Rocky Yanitra
201710026
BAB 1
Hak-hak korban untuk didengar, hak untuk dihadirkan di depan sidang, hak untuk
diperlakukan secara adil, dan hak akan penghormatan terhadap martabat manusia
terabaikan. Korban diperlakukan tidak lebih hanya sebagai sarana yang
bermanfaat bagi pelaporan dan penuntutan suatu tindak pidana. Penuntut umum
sibuk mengurusi proses penuntutan dan hak-hak terdakwa, hakim hanya berfokus
kepada hak-hak terdakwa, sedangkan hak-hak korban dan keluarganya sama
sekali tidak diperhatikan.
Hak-Hak Korban
Korban berhak atas sejumlah hak. Menurut David Boyle, korban
secara umum berhak atas sejumlah hak, yaitu hak atas partisipasi,
hak representasi, hak atas perlindungan, dan hak atas reparasi.
2. Korban Sekunder
Korban sekunder disebut dengan istilahindirect victim, yaitu orang-orang yangmemiliki hubungan dengan
korban primerdan secara emosional dan/atau finansial bergantung kepada mereka seperti anak-anak,
orang tua, atau pasangan keluarga. Ketika seorang bapak atau ibu menjadi korban suatu kejahatan,
kerugian psikis atau ekonomi dapat dialami juga oleh anak-anak mereka meskipun sifatnya tidak langsung.
3. No Victimization
Istilah no victimization dalam diskursusteoretis di Barat disebut dengan crime without victim. Kemunculan
istilah tersebut tentu tidak dapat dilepaskan dari penggunaan cara pandang liberal untuk semua aspek
kehidupan termasuk kejahatan. Masyarakat Barat berpandangan bahwa perbuatan-perbuatan yang
dikriminalisasi hendaklah perbuatan- perbuatan yang mendatangkankerugian pada diri orang lain. Jika
tidak merugikan orang lain sekalipun tercela secaramoral, perbuatan- perbuatan itu tidak perlu
dikriminalisasi.
Viktimisasi
Sekunder
1. Konsep Viktimisasi Sekunder
Secondary victimization merupakan suatukonsep yang memiliki arti berbeda dengankonsep
secondary victim. Secondary victimization mengkaji keberadaan korbanyang secara tidak langsung
mengalamipenderitaan/kerugian dari suatu kejahatan, sedangkan secondary victim terjadi bukan
sebagai akibat dari tindak pidana, melainkan melalui respons institusi dan individu kepada korban.
KEADILAN RESTORATIF
Konsep, Prinsip, dan Nilai-nilai
Keadilan Restoratif
Restorative justice sesungguhnya merupakan pengakuan terhadap
filsafat hukum oriental yang dalammenyelesaikan konflik apa pun selalu
berupaya untuk memulihkan hubungan pihak-pihak yang berkonflik seperti
keadaan sebelum konflik terjadi. Dalam alam pemikiran Timur, konflik pada
tingkat individual (mikro) dipandang dapat memengaruhi keseimbangan
pada tingkat makro (masyarakat), bahkan dapat memengaruhi kestabilan
alam semesta, yang terwujud dalam bentuk bencana alam. Oleh karena
itu, penyelesaian konflik juga merupakan upaya untuk mengembalikan
kestabilan alam semesta.
Keadilan Restoratif dan
Keadilan Retributif
Peran Tiap-tiap Peserta
dalam KeadilanRestoratif
Menurut Eriyantouw Wahid, para peserta yang terlibat aktif dalam program keadilanrestoratif dan peran yang
dimainkannyaadalah sebagai berikut.22
1. Korban kejahatan. Kepentingan korban kejahatan harus benar-benar dilindungidalam segala proses keadilan
restoratif.Persiapan yang matang harus dilakukan sebelum korban dan pelaku kejahatan dipertemukan.
2. Pelaku kejahatan. Dengan berpartisipasisecara sukarela dan mengaku bersalah, pelaku berhak memperoleh nasihat hukum
dan boleh sewaktu-waktu menarik diri. Kewajiban pelaku adalah bertanggungjawab dan memenuhi janji sesuai hasil
kesepakatan pertemuan.
3. Kepolisian. Sebaiknya undang-undang mengatur kewenangan polisi dalam mengalihkan kasus kepada proses restoratif,
terutama dalam hal perkara-perkara sedang dan lebih berat.
4. Kejaksaan. Hampir di semua negara didunia, jaksa adalah dominus litis, sang penentu perkara sehingga berperan besar
dalam menyerahkan perkara ke jalur restoratif. Apalagi sistem penuntutan di negara bersangkutan menganut asas oportunitas.
5. Penasihat hukum. Ia dapat memainkanperan untuk memberi pencerahan proses restoratif kepada pelaku kliennya dan
mendorong memilih proses restoratif demihasil yang menguntungkan.
6. Pengadilan. Baik di negara-negara common law maupun di negara- negara civil law, hakim dapat memainkan peran utama
di dalam mengalihkan perkara ke panggungrestoratif.
7. Petugas penjara. Proses restoratifdigunakan juga di lingkungan penjara.Petugas penjara yang berwenang sebaiknya
mempertimbangkan hasil mediasi restoratif antara pihak narapidana dengan korbannya, sebelum memutuskan pemberian lepas
bersyarat.
8. Komunitas. Tidak sedikit anggota suatu komunitas mencurigai program keadilan restoratif sebagai sarana untuk meringankan
pelaku kejahatan, terutamadalam konteks kejahatan berat.
Pentingnya Keadilan Restoratif
Bagi Korban Kejahatan
Keadilan restoratif penting bagi korban kejahatan karena kedudukan, peran, dan hak-
hak korban lebih dihargai dalam penyelesaian sengketa.
Pertama, korban dapat berperan lebih aktif dalam proses peradilan pidana.
Kedua , keadilan restoratif lebih berfokus pada upaya restoratif bagi korban
daripada pemidanaan terhadap pelaku.
MEDIASI PENAL
Konsep dan Prinsip-prinsip
Mediasi Penal
Penggunaan mediasi dalam sistem peradilan pidana dewasa ini tumbuh
dan berkembang sangat pesat. Tidak sedikit para ahli hukum pidana
yang menyerukan perlunya diadakan program-program yang bertujuan
mempertemukan korban dan pelaku sehingga masalah yang
mereka hadapi dapat diselesaikan dengan baik dan situasi kembali
berjalan dengan normal. Seruan tersebut didasari oleh suatu realitas
bahwa sistem peradilan pidana yang diterapkan dewasa ini terlalu
positivistik dan hanya bertujuan untuk memberikan balasan yang
setimpal kepada pelaku kejahatan atas perbuatan yang dilakukan,
sehingga muncul ketidakpuasan dan ketidakadilan.
Model-Model Mediasi Penal
PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP KORBAN OLEH
LEMBAGA PERLINDUNGAN
SAKSI DAN KORBAN
Mengapa LPSK?
Terdapat beberapa argumentasi mengapa perlindungan hukum terhadap korban perlu
diberikan kewenangannya kepada LPSK.
Ketiga , munculnya tuntutan atau desakan agar hak-hak korban lebih diakui, dilindungi, dan
dipenuhi.
BAB 9