Anda di halaman 1dari 76

VICTIMOLOGI

Prepare By :
Ikama Dewi ST.,SH.,MH

Doc Ikamadewi
PENDAHULUAN

THE HOLY TRINITY


(Trinitas Yang Suci)

PERBUATAN ORANG PIDANA


(TINDAK PIDANA) (KESALAHAN/PJP) (SANKSI)

Asas Legalitas Asas Kesalahan Stelsel2 Pemidanaan

Doc Ikamadewi
PENDAHULUAN

THE HOLY TRINITY


(Trinitas Yang Suci)

PERBUATAN ORANG PIDANA


(TINDAK PIDANA) (KESALAHAN/PJP) (SANKSI)
(Pelaku) (Pelaku) (Pelaku)

+ KORBAN
Dikaji lebih dalam,
Doc Ikamadewi
melalui Viktimologi
Kajian/Orientasi HP:

• Perbuatan
• Pertangungjawaban Pidana
• Pidana/sanksi
• + Korban (Viktim)

Doc Ikamadewi
PENDAHULUAN
Pengertian Viktimologi
Secara etimologi, asal kata
“Victim” berarti korban, dan
“Logos” berarti ilmu pengetahuan.
@ Pengetahuan/Ilmu Pengetahuan ttg Korban

Pengertian terminology, adalah studi yg mempelajari


tentang korban,
penyebab terjadinya korban/timbulnya korban,
dan akibat-akibat penimbulan korban yang
merupakan masalah manusia sebagai suatu
kenyataan social. Doc Ikamadewi
PENDAHULUAN

• Korban dan penyebab terjadinya


korban/timbulnya korban yaitu : individu,
kelompok, korporasi, swasta/ pemerintah
• akibat penimbulan korban : sikap dan tindakan
thd korban dan atau pihak pelaku serta
mereka yang secara langsung/tdk terlibat
dalam terjadinya suatu kejahatan.

Doc Ikamadewi
Kamus ilmu pengetahuan social,
victimologi adalah studi tentang
tingkah laku victim sebagai salah
satu penentu kejahatan.
…… pengertian yg lebih sempit/terbatas….

[2] Hugo Reading, Kamus Ilmu-ilmu social, Jakarta, Rajawali, 1986,


hlm.457
Doc Ikamadewi
Arif Gosita

Victimologi adalah suatu bidang ilmu


pengetahuan yang mengkaji semua aspek
yang berkaitan dengan korban.

Mrp pengertian yg luas, sebab dari


kenyataan sosial yang dapat disebut sebagai
korban tidak hanya korban perbuatan pidana
(kejahatan) saja tetapi dapat korban
bencana alam, korban kebijakan pemerintah
dan lain-lain.
Doc Ikamadewi
Konsekwensinya, suatu victimisasi
harus dipahami sebagai berikut:[1]

• Korban akibat perbuatan manusia, korban akibat


perbuatan manusia dapat menimbulkan perbuatan
kriminal misalnya: korban kejahatan perkosaan,
korban kejahatan politik. Dan yang bukan bersifat
kriminal (perbuatan perdata) misalnya :
– korban dalam bidang Administratif/Korban kebijakan
pemerintah;

• [1] J.E. Sahetapy, Victimologi sebuah Bunga Rampai, Sinar


Harapan, Jakarta, 1987, hlm.35
Doc Ikamadewi
Next
• Korban di luar perbuatan manusia,
korban akibat di luar perbuatan
manusia seperti bencana alam dan lain
sebagainya.

Doc Ikamadewi
Tujuan dan Manfaat
Victimologi
Viktimologi juga merupakan sarana
penanggulangan kejahatan/ mengantisipasi
perkembangan kriminalitas dalam
masyarakat. sehingga viktimologi sebagai
sarana penanggulangan kejahatan juga masuk
kedalam salah satu proses Kebijakan Publik.

Antisipasi kejahatan yang dimaksud meliputi


perkembangan atau frekuensi kejahatan,
kualitas kejahatan, intensitas kejahatan dan
kemungkinan munculnya bentuk-bentuk
kejahatan baru.
Doc Ikamadewi
POSISI KRIM-VICTIM DALAM
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK

Social Welfare
Policy

Konkritisasi
Hukum
Social Policy
Posisi Krim Goal
dan
Social Victimologi SW/SD
Defence
Policy Formulasi

Penal
Aplikasi

Criminal Eksekutif
Policy
Non
Penal

Doc Ikamadewi
Konsekuensi logis dari
meningkatnya kejahatan atau
kriminalitas adalah bertambahnya
jumlah korban,

sehingga penuangan kebijakan yang


berpihak kepada kepentingan korban
dan tanpa mengenyampingkan pelaku
mutlak untuk dilakukan, sehingga
studi tentang viktimologi perlu untuk
dikembangkan.

Doc Ikamadewi
Manfaat dari studi mengenai korban
(Arif Gosita)

• Dengan viktimologi akan dapat diketahui


siapa korban, hal-hal yang dapat
menimbulkan korban, viktimisasi dan proses
viktimisasi;

• Viktimologi memberikan sumbangan


pemikiran tentang korban, akibat tindakan
manusia yang telah menimbulkan
penderitaan fisik, mental dan social;

Doc Ikamadewi
Next
• melalui studi victimologi akan memberikan
pemahaman kepada setiap individu mengenai hak
dan kewajibannya dalam rangka mengantisipasi
berbagai bahaya yang mengancamnya;

• viktimologi memberikan sumbangan pemikiran


mengenai masalah viktimisasi tidak langsung,
dampak social polusi industri, viktimisasi
ekonomi, politik dan penyalahgunaan
kewenangan.

• viktimologi memberikan dasar pemikiran dalam


penyelesaian viktimisasi criminal atau factor
victimogen dalam sistem peradilan pidana.

Doc Ikamadewi
Dari uraian di atas pada dasarnya ada
tiga hal pokok berkenaan dengan
manfaat studi tentang korban yaitu:
• manfaat yang berkenaan dengan usaha
membela hak-hak korban dan perlindungan
hukumnya;
(Praktis)
• manfaat yang berkenaan dengan penjelasan
tentang peran korban dalam suatu tindak
pidana, dan
(Filosofis)
• manfaat yang berkenaan dengan usaha
pencegahan terjadinya korban.(Action)
Doc Ikamadewi
Kedudukan Viktimologi

Awalnya menjadi perdebatan


apakah sbg bag dari kriminologi atau sbg
cabang ilmu yang mandiri yg sejajar dg
disiplin ilmu yg lain.

Doc Ikamadewi
Penologi

Hk Pidana Kriminologi Etiologi

Viktimologi

Doc Ikamadewi
Segi tiga Study Kejahatan

Kejahatan

Penjahat Reaksi Sosial

Doc Ikamadewi
Segi empat Kejahatan

Kejahatan Korban

Penjahat Reaksi Sosial

Doc Ikamadewi
Paul Separovic, dasar pembeda
pada Ruang Lingkup Kajiannya
OBJEK
R/L Victimologi

Korban akibat Kejahatan Semua Korban

Viktimologi sbg bagian Viktimologi sbg disiplin


Dari kriminologi…. ilmu tersendiri…..
Nagel (Mendelsohn)
Doc Ikamadewi
Dalam symposium victimologi yang
pertama di Yerusalem tahun 1973

NAGEL melaporkan bahwa victimologi dewasa


ini merupakan gagasan atau pemikiran baru
dalam kriminologi, karena telah terjadi
pergeseran pemikiran yang tidak lagi melihat
kejahatan melalui studi “Factor Criminoligy”
akan tetapi mengarah pada “Criminologi of
Relationship”.

Doc Ikamadewi
Pengertian Korban

Apa yang dimaksud


dengan korban ?

Doc Ikamadewi
*Korban tidak saja dipahami sebagai obyek dari
suatu kejahatan tetapi juga
*Korban harus dipahami sebagai subyek yang
perlu mendapat perlindungan secara social dan
hukum .
*Korban adalah orang baik, individu, kelompok
ataupun masyarakat yang telah menderita
kerugian yang secara langsung telah terganggu
akibat pengalamannya sebagai target dari
kejahatan
*subyek lain yang dapat menderita kerugian
akibat kejahatan adalah badan hukum.

Doc Ikamadewi
Bila hendak membicarakan mengenai
korban, maka seyogyanya dilihat kembali
pada budaya dan peradaban Ibrani kuno.
Dalam peradaban tersebut, asal mula
pengertian korban merujuk pada
pengertian pengorbanan atau yang
dikorbankan, yaitu” mengorbankan
seseorang atau binatang untuk pemujaan
atau hirarki kekuasaan”.[1]

[1] http://www.faculty.ncwc.edu/toconnor/300/300lect01.htm
Doc Ikamadewi
Selama beberapa abad, pengertian korban
menjadi berubah dan memiliki makna yang lebih
luas. Ketika viktimologi pertama kali ditemukan
yaitu pada tahun 1940-an, para ahli viktimologi
seperti Mendelshon, Von Hentig dan Wolfgang
cenderung mengartikan korban berdasarkan
text book dan kamus yaitu ”orang lemah yang
membuat dirinya sendiri menjadi korban”.[1]

[1] Ibid
Doc Ikamadewi
Pemahaman seperti itu ditentang habis-
habisan oleh kaum feminist sekitar tahun
1980-an, dan kemudian mengubah pengertian
korban yaitu “setiap orang yang
terperangkap dalam suatu hubungan atau
situasi yang asimetris. Asimetris disini yaitu
segala sesuatu yang tidak imbang, bersifat
ekploitasi, parasitis (mencari keuntungan
untuk pihak tertentu), merusak, membuat
orang menjadi terasing, dan menimbulkan
penderitaan yang panjang”.[1]
[1] http://www.victoborg.com/html/feminist victimology

Doc Ikamadewi
Istilah korban pada saat itu merujuk pada
pengertian
“setiap orang, kelompok, atau apapun yang
mengalami luka-luka, kerugian, atau
penderitaan akibat tindakan yang
bertentangan dengan hukum. Penderitaan
tersebut bisa berbentuk fisik, psikologi
maupun ekonomi”.[1]

[1] http//www.faculty.ncwc.edu/toconnor/300/300lect01.htm

Doc Ikamadewi
Kamus umum bahasa
Indonesia

”korban adalah orang yang menderita


kecelakaan karena perbuatan (hawa nafsu dan
sebagainya) sendiri atau orang lain”.[1]
lain”.

[1] Purwadarminta, Kamus umum Bahasa Indonesia, P.N. Balai


Pustaka, Jakarta, 1976, hlm.33

Doc Ikamadewi
Menurut Arif Gosita

Pengertian korban adalah mereka yang menderita


jasmani dan rohani sebagai tindakan orang lain yang
mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang
lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak
asasi yang menderita.[1]
menderita.

Pengertian yang disampaikan oleh Arif Gosita tersebut


sudah diperluas maknanya, tidak hanya untuk
perorangan tetapi berlaku bagi subyek hukum yang lain,
seperti badan hukum, kelompok masyarakat dan
korporasi. Timbulnya korban erat kaitanya dengan
kejahatan.
Doc Ikamadewi
[1] Arif Gosita, Kumpulan Makalah Masalah Korban, Akademika Presindo,
Jakarta,2003, ,hlm.41-42
Sahetapy
“korban adalah orang perorangan atau badan
hukum yang menderita luka-luka, kerusakan
atau bentuk-bentuk kerugian lainnya yang
dirasakan, baik secara fisik maupun secara
kejiwaan. Kerugian tersebut tidak hanya
dilihat dari sisi hukum saja, tetapi juga dilihat
dari segi ekonomi, politik maupun social
budaya. Mereka yang menjadi korban dalam hal
ini dapat dikarenakan kesalahan si korban itu
sendiri, peranan korban secara langsung atau
tidak langsung, dan tanpa adanya peranan dari
si korban.[1]
korban.
[1] J.E Sahetapy, Victimologi sebuah Bunga Rampai, Sinar Harapan, Jakarta, 1987,
hlm.25
Doc Ikamadewi
Van Boven
Merujuk pada Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar
Keadilan bagi korban Kejahatan dan penyalahgunaan
kekuasaan (Declaration of basic Principle of justice
for victim of crime and abuse of power) yang
mendefinisikan korban adalah:[1]
adalah:

Orang yang secara individual maupun kelompok


telah menderita kerugian, termasuk cedera fisik
maupun mental, penderitaan emosional, kerugian
ekonomi atau perampasan yang nyata terhadap
hak-hak dasarnya, baik kerana tindakan (by act)
maupun karena kelalaian (by omission).
[1]Theo Van Boven, (editor:Ifdal kasim), Mereka yang Menjadi Korban (Hak
Korban atas Restitusi, Kompensasi dan Rehabilitasi), Elsam, Jakarta,2002,
hlm.13

Doc Ikamadewi
Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut
diatas, pengertian korban bukan hanya untuk
manusia saja atau perorangan saja, akan tetapi
dapat berlaku juga bagi badan hukum, badan
usaha, kelompok organisasi maupun Negara.
Perluasan pengertian subyek hukum tersebut
karena badan hukum atau kelompok tersebut
melaksanakan hak dan kewajiban yang dilindungi
oleh hukum atau dengan kata lain subyek hukum
tersebut dapat merasakan penderitaan atau
kerugian atas kepentingan yang dimiliki akibat
perbuatan sendiri atau pihak lain seperti yang
dirasakan oleh manusia.
Doc Ikamadewi
Rancangan Deklarasi dan Resolusi Konggres
PBB ke-7 yang kemudian menjadi Resolusi
MU-PBB 40/34, [1] bahwa yang dimaksud
dengan korban adalah orang-orang, baik
secara individual maupun kolektif, yang
menderita kerugian akibat perbuatan (tidak
berbuat) yang melanggar hukum pidana yang
berlaku di suatu Negara, termasuk
peraturan-peraturan yang melarang
penyalahgunaan kekuasaan.

[1] United Nation, A Compilation of International Instrument,


Volume I, New York, 1993, hlm.382
Doc Ikamadewi
Pengertian kerugian (Harm) mnrt Resolusi tsb,
meliputi :
- kerugian fisik maupun mental (Physical or
mental injury),
- penderitaan emosional (emotional suffering),
- kerugian ekonomi (economic loss) atau
- perusakan substansial dari hak-hak asasi
manusia mereka (substantial impairment of
theirfundamental rights).

Doc Ikamadewi
Korban…..
Berdasarkan makna dan hakekat

~ Korban sacrifice
yaitu bentuk korban/pengorbanan yg dikaitkan dg hal-hal
yang bersifat metafisik, supranatural (korban dalam
upacara keagamaan)

~ Korban secara Keilmuan (Viktimologi)


yaitu semua bentuk korban yang tidak termasuk dalam
pengertian yang pertama. (korban akibat kejahatan,
kecelakaan, bencana alam, kesewenangan penguasa,
pelangaran ham, penyalahgunaan kekusaan di bidang
ekonomi)
Doc Ikamadewi
Peran Korban

Untuk melihat peran, karateristik pelaku dan korban


kejahatan, CARROL mengajukan rumus yang cukup
popular dengan pendekatan rasional analitis. Menurutnya
kejahatan adalah realisasi keputusan yang diambil dengan
turut mempertimbangkan beberapa factor antara lain
SU (Subyektife Utility), p(S) (Probability of Success),
G (Gain), p(F) (Probability of Fail) dan L (Loss).[1]
Sehingga Carrol Menggambarkan dengan Rumus:
SU= (p(S)xG)-(p(F)xL)
[1] John S Carrol, Commiting A Crime, The Offender Decicion, San
Francisco, 1982, hal. 103
Doc Ikamadewi
Dari rumus diatas dapat dijelaskan
bahwa seseorang yang akan
melakukan kejahatan harus
mempertimbangkan beberapa hal
yang selanjutnya akan menghasilkan
keputusan, apakah ia akan
melakukan tindak pidana ataukah
tidak. Inilah yang dimaksud dengan
Subyektive Utility (SU)

Doc Ikamadewi
Hal-hal yang harus
dipertimbangkan adalah:
• p(S)/ Probability of Succes = seberapa besar
kemungkinan keberhasilan rencana kejahatan

• G (Gain) = seberapa besar keuntungan


(materi/kepuasan)yang akan diperoleh;

• p(F)/ Probability Of Fail = seberapa besar kemungkinan


gagalnya rencana kejahatan dan;

• L (Loss) = seberapa besar kerugian yang akan diderita


manakala kejahatan yang dilakukan gagal dan tertangkap.

Doc Ikamadewi
Jika rumus di atas dianalisis dengan
optik korban, akan nampak bahwa
factor p(S)/ Seberapa besar
keberhasilan rencana kejahatan, dan
p(F) / Seberapa besar kemungkinan rencana
kegagalan, sebagian besar terletak pada
korban artinya berhasil atau tidaknya
rencana kejahatan tergantung pada
keadaan diri atau pun tipologi calon
korban. Doc Ikamadewi
Dengan meminjam istilah
Manheim yang menggambarkan
adanya laten Victim (Mereka
yang cenderung menjadi korban
dibandingkan orang
lain,misalnya wanita, anak-anak
dan manula) maka pelaku akan
merasa optimis akan
keberhasilan dari kejahatanya.
Doc Ikamadewi
Sedangkan factor
Gain/seberapa besar keuntungan
materi/kepuasan yang diperoleh

Terlihat pada sikap korban yang


senang dengan gaya hidup mewah
dan pamer materi yang lebih
menjurus pada peningkatan daya
tarik atau rangsang, sehingga
pelaku kejahatan dengan cara
dini sudah dapat memperkirakan
besarnya keuntungan yang akan
diperoleh. Doc Ikamadewi
Resiko Korban, yaitu:
kondisi/keadaan trtentu yg berpeluang terjadinya viktimisasi
Berdasarkan typologi korban Hentig:
• The young
• The Female
• The old
• Immigrants
• The mentaly defektif
• Minorities
• Dul normals
• Depressed
• The acquisitive
• The Wanton
• Heartbroken
• Tormentors
• The blocked

Doc Ikamadewi
SCHAFER,
bdasarkan type daerah & masy.nya.
• Masy kecil/besar
• Daerah bisnis
• Wilayah pemukiman
• Faktor situasi

Doc Ikamadewi
Macam-macam Korban
Kejahatan

Doc Ikamadewi
Konggres PBB ketujuh telah
mengelompokkan macam-macam
korban sebagai berikut:
• Korban kejahatan konvensional adalah korban yang
diakibatkan oleh tindak pidana biasa atau kejahatan
biasa misalnya, pembunuhan, perkosaan, penganiayaan
dan lain-lain;

• Korban non-konvensional adalah korban kejahatan yang


diakibatkan oleh tindak pidana berat seperti
terorisme, pembajakan, perdagangan narkotika secara
tidak sah, kejahatan terorganisir dan kejahatan
computer;

• Korban kejahatan akibat penyalahgunaan kekuasaan


(Ilegal abuses of power) terhadap hak asasi manusia
alat penguasa termasuk penangkapan serta penahanan
yang melanggar hukum dan lain sebagainya.
Doc Ikamadewi
Pengelompokan atas macam-macam korban
tersebut didasarkan atas perkembangan
masyarakat. Terhadap korban kategori ketiga
adanya korban penyalahgunaan kekuasaan
berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia.
Kemudian sejak viktimologi diperkenalkan sebagi
suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji
permasalahan korban serta segala aspeknya,
maka wolfgang melalui penelitiannya menemukan
bahwa ada beberapa macam korban yaitu:[1]

[1] Dalam makalah “Beberapa catatan umum Tentang Masalah Korban,


disampaikan oleh Marjono reksodiputro dalam seminar sehari tentang
Relevansi Viktimologi di Universotas Airlangga, surabaya pada 23
Doc Ikamadewi
Maret 1985
Wolfgang
• Primary victimization, adalah korban
individual/perorangan bukan kelompok;
• Secondary Victimization, korbannya adalah
kelompok, misalnya badan hukum;
• Tertiary Victimization, yang menjadi korban
adalah masyarakat luas;
• Non Victimozation, korbannya tidak dapat
segera diketahui misalnya konsumen yang
tertipu dalam menggunakan hasil produksi.

Doc Ikamadewi
Tipologi Korban
Untuk memahami peran korban, harus dipahami pula
tipologi korban yang dapat diidentifikasi dari keadaan
dan status korban. Tipologi yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
• Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan terjadinya korban,
misalnya pada kasus kecelakaan pesawat. Dalam hal
ini tanggungjawab sepenuhnya terletak pada pelaku.
• Provocative Victims, yaitu seseorang yang secara
aktif mendorong dirinya menjadi korban, misalnya
kasus selingkuh, dimana korban juga sebagai pelaku.
• Participating Victims, yaitu seseorang yang tidak
berbuat tetapi dengan sikapnya justru mendorong
dirinya menjadi korban.

Doc Ikamadewi
Next

• Biologically weak Victims, yaitu mereka yang secara fisik


memiliki kelemahan atau potensi untuk menjadi korban,
misalnya orang tua renta, anak-anak dan orang yang tidak
mampu berbuat apa-apa.

• Socially Weak Victims, Yaitu mereka yang memiliki kedudukan


social yang lemah yang menyebabkan mereka menjadi korban,
misalnya korban perdagangan perempuan, dan sebagainya.

• Self Victimizing Victims, yaitu mereka yang menjadi korban


karena kejahatan yang dilakukannya sendiri, pengguna obat
bius, judi, aborsi dan prostitusi.

Doc Ikamadewi
Sejarah Perkembangan
pengakuan terhadap
korban

Doc Ikamadewi
Tahapan Proses Perlindungan
Korban

Tahap I

(Masa Kejayaan/Keemasan hak korban)/


Golden Age
Dalam tahap ini victim langsung berhadapan
dengan offender (Pelaku) tetapi belum ada
pembagian hukum, antara hukum pidana dan
hukum perdata. (Victim Vs Offender)

Doc Ikamadewi
Tahap II
(Tahap Tanggungjawab Negara/Raja)

Dalam tahapan ini, melanggar hukum


pidana berarti melanggar hak Negara
sehingga konsepnya:
Negara Vs Offender /
Raja Vs Offender
Artinya kepentingan korban diwakili
oleh Negara/raja, korban berada
diluar sistem.
Doc Ikamadewi
Tahap III
(Tahap memberi hak kepada korban untuk
memberikan masukan kepada Negara
sebagai wakilnya)

Melanggar hukum pidana berarti


melanggar hak Negara namun korban
memiliki hak untuk memberi masukan
kepada Negara demi kelancaran proses
pembuktian,
Victim (sifatnya memberi masukan) + Negara Vs
Offender
Doc Ikamadewi
Tahap IV
(Tahap pertanggungjawaban merata)

Pelanggar hukum pidana berarti melanggar


hak korban, Negara sekaligus hak
pelaku/offendernya sendiri.
Konsepnya:
Victim Negara

Pelaku
ada konsep pemulihan hubungan yang kondusif antara pelaku dengan
korban yang dimediatori oleh negara
Doc Ikamadewi
Perlindungan korban

Doc Ikamadewi
Latar belakang perlunya perlindungan
terhadap korban
• Konsep negara hukum, adanya jaminan thd
hak asasi manusia
• Kasus-kasus dalam peradilan seringkali
menempatkan korban sebagai orang yang
terabaikan, dan akan menjadi korban lanjutan
dari SPP
• Terungkapnya kasus2 pidana tidak lepas dari
peranan korban dalam memberikan
keterangan

Doc Ikamadewi
Perlindungan Terhadap Korban
Perlindungan terhadap korban menurut Barda
Nawawi dapat dilihat dari dua makna yaitu:

• Perlindungan hukum untuk tidak menjadi korban


tindak pidana lagi (berarti perlindungan hak asasi
manusia (HAM) atau kepentingn hukum seseorang);

• Perlindungan untuk memperoleh jaminan/santunan


hukum atas penderitaan /kerugian orang yang telah
menjadi korban tindak pidana “(jadi identik dengan
penyantunan korban)”. (kompensasi, dan restitusi)

Doc Ikamadewi
• Kompensasi :
- Diminta oleh korban
- atas dasar permohonan
- Dibayarkan oleh masyarakat/negara
- Wujud pertanggungjawaban negara/masyrakat
secara perdata.

• Restitusi :
- Dituntut oleh korban
- Melalui diputus oleh persidangan
- Dibayarkan oleh pelaku
- sbg wujud pertanggungjawaban pelaku

Doc Ikamadewi
Perlindungan hukum dari segi
macamnya dapat dibedakan
antara pasif dan aktif
Perlindungan hukum yang pasif berupa tindakan-tindakan
luar (selain proses peradilan) yang memberikan pengakuan
dan jaminan dalam bentuk pengaturan atau kebijaksanaan
berkaitan dengan hak-hak pelaku maupun korban.

Sedangkan yang aktif dapat berupa tindakan yang


berkaitan dengan upaya pemenuhan hak-haