MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Viktimologi
Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Viktimologi dengan makalah yang berjudul Korban Dan Kejahatan tepat pada
waktunya. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Muhamad
Romdoni, S.H., M.H. selaku dosen Mata Kuliah Viktimologi di Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Kami juga ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada para penulis
yang menjadi referensi kami dalam makalah ini, sehingga sangat membantu dalam
proses pembuatan dan penyelesaian makalah kami yang berjudul Korban Dan
Kejahatan.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Korban Dan
Kejahatan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum agar makalah ini dapat menjadi bekal
pemahaman mengenai Korban Dan Kejahatan.
Sebelumnya kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata yang
kurang berkenan. Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari
makalah ini baik dari materi maupun teknik penyajiannya, oleh sebab itu kami
berharap para pembaca dapat memberi kritik maupun saran guna perbaikan
makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................6
C. Tujuan Penulisan................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................7
A. Hukum dan Ketertiban Masyarakat................................................7
B. Peranan Korban Dalam Terjadinya Kejahatan.............................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................18
1
Ony Rosifany, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, (Samarinda: Jurnal
LEGALITAS Volume 2 Nomor 2, 2017), hal. 21.
2
Ellya Rosana, Hukum dan Perekembangan Masyarakat, (Lampung: Jurnal Aspirasi Politik, 2013),
hal. 101.
Korban dan kejahatan merupakan dua elemen yang terkait erat dalam
konteks sistem hukum dan sosial. Pengertin dari korban tindak kejahatan
termuat dalam, pasal 1 undang - undang Nomor 13 tahun 2006 tentag
perlindungan saksi dan korban yaitu seseorang yang mengalami
penderitaan berupa fisik, mental dan/atau ekonomi yang diakibatkan dari
suatu tindak pidana. Korban adalah individu atau kelompok yang menderita
akibat tindakan kejahatan. Kejahatan sendiri dapat mencakup berbagai bentuk,
mulai dari kekerasan fisik hingga kejahatan finansial.
Penting untuk memahami bahwa korban kejahatan tidak hanya mengalami
kerugian fisik, tetapi juga dampak emosional dan psikologis yang sering kali
mendalam. Trauma, kehilangan kepercayaan, dan stigmatisasi sosial
merupakan beberapa konsekuensi yang mungkin dihadapi korban. Kedudukan
korban kejahatan tidak hanya sekedar dapat ikut serta dalam proses memilih
dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan atau dapat
memperoleh informasi mengenai putusan pengadilanataupun korban dapat
mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan. Namun pihak yang dirugikan
korbanpun berhak untuk memperoleh ganti rugi dari apa-apa yang diderita.3
Hak-hak korban pidana memiliki peran penting dalam sistem hukum untuk
memastikan bahwa korban mendapatkan perlindungan, penghormatan, dan
keadilan. Hak-hak ini mencakup hak untuk diberi informasi, hadir dalam
persidangan, memberikan keterangan, mendapatkan ganti rugi, dan merasa
aman. Perlindungan hak korban tidak hanya mendukung keadilan, tetapi juga
menciptakan sistem hukum yang lebih manusiawi dan adil. Seringkali terjadi
dalam sebuah kasus pidana, hak – hak korban dikesampingkan dan hanya
memperhatikan hak – hak dari tersangka.
Posisi korban dalam sistem peradilan pidana merupakan pihak yang
pasif, namun demikian peran seorang korban dalam kasus peradilan
pidana sangat penting, karena korban yang dapat menjadi saksi akan
menentukan
3
Ony Rosifany, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, (Samarinda: Jurnal
4
Vivi Ariyanti, Konsep Perlindungan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana Nasional dan Sistem
Hukum Pidana Islam. (Purwokerto: Jurnal Kajian Hukum Islam, 2019), hal. 34.
5
Dheny Wahyudi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Cyber Crime di Indonesia (Jambi: Jurnal
Ilmu Hukum, 2013), hal. 99.
6
Vivi Ariyanti, Konsep Perlindungan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana Nasional dan Sistem
Hukum Pidana Islam. (Purwokerto: Jurnal Kajian Hukum Islam, 2019), hal. 39.
7
Bintara Sura Priambada, Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana tentang Kepentingan Korban,
( Jurnal Unsa, 2014).
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
KORBAN DAN KEJAHATAN, FHUNTIRTA, 2024
7
8
Ni Putu Rai Yuliartini, Kedudukan Korban Kejahatan Dalam Sistem Peradilan Pidana di
Indonesia berdasarkan Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). (Singaraja:
Jurnal Komunikasi Hukum, 2015), hal. 88.
