Anda di halaman 1dari 14

Modul Pertemuan Sesi 8

Mata Kuliah Kriminologi dan Viktimologi

Disusun oleh: Idris Wasahua

Topik:

1. Pengertian Viktimologi
2. Tipologi Korban

Pengantar

Untuk melakukan penanggulangan kejahatan yang tepat, cara pandang kita


sebaiknya tidak hanya terfokus pada berbagai hal berkaitan dengan penyebab
timbulnya kejahatan atau metode apa yang efektif dipergunakan dalam
penanggulangan kejahatan. Akan tetapi, hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk
dipahami adalah masalah korban kejahatan itu sendiri yang dalam keadaan-
keadaan tertentu dapat menjadi pemicu munculnya kejahatan.

Berbicara tentang korban kejahatan tidak tidak dapat dilepaskan dari viktimologi.
Melalui viktimologi dapat diketahui berbagai aspek yang berkaitan dengan korban,
seperti : faktor penyebab munculnya kejahatan, bagaimana seseorang dapat
menjadi korban, upaya mengurangi terjadinya korban kejahatan, dan kewajiban
korban kejahatan. Viktimologi dapat dikatakan sebagai cabang ilmu yang relatif baru
jika dibandingkan dengan cabang ilmu lain, seperti sosiologi dan kriminologi.

Menurut Mardjono Reksodiputro, munculnya kecenderungan perhatian terhadap


studi tentang korban didasasrkan pada beberapa alasan, yakni terdapat dua arus
yang perlu diketahui sehubungan dengan perhatian para ilmuwan terhadap
viktimologi yaitu :

1. Adanya pikiran bahwa Negara turut bersalah dalam terjadinya korban, karena itu
sewajarnyalah Negara memberikan kompensasi kepada korban
2. Adanya aliran pemikiran baru dalam kriminologi yang meninggalkan pendekatan
positivis, dan lebih memperhatikan proses-proses yang terjadi dalam sistem
peradilan pidana dan struktur masyarakatnya (critical criminology), pandangan
kriminologi kritis ini banyak mempengaruhi pemikiran dalam viktimolog

1
1. Pengertian Viktimologi

Secara bahasa Victimology terdiri dari kata victim dan logy

 Victim berasal kata viktima yang berarti korban.


 logy dari kata logos yang berarti pengetahuan ilmiah, ilmu, kata atau suatu
study.

Viktimologi, berasal dari bahasa latin victima yang berarti korban dan logos yang
berarti ilmu. Secara terminologis, viktimologi berarti suatu studi yang mempelajari
tentang korban penyebab timbulnya korban dan akibatakibat penimbulan korban
yang merupakan masalah manusia sebagai suatu kenyataan sosial. Viktimologi
merupakan suatu pengetahuan ilmiah/studi yang mempelajari suatu viktimalisasi
(criminal) sebagai suatu permasalahan manusia yang merupakan suatu kenyataan
sosial.2 Viktimologi merupakan istilah bahasa Inggris Victimology yang berasal dari
bahasa latin yaitu “Victima” yang berarti korban dan “logos” yang berarti studi/ilmu
pengetahuan.3 Pengertian viktimologi mengalami tiga fase perkembangan. Pada
awalnya, viktimologi hanya mempelajari korban kejahatan saja. Pada fase ini
dikatakan sebagai penal or special victimology. Pada fase kedua, viktimologi tidak
hanya mengkaji masalah korban kejahatan saja tetapi meliputi korban kecelakaan.
Pada fase ini desebut sebagai general victimology. Fase ketiga, viktimologi sudah
berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji permasalahan korban penyalahgunaan
kekuasaan dan hak-hak asasi manusia, pada fase ini dikatakan sebagai new
victimology.

