme Hukum. Reformasi
Hukum, 27(1), Hal.38-49.
5
"Saya di situ merasa agak tertekan, tapi saya juga tidak bisa berbuat apa-apa karena
takut itu sebagai salah satu penilaian," ungkapnya. Dari beberapa korban yang telah
berani speak-up alias angkat suara dengan tindakan tidak senonoh yang mereka alami,
ada dugaan kuat bahwa jumlah korban jauh lebih banyak. Sementara, korban yang
berani speak up justru mendapat bully-an, terutama dari warganet. Tak jarang para
korban disalahkan karena memilih untuk tetap melanjutkan perjalanannya di Miss
Universe Indonesia, meski sudah jadi korban.
Melissa meminta publik untuk menghentikan budaya blaming victim. “Di dalam
budaya kita tuh masih dikenal takut dengan victim blaming. Seolah mereka udah tahu
Miss Universe seperti itu kenapa kalian masuk?”
4
Kasus Pelecehan Miss Universe Indonesia, Korban Di-bully, Pengacara: Stop Budaya Victim
Blaming - Tribunternate.com (tribunnews.com)
6
Peran realisme hukum dalam mengatasi perilaku victim blaming yang dilakukan
masyarakat media sosial adalah untuk dapat mengontrol kepribadian manusia dalam
memandang sesuatu berdasarkan gerakan sosial untuk tidak menyalahkan korban atas
kejahatan yang terjadi terhadap dirinya karena kekuatan sosial akan menghasilkan
hukum yang adil, apalagi diketahui gerakan para pengguna media sosial sangat
berpengaruh karena arusnya yang menyebar dengan cepat, sehingga dengan begitu
hukumpun harus dapat mengikuti perkembangan masyarakat dan mengatasi
problematika yang terjadi didalam kehidupan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
5
Rully Novian, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban: Tindak Pidana Kekerasan Seksual,
https://ssk.lpsk.go.id/tindak-pidana-kekerasan-seksual-apa-saja-hak-korban, Diakses pada 23 November
2023.
5
6
dan sosial, pemberdayaan sosial, restitusi dan/atau kompensasi, serta reintegrasi sosial.
Korban juga berhak atas pemulihan sebelum, selama, dan setelah proses peradilan
seperti pendampingan hukum, penguatan psikologis, dan sebagainya. Hal ini secara
lengkap diatur di dalam Pasal 68, Pasal 69, dan Pasal 70 UU TPKS.
6
Hengki Firmanda, Ira Sinta Azlina, Indah Septipah, “Perlindungan Korban Kekerasan Seksual
yang Mengalami Victim Blaming di Media Sosial Berdasarkan Aliran Realisme Hukum”, Vol.27 No.1
Januari-April 2023, JRH, 2023, Hal. 34
7
juga masalah yang diungkapkan di media sosial yang menggiring khayalan untuk
menyalahkan korban Hal ini membuat teknologi komunikasi dan informasi
rentan terhadap praktik "menyelamatkan korban".Semua pihak seharusnya
berkomitmen untuk mengatasi masalah kekerasan seksual yang semakin
meningkat. Media massa adalah salah satu pihak yang sangat penting. Realitas
disampaikan oleh media cetak, elektronik, dan online. Di media sosial, orang
dapat menyalahkan korban. Orang-orang yang praktis menilai orang lain dan
menulis status, postingan, atau postingan yang menyindir korban. Tidak jarang,
media lebih dulu menilai klien daripada korban pelecehan seksual, kekerasan
terhadap anak, wanita rawan ekonomi, dan masalah sosial lainnya. Oleh karena
itu, tanggung jawab pendamping sosial adalah memastikan bahwa pembalasan
terhadap korban tidak meluas.
2.2. Akibat Victim Blaming yang terjadi pada korban pelecehan seksual dalam
skandal Miss Universe Indonesia 2023.
Dikatakan bahwa perempuan sebagai korban juga memicu lahirnya kejahatan
yang diakibatkan oleh perilaku korban itu sendiri, yang disebut dengan provokatif
victim (munculnya tindak pidana akibat provokasi korban).
Hal ini ditunjukkan dari hasil survei Straus dalam Munir, perempuan
memposisikan diri sebagai masokis yaitu menawarkan dirinya kepada korban
kekerasan, memiliki sindrom harga diri rendah dan ketidakberdayaan, sehingga mudah
atau cenderung untuk menjadi korban, lagi dan lagi.7
Berdasarkan teori hubungan fungsi pidana dikatakan bahwa kejahatan terjadi
karena adanya sikap provokatif dari pihak korban sehingga memicu terjadinya
kejahatan, pada akhirnya korban juga harus bertanggung jawab atas kejahatan yang
menimpa dirinya.
Namun, penulis berpendapat bahwa hubungan fungsi pidana tidak tepat
dikaitkan dengan kasus kekerasan terhadap perempuan, karena sama saja dengan
menyalahkan korban, membuat banyak korban enggan melaporkan kasus distribusi
kejahatan yang menimpa mereka.