9
Vivi Ariyanti, Konsep Perlindungan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana Nasional dan Sistem
Hukum Pidana Islam. (Purwokerto: Jurnal Kajian Hukum Islam, 2019), hal. 37.
10
Mohammad Nurul Huda, Korban dalam Perspektif Viktimologi. (Jurnal Hukum dan Keadilan,
2022), hal. 65.
11
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Jakarta, 1993 , Hal 138.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hukum dan Ketertiban Masyarakat?
2. Bagaimana Peranan Korban Dalam Terjadinya Kejahatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menganalisis Hukum dan Ketertiban Masyarakat.
2. Untuk menjelaskan Peranan Korban Dalam Terjadinya Kejahatan.
12
Vivi Ariyanti, Konsep Perlindungan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana Nasional dan Sistem
Hukum Pidana Islam. (Purwokerto: Jurnal Kajian Hukum Islam, 2019), hal. 36.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum dan Ketertiban Masyarakat
Dalam mewujudkan masyarakat yang tertib, damai, aman dan sejahtera
diperlukannya peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan manusia.
Peraturan tersebut tidak bermaksud untuk membungkam hak-hak sipil, tetapi
lebih kepada upaya hukum untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan di
masyarakat. Terkait dengan pengaturan ketenteraman, ketertiban umum, dan
pelindungan masyarakat tentunya harus kembali melihat struktur masyarakat
yang lebih terbuka.
Menurut Thomas Hobbes keadaan manusia sebelum adanya negara atau
masih dalam keadaan ilmiah, dimana manusia hidup dalam alam bebas tanpa
ikatan suatu apapun, dalam keadaan demikian ini mereka disebut manusia in
abstracto. Dalam keadaan demikian manusia. selalu bermusuhan, saling
menganggap lawan, dan saling merasa takut kalau-kalau menusia yang lain itu
akan mendahului dan akan mendapatkan lebih banyak pujian daripada dirinya
sendiri. Maka terjadilan selalu perlawanan atau peperangan seorang melawan
seorang, seorang melawan semua orang, semua orang melawan semua orang.
Keadaan inilah disebut “bellum omnium contra omne”, dimana setiap orang
selalu memperlihatkan keinginan-keinginannya yang betul-betul egois. 13
Keadaan ini yang menyebabkan tidak lain adalah bahwa manusia dalam
keadaan ini abstracto itu telah memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu: 14
1. competition atau persaingan ini berarti bahwa manusia itu selalu
berlomba untuk mengatasi manusia yang lain, karena adanya rasa takut
bahwa dia tidak akan mendapatkan pujian. Dalam hal bersaing ini mereka
dapat mempergunakan cara apapun.
2. defentio, defend, mempertahankan atau membela diri. Ini berarti bahwa
manusia itu tidak suka dikuasasi atau diatasi oleh orang lain. Karena
13
H. Soehino, 2013, Ilmu Negara, Lberty, Yogyakarta, hlm. 98.
14
Ibid, hlm. 99.
15
Frank E. Hagan, 2013, Pengatar Kriminologi Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal, terjemahan
dari Introduction to Criminology: Theories, Methods, and Criminal Behavior, penerjemah Noor
Cholis, Kencana, Jakarta, hlm. 616.
16
Budiono Kusumohamidjojo, Op.Cit., hlm. 138.
17
Pusat Bahasa Departeman Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga, Balai Pusatka, Jakarta, hlm. 1176.
18
Carl Joachim Friedrich, 2010, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nusamedia, Bandung, hlm. 48.
19
Pusat Bahasa Departeman Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm. 1185.
20
Mochtar Kusumaatmadja, 2011, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni, Bandung,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
KORBAN DAN KEJAHATAN, FHUNTIRTA, 2024
14
hlm. 3.
21
Budiono Kusumohamidjojo, Op.Cit., hlm. 137.
ketenteraman dan ketertiban pada saat pemilihan kepala desa, pemilihan kepala
daerah, dan pemilihan umum, serta membantu upaya pertahanan negara.22
Kontrak sosial tidak tertulis dan diwariskan sejak lahir. Hal ini
menyatakan bahwa kita tidak akan melanggar hukum atau kode moral tertentu
dan, sebagai imbalannya, kita akan memperoleh keuntungan bagi masyarakat
kita, yaitu keamanan, kelangsungan hidup, pendidikan dan kebutuhan lain
yang diperlukan untuk hidup.
22
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban
Umum dan Ketenteraman Masyarakat serta Pelindungan Masyarakat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 548).
