Anda di halaman 1dari 13

Eksistensi Viktimologi

dalam Penyelesaian Ganti Rugi


Sri Suhartati Astoto

Abstract

Victim those person who are thereatenedor destroyed byan act or ommision of another
(man, structure, organization or institusion) and consequently, a punishible act (notonly
criminal act but also other punishable acts as misdemeanors, economic offeneses, non
fuifiiment or work duties) or from an accident (accident at work, at home, traffic accident,
etc). Suffering maybecausedbyanbotherman (man-made victim) notherstructure where
people are also invoied.

Pendahuiuan

Ketika maraknya berbagai kasus kejahatan para pihak merupakan hal yang penting agar
yang mencuat di Indonesia, acapkali dllihat tidak terjadinya korban karena kedua belah
kasus tersebut hanya dari perspektif pihak harus menyatakan secara bebas
kepentingan umum dalam hal ini dilakukan kehendaknya dalam menentukan besamya
oleh negara. Kalaupun kasus kejahatan uang ganti rugi dan jika kehendak ini tidak
didekati dari segi kepentingan korban dinyatakan secara bebas timbul cacat
kejahatan, tetapi hal itu belum menyentuh pada kehendak dan cacat kehendak ini timbul akibat
aspek ganti rugi bagi pihak korban. Artinya adanya penyalahgunaan kekuasaan yang
penyelesaian hukum sifatnya hanya dari menyebabkan timbulnya korban. disinilah
hukum pidana saja. kaitan eksistensi viktimologi dengan
Padahal kenyataannya sekarang ini, llmu penyelesaian pelaksanaan ganti rugi.
yang berblcara tentang kepentingan korban
akibat kejahatan sudah berkembang dengan
Makna, Perkembangan, dan Manfaat
pesat. Aspek perdata sedang menjadi
perhatian serius. Implementasi kongkrit dari Viktimologi
fokus ini adalah mengkaitkanantara eksistensi Viktimologi berasal dari kata-kata Latin
viktimologi dalam pelaksanaan ganti rugi. Victima yang berarti korban dan logos yang
Beberapa alasan yang memperkuat relasi berarti pengetahuan ilmlah/studi.' Jadi
keduanya, yakni bahwa ketika kesepakatan viktimologi dapat diartikan sebagai suatu

'Gosita, Arif, 1987. Victlmologi dan KUHP Yang Mengatur Ganti Kerugian Pihak Korban. Jakarta:
Akademika Presindo. Him. 40.

212 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL. 8. OKTOBER 2001: 212 - 224


SriSuhariati Astoto. Eksistensi Viktimologi dalam Penyetesaian Ganti Rugi

bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji penghambat pengembangan viktimologi di


semua aspek yang berkaitan dengan korban. suatu negara. Salah satu faktor pendukung
Perumusan ini membawa akibat suatu utama yang mempengaruhi pengembangan
victimasi yang harus dipahami sebagai berikut: viktimologi di suatu negara adalah pandangan
a).Korban akibat perbuatan manusia, Korban hidup tertentu bangsa negara tersebut.
akibat perbuatan manusia dapat menimbulkan Diharapkan adanya keserasian dan
perbuatan kriminai (misalnya korban keselarasan antara pandangan hiduptersebut,
kejahatan perkosaan, korban kejahatan poiitik) dengan viktimologi dapat diterima.
dan yang bersifat non kriminai {perbuatan Viktimologi dapat dirumuskan sebagai
perdata) misalnya korban dalam ganti rugi suatu studi yang mempelajari masalah
tanah, korban dalam bidang administratif dan korban,'penimbul korban serta akibat-akibat
Iain-Iain sebagainya.; b). Korban di luar penimbul korban yang merupakan suatu
perbuatan manusia, Korban akibat di luar masalah sebagai suatu kenyataan sosial. Di
perbuatan manusia seperti bencana alam dan sini yang dimaksud dengan korban dan yang
sebagainya.2 menimbulkan korban dapat berupa individu/
Pengertian korban yang mendasari masyarakat. Sedangkan yang dimaksud
lahirnya kajian viktimologi pada awalnya dengan akibat-akibat penimbul korban adalah
terbatas pada korban kejahatan. Dengan setiaptindakan terhadap pihak korban dan atau
demikian tanpa mengecilkan arti dari upaya pihak pelaku serta mereka yang secara
pengkajian korban selain dari korban langsung atau tidak langsung terlibat dalam
kejahatan di dalam masyarakat, maka dalam terjadinya suatu peristiwa.
tulisan ini memfokuskan korban dalam Ada tiga fase perkembangan viktimologi
pengertian viktimologi. bukan saja korban dalam mengkaji permasalahan korban
kejahatan, tetapi juga ada korban dalam artian dengan segala aspeknya. Pada awalnya,
perdata. viktimologi hanya mempelajari korban
Sebagaimana yang dijelaskan Separovic, kejahatan saja. Pada fase ini dikatakan
perkembangan viktimologi sudah sampai pada sebagai Penal or Special Victimiology: Pada
fase ketiga. Adanya perkembangan viktimologi fase kedua, viktimologi tidak hanya mengkaji
merupakan suatu hasil interaksi akibat inter masalah korban kejahatan saja, tetapi juga
relasi antara fenomena yang ada dan saling meliputi korban kecelakaan. Pada fase ini
mempengaruhi.^ disebut sebagai General Victimology. Fase
Pada hakekatnya yang paling penting ketiga, viktimologi telah berkembang lebih luas
adalah mencari fenomena yang relevan, yang lagi yaitu mengkaji permasalahan korban
mempengaruhi pengembangan viktimologi, karena penyalahgunaan kekuasaan dan hak
yang menjadi partisipan pendukung atau asasi manusia. Fase ini disebut sebagai New
Victimology {Separovic).^

^J.E. Sahetapy. 1987. VIctimologi. Jakarta. Pustaka SinarHarapan. Him. 35.


Wif Gosita. 1983. Masalah KorbanKejahatan.Edisi I.Jakarla: Akademika Pressindo. Him. 29.
^Separovic. 1985.V/ct/m's. USA: D.C.Health and Company. Him. 29.

213
Zvonirmeir Paul Separovic memberikan turut serta atau berperan di daiam terjadinya
pengertian korban sebagai berikut: suatu kejahatan.®
Menurut Sellin and Wolfgang, ada.
Victin those person who are thereatened
beberapa tipoiogi korban yaitu:
or destroyed by an act or ommision of an
other (man, structure, organization or 1. Primary Victimization, adaiah korban indi-
institusion) and consequently, a victim viduai/perorangan, bukan keiompok.
wouldby a anyone who has suffered from 2. Secondary Victimization, korbannya
or been threatened by a punishible act (not adaiah keiompok, misalnya Badan
onlycriminal act but also otherpunishable Hukum.
acts as misdemeanors, economic 3. Tertiary Victimization, yangmenjadi korban
offeneses, non fulfilment or work duties) or adaiah masyarakat luas.
from an accident (accident at work, at 4. No Victimization, korbannya tidak dapat
home, traffic accident, etc). Suffering may segera diketahui, misainya konsumen
becaused by anbother man (man-made yang tertipu daiam menggunakan hasii
victim) notherstrecture where people are suatu produksi.
also involed (Separovic, 1985; 139).
Dari uraian tipoiogi korban di atas, dapat
Dari pengertian tersebut di atas, korban diketahui bahwa pemikiran tentang victimisasi,
merupakan orang yang mengalami hanya berpikir tentang orang-orang yang
penderitaan karenasesuatu ha! yang meliputi menimbulkan korban dan yang menjadi
perbuatan orang tain, institusi atau lembaga korban, merupakan pemikiran yang sempit,
dan struktur. Yang dapat menjadi korban tidak kasus-kasus tanah, maka tidak hanya
hanya manusia saja, tetapi dapat pula diasumsikan adanya victimisasi orang
perusahaan, negara, asosiasi, keamanan, terhadap orang, tetapi juga suatu victimisasi
kesejahteraan umum dan agama. Dengan yang strukturai.
demikian dapat dikatakan bahwa siapa saja Victimisasi strukturai pada hakekatnya
dapat menjadi atau menimbulkan korban. merupakan tindakan individu yang diiakukan
Dengan kata lainsemua orang potensial untuk sendiri atau bersama-sama dengan orang lain
menjadi korban dan sebaliknya pula semua sebagai unsur suatu keiompok tertentu.
orang dapat menimbulkan korban. Individu ini bersikap dan bertindak
Kemudian sejakviktlmoiogi diperkenalkan berdasarkan tuntutan unsur-unsur strukturai
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang sosialtertentu yang membudaya. Unsur-unsur
mengkajl permasalahan korban serta segala strukturai sosial tersebut adaiah kepentingan
aspeknya, maka Wolfgang meiaiui lembaga niiai sosial, norma, status dan
penelitiannya menemukan bahwa korban peranan.®

®Wolfgang. 1979. "Justice for Victim's ofCrime." Presented ata Seminar onCriminoiogi atIndonesia.
Him. 3.
®Arif Gosita.Op. Cit Him. 140.

214 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL. 8. OKTOBER 2001: 212 - 224


Sri SuhartatiAstoto. Eksistensi Viktimologi dafam Penyelesaian GantiRug!

Kemudian dari pehdapat Arif Gosita untuk mengetahui, mengenali bahaya yang
tersebut di atas jika dikaitkan dengan "unsur- dihadapinya berkaitan dengan kehidupan
unsur struktur sosial tersebut dapat pekerjaan mereka. Tujuannya bukan untuk
mempengaruhi kasus-kasus pengembangan menakut-takuti akan tetapi untuk memberikan
suatu victimisasi yang berkaitan dengan unsur- pengertian yang baik dan agar waspada serta
unsur struktur sosial tertentu di mana ia berada. mengusahakan hidup aman seseorang yang
Sebaliknya indivldu tersebut dalam arti meliputi pengetahuan yang seluas-luasnya
menangani dan memanipulasi unsur-unsur mengenai bagaimana menghindarinya.
struktur sosial yang sesuai dengan Pandangan-pandangan. pernyataan-
kemampuannya dan kehendak yang pernyataan dalam viktimologi adalah sangat
bersangkutan. berharga dalam hal ini. Permasalahan utama
Dalam rangka memberikan pelayanan viktimologi antara lain adalah mencapai,
terhadap korban perlu diperhatikan manfaat mengusahakan hasil-hasil yang praktis
pandangan-pandangan Viktimologi sebagai (pratical)., yang berarti menyelamatkan orang
dasar bersikap dan bertindak'melakukan dalam bahaya dari bahaya.
pelayanan terhadap korban. Adapun manfaat Keempat, viktimologi juga memperhatikan
viktimologi menurut Arief Gosita antara lain: permasalahan victimisasi yang tidak langsung
Pertama, viktimologi mempelajari hakekat misalnya, efek politik ada penduduk "dunia
siapa itu korban dan yang menimbulkan ketiga" akibat penguapan oleh korporasi
korban; Kedua, viktimologi memberikan transnasional, akibat-akibat sosial pada setiap
sumbangan terhadap korban akibat tindakan orang akibat polusi industri, terjadinya
manusia yang menimbulkan penderitaan victimisasi ekonomi, politik dan sosial setiap
mental, fisik, sosial. Tujuannya tidaklah untuk kali seseorang pejabat menyalahgunakan
menyanjung-nyanjung pihak korban, tetapi jabatannya dalam pemerintahan untuk
hanya untuk memberikan beberapa keuntungan diri sendiri (korupsi). Dengan
penjelasan mengenai kedudukan dan peran demikian kemungkinan menentukan asal
korban serta hubungannya dengan pihak lain. mula victimisasi, mencari sarana menghadapi
Kejelasan ini sangat penting dalam rangka suatu kasus mengetahui terlebih dahulu
mengusahakan kegiatan pencegahan kasus-kasus (antisipasi), mengatasi akibat
terhadap berbagai macam victimisasi, yang merusak; Kelima, viktimologi
dengan menegakkan keadilan dan memberikan dasar pemikiran untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka yang mengatasi masalah kompensasi pada korban,
terlibat langsung atau tidak langs'ung dalam pendapat-pendapat victimologis digunakan
eksistensi suatu victimisasi. Terutama dalam dalam keputusan-keputusan peradilan dan
bidang penyuluhan dan pembinaan untuk tidak reaksi pengadilan terhadap perilaku kriminal.
menjadi korban struktural atau non struktural; Mempelajari korban dari dan dalam proses
Ketiga, viktimologi member! keyakinan bahwa peradilan kriminal, merupakan juga suatu
setiap individu mempunyai hak dan kewajiban studi mengenai hak-hak asasi manusia.'

'Ibid. Him. 14

215
Dan yang telah dikemukakan tersebut di Adapun yang dimaksud dengan mereka
atas sedikit banyaknya dapat diketahui bahwa (orang) adalah: a).korban orang perorangan
manfaat dan tujuan viktimologi salah satu atau korban individual {victimisasi primair)] b)
diantaranya meringankan kepedihan dan korban yang bukan orang perorangan
penderitaan yang dialami manusia di dunia. misalnya Badan Hukum (perusahaan,
Penderitaan dalam art! menjadi korban jangka pengusaha), organisasi, iembaga.
pendek dan korban jangka panjang yang Pihak korban adalah impersonal,
berupa kerugian fisik, mental atau moral, komersiai, kolektif (victimisasi sekunder)
sosial ekonomis, kerugian yang hampirsama adalah keterlibatan umum, keserasian sosial
sekali dilupakan, diabaikan oleh kontroi sosial, dan pelaksanaan perintah misalnya
yang melembaga seperti penegak hukum, peianggaran peraturan dan ketentuan-
pengadilan dan lain sebagainya. ketentuan negara.®
Menurut Arif Gosita, korban itu timbul
sebagai interaksi akibat adanya interrelasi
Korban Dalam GantI Rugi
antara fenomena-fenomena yang ada dan
Daiam pelaksanaan ganti rugi pihak-pihak saling mempengaruhi. Bila berbicara
yang menjadi korban tidak seialu orang mengenai kedudukan korban daiam
perorangan, tetapi bisajuga terjadi pada suatu pelaksanaan ganti rugi akan menyinggung
kelompok, badan huku'm, atau organisasi.® peranan serta hak dan kev/ajiban korban
Di dalam prakteknya berbagai bentuk dalam terjadinya ganti rugi sebeiumnya telah
korban yang timbul dalam pelaksanaan ganti disinggung peranan si korban yang akan
rugi mengakibatkan penderitaan, kerugian mempengaruhi penilaian dan penentuan hak
mental dan sosial, tidak dapat dijangkau oleh dan kewajiban korban dalam suatu
undang-undang atau peraturan yang ada, pelaksanaan ganti rugi serta penyeiesaiannya.
karena belum dirumuskan terlebih dahulu. Korban mempunyai peranan dan
Sebagai dasar pembahasan lebih lanjut tanggungjawab yang fungsional dalam
yang ingin dipakai perumusan korban adalah pemlDuatan dirinya sebagai korban. Yang
sebagai berikut: menjadi pertimbangan penentuan hak dan
kew/ajiban si korban adalah taraf keterlibatan
Korban adalah mereka (orang) yang
dan tanggung jawab fungsional si korban
menderita jasmaniah dan rohaniah (baik
dalam ganti rugi.
menderita fisik. mental, sosial) sebagai
Menurut Arif Gosita hak-hak korban secara
akibat darl tindakan orang lain dalam
umum antara lain:
pelaksanaan ganti rugi tanah yang
bertentangan dengan kepentingan dan
hak asasi pemilik tanah.

®/b/d.Hlm. 101.
^Ibid.

216 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL. 8. OKTOBER 2001: 212 - 224


Sri Suhartati Astoto. Eksistensi Viktimologi dalam Penyelesaian Ganti Rug!

1) Korban berhak mendapatkan mengalami penderitaan fisik maupun psikis


kompensasi atas penderitaannya, harus pulatersedia fasilitas untuk menampung
sesuai dengan kemampuan memberi pengobatan mereka. Khusus untuk mereka
kompensasi si pembuat korban dan yang mengalami tekanan batin seharusnya
taraf keterlibatan/partisipasi/peranan dapat disediakan puia fasilitas khusus dalam
si korban dalam terjadinya ganti rugi penanganan oleh para ahli. Dalam proses
dan penyimpanan tersebut. peradilan perdata kedudukan korban sebagai
2) Berhak menolak kompensasi untuk pihak dalam perkara haruslah mendapatkan
kepentingan pembuat korban (tidak perlakuan yang wajar.
mau diberi kompensasi karena tidak Pada hakekatnya tidak selamanya korban
memerlukannya). mau atau sanggup untuk memperjuangkan
3) Berhak mendapatkan kompensasi hak-haknya meialui peradilan, dalam keadaan
untuk ahli warisnya bila korban seperti ini perlu digali dan dlkembangkan
meninggal dunia karena tindakan upaya-upaya hukum adat yang mampu
tersebut. menyelesaikan sengketa ini meialui prosedur
4) Berhak mendapat pembinaan dan perdamaian [Conciliation procedures). Dalam
rehabilitasi sistem hukum untuk menghormati hak korban.
5) Berhak mendapat kembali hak maka permintaan korban untuk
miliknya menyelesaikan semacam ini perlu
6) Berhak menolak menjadi saksi bila diperhatikan dan sedapat mungkin dipenuhi.
hal ini akan membahayakan dirinya. Apabila pendekatan yang dipakai dalam
7} Berhak mendapatkan perlindungan menangani masalah korban ini adalah dengan
dari ancaman pihak pembuat korban "Optik Korban" (dari sudut pandang korban dan
bila melapor dan menjadi saksi. bukandari sudut pandang alat penegak hukum
8) Berhak mendapatkan bantuan ataupun offender centered), seharusnyalah
penasehat hukum, berhak permintaan korban tentang cara yang
menggunakan upaya hukum.^® diinginkannya dalam menyelesaikan masalah
yang mengakibatkan penderitaan baginya
Jika diperhatikan hak-hak korban tersebut
diberikan perhatian utama.^^
di atas dengan pelaksanaan ganti rugi korban
Kemudian menurut Arif Gosita mengenai
dapat membawa permasalahannya ke
kewajiban-kewajiban korban antara lain:
pengadilan, maka harus tersedia
kemungkinan untuk memperoleh bantuan 1) Tidak dibenarkan melakukan
hukum (Penasehat Hukum) secara cuma- tindakan-tlndakan pembalasan main
cuma bagi mereka yang tidak mampu. hakim sendiri yang membuat pelaku
Sementara itu untuk para korban yang menderita mental, fisik, sosial.

'°lbid. Him. 75.


"J.E. Sahetapy. Op. Cit. Him. 105.