Dalam kamus bahasa Indonesia, disebutkan bahwa Viktimologi adalah ilmu yang


mempelajari tentang korban (victim = korban) termasuk hubungan antara korban
dan pelaku, serta interaksi antara korban dan sistem peradilan -
yaitu, polisi, pengadilan, dan hubungan antara pihak-pihak yang terkait - serta
didalamnya juga menyangkut hubungan korban dengan kelompok-kelompok
sosial lainnya dan institusi lain seperti media, kalangan bisnis, dan gerakan sosial.
Viktimologi juga membahas peranan dan kedudukan korban dalam suatu tindakan
kejahatan di masyarakat, serta bagaimana reaksi masyarakat terhadap
korban kejahatan. Proses dimana seseorang menjadi korban kejahatan disebut
dengan "viktimisasi

 Pengertian viktimologi menurut beberapa ahli:

 Zvonimir Paul-Separovic:

Victimology refers to science dealing with the study of the victim

2
 J.E.Sahetapy:

Viktimologi secara singkat adalah ilmu atau disiplin yang membahas


permasalahan korban dalam segala aspek

 Arif Gosita:

Viktimologi adalah suatu studi atau pengetahuan ilmiah yang mempelajari


masalah pengorbanan kriminal sebagai suatu masalah manusia yang
merupakan suatu kenyataan sosial

 Pengertian Korban (Victim)

Ketika saat berbicara tentang korban kejahatan, cara pandang kita tidak
dilepaskan dari viktimologi. Melalui viktimologi dapat diketahui berbagai aspek
yang berkaitan dengan korban, seperti : faktor penyebab munculnya kejahatan,
bagaimana seseorang dapat menjadi korban, upaya mengurangi terjadinya
korban kejahatan, hak dan kewajiban korban kejahatan.

Menurut kamus Crime Dictionary, yang dikutip Bambang Waluyo : Victim adalah
orang telah mendapatkan penderitaan fisik atau penderitaan mental, kerugian
harta benda atau mengakibatkan mati atas perbuatan atau usaha pelanggaran
ringan dilakukan oleh pelaku tindak pidana dan lainnya.

 Penegrtian korban dalam kamus Bahasa Indonesia

 korban/kor·ban/ n 1 pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan


sebagainya; kurban: jangankan harta, jiwa sekalipun kami berikan sebagai
--; 2 orang, binatang, dan sebagainya yang menjadi menderita (mati dan
sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan
sebagainya: sepuluh orang -- tabrakan itu dirawat di rumah sakit Bogor;
berkorban/ber·kor·ban/ v 1 menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan
sebagainya; menjadi korban; menderita (rugi dan sebagainya); 2 memberikan
sesuatu sebagai korban: kami rela ~ demi kejayaan nusa dan bangsa;

mengorbankan/me·ngor·ban·kan/ v 1 memberikan sesuatu sebagai


pernyataan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya: dia bersedia ~ hartanya
untuk perjuangan kemerdekaan bangsanya; 2 menjadikan sesuatu sebagai
korban;
pengorbanan/pe·ngor·ban·an/ n proses, cara, perbuatan mengorbankan.

3
 Pengertian korban menurut beberapa ahli :

 Muladi :

Korban (victims) adalah orang-orang yang baik secara individual maupun


kolektif telah menderita kerugian termasuk kerugian fisik atau mental,
emosional, ekonomi atau gangguan subtansial terhadap hak-haknya yang
fundamental, melalui perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana di
masing-masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan

 Arif Gosita:

Mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat


tindakan orang lain yang mencari pemenuhan diri sendiri atau orang lain
yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita

 Mendelsohn:

Berdasarkan derajat kesalahannya korban dibedakan menjadi lima macam,


yaitu:

a. Yang sama sekali tidak bersalah;


b. Yang jadi korban karena kelalaiannya;
c. Yang sama salahnya dengan pelaku;
d. Yang lebih bersalah dari pelaku;
e. Yang korban adalah satu-satunya yang bersalah (dalam hal ini pelaku
dibebaskan).

 Pengertian korban dalam peraturan perundang-undangan:

 PP No. 2 Tahun 2002 tentang Hak Asasi Manusia :

Orang perseorangan atau kelompok orang yang mengalami penderitaan


sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia yg berat yg memerlukan
perlindungan fisik, dan mental dari ancaman,gangguan, teror, dan
kekerasan dari pihak manapun.

 UU PKDRT, No. 23/2004 ps 1/3 :

Orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam


lingkup rumah tangga.