23
G.Widiartana, 2009, Viktimologi “Perspektif Korban dalam Penanggulangan Kejahatan”,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, h. 19.
24
Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2007, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan
Antara Norma dan Realita, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 47.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam mewujudkan masyarakat yang tertib, damai, aman dan sejahtera
diperlukannya peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan manusia.
Peraturan tersebut tidak bermaksud untuk membungkam hak-hak sipil,
tetapi lebih kepada upaya hukum untuk menciptakan ketertiban dan
keteraturan di masyarakat. Untuk itu perlu adanya hukum yang
menciptakan ketenteraman, ketertiban umum dan pelindungan
masyarakat. Fungsi hukum yang paling dasar adalah mencegah konflik
kepentingan itu dipecahkan dalam konflik terbuka, karena tidak
berdasarkan fakta kekuatan-kekuatan alamiah belaka, melainkan
menurut kriteria yang berlaku umum. Menurut teori kontrak sosial di
mana masyarakat mencapai pemahaman kolektif – sebuah kontrak
sosial – bahwa adalah kepentingan semua orang untuk menegakkan
aturan yang menjamin keselamatan dan keamanan bagi semua orang,
bahkan yang paling lemah sekalipun. Dengan demikian, teori kontrak
sosial dapat mengantarkan masyarakat dari kondisi alami menuju
masyarakat berkembang dimana kelompok lemah pun dapat bertahan
hidup.
2. Peranan korban kejahatan berkaitan dengan apa yang dilakukan pihak
korban, bilamana dilakukan sesuatu dan dimana hal tersebut dilakukan.
Peran korban tersebut berakibat dan berpengaruh bagi korban, pihak
lain dan lingkungannya. Antara pihak korban dan pelaku terdapat
hubungan fungsional bahkan dalam terjadinya kejahatan tertentu pihak
korban dikatakan bertangungjawab. Selain kejahatan yang ditimbulkan
bersama-sama, setiap partisipan (pihak-pihak) dapat pula menimbulkan
kejahatan bentuk lain sebagai reaksi dan respon terhadap kejahatan.
Pihak korban mempunyai status partisipan aktif maupun pasif dalam
suatu kejahatan, memainkan berbagai macam peranan yang
mempengaruhi sebagaimana terjadinya kejahatan tersebut.
B. Saran
1. Pemerintah dan penegak hukum harus lebih mengkedepankan
perlindungan mengenai korban tanpa mengabaikan hak hak korban,
dan membuat peraturan yang lebih melindungi korban supaya dapat
mengurangi kerugian apa yang dialami korban.
2. Harus meningkatkan kerjasama antara penegak hukum dan
masyarakat dalam menanggulangi kejahatan serta masyarakat juga
perlu meperhatikan dan menerapkan undang undang agar tidak
berkembangnya kejahatan, karena semakin masyarakat paham akan
hukum maka semakin kurangnya tingkat kejahatan.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang:
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat serta
Pelindungan Masyarakat.
Buku dan Jurnal:
Arif Gosita. 1993. Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Jakarta.
Bintara Sura Priambada. 2014. Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana
tentang
Kepentingan Korban.
Carl Joachim Friedrich, 2010, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nusamedia,
Bandung.
Dheny Wahyudi. 2013. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Cyber Crime di
Indonesia Jambi: Jurnal Ilmu Hukum.
Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom. 2007. Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan Antara Norma dan Realita, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Frank E. Hagan. 2013. Pengatar Kriminologi Teori, Metode, dan Perilaku
Kriminal, terjemahan dari Introduction to Criminology: Theories,
Methods, and
Criminal Behavior, penerjemah Noor Cholis, Kencana, Jakarta.
G.Widiartana. 2009. Viktimologi “Perspektif Korban dalam Penanggulangan
Kejahatan”, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
H. Soehino. 2013. Ilmu Negara, Lberty, Yogyakarta.
Mochtar Kusumaatmadja. 2011. Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
Alumni, Bandung.
Mohammad Nurul Huda. 2022. Korban dalam Perspektif Viktimologi. Jurnal
Hukum dan Keadilan.
Ni Putu Rai Yuliartini. 2015. Kedudukan Korban Kejahatan Dalam Sistem
Peradilan Pidana di Indonesia berdasarkan Kitab Undang–Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP). Singaraja: Jurnal Komunikasi Hukum.
Ony Rosifany. 2017. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
Samarinda: Jurnal LEGALITAS Volume 2 Nomor 2.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
KORBAN DAN KEJAHATAN, FHUNTIRTA, 2024
24