Abstract
Victim those person who are thereatenedor destroyed byan act or ommision of another
(man, structure, organization or institusion) and consequently, a punishible act (notonly
criminal act but also other punishable acts as misdemeanors, economic offeneses, non
fuifiiment or work duties) or from an accident (accident at work, at home, traffic accident,
etc). Suffering maybecausedbyanbotherman (man-made victim) notherstructure where
people are also invoied.
Pendahuiuan
Ketika maraknya berbagai kasus kejahatan para pihak merupakan hal yang penting agar
yang mencuat di Indonesia, acapkali dllihat tidak terjadinya korban karena kedua belah
kasus tersebut hanya dari perspektif pihak harus menyatakan secara bebas
kepentingan umum dalam hal ini dilakukan kehendaknya dalam menentukan besamya
oleh negara. Kalaupun kasus kejahatan uang ganti rugi dan jika kehendak ini tidak
didekati dari segi kepentingan korban dinyatakan secara bebas timbul cacat
kejahatan, tetapi hal itu belum menyentuh pada kehendak dan cacat kehendak ini timbul akibat
aspek ganti rugi bagi pihak korban. Artinya adanya penyalahgunaan kekuasaan yang
penyelesaian hukum sifatnya hanya dari menyebabkan timbulnya korban. disinilah
hukum pidana saja. kaitan eksistensi viktimologi dengan
Padahal kenyataannya sekarang ini, llmu penyelesaian pelaksanaan ganti rugi.
yang berblcara tentang kepentingan korban
akibat kejahatan sudah berkembang dengan
Makna, Perkembangan, dan Manfaat
pesat. Aspek perdata sedang menjadi
perhatian serius. Implementasi kongkrit dari Viktimologi
fokus ini adalah mengkaitkanantara eksistensi Viktimologi berasal dari kata-kata Latin
viktimologi dalam pelaksanaan ganti rugi. Victima yang berarti korban dan logos yang
Beberapa alasan yang memperkuat relasi berarti pengetahuan ilmlah/studi.' Jadi
keduanya, yakni bahwa ketika kesepakatan viktimologi dapat diartikan sebagai suatu
'Gosita, Arif, 1987. Victlmologi dan KUHP Yang Mengatur Ganti Kerugian Pihak Korban. Jakarta:
Akademika Presindo. Him. 40.
213
Zvonirmeir Paul Separovic memberikan turut serta atau berperan di daiam terjadinya
pengertian korban sebagai berikut: suatu kejahatan.®
Menurut Sellin and Wolfgang, ada.
Victin those person who are thereatened
beberapa tipoiogi korban yaitu:
or destroyed by an act or ommision of an
other (man, structure, organization or 1. Primary Victimization, adaiah korban indi-
institusion) and consequently, a victim viduai/perorangan, bukan keiompok.
wouldby a anyone who has suffered from 2. Secondary Victimization, korbannya
or been threatened by a punishible act (not adaiah keiompok, misalnya Badan
onlycriminal act but also otherpunishable Hukum.
acts as misdemeanors, economic 3. Tertiary Victimization, yangmenjadi korban
offeneses, non fulfilment or work duties) or adaiah masyarakat luas.
from an accident (accident at work, at 4. No Victimization, korbannya tidak dapat
home, traffic accident, etc). Suffering may segera diketahui, misainya konsumen
becaused by anbother man (man-made yang tertipu daiam menggunakan hasii
victim) notherstrecture where people are suatu produksi.
also involed (Separovic, 1985; 139).
Dari uraian tipoiogi korban di atas, dapat
Dari pengertian tersebut di atas, korban diketahui bahwa pemikiran tentang victimisasi,
merupakan orang yang mengalami hanya berpikir tentang orang-orang yang
penderitaan karenasesuatu ha! yang meliputi menimbulkan korban dan yang menjadi
perbuatan orang tain, institusi atau lembaga korban, merupakan pemikiran yang sempit,
dan struktur. Yang dapat menjadi korban tidak kasus-kasus tanah, maka tidak hanya
hanya manusia saja, tetapi dapat pula diasumsikan adanya victimisasi orang
perusahaan, negara, asosiasi, keamanan, terhadap orang, tetapi juga suatu victimisasi
kesejahteraan umum dan agama. Dengan yang strukturai.
demikian dapat dikatakan bahwa siapa saja Victimisasi strukturai pada hakekatnya
dapat menjadi atau menimbulkan korban. merupakan tindakan individu yang diiakukan
Dengan kata lainsemua orang potensial untuk sendiri atau bersama-sama dengan orang lain
menjadi korban dan sebaliknya pula semua sebagai unsur suatu keiompok tertentu.
orang dapat menimbulkan korban. Individu ini bersikap dan bertindak
Kemudian sejakviktlmoiogi diperkenalkan berdasarkan tuntutan unsur-unsur strukturai
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang sosialtertentu yang membudaya. Unsur-unsur
mengkajl permasalahan korban serta segala strukturai sosial tersebut adaiah kepentingan
aspeknya, maka Wolfgang meiaiui lembaga niiai sosial, norma, status dan
penelitiannya menemukan bahwa korban peranan.®
®Wolfgang. 1979. "Justice for Victim's ofCrime." Presented ata Seminar onCriminoiogi atIndonesia.
Him. 3.
®Arif Gosita.Op. Cit Him. 140.
Kemudian dari pehdapat Arif Gosita untuk mengetahui, mengenali bahaya yang
tersebut di atas jika dikaitkan dengan "unsur- dihadapinya berkaitan dengan kehidupan
unsur struktur sosial tersebut dapat pekerjaan mereka. Tujuannya bukan untuk
mempengaruhi kasus-kasus pengembangan menakut-takuti akan tetapi untuk memberikan
suatu victimisasi yang berkaitan dengan unsur- pengertian yang baik dan agar waspada serta
unsur struktur sosial tertentu di mana ia berada. mengusahakan hidup aman seseorang yang
Sebaliknya indivldu tersebut dalam arti meliputi pengetahuan yang seluas-luasnya
menangani dan memanipulasi unsur-unsur mengenai bagaimana menghindarinya.
struktur sosial yang sesuai dengan Pandangan-pandangan. pernyataan-
kemampuannya dan kehendak yang pernyataan dalam viktimologi adalah sangat
bersangkutan. berharga dalam hal ini. Permasalahan utama
Dalam rangka memberikan pelayanan viktimologi antara lain adalah mencapai,
terhadap korban perlu diperhatikan manfaat mengusahakan hasil-hasil yang praktis
pandangan-pandangan Viktimologi sebagai (pratical)., yang berarti menyelamatkan orang
dasar bersikap dan bertindak'melakukan dalam bahaya dari bahaya.
pelayanan terhadap korban. Adapun manfaat Keempat, viktimologi juga memperhatikan
viktimologi menurut Arief Gosita antara lain: permasalahan victimisasi yang tidak langsung
Pertama, viktimologi mempelajari hakekat misalnya, efek politik ada penduduk "dunia
siapa itu korban dan yang menimbulkan ketiga" akibat penguapan oleh korporasi
korban; Kedua, viktimologi memberikan transnasional, akibat-akibat sosial pada setiap
sumbangan terhadap korban akibat tindakan orang akibat polusi industri, terjadinya
manusia yang menimbulkan penderitaan victimisasi ekonomi, politik dan sosial setiap
mental, fisik, sosial. Tujuannya tidaklah untuk kali seseorang pejabat menyalahgunakan
menyanjung-nyanjung pihak korban, tetapi jabatannya dalam pemerintahan untuk
hanya untuk memberikan beberapa keuntungan diri sendiri (korupsi). Dengan
penjelasan mengenai kedudukan dan peran demikian kemungkinan menentukan asal
korban serta hubungannya dengan pihak lain. mula victimisasi, mencari sarana menghadapi
Kejelasan ini sangat penting dalam rangka suatu kasus mengetahui terlebih dahulu
mengusahakan kegiatan pencegahan kasus-kasus (antisipasi), mengatasi akibat
terhadap berbagai macam victimisasi, yang merusak; Kelima, viktimologi
dengan menegakkan keadilan dan memberikan dasar pemikiran untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka yang mengatasi masalah kompensasi pada korban,
terlibat langsung atau tidak langs'ung dalam pendapat-pendapat victimologis digunakan
eksistensi suatu victimisasi. Terutama dalam dalam keputusan-keputusan peradilan dan
bidang penyuluhan dan pembinaan untuk tidak reaksi pengadilan terhadap perilaku kriminal.
menjadi korban struktural atau non struktural; Mempelajari korban dari dan dalam proses
Ketiga, viktimologi member! keyakinan bahwa peradilan kriminal, merupakan juga suatu
setiap individu mempunyai hak dan kewajiban studi mengenai hak-hak asasi manusia.'
'Ibid. Him. 14
215
Dan yang telah dikemukakan tersebut di Adapun yang dimaksud dengan mereka
atas sedikit banyaknya dapat diketahui bahwa (orang) adalah: a).korban orang perorangan
manfaat dan tujuan viktimologi salah satu atau korban individual {victimisasi primair)] b)
diantaranya meringankan kepedihan dan korban yang bukan orang perorangan
penderitaan yang dialami manusia di dunia. misalnya Badan Hukum (perusahaan,
Penderitaan dalam art! menjadi korban jangka pengusaha), organisasi, iembaga.
pendek dan korban jangka panjang yang Pihak korban adalah impersonal,
berupa kerugian fisik, mental atau moral, komersiai, kolektif (victimisasi sekunder)
sosial ekonomis, kerugian yang hampirsama adalah keterlibatan umum, keserasian sosial
sekali dilupakan, diabaikan oleh kontroi sosial, dan pelaksanaan perintah misalnya
yang melembaga seperti penegak hukum, peianggaran peraturan dan ketentuan-
pengadilan dan lain sebagainya. ketentuan negara.®
Menurut Arif Gosita, korban itu timbul
sebagai interaksi akibat adanya interrelasi
Korban Dalam GantI Rugi
antara fenomena-fenomena yang ada dan
Daiam pelaksanaan ganti rugi pihak-pihak saling mempengaruhi. Bila berbicara
yang menjadi korban tidak seialu orang mengenai kedudukan korban daiam
perorangan, tetapi bisajuga terjadi pada suatu pelaksanaan ganti rugi akan menyinggung
kelompok, badan huku'm, atau organisasi.® peranan serta hak dan kev/ajiban korban
Di dalam prakteknya berbagai bentuk dalam terjadinya ganti rugi sebeiumnya telah
korban yang timbul dalam pelaksanaan ganti disinggung peranan si korban yang akan
rugi mengakibatkan penderitaan, kerugian mempengaruhi penilaian dan penentuan hak
mental dan sosial, tidak dapat dijangkau oleh dan kewajiban korban dalam suatu
undang-undang atau peraturan yang ada, pelaksanaan ganti rugi serta penyeiesaiannya.
karena belum dirumuskan terlebih dahulu. Korban mempunyai peranan dan
Sebagai dasar pembahasan lebih lanjut tanggungjawab yang fungsional dalam
yang ingin dipakai perumusan korban adalah pemlDuatan dirinya sebagai korban. Yang
sebagai berikut: menjadi pertimbangan penentuan hak dan
kew/ajiban si korban adalah taraf keterlibatan
Korban adalah mereka (orang) yang
dan tanggung jawab fungsional si korban
menderita jasmaniah dan rohaniah (baik
dalam ganti rugi.
menderita fisik. mental, sosial) sebagai
Menurut Arif Gosita hak-hak korban secara
akibat darl tindakan orang lain dalam
umum antara lain:
pelaksanaan ganti rugi tanah yang
bertentangan dengan kepentingan dan
hak asasi pemilik tanah.
®/b/d.Hlm. 101.
^Ibid.
217
2) Berpartisipasi dengan masyarakat mengatasi permasaiahn korban ganti rugi
mencegah adanya korban lebih harus konseptuai, mempunyai perencanaan
banyak. strategi dan taktik dalam pelaksanaannya.
3) Mencegah kehancuran si pembuat Daiam pelaksanaan penanggulangan
korban balk oleh diri sendiri maupun ganti rugi harusdiusahakan adanya kesediaan
oleh orang lain. dan semangat untuk bekerja sama,
4) Ikut berpartisipasi dengan masyarakat mengkoordinasi dan dikoordinasi.
serta membina pelaku korban. mengusahakan keterpaduan daiam
5) Bersedia dibina atau membina diri berpandangan dan kegiatan memperhatikan
sendiri untuk tidak menjadi korban kesederhanaan yang efektif untuk
lagi. menciptakan situasi dan kondisi yang
6) Tidak menuntut ganti kerugian yang memperiancar usaha.
tidak sesuai dengan kemampuan Langkah yang harusdiambii daiam usaha
pembuat korban. penanggulangannya dan menyelesaikan
7) Memberi kesempatan pada pembuat pelaksanaan ganti rugi agar tidak
korban untuk mengganti kerugian menimbulkan korban ada beberapa tahapan
sesuai dengan kemampuannya. yang harus diiakukan antara lain: Pertama,
8) Menjadi saksi bila tidak mengusahakan pemahaman masaiah.
membahayakan diri sendiri dan ada Langkah pertama yang harus diiakukan
periindungan keamanan untuk sebelum meiakukan pencegahan,
dirinya.'^ penindakan dan penyeiesaian suatu korban,
maka harus memahaminya dengan tepat serta
Demikian beberapa macam hak dan menganaiisanya, terutama faktor-faktor
kewajiban korban yang perlu mendapat penghambat dan pendukungnya.Yang harus
perhatian untuk dipertimbangkan manfaatnya dipahami terutama sebagai iandasan adaiah:
diatur dalam peraturan/perundang-undangan
demi keadilan dan ketertiban umum. 1. individu-individu yang terlibat daiam
eksistensi suatu victimisasi strukturai. Dari
individu-individu ini diperhatikan secara
Penanggulangan dan Penyeiesaian khusus mereka yang berpengaruh di
Korban daiam Ganti Rugi lingkungannya (besar atau kecii), daiam
Penanggulangan dan penyeiesaian berbagai bidang kehidupan dan
permasalahan korban daiam ganti rugi penghidupan.
bukaniah suatu yang mudah karena unsur- 2. Kemudian periu dipahami situasi dan
unsur sosiai yang negatifdapat mempengaruhi kondisi mereka yang menghambat atau
orang meiakukan suatu perbuatan yang sukar mendukung mereka terlibat dalam suatu
untuk dirubah. Oleh sebab itu usaha victimisasi strukturai serta cara mendekati
"Ibid.
''Ibid.
. 219
pidana yang berkaitan erat dengan Undang-undang yang mengatur
masalah-masalah kekuasaan dan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan
keadilan. Peiaksanaan kekuasaan dan anak.
keadilan yang tidak berlandaskan pada Para korban suatu victimisasi perlu
citra yang tepat mengenai manusia dapat mendapat pelayanan, bantuan.
menimbulkan suatu victimisasi struktural. pendampingan mental, fisik, dan sosial
Oleh sebab itu, harus diusahakan dalam menyelesaikan permasalahan
pencegahannya antara lain, pencegahan victimisasinya. Apabila bantuan kepada
peiaksanaan kekuasaan, kekuatan, para korban tidak diberikan, ditangguhkan
wewenang individu pada atau kelompok atau dibiarkan menderita, maka pada
tertentu yang berspeksifuntuk kepentlngan hakekatnya terjadilah victimisasi struktural
yang mengatur. Pada hakekatnya yang yang dapat berakibat victimisasi yang non
harus diatur, dijamin dan diperjuangkan struktural pada yang bersangkutan.
adalah perspektif kepentingan yang diatur Mengenai pengaturan ganti rugi
dan bukan perspektif kepentingan yang dalam KUHAP untuk golongan korban
mengatur. Memang sulit apabila yang tertentu saja, yangberkaitan dengan suatu
berkuasa, sebab yang berkuasa sistem struktural tertentu, dan dengan
mempunyai kekuatan mental, fisik dan demikian tetap membiarkan adanya
sosial lebih kuat daripada pihak-pihak lain. penderitaan pada golongan korban yang
Misalnya, suatu pemerintahan diktator, lain, pada hakekatnya merupakan
raja terhadaprakyatnya, orang tua terhadap perwujudan eksistensi suatu victimisasi
anaknya yang masih kecil, suamiterhadap struktural.
istri, guru terhadap murid, majikan 4. Dalam victimisasi perlu ditangani antara
terhadap buruhnya dan sebagainya. lain sebagai berikut:
2. Unsur-unsur struktural sosial masyarakat
a). Individu-indivldu sebagai pelaku untuk
tertentu yang dapat mempengaruhi positif
kepentingan sendiri atau orang/
tindakan seorang individu berpartisipasi
kelompok, korporasi, dan sebagainya.
dalam mencegah suatu victimisasi
b). Individu atau kelompok sebagai
struktural, sebaiknya dapat dikembangkan
korban.
dan dimanfaatkan. Sedangkan unsur-
c). Individu atau kelompok sebagai
unsur struktur sosial yang mempunyai
pengamat/saksi, sebagai pelaku
pengaruh negatif sebaiknya diganti,
{membiarkan beriangsungnya suatu
dihapus.
sistem. situasi dan kondlsi yang
3. Sudah v/aktunya membuat pusat-pusat
memungkinkan suatu victimisasi).
pelayanan korban kejahatan,
d). Pembuat Undang-undang sebagai
penyalahgunaan kekuasaan, perlakuan
perumus adanya suatu victimisasi
salah, penelantaran anak, dalam rangka
atau sebagai pelaku karena
menyelesaikan permasalahan korban
membiarkan adanya suatu peraturan
demi penlngkatan perlakuan adil dan
yang menimbulkan penderitaan.
pemerataan kesejahteraan rakyat.
'®Agus Witoelar. "Bahan dan Proses Peradilan PIdana." BuletinInformasi. Jakarta.1990. Him. 5.
221
kesepakatan mengenai bentuk besarnya berbeda halnya apabilapembayaran ganti
ganti rugi". Menurut Moh. Koesnben di rugi tersebut sesuai dengan peraturan
dalam masyarakat ajakan musyawarah ini tentunya tidak menimbulkan masalah dan
untuk menyelesaikan suatu masalah korban masyarakat serta perusahaan
sangat kuat sekali, karena di dalam dapat dihindarkan.
masyarakat segala persoaian harus
4. Penyalahgunaan dalam menerapkan
dipecahkan bersama-sama oleh para
hukum
anggota-anggotanya atas dasar kebulatan
Korban penyalahgunaan dalam
kehendak bersama-sama.''®
menerapkan hukum terjadi akibat adanya
2. Penyalahgunaan Keadaan korban yang beritikad balk, tetapi tidak
Tingkat sosial ekonomi dan dilindungi oleh hukum.
pendidikan yang rendah dari responden Akhirnya perusahaan korban dari
jelas merupakan suatu keadaan yang kasus tersebut di atas karena dalam
kurang menguntungkan balk informasi pelaksanaan pembangunan perumahan,
dari segala aspek maupun kemampuan perusahaan memakai fasilitas Bank, dan
memahami maksud. Keadaan kemudian dengan adanya sengketa
masyarakat yang demlkian menjadi terganggu pemasaran dalam
disaiahgunakan untuk meraih keuntungan penjualan rumah-rumah, sedangkan
pribadi tanpa menglndahkan moral; bunga Bank tetap harus dibayar, namun
keadilan dan hukum. dalam praktek sampai saat ini tidak ada
Tindakan ini sebenarnya telah perllndungan hukum tentang korban
merupakan tindakan penyalahgunaan pengusaha tersebut yang telah
keadaan karena yang menjadi korban memperoleh tanah melalui proses hukum
adalah masyarakat dan perusahaan, yang sah sesuai dengan Pasal 22 PP
akibat penyalahgunaan tersebut. Wajar No.10/61.
masyarakat menjadi korban, karena Akibat adanya kelalaian dari aparatur
dengan bekal pendidikan sekolah dasar, pemerintah tersebut selaku pemegang
dan sosial ekonominya yang kekuasaan dalam menentukan ada atau
memprihatinkan, serta wawasan berpikir tidaknya surat lain di atas tanah tersebut,
masyarakat tersebut belum begitucermat. mengakibatkan perusahaan menjadi
korban, sebenarnya secara yuridis
3. Penyalahgunaan kekuasaan atau
perusahaan dapat menuntut pemerintah
kepercayaan dalam pelaksanaan
dalam masalah pengeluaran surat
pembayaran ganti rugi
tersebut, berdasarkan ketentuan Pasal
TIdak pernah mempedomani
1365 dan Pasal 1366 KUHPerdata yang
ketentuan-ketentuan, tetapi semua
menyatakan, setlap orang
memberikan atas kebijaksanaan sendiri,
bertanggungjawab tidak saja untuk
223
Daftar Pustaka J.E. Satietapy. 1987. Viktimologi. Jakarta.
Pustaka Sinar Harapan.
Arif Gosita. 1983. Masalah Korban
Kejahatan. Edisi 1. Jakarta: Akademika Moh. Koesnoen. 1979. Bunga Rampai
Pressindo. Kriminoiogi Jakarta: Rajawali.
Agus Witoeiar. "Bahan dan Proses Peradilan Separovic. 1985.Wc(//n's. USA: D.C.Health
Pidana." Buletin Informasi. Jakarta. and Company.
1990.
Wolfgang. 1979. "Justice for Victim's ofCrime."
Gosita, Arif. 1987. Viktimologi dan KUHP • Presented at a Seminar on
Yang Mengatur Ganti Kerugian Pihak Criminologi at Indonesia.
Korban. Jakarta: Akademika Presindo.
DOO