4
 PP No. 3 thn 2002 tentang Kompensasi, Restitusi, dan Rehabilitasi thd
korban HAM berat :

Korban adalah orang perse orangan atau kelompok orang yg menga lami
penderitaan baik fisik, mental maupun emosional, kerugian ekonomi, atau
mengalami pengabaian, pengurangan atau perampasan hak-hak dasar
nya, sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia yg berat,termasuk
korban adalah ahli warisnya.

 UU No 13 Thn 2006 Ttg Perlindungan Saksi dan Korban :

Korban adalah seseorang yg mengalami penderitaan fisik maupun mental


serta kerugian ekonomi yg diakibatkan oleh suatu tindak pidana.

 Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and


Abuse of Power tahun 1985

Pengertian ‘korban’ menurut  Declaration of Basic Principles of Justice for


Victims of Crime and Abuse of Power tahun 1985 adalah :

1. “Victims” means persons who, individually or collectively, have suffered


harm, including physical or mental injury, emotional suffering, economic
loss or substantial impairment of their fundamental rights, through acts or
omissions that are in violation of criminal laws operative within Member
States, including those laws proscribing criminal abuse of power.
2. A person may be considered a victim, under this Declaration, regardless
of whether the perpetrator is identified, apprehended, prosecuted or
convicted and regardless of the familial relationship between the
perpetrator and the victim. The term “victim” also includes, where
appropriate, the immediate family or dependents of the direct victim and
persons who have suffered harm in intervening to assist victims in distress
or to prevent victimization

Dari berbagai pengertian-pengertian korban di atas, dapat dikemukakan bahwa


korban pada dasarnya tidak hanya orang perorangan atau kelompok yang
secara langsung menderita akibat dari perbuatan-perbuatan yang menimbulkan
kerugian/penderitaan bagi diri/kelompoknya, bahkan lebih luas lagi termasuk di
dalamnya keluarga dekat atau tanggungan langsung dari korban dan orang-
orang yang mengalami kerugian ketika membantu korban mengatasi penderitaan
atau untuk mencegah viktimisasi.

Mengenai kerugian korban, Saparovic mengatakan bahwa kerugian korban yang


harus diperhitungkan tidak harus selalu berasal dari kerugian karena menjadi
korban kejahatan, tetapi kerugian atas terjadinya pelanggaran atau kerugian
yang ditimbulkan karena tidak dilakukannya suatu pekerjaan. Walaupun yang
disebut terakhir lebih banyak merupakan persoalan perdata, pihak yang

5
dirugikan tetap saja termasuk dalam kategori korban karena ia mangalami
kerugian baik secara meteriil maupun secara menta.

Sedangkan, pengertian ‘korban’ menurut draft UN Convention on Justice and


Support for Victims of Crime and Abuse of Power yang disusun oleh World
Society of Victimology, adalah :

Article 1 Definitions (1) ‘Victims’ means natural persons who, individually


or collectively, have suffered harm including physical or mental injury,
emotional suffering or economic loss or violations of fundamental rights in
relation to victimizations identified under ‘scope’. (2) A person is a victim
regardless of whether the crime is reported to the police, regardless of
whether a perpetrator is identified, apprehended, prosecuted or convicted
and regardless of the familial relationship between the perpetrator and the
victim. The term ‘victims’ also includes, where appropriate, the immediate
family or dependants of the direct victims and persons who have suffered
in intervening to assist victims in distress or to prevent victimization

Pengertian yang lain tentang ‘korban’ dari European Union Council Framework
Decision of 15 March 2001 on the standing of victims in criminal proceedings
(2001/220/JHA) adalah :

(a) “victim” shall mean a natural person who has suffered harm, including
physical or mental injury, emotional suffering or economic loss, directly caused
by acts or omissions that are in violation of the criminal law of a Member State.

2. Tipologi Korban

Korban suatu kejahatan memiliki bentuk yang beragam atau variatif. Bentuk korban
yang beragam tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti antara lain jenis
kelamin, usia, dan lain sebagainya. Berbagai bentuk korban tersebut dalam ilmu
viktimologi disebut dengan tipologi korban.

