Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Asalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sigli, Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………i

DAFTAR ISI ………………………...……………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………..1


A. Latar belakang ………………..…………………………………..………1
B. Rumusan masalah …………………………………………….…..……...1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………...2


A. Pengertian Viktimologi ……………………….……………………………
B. Ruang Lingkup Viktimologi ..………………………....………………….
C. Manfaat Viktimologi ..……………………..……………..……………….
D. Prinsip Viktimologi …………………………….…………………………
E. Jenis-jenis Viktimologi …………………………………………………...
F. Teori Viktimologi …………………………………………………………

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan viktimologi suatu negara merupakan suatu hasil interaksi akibat adanya
interrelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi yang penting sekarang adalah
mencari fenomena yang relevan, yang mempengaruhi pengembangan viktimologi, yang menjadi
partisipan pendukung atau penghambat pengembangan viktimologi di suatu negara. Salah satu
faktor pendukung utama yang mempengaruhi kuat pengembangan viktimologi di suatu negara
adalah pandangan hidup tertentu bangsa negara tersebut. Diharapkan adanya keserasian dan
keselarasan antara pandangan hidup tersebut dengan viktimologi yang akan dikembangkan.
Misalnya: pandangan hidup tersebut harus merupakan dasar, landasan pemikiran, konsep-konsep
dalam viktimologi yang dikembangkan; konsep-konsep yang ada dalam viktimologi dapat
diterima oleh sebab dapat bermanfaat untuk pelaksanaan pandangan hidup tersebut dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada pandangan hidup tersebut.

Masalah keadilan dan hak asasi manusia dalam kaitannya dengan penegakan hukum pidana
memang bukan merupakan pekerjaan yang sederhana untuk direalisasikan. Banyak peristiwa
dalam kehidupan masyarakat menunjukkan bahwa kedua hal tersebut kurang memperoleh
perhatian yang serius dari pemerintah padahal sangat jelas dalam Pancasila, sebagai falsafah
hidup bangsa Indonesia, masalah perikemanusiaan dan perikeadilan mendapat tempat yang
sangat penting sebagai perwujudan dari Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab serta sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 1

Timbul suatu pemikiran yang baru dimana para aparat penegak hukum baik itu Polisi, Jaksa, dan
Hakim dapat mempunyai pemikiran baru bahwa pemidanaan terhadap pelaku kejahatan tidak
hanya menitik beratkan pada kepentingan untuk menjatuhkan pidana terhadap pelaku kejahatan

1
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Kencana, Jakarta,2010, Bagian Pendahuluan.

3
saja, tetapi juga dapat melindungi kepentingan korban sebagai pihak yang merasa paling
dirugikan akibat tindakan pelaku.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Viktimologi?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Viktimologi?
3. Apa saja yang menjadi Manfaat Viktimologi?
4. Sebutkan Prinsip dalam Viktimologi?
5. Sebutkan jenis-jenis viktimologi?
6. Apa saja teori dalam viktimologi?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Viktimologi
Viktimologi adalah ilmu yang mempelajari tentang korban (victim = korban) termasuk
hubungan antara korban dan pelaku, serta interaksi antara korban dan sistem peradilan - yaitu,
polisi, pengadilan, dan hubungan antara pihak-pihak yang terkait - serta didalamnya juga
menyangkut hubungan korban dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dan institusi lain
seperti media, kalangan bisnis, dan gerakan sosial. Viktimologi juga membahas peranan dan
kedudukan korban dalam suatu tindakan kejahatan di masyarakat, serta bagaimana reaksi
masyarakat terhadap korban kejahatan.[butuh rujukan] Proses dimana seseorang menjadi korban
kejahatan disebut dengan "viktimisasi".2

Viktimologi merupakan sebuah studi tentang masalah korban kejahatan. Selain itu juga,
viktimologi mempelajari korban kejahatan, proses viktimisasi dan akibat-akibatnya dalam rangka
menciptakan kebijaksanaan dan tindakan pencegahan dan tekanan kejaharan secara lebih
harmonis. Perlindungan Saksi dan Korban merupakan salah satu subsistem hukum pidana.
Sistem mempunyai aturan hukum atau norma untuk elemen-elemen tersebut. Semuanya
berhubungan pada sumber dan keabsahan aturan yang lebih tinggi. Hubungan ini membentuk
kelas-kelas struktur piramid dan hierarki dengan aturan norma dasar di posisi puncaknya. Dalam
perlindungan Saksi dan Korban, dibutuhkan suatu lembaga. Di sinilah peran Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) diperlukan. LPSK memberikan dua kriteria
perlindungan Saksi dan korban, yaitu perlindungan terhadap ancaman kepada pihak pelapor
dalam hal ini Saksi dan korban, yang kedua adalah perlindungan terhadap ancaman para petugas
penegak hukum meluputi hakim, jaksa dan penyidik. Perlindungan terhadap Saksi dan korban
sebagaimana diemban oleh LPSK bilamana dikaji dari sudut keilmuan merupakan bagian kajian