7
A. Munir and W. Junaini, “Studi Terhadap Seorang Perempuan Sebagai Korban Revenge
Porn di Pekanbaru”, Sisi Lain Realita, 2020, hal. 30.
8
8
N.K. Endah Triwijati, “Pelecehan Seksual:Tinjauan Psikologis”, Jurnal Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya, 2007, hal. 306.
9
9
L. Wolhuter, N. Olley, and D. Denham, Victimology: Victimisation and Victim’s Rights, New
York: Routledge Cavendish, 2009, hal. 65.
10
S. Perangin-Angin, S. Wijono, and A. I. R. Hunga, Pola Pengalaman Depresi Perempuan
yang Mengalami Kekerasan dalam Berpacaran: Kajian Perspektif Cognitive Behavioural, Buletin
Psikologi, 2019, hal. 54.
11
M. Muladi, “Prinsip-prinsip Dasar Hukum Pidana Lingkungan dalam Kaitannya dengan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997,” Jurnal Hukum Pidana Dan Kriminologi, 1998, hal 31.
10
12
M. S. A. Wibowo, “Pelaksanaan Proses Peradilan Dan Pemenuhan Hak Dalam
Perlindungan Hukum Bagi Anak (Menurut UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak),” Jurnal Reformasi Hukum, 2020, hal. 22.
13
A. S. Amelia, “Penyalahan Korban (Victim Blaming) Dalam Kamus Pelecehan Seksual Pada
Perempuan Menurut Perspektif Viktimologi,” Universitas Pasundan Bandung, 2022, hal. 43.
11
14
D. M., A. Mansur, and E. Gultom, Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung:
Refika Aditama, 2005, hal. 67.
15
A. Angkasa, Kedudukan Korban pada Sistem Peradilan Pidana, Semarang: Universitas
Diponegoro, 2004, hal 105.
12
2.3. Analisa Victim Blaming yang terjadi pada korban pelecehan seksual dalam
skandal Miss Universe Indonesia 2023 ditinjau dari Aliran Realisme Hukum.
16
A. I. Ayu, “Perlindungan Hukum Terhadap Perdagangan Anak Dengan Modus Pernikahan
Dalam Perspektif Viktimologis”, Jurnal Litigasi, 2018, hal.113.
17
M. I. S, Perlindungan Korban: Suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2014.
13
18
Shopiani, B. S., Wilodati, W., & Supriadi, U. (2021). Fenonema Victim Blaming pada
Mahasiswa terhadap Korban Pelecehan Seksual. Sosietas, 11(1), 940-955. Hlm. 17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
13
14
5.) Dirugikannya hak asasi manusia yang bersifat universal, tak pernah
mati, tidak bisa dikurangi, dibatasi, apalagi dicabut atau dihilangkan
oleh siapapun termasuk negara.
3.2. Saran
19
Shopiani, B. S., Wilodati, W., & Supriadi, U. (2021). Fenonema Victim Blaming pada
Mahasiswa terhadap Korban Pelecehan Seksual. Sosietas, 11(1), 940-955. Hlm. 17
15
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Angkasa. A., 2004, “Kedudukan Korban pada Sistem Peradilan Pidana”, Semarang:
Universitas Diponegoro.
Assshidiqie. J., 2008, “Menuju Negara Hukum yang Demokratis”, Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.
JURNAL
Ayu. A. I., 2018, “Perlindungan Hukum Terhadap Perdagangan Anak Dengan Modus
Pernikahan Dalam Perspektif Viktimologis”, Jurnal Litigasi, vol. 19, no. 1.
Munir. A., and Junaini. W., 2020, “Studi Terhadap Seorang Perempuan Sebagai
Korban Revenge Porn di Pekanbaru”, Sisi Lain Realita, vol. 5, no. 1.
Paradiaz. R., & Soponyono, E., 2022, “Perlindungan hukum terhadap korban
pelecehan seksual”, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, vol. 4, no. 1.
Perangin-Angin. S, Wijono. S., and Hunga. A. I. R., 2019, “Pola Pengalaman Depresi
Perempuan yang Mengalami Kekerasan dalam Berpacaran: Kajian Perspektif
Cognitive Behavioural”, Buletin Psikologi, vol. 27, no. 1.
Shopiani. B. S., Wilodati. W., & Supriadi. U., 2021, Fenonema Victim Blaming pada
Mahasiswa terhadap Korban Pelecehan Seksual, Sosietas, vol. 11, no. 1.
16
Wibowo. M. S. A., 2020, “Pelaksanaan Proses Peradilan Dan Pemenuhan Hak Dalam
Perlindungan Hukum Bagi Anak (Menurut UU No. 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak)”, Jurnal Reformasi Hukum, vol. 24, no. 1.
SKRIPSI
Amelia. A. S., 2022, “Penyalahan Korban (Victim Blaming) Dalam Kamus Pelecehan
Seksual Pada Perempuan Menurut Perspektif Viktimologi,” Universitas
Pasundan Bandung.
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014.
INTERNET
Kasus Pelecehan Miss Universe Indonesia, Korban Di-bully, Pengacara: Stop Budaya
Victim Blaming - Tribunternate.com (tribunnews.com)