Pengelompokan Korban menurut beberapa ahli:

 Mesellin dan Wolfgang:

1. Primary Victimization: korban individual/ orang perorangan


2. Secondary Victimization: korban adalah kelompok. Misalnya badan hukum.

6
3. Tertiary Victimization: Yang menjadi korban adalah masyarakat luas,
negara.
4. Mutual Victimization: Yang  menjadi korban si pelaku sendiri, misalnya
pelacuran, perzinaan, narkotika
5. No Victimization:Yang dimaksud bukan berarti tidak ada korban, melainkan
korban tidak diketahui. misalnya, konsumen  yang tertipu dalam
menggunakan suatu hasil produksi

 Stephen Schafer :

1. Orang yang tidak mempunyai kesalahan apa-apa, namun menjadi korban


(untuk tipe ini kesalahan ada pada pelaku).
2. Korban secara sadar atau tidak sadar telah melakukan sesuatu yang
merangsang orang lain untuk melakukan kejahatan (untuk tipe ini, korban
dinyatakan turut mempunyai andil dalam terjadinya kejahatan sehingga
kesalahan terletak pada pelaku dan korban).
3. Mereka yang secara biologis dan sosial potensial menjadi korban. (anak-
anak, orang tua, orang yang cacat fisik atau mental, orang miskin, golongan
minoritas dan sebagainya. Korban dalam hal ini tidak dapat disalahkan, tetapi
masyarakatlah yang harus bertanggungjawab).
4. Korban karena ia sendiri merupakan pelaku. Inilah yang dikatakan sebagai
kejahatan tanpa korban. Pelacuran, perjudian, zina, merupakan beberapa
kejahatan yang tergolong kejahatan tanpa korban. Pihak yang bersalah
adalah korban karena ia juga sebagai pelaku.

Jenis Korban yang menimbulkan kejahatan (Hentig):

1. Tindakan kejahatan memang dikehendaki oleh si korban untuk terjadi.


2. Kerugian akibat tindakan kejahatan mungkin dijadikan si korban untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
3. Akibat yang merugikan si korban mungkin merupakan kerjasama antara si
pelaku dan si korban.
4. Kerugian akibat tindak kejahatan sebenarnya tidak terjadi bila tidak ada
provokasi dari si korban.

Tipologi korban yang dapat diidentifikasi dari keadaan dan status korban:

1. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali
dengan terjadinya korban, misalnya pada kasus kecelakaan pesawat. Dalam
hal ini tanggungjawab sepenuhnya terletak pada pelaku.
2. Provocative Victims, yaitu seseorang yang secara aktif mendorong dirinya
menjadi korban, misalnya kasus selingkuh, dimana korban juga sebagai
pelaku.
3. Participating Victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban.

7
4. Biologically weak Victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki
kelemahan atau potensi untuk menjadi korban, misalnya orang tua renta,
anak-anak dan orang yang tidak mampu berbuat apa-apa.
5. Socially Weak Victims, Yaitu mereka yang memiliki kedudukan social yang
lemah yang menyebabkan mereka menjadi korban, misalnya korban
perdagangan perempuan, dan sebagainya.
6. Self Victimizing Victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena
kejahatan yang dilakukannya sendiri, pengguna obat bius, judi, aborsi dan
prostitusi.

 Korban kejahatan konvensional adalah korban yang diakibatkan oleh tindak


pidana biasa atau kejahatan biasa misalnya, pembunuhan, perkosaan,
penganiayaan dan lain-lain;
 Korban non-konvensional adalah korban kejahatan yang diakibatkan oleh
tindak pidana berat seperti terorisme, pembajakan, perdagangan narkotika
secara tidak sah, kejahatan terorganisir dan kejahatan computer;
 Korban kejahatan akibat penyalahgunaan kekuasaan (Ilegal abuses of
power) terhadap hak asasi manusia alat penguasa termasuk penangkapan
serta penahanan yang melanggar hukum dan lain sebagainya.