2
Andrew Karmen, 2003, Crime Victims: An Introduction to Victimology, Wadsworth Publishing,hlm 43-45

5
menurut pendekatan kriminologi dengan alasan bahwa korban kejahatan membutuhkan
perhatian.

Ada beberapa paendapat dari ahli-ahli vitimologi mengenai pengertiannya antara lain:

1. Menurut J.E.Sahetapy, pengertian viktimologi adalah ilmu atau disiplin yang


membahas permasalahan korban dalam segala aspek. Bukan hanya kejahatan dan
penyalahgunaan kekuasaan, tetapi termasuk pula korban kecelakaan dan bencana
alam.
2. Menurut Arief Gosita, viktimologi merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan
atau studi yang mengkaji suatu viktimisasikriminal) sebagai suatu permasalahan
manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial, mencakup semua aspek yang
berkaitan dengan korban dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupannya.
3. Menurut kamus Crime Dictionary, yang dikutip Bambang Waluyo : Victim
adalah orang telah mendapatkan penderitaan fisik atau penderitaan mental,
kerugian harta benda atau mengakibatkan mati atas perbuatan atau usaha
pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku tindak pidana dan lainnya.3

B. Ruang Lingkup Viktimologi

Viktimologi meneliti topik-topik tentang korban, seperti peranan korban pada terjadinya
tindak pidana, hubungan antara pelaku dengan korban, rentannya posisi korban dan peranan
korban dalam sistem peradilan pidana.

1. Menurut J. E. Sahetapy, ruang lingkup viktimologi meliputi bagaimana seseorang


(dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victkecelakaan, dan bencana alam
selain dari korban kejahatan dan penyalahgunaan kekuasaan.imity yang tidak selalu
berhubungan dengan masalah kejahatan, termasuk pola korban.
2. Menurut Arief Gosita ruang lingkup viktimologi adalah sebagai berikut :
a. Berbagai macam viktimisasi kriminal atau kriminalistik.

3
Bambang Waluyo, 2011, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Sinar Grafika hlm 9-11

6
b. Teori-teori etiologi viktimisasi kriminal.
c. Para peserta terlibat dalam terjadinya atau eksistensi suatu viktimisasi kriminal atau
kriminalistik, seperti para korban, pelaku, pengamat, pembuat Undang-Undang,
polisi, jaksa, hakim, pengacara dan sebagainya.
d. Reaksi terhadap suatu viktimisasi kriminal.
e. Respons terhadap suatu viktimisasi kriminal argumentasi kegiatankegiatan
penyelesaian suatu viktimisasi atau viktimologi, usaha-usaha prevensi, refresi, tindak
lanjut (ganti kerugian), dan pembuatan peraturan hukum yang berkaitan.
f. Faktor-faktor viktimogen/ kriminogen.4

Ruang lingkup atau objek studi viktimologi dan kriminologi dapat dikatakan sama, yang
berbeda adalah titik tolak pangkal pengamatannya dalam memahami suatu viktimisasi kriminal,
yaitu viktimologi dari sudut pihak korban sedangkan kriminologi dari sudut pihak pelaku.
Setiapnya merupakankomponen-komponen suatu interaksi (mutlak) yang hasil interaksinya
adalah suatu viktimisasi kriminal atau kriminalitasi. Suatu viktimisasi antara lain dapat
dirumuskan sebagai suatu penimbunan penderitaan (mental, fisik, sosial, ekonomi, moral) pada
pihak tertentu dan dari kepentingan tertentu.

C. Manfaat Viktimologi

Secara umum manfaat viktimologi pada dasarnya berkenaan dengan tiga hal utama dalam
mempelajari manfaat studi korban yaitu:

1. Manfaat yang berkenaan dengan usaha membela hak-hak korban dan perlindungan
hukum.
2. Manfaat yang berkenaan dengan penjelasan peran korban dalam suatu tindak pidana.
3. Manfaat yang berkenaan dengan usaha pencegahan
terjadinya korban.