217
2) Berpartisipasi dengan masyarakat mengatasi permasaiahn korban ganti rugi
mencegah adanya korban lebih harus konseptuai, mempunyai perencanaan
banyak. strategi dan taktik dalam pelaksanaannya.
3) Mencegah kehancuran si pembuat Daiam pelaksanaan penanggulangan
korban balk oleh diri sendiri maupun ganti rugi harusdiusahakan adanya kesediaan
oleh orang lain. dan semangat untuk bekerja sama,
4) Ikut berpartisipasi dengan masyarakat mengkoordinasi dan dikoordinasi.
serta membina pelaku korban. mengusahakan keterpaduan daiam
5) Bersedia dibina atau membina diri berpandangan dan kegiatan memperhatikan
sendiri untuk tidak menjadi korban kesederhanaan yang efektif untuk
lagi. menciptakan situasi dan kondisi yang
6) Tidak menuntut ganti kerugian yang memperiancar usaha.
tidak sesuai dengan kemampuan Langkah yang harusdiambii daiam usaha
pembuat korban. penanggulangannya dan menyelesaikan
7) Memberi kesempatan pada pembuat pelaksanaan ganti rugi agar tidak
korban untuk mengganti kerugian menimbulkan korban ada beberapa tahapan
sesuai dengan kemampuannya. yang harus diiakukan antara lain: Pertama,
8) Menjadi saksi bila tidak mengusahakan pemahaman masaiah.
membahayakan diri sendiri dan ada Langkah pertama yang harus diiakukan
periindungan keamanan untuk sebelum meiakukan pencegahan,
dirinya.'^ penindakan dan penyeiesaian suatu korban,
maka harus memahaminya dengan tepat serta
Demikian beberapa macam hak dan menganaiisanya, terutama faktor-faktor
kewajiban korban yang perlu mendapat penghambat dan pendukungnya.Yang harus
perhatian untuk dipertimbangkan manfaatnya dipahami terutama sebagai iandasan adaiah:
diatur dalam peraturan/perundang-undangan
demi keadilan dan ketertiban umum. 1. individu-individu yang terlibat daiam
eksistensi suatu victimisasi strukturai. Dari
individu-individu ini diperhatikan secara
Penanggulangan dan Penyeiesaian khusus mereka yang berpengaruh di
Korban daiam Ganti Rugi lingkungannya (besar atau kecii), daiam
Penanggulangan dan penyeiesaian berbagai bidang kehidupan dan
permasalahan korban daiam ganti rugi penghidupan.
bukaniah suatu yang mudah karena unsur- 2. Kemudian periu dipahami situasi dan
unsur sosiai yang negatifdapat mempengaruhi kondisi mereka yang menghambat atau
orang meiakukan suatu perbuatan yang sukar mendukung mereka terlibat dalam suatu
untuk dirubah. Oleh sebab itu usaha victimisasi strukturai serta cara mendekati

'MGosita. Op. Cit Him. 18.

218 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL 8. OKTOBER 2001: 212 - 224


Sri SuhartatiAstoto. Eksistensi Viktimologi dalam Penyelesaian Ganti Rug!

merekayang komunikatif persuasufdalam b). Tidak menimbulkan pelanggaran hak


rangka usaha-usaha pencegahan (gen dan kewajiban asasi seseorang,
eral dan spesial). (kecuali dalam usaha-usaha prevensi
3. Usaha-usaha pencegahan. pembinaan spesial).
dan pengawasan sosial dalam
3. Usaha-usaha pencegahan dapat
menghadapi victimisasi struktural serta
mempererat kerukunan dan meningkatkan
akibat, pengaruh, efektifitasnya terhadap
rasa tanggungjawab terhadap sesama
yang bersangkutan.
manusia dalam berbagai bidang
4. Hak dan kewajiban mereka yang terlibat
kehidupan dan penghidupan jika
dalam eksistensi suatu victimisasi
dilakukan bersama.^"
strukturalJ^
a). Mengambil tindakan dan
Kedua, mengusahakan pencegahan
penyelesaian victimisasi struktural
victimisasi struktural. Dengan bekal
pandangan, pemikiran yang tepat Masalah pengambilan tindakan dan
dikembangkan dan ditingkatkan usaha-usaha penyelesaian permasalahan merupakan
pencegahan victimisasi struktural. Usaha bagian yang terberat dalam penanggulangan
pencegahan harus lebih diutamakan. victimisasi struktural. Faktor penghambat dan
Alasannya adalah: pendukungnya perlu dicari dan dipahami
untuk dijadikan bahan penyusunan pola
1. Tindakan pencegahan adalah lebih
kebijakan penanganan permasalahan
sederhana dan balk daripada tindakan
victimisasi. Akan dikemukakan di sini beberapa
represi, koreksi, rehabilitasi dan
masalah yang berkaitan, yang perlu
sebagainya, sebabnya:
diperhatikan dan ditangani sebagai berikut:
a). Tidak selalu memerlukan suatu
organisasi yang rumit dan birokrasi
1. Hambatan yang berkaitan dengan
yang merupakan peluang
masalah victimisasi struktural ini adalah
penyalahgunaan kekuasaan.
individu-individu yang terlibat pada
b). Lebih ekonomis bila dibandingkan
eksistensi victimisasi struktural tersebut
dengan usaha-usaha represi, koreksi
(secara aktif maupun pasif), Oleh sebab
dan rehabilitasi dapat dilakukan
itu, diperlukan suatu pengertian,
sendiri juga. pemahaman yang tepat mengenai
2. Tindakan pencegahan tidak perlu mereka sebelum bertindak. Dalam
menimbulkan akibat yang negatif, pengambilan tindakan ini dapat berupa
sebabnya: pembinaan, peringatan, pemberian
a). Tidak menimbulkan korban hukuman, dan pelaksanaan hukuman
stigmatisasi, pengasingan dan yang diancamkan. Hal ini berkaitan
permusuhan. dengan pelaksanaan sistem peradilan

"Ibid.
''Ibid.

. 219
pidana yang berkaitan erat dengan Undang-undang yang mengatur
masalah-masalah kekuasaan dan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan
keadilan. Peiaksanaan kekuasaan dan anak.
keadilan yang tidak berlandaskan pada Para korban suatu victimisasi perlu
citra yang tepat mengenai manusia dapat mendapat pelayanan, bantuan.
menimbulkan suatu victimisasi struktural. pendampingan mental, fisik, dan sosial
Oleh sebab itu, harus diusahakan dalam menyelesaikan permasalahan
pencegahannya antara lain, pencegahan victimisasinya. Apabila bantuan kepada
peiaksanaan kekuasaan, kekuatan, para korban tidak diberikan, ditangguhkan
wewenang individu pada atau kelompok atau dibiarkan menderita, maka pada
tertentu yang berspeksifuntuk kepentlngan hakekatnya terjadilah victimisasi struktural
yang mengatur. Pada hakekatnya yang yang dapat berakibat victimisasi yang non
harus diatur, dijamin dan diperjuangkan struktural pada yang bersangkutan.
adalah perspektif kepentingan yang diatur Mengenai pengaturan ganti rugi
dan bukan perspektif kepentingan yang dalam KUHAP untuk golongan korban
mengatur. Memang sulit apabila yang tertentu saja, yangberkaitan dengan suatu
berkuasa, sebab yang berkuasa sistem struktural tertentu, dan dengan
mempunyai kekuatan mental, fisik dan demikian tetap membiarkan adanya
sosial lebih kuat daripada pihak-pihak lain. penderitaan pada golongan korban yang
Misalnya, suatu pemerintahan diktator, lain, pada hakekatnya merupakan
raja terhadaprakyatnya, orang tua terhadap perwujudan eksistensi suatu victimisasi
anaknya yang masih kecil, suamiterhadap struktural.
istri, guru terhadap murid, majikan 4. Dalam victimisasi perlu ditangani antara
terhadap buruhnya dan sebagainya. lain sebagai berikut:
2. Unsur-unsur struktural sosial masyarakat
a). Individu-indivldu sebagai pelaku untuk
tertentu yang dapat mempengaruhi positif
kepentingan sendiri atau orang/
tindakan seorang individu berpartisipasi
kelompok, korporasi, dan sebagainya.
dalam mencegah suatu victimisasi
b). Individu atau kelompok sebagai
struktural, sebaiknya dapat dikembangkan
korban.
dan dimanfaatkan. Sedangkan unsur-
c). Individu atau kelompok sebagai
unsur struktur sosial yang mempunyai
pengamat/saksi, sebagai pelaku
pengaruh negatif sebaiknya diganti,
{membiarkan beriangsungnya suatu
dihapus.
sistem. situasi dan kondlsi yang
3. Sudah v/aktunya membuat pusat-pusat
memungkinkan suatu victimisasi).
pelayanan korban kejahatan,
d). Pembuat Undang-undang sebagai
penyalahgunaan kekuasaan, perlakuan
perumus adanya suatu victimisasi
salah, penelantaran anak, dalam rangka
atau sebagai pelaku karena
menyelesaikan permasalahan korban
membiarkan adanya suatu peraturan
demi penlngkatan perlakuan adil dan
yang menimbulkan penderitaan.
pemerataan kesejahteraan rakyat.

220 • JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL 8. OKTOBER 2001:212 - 224


Sri Suhartati Astoto. Eksistensi Viktimotogi dalam Penyelesaian Ganti Rugi

e). Individu aparat pemerintah sebagai Eksistensi Viktimologi dalam


pelaku serta pelaku yang menjalankan Penyelesaian Ganti Rugi
tugasnya, sehingga menimbulkan
Kesepakatan para pihak merupakan hal
penderitaan pada orang lain.
yang penting agar tidak terjadinya korban
5, Dalam rangka mengurangi victimisasi karena kedua belah pihak harus menyatakan
struktural, maka sebaiknya semua yang secara bebas kehendaknya dalam
terllbat sedapat mungkin diyakinkan akan menentukan besarnya uang ganti rugi dan jika
keuntungan adanya keterpaduan antara kehendak ini tidak dinyatakan secara bebas
kepentingan pribadl dan kepentingan timbul cacat kehendak dan cacat kehendak
bersama, keluarga masyarakat dan ini timbul akibat adanya penyalahgunaan
bangsa, yang manusiawi. Pada mereka kekuasaan yang menyebabkan timbulnya
perlu ditegaskan, bahwa korban, disinilah kaitan eksistensi Viktimologi
memperjuangkan kepentingan hak dan dengan penyelesaian pelaksanaan ganti rugi.
kewajiban seseorang itu hams seimbang Viktimologi yang mengkajl masalah
dan manusiawi. Bahwa menyadarkan, korban karena penyalahgunaan kekuasaan
meyakinkan seseorang akan hal ini dan hak asasi manusia timbul akibat:
memerlukan waktu, situasi dan kondisi
1. Penyalahgunaan proses musyawarah
tertentu, maka sebaiknya dikerjakan sedini
mungkin di keluarga dan berbagai sarana Penyalahgunaan proses musyawarah
pendidikan, pembinaan yang lain. yang dilakukan menyimpang dari
ketentuan hukum: Proses tersebut lebih
Dalam rangka usaha penanggulangan
menitikberatkan kepada penekanan dan
dan penyelesaian masalah korban dalam
intimidasl. TIndakan ini menurut Agnes
pelaksanaan ganti rugi dapat ditangani melalui
W.Toar suatu penyalahgunaan dilakukan
aspek yuridisnya, karena hal ini menyangkut
oleh pihak korban atau disalahgunakan.
permasalahan akibat hukum, jaminan hukum
Pihak yang menyalahgunakan iaiah yang
yang berkaitan.
secara aktif melakukan tindakan-tindakan
Dalam penanggulangan dan
tertentu, sehingga pihak yang lain, pihak
penyelesaian permasalahan korban dan ganti
yang menyalahgunakan menyetujui
rugi supaya diutamakan perspektif
kepentingan yang diatur/dilayani dan bukan
perjanjian yang bersangkutan.^®
Kemudian menumtA.P. Parli.ndungan:
perspektif kepentingan yang mengatur/
"musyawarah merupakan proses atau
melayani.
kegiatan saling mendengarkan dengan
sikap saling menerima pendapat dan
keinglnan yang didasarkan atas
kesukarelaan untuk memperoleh

'®Agus Witoelar. "Bahan dan Proses Peradilan PIdana." BuletinInformasi. Jakarta.1990. Him. 5.

221
kesepakatan mengenai bentuk besarnya berbeda halnya apabilapembayaran ganti
ganti rugi". Menurut Moh. Koesnben di rugi tersebut sesuai dengan peraturan
dalam masyarakat ajakan musyawarah ini tentunya tidak menimbulkan masalah dan
untuk menyelesaikan suatu masalah korban masyarakat serta perusahaan
sangat kuat sekali, karena di dalam dapat dihindarkan.
masyarakat segala persoaian harus
4. Penyalahgunaan dalam menerapkan
dipecahkan bersama-sama oleh para
hukum
anggota-anggotanya atas dasar kebulatan
Korban penyalahgunaan dalam
kehendak bersama-sama.''®
menerapkan hukum terjadi akibat adanya
2. Penyalahgunaan Keadaan korban yang beritikad balk, tetapi tidak
Tingkat sosial ekonomi dan dilindungi oleh hukum.
pendidikan yang rendah dari responden Akhirnya perusahaan korban dari
jelas merupakan suatu keadaan yang kasus tersebut di atas karena dalam
kurang menguntungkan balk informasi pelaksanaan pembangunan perumahan,
dari segala aspek maupun kemampuan perusahaan memakai fasilitas Bank, dan
memahami maksud. Keadaan kemudian dengan adanya sengketa
masyarakat yang demlkian menjadi terganggu pemasaran dalam
disaiahgunakan untuk meraih keuntungan penjualan rumah-rumah, sedangkan
pribadi tanpa menglndahkan moral; bunga Bank tetap harus dibayar, namun
keadilan dan hukum. dalam praktek sampai saat ini tidak ada
Tindakan ini sebenarnya telah perllndungan hukum tentang korban
merupakan tindakan penyalahgunaan pengusaha tersebut yang telah
keadaan karena yang menjadi korban memperoleh tanah melalui proses hukum
adalah masyarakat dan perusahaan, yang sah sesuai dengan Pasal 22 PP
akibat penyalahgunaan tersebut. Wajar No.10/61.
masyarakat menjadi korban, karena Akibat adanya kelalaian dari aparatur
dengan bekal pendidikan sekolah dasar, pemerintah tersebut selaku pemegang
dan sosial ekonominya yang kekuasaan dalam menentukan ada atau
memprihatinkan, serta wawasan berpikir tidaknya surat lain di atas tanah tersebut,
masyarakat tersebut belum begitucermat. mengakibatkan perusahaan menjadi
korban, sebenarnya secara yuridis
3. Penyalahgunaan kekuasaan atau
perusahaan dapat menuntut pemerintah
kepercayaan dalam pelaksanaan
dalam masalah pengeluaran surat
pembayaran ganti rugi
tersebut, berdasarkan ketentuan Pasal
TIdak pernah mempedomani
1365 dan Pasal 1366 KUHPerdata yang
ketentuan-ketentuan, tetapi semua
menyatakan, setlap orang
memberikan atas kebijaksanaan sendiri,
bertanggungjawab tidak saja untuk

'®Moh. Koesnoen. 1979. Bunga Rampai KriminologiJakarta: Rajawali. Him. 44.

222 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL. 8. OKTOBER 2001:212 - 224


Sri Suhariati Astoto. Eksistensi Viktimologi dalam Penyelesaian Ganti Rugi

kerugian yang disebabkan karena 1365 KUHPerdata yang menyatakan:


perbuatannya tetapi juga untuk kerugian Tiap perbuatan melanggar hukum
yang disebabkan karena kelalaian atau yang membawa kerugian seseorang lain
kurang hati-hatl. Tetapi dalam hal ini mewajibkan yang karena salahnya
perusahaan lebih menitikberatkan menerbitkan kerugian itu mengganti
penyelesaian secara damai guna kerugian tersebut.
menghindari timbulnya korban dalam Pasal KUHPerdata tersebut di atas
bentuk uang yang lebih besar lagi. salah satu upaya saluran hukum yang
Adanya korban didalam pelaksanaan ditempuh oleh korban adalah menuntut
ganti rugi secara Viktimologi belum ada ganti rugi ke Pengadilan Negeri setempat,
secara tegas peraturan yang mengatur namun selama proses hukum masih
tentang perlindungan hukum terhadap berjalan penyelesaian secara damai
korban. masih terbuka.
Penyelesaian secara damai ini
Di samping hal tersebut di atas kaitannya dipandang perlu untuk menghilangkan
dengan Viktimologi dalam penyelesaian rasa dendam antara satu dengan yang
pelaksanaan ganti rugi berdasarkan analisis lain, di samping untuk menumbuhkan
yang telah dilakukan ada beberapa cara kerukunan hidup bersama.'^
penyelesaian yaitu:
Simpuian
1) Pihak-pihak korban diajak bermusyawarah
Musyawarah adalah proses atau Pengertian korban yang mendasari
kegiatan saling mendengar dengan sikap lahirnya kajian Viktimologi pada awalnya
saling menerima pendapatdan keinginan terbatas pada korban kejahatan. Dengan
yang didasarkan atas kesukarelaan antara demikian, Viktimologi, bukan saja berkaitan
pihak. Kesepakatan mengenai bentuk dan dengan korban kejahatan, tetapi juga ada
besarnya ganti rugi. korban dalam artian perdata. Oleh karena itu,
Azas musyawarah, azas kekeluargaan, hal yang sangat lazim apablla ilmu ini akan
azas mufakat salah satu proses dalam memberikan keseimbangan bagi korban
Viktimologi yang dapat menyelesaikan dalam mendapatkan penyeiesaian ganti rugi,
agar tidak menimbulkan korban bagi meskipun masalah ini belum ada pengaturan
masyarakat. secara eksplisitdan tegas. Ada dua upayayang
dapat dilakukan kaitannya antara eksistensi
2) Menuntut ke Pengadilan Viktimologi dalam penyelesaian pelaksanaan
Penyelesaian pelaksanaan ganti rugi ganti rugi, yakni; Pertama, pihak korban diajak
yang menimbulkan korban secara yuridis bermusyawarah dan kedua, dituntut melalui
dapat mempedomani ketentuan Pasal pengadilan. 3

'^Moh. Regina Purba. 1992. Kapita SelectaKriminologi. Bandung. Alumni.Hlm. 49.

223
Daftar Pustaka J.E. Satietapy. 1987. Viktimologi. Jakarta.
Pustaka Sinar Harapan.
Arif Gosita. 1983. Masalah Korban
Kejahatan. Edisi 1. Jakarta: Akademika Moh. Koesnoen. 1979. Bunga Rampai
Pressindo. Kriminoiogi Jakarta: Rajawali.
Agus Witoeiar. "Bahan dan Proses Peradilan Separovic. 1985.Wc(//n's. USA: D.C.Health
Pidana." Buletin Informasi. Jakarta. and Company.
1990.
Wolfgang. 1979. "Justice for Victim's ofCrime."
Gosita, Arif. 1987. Viktimologi dan KUHP • Presented at a Seminar on
Yang Mengatur Ganti Kerugian Pihak Criminologi at Indonesia.
Korban. Jakarta: Akademika Presindo.

DOO

224 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL. 8. OKTOBER 2001:212 - 224

Anda mungkin juga menyukai