Korban dapat dikategorikan menjadi dua:

 Pertama: dalam arti “sacrifice”  artinya bentuk korban


(pengorbanan) yang dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat
metafisik,supranatural, misalnya korban dalam upacara keagamaan
dan atau sejenisnya, untuk persembahan dewa, pengampunan,
penghormatan, ungkapan terimakasih, penebusan dosa, dll;
“Propitiatory”  untuk meminta belas kasihan dewa; “Holocaust” 
Pengorbanan Pembakaran; “Komuni” Pengorbanan sebagian yang
sisanya dimakan bersama.

 Kedua; Korban dalam Konsep Keilmuan (Victimological)

Objek korban dalam konsep kelilmuan, antara lain:

 Korban akibat kejahatan atau perbuatan yang dapat dihukum (victim of crime)
 Korban kecelakaan (victim of accident),
 Korban bencana alam (victim of natural disaster),
 Korban kesewenang-wenangan penguasa atau korban atas pelanggaran hak
asasi manusia (victim of illegal abuses of public power) maupun
 Korban dari penyalahgunaan kekuasaan di bidang ekonomi (victim of illegal
abuses of economic power)
 Pada tahap perkembangannya, korban kejahatan bukan saja berbentuk
orang perseorangan, namun meluas meliputi korporasi, institusi, pemerintah,
bangsa dan negara (Arif Gosita)

8
 Lebih luas, korban selain perseorangan, juga institusi, lingkungan hidup,
masyarakat, bangsa dan negara :

 Korban perseorangan : setiap individu yang mendapat penderitaan


baik jiwa, fisik, materiil, maupun non materiil
 Korban institusi: adalah setiap institusi mengalami penderitaan
kerugian dalam menjalankan fungsinya yang menimbulkan kerugian
berkepanjangan akibat dari kebijakan pemerintah, swasta maupun
bencana alam
 Korban lingkungan hidup: adalah setiap lingkungan alam yang
didalamnya berisikan kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia
dan masyarakat serta semua jasad hidup yang tumbuh berkembang
dan kelestariannya sangat tergantung pada lingkungan alam tersebut
yang telah mengalami gundul, longsor, banjir dan kebakaran yg
ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah yang salah, dan perbuatan
manusia, baik individu maupun masyarakat yang tidak
bertanggungjawab

 Korban masyarakat, bangsa dan negara : Adalah masyarakat yang


diperlakukan diskriminatif tidak adil, tumpang tindih pembagian hasil
pembangunan serta hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial, hak budaya
tidak lebih baik setiap tahun

Berkaitan dengan korban institusi, masyarakat, bangsa dan Negara

 Dalam perkara korupsi dapat menjadi korban tindak pidana korupsi berupa
kerugian keuangan negara dan perekonomian negara, kualitas kehidupan,
rusaknya infrastruktur dan sebagainya
 Dalam tindak pidana terorisme, dapat mengalami korban jiwa masyarakat,
kesehatan masyarakat, kerusakan infrastruktur, terusiknya ketenangan, kerugian
materiil, dan immateriil lainnya
 Dalam tindak pidana narkotika, dapat menjadi korban rusaknya generasi muda,
menurunnya kualitas hidup masyarakat dan sebagainya
 Dalam tindak pidana perusakan lingkungan hidup, pembabatan hutan dan illegal
logging, dapat menyebabakan rusaknya lingkungan, tanah tandus, banjir
bandang, serta merusak infrastruktur dan penderitaan rakyat yang
berkepanjangan
 Selain korban dari kejahatan, adakalanya korban juga sebagai pelaku. Misal :
pengguna narkotika, anak nakal
 Untuk perbuatan tertentu, mungkin terjadi apa yang sering dikenal dalam
kepustakaan kriminologi sebagai victimless crime, atau kejahatan tanpa
korban. Bahkan korban dan pelaku adalah tunggal atau satu, dalam pengertian
bahwa pelaku adalah korban dan korban adalah pelaku juga. Contoh :
pelacuran, perjudian, tindak pidana narkotika sebagai pemakai atau drug-users.

9
Jenis pelanggaran hukum tidak dapat membedakan secara tegas antara siapa
korban dan siapa pelaku.

Perkembangan ilmu viktimologi selain mengajak masyarakat untuk lebih


memperhatikan posisi korban juga memilah-milah jenis korban hingga kemudian
muncullah berbagai jenis korban yakni :

1. Nonparticipating victims, yaitu mereka yang tidak peduli terhadap upaya


penanggulangan kejahatan
2. Latent victims, yaitu mereka yang mempunyai sifat karakter tertentu sehingga
cenderung menjadi korban
3. Procative victims, yaitu mereka yang menimbulkan rangsangan terjadinya
kejahatan
4. Participating victims, yaitu mereka yang dengan perilakunya memudahkan
dirinya menjadi korban
5. False victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena perbuatan yang
dibuatnya sendiri.

Menurut Waluyo, korban juga dapat dikelompokan menjadi :

1. korban perseorangan ; adalah setiap orang sebagai individu yang mendapatkan


penderitaan baik jiwa, fisik,materiil maupun non materiil:
2. (2) Korban institusi; adalah setiap institusi yang mengalami   penderitaan dan
kerugian dalam menjalankan fungsinya yang menimbulkan kerugian
berkepanjangan akibat dari kebijakan pemerintah, kebijakan swasta, maupun
bencana alam;
3. Korban lingkungan hidup; adalah setiap lingkungan alam yang di dalamnya
berisikan kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan masyarakat serta
semua jasad hidup yang tumbuh berkembang dan kelestariannya sangat
tergantung pada lingkungan alam tersebut yang telah mengalami kegundulan,
kelongsoran, banjir dan kebakaran yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah
yang salah dan perbuatan manusia baik individu maupun masyarakat yang tidak
bertanggungjawab;
4. Korban masyarakat, bangsa dan negara; adalah masyarakat yang diperlakukan
diskriminatif, tidak adil, tumpang tindih pembagian hasil pembangunan serta hak
sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial, hak budaya tidak lebih baik setiap
tahun

10
Beberapa tipologi kejahatan juga dapat ditinjau dari beberapa aspek berikut

Berdasarkan peran sebagai dikemukakan oleh E.A. Fattah (1967), yakni :

1. Korban tidak ikut berpartisipasi


2. Korban berperan secara tidak langsung
3. Korban sebagai provokator
4. Korban terlibat dalam kejahatan
5. Korban dianggap sebagai sasaran yang keliru

Berdasarkan tingkat kesalahan sebagaimana dikemukakan oleh B. Mendelsohn , yakni :

1. Korban yang benar-benar tidak bersalah


2. Koban memiliki sedikit kesalahan akibat ketidaktahuan
3. Kesalahan korban sama dengan pelaku
4. Korban lebih bersalah dari pelaku
5. Korban sendiri yang memiliki kesalahan/paling bersalah
6. Korban imajinatif

Menurut Johan Galtung :

 Pada abad 18, orang meninggal dunia karena penyakit TBC atau bencana alam
tidak dikategorikan sebagai kekerasan. Namun, pada masa sekarang peristiwa
seperti itu termasuk sebagai kekerasan karena peralatan sudah sedemikian
canggih, dan obat2an sudah banyak ditemukan, namun tidak diberi obat2an
maka yg demikian termasuk kekerasan

 Banyak orang meninggal akibat gempa bumi, banjir, angin taufan atau gung
meletus, termasuk sebagai kekerasan jika peristiwa2 itu dapat diatasi namun
tidak dilakukan

 Apakah setiap korban selalu berasal dari suatu tindakan kriminal/kejahatan?.


Tidak selalu. Contohnya seorang yang membunuh dirinya sendiri.

11
Beberapa gambar bencana alam yang menimbulkan korban:

12
13
Referensi:

1. Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban


Kejahatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011;
2. Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan (Kumpulan Karangan), PT. Bhuana
Ilmu Populer, 2004;
3. H.R. Abdussalam dan Adri Desasfuryanto, Victimologi (Ilmu Tentang Korban),
PTIK Press, 2016;
4. (https://www.kbbi.web.id/korban)
5. http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-
korban.html
6. https://www.obsessionnews.com/ruang-lingkup-korban-dan-ragam-
viktimisasi/

14

Anda mungkin juga menyukai