4
Rena Yulia, 2010, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu, Yogyakarta,hlm 41

7
Menurut Arief Gosita, manfaat studi viktimologi bagi hukum pidana (khususnya penegakan
hukum pidana) adalah:

1. Viktimologi mempelajari tentang hakikat korban, viktimisasi, dan proses viktimisasi.


Dengan mempelajariviktimisasi maka akan diperoleh pemahaman tentang etiologi
kriminil, terutama yang berkaitan dengan penimbulan korban. Hal ini akan sangat
membantu dalam upaya melakukan tindakan preventif dan represif terhadap kejahatan
yang lebih proporsional dan komprehensif.
2. Kajian viktimologi juga dapat membantu memperjelas peranan dan kedudukan korban
dalam suatu tindak pidana. Hal ini penting untuk, mencegah terjadinya penimbulan
korban berikutnya.
3. Viktimologi dapat memberikan keyakinan dan pemahaman bahwa tiap orang berhak dan
wajib tahu akan bahaya viktimisasi. Hal ini tidak dimaksudkan untuk
menakutnakuti,melainkan untuk memberikan pengertian pada tiap orang agar lebih
waspada.
4. Dengan mengupas penderitaan dan kerugian yang dialami oleh korban, viktimologi dapat
memberikan dasar pemikiran untuk mencari jalan keluar bagi pemberian ganti kerugian
pada korban.5

Menurut Muladi viktimologi merupakan suatu studi yang bertujuan untuk:

1. Menganalisis berbagai aspek yang berkaitan dengan korban;


2. Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya viktimasi;
3. Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia.

Menurut Dr. J.E. Sahetapy, S.H., viktimologi mempunyai manfaat berupa:

1. Viktimologi mempelajari hakikat mengenai korban dan yang menimbulkan korban, serta
mempelajari arti dari viktimisasi dan proses viktimisasi bagi mereka yang terlibat dalam
proses viktimisasi.

5
Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan (dalam: Dr. G. Widiartana, S.H., M.Hum., 2014, Viktimologi Perspektif
Korban dalam Penanggulangan Kejahatan, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, hlm 62-65

8
2. Viktimologi memberikan sumbangan dalam pengertian lebih baik tentang korban akubat
tindakan manusia yang menimbullkan penderitaan-penderitaan. Penderitaan tersebut
dapat berupa penderitaan mental, penderitaan fisik, dan penderitaan sosial. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah untuk memberikan penjelasan-penjelasan terkait kedudukan
dan peranan korban serta hubungan korban dengan pelaku maupun pihak lain.
3. Viktimologi memperhatikan permasalahan viktimisasi yang tidak langsung, misalnya
akibat-akibat sosial pada setiap orang yang disebabkan polusi industri.
4. Viktimologi memberikan dasar pemikiran dalam mengatasi masalah kompensasi yang
diberikan kepada korban; pendapat-pendapat viktimologis digunakan dalam keputusan-
keputusan peradilan riminal dan rekasi pengadilan terhadap perilaku kriminal.6

D. Prinsip Viktimologi

Prinsip-prinsip di atas sangat berharga Mendukung aspek viktimologi, dan dapat menjadi
landasan yang kokoh Membuat undang-undang untuk kepentingan korban kejahatan di kemudian
hari Ketika mengembangkan pengaturan peraturan untuk setiap negara, Hak Korban Perlakuan
Melanggar Hukum.Sementara itu ada pandangan bahwa Gambaran tentang dasar alasan negara
memberikan kompensasi pada prinsipnya bertolak pada:

1. Kewajiban negara melindungi warga negaranya;


2. Kemungkinan ketidakmampuan pelaku tindak pidana memberi ganti rugi yang cukup;
3. Sosiologi hukum berpandangan bahwa tindak pidana yang timbul
4. adalah andil kesalahan masyarakat atau tindak pidana sebagai anak kandung masyaraka.

Hakikatnya Viktimologi memiliki Beberapa prinsip yang bias dijadikan sebagai dasar untuk
meninjau viktimologi itu sendiri,yaitu :

1. Viktimologi mempelajari hakikat mengenai korban dan yang menimbulkan korban, serta
mempelajari arti dari viktimisasi dan proses viktimisasi bagi mereka yang terlibat dalam
proses viktimisasi.

6
Lilik Mulyadi, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi, Djambatan,Denpasar, hlm. 32.

9
2. Viktimologi memberikan sumbangan alam pengertian lebih baik tentang korban akubat
tindakan manusia yang menimbullkan penderitaan-penderitaan. Penderitaan tersebut
dapat berupa penderitaan mental, penderitaan fisik, dan penderitaan sosial.
3. Viktimologi memperhatikan permasalahan viktimisasi yang tidak langsung, misalnya
akibat-akibat sosial pada setiap orang yang disebabkan polusi industrI.
4. Viktimologi memberikan dasar pemikiran dalam mengatasi masalah kompensasi yang
diberikan kepada korban; pendapatpendapat viktimologis digunakan dalam keputusan-
keputusan peradilan riminal dan rekasi pengadilan terhadap perilaku Kriminal.7

Dalam Prinsipnya ada pemikiran mengenai prinsip dari viktimologi itu sendiri ialah ada 4
faktor yang harus dipertimbangkan untuk memahami viktimisasi maupun dari kejahatan itu
sendiri yaitu pelaku,korban,polisi(penegak hokum) dan proses control social dari system itu
sendiri.

E. Jenis-Jenis Viktimologi
Macam-macam tipologi korban Menurut M.E. Wolfgang, tipologi korban meliputi:
1. Viktimisasi Primer
2. Viktimisasi Sekunder
3. Viktimisasi Tersier
4. Viktimisasi Mutual
5. Tidak ada Viktimisasi

Berdasarkan peran E.A. Fattah (1967) merumuskan tipologi berdasarkan peran korban
1. Korban tidak ikut berpartisipasi
2. Korban berperan secara tidak langsung
3. Korban sebagai provokator
4. Korban terlibat dalam kejahatan
5. Korban dianggap sebagai sasaran yang keliru

Mendelsohn merumuskan tipologi berdasarkan tingkat kesalahan korban:

7
Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan Sinar Grafika, 2011, hlm 223

10
1. Korban yang benar-benar tidak bersalah
2. Koban memiliki sedikit kesalahan akibat ketidaktahuan
3. Kesalahan korban sama dengan pelaku
4. Korban lebih bersalah dari pelaku
5. Korban sendiri yang memiliki kesalahan/paling bersalah
6. Korban imajinatif.8

F. Teori dalam Viktimologi

Teori viktimologi ada beberapa jenis teori dan salah satu teorinya ialah teori posmodern yang
kini paling tersohor adalah restorative justice, sebagai mekanisme penyelesaian konflik non
formal di luar sistem peradilan formal (perdata dan pidana Barat) yang bertujuan memulihkan
hubungan pihak-pihak yang berkonflik seperti keadaan sebelum berkonflik, pada dasarnya digali
dari praktik adat yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Timur.

Konsep restorative justice sebenarnya merupakan pengakuan terhadap filosofi pendekatan


ketimuran bahwa dalam menyelesaikan setiap konflik, selalu berusaha untuk mengembalikan
hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik ke situasi sebelum konflik terjadi.Viktimologi
posmodern tidak hanya membicarakan korban kejahatan setelah terjadinya kejahatan.
Viktimologi posmodern juga mempromosikan langkah-langkah pencegahan bagi terjadinya
viktimisasi kriminal. Salah satu sumbangan penting dari kriminologi posmodern bagi
viktimologi adalahpemikiran rakis. Dengan demikian, berdasarkan pemikiran posmodern, dalam
menyingkapi korban kejahatan yang merupakan wilayah keilmuan viktimologi, harus bertumpu
pada kebenaran lokal atau kearifan local. Untuk memahami konsep restorative justice secara
benar, perlu menempatkan konsep tersebut dalam kerangka pemikiran posmodern yang menuntut
dilakukannya penulisan ulang pemikiran (hukum) yang sedang berlaku. Selama ini secara taken
for granted hukum maupun ilmu hukum yang sedang diberlakukan di Indonesia dianggap
sebagai tata kaedah yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Sesungguhnya anggapan semacam itu
tidak sepenuhnya benar, sebab terdapat teori besar yang sering dikemukakan para ahli bahwa

8
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatri Gultom, Djambatan, Denpasar, 2009, hlm 124.

11
hukum yang baik harus berasal dari nilai-nilai, dibuat oleh, dan diberlakukan untuk, masyarakat
yang bersangkutan. Nah hukum dan sistem hukum yang sedang berlaku di Indonesia adalah
warisan Belanda atau bangsa Barat yang sudah tentu dibuat dengan cita rasa bangsa Barat.
Sebagai produk bangsa Barat, hukum yang berlaku sekarang ini belum tentu cocok untuk
diterapkan bagi bangsa Indonesia.

Viktimologi posmodern tidak hanya membicarakan korban kejahatan setelah terjadinya


kejahatan. Viktimologi posmodern juga mempromosikan langkah-langkah pencegahan bagi
terjadinya viktimisasi kriminal. Lowman dan MacLean (1992) dalam pengantar tentang
kebangkitan kriminologi realis mengatakan, pemikiran ini pemikiran ini terutama melakukan
otokritik terhadap kriminologi kritis karena:

• Berdasarkan pengalaman empiris tidak memberi manfaat bagi masyarakat

• Kriminologi kritis terjebak dalamretorika politik atau melakukan politisasi kejahatan.

• Dalam kriminologi kritis kejahatan secara sempit hanya diartikan sebagai akibat dari
definisi penguasa.

Dengan demikian, berdasarkan pemikiran posmodern, dalam menyikapi korban kejahatan


yang merupakan wilayah keilmuan viktimologi, harus bertumpu pada kebenaran lokal atau
kearifan local. Teori-teori viktimologi kontemporer:

 Situated Transaction Model (Luckenbill, 1977)

Dalam hubungan interpersonal, kejahatan dan viktimisasi pada dasarnya adalah kontes karakter
yang tereskalasi; mulanya adalah konflik mulut yang meningkat menjadi konflik fisik yang fatal.

 Treefold Model (Benjamin & Master)

Kondisi yang mendukung kejahatan terbagi 3 kategori:precipitating factors, attracting factors,


predisposing (atau sociodemographic) factors Routine Activities Theory (Cohen & Felson, 1979)
Kejahatan dapat terjadi ketika terdapat tiga kondisi sekaligus yakni: target yang tepat pelaku
yang termotivasi dan ketiadaan pengamanan.

12
 Viktimologi Kritis

Melihat bahwa viktimisasi yang terjadi akibat adanya struktur yang tidak adil, timpang dan
represif. Negara, pemerintah dan aparat-aparatnya, juga dapat menciptakan aneka viktimisasi
(baik fisik ataupun non-fisik) terhadap rakyatnya.9

BAB III

PENUTUP

9
Citra Nur Azizah, The Blind of History, Jakarta, 2011, hlm 22.

13
A. Kesimpulan

Viktimologi juga berperan dalam hal penghormatan hak-hak asasi korban sebagai manusia, anggota
masyarakat, dan sebagai waga negara yang mempunyai hak dan kewajiban asasi yang sama dan seimbang
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Viktimologi bermanfaat bagi kinerja aparatur penegak
hukum, seperti aparat kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. Viktimologi dapat dipergunakan sebagai
pedoman dalam upaya memperbaiki berbagai kebijakan/perundang-undangan yang selama ini terkesan
kurang memperhatikan aspek perlindungan korban.

Viktimologi juga berperan dalam hal penghormatan hak-hak asasi korban sebagai manusia, anggota
masyarakat, dan sebagai warga Negara yang mempunyai hak dan kewajiban asasi yang sama dan seiApa
tujuan dan manfaat mempelajari viktimologi?

Manfaat viktimologi ini dapat memahami kedudukan korban sebagai sebab dasar terjadinya
kriminalitas dan mencari kebenaran. Dalam usaha mencari kebenaran dan untuk mengerti akan
permasalahan kejahatan, delikuensi dan deviasi sebagai satu proporsi yang sebenarnya secara dimensional
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Kencana, Jakarta, 2010, Bagian
Pendahuluan.

14
Andrew Karmen, 2003, Crime Victims: An Introduction to Victimology, Wadsworth Publishing,

Bambang Waluyo, 2011, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Sinar
Grafika

Rena Yulia, 2010, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu,
Yogyakarta,

Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan (dalam: Dr. G. Widiartana, S.H., M.Hum., 2014, Viktimologi
Perspektif Korban dalam Penanggulangan Kejahatan, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,

Lilik Mulyadi, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi, Djambatan, Denpasar,

Citra Nur Azizah, 2011 The Blind of viktimologi History, Jakarta,

Dikdik 2009 M. Arief Mansur dan Elisatri Gultom, Djambatan, Denpasar.

15

Anda mungkin juga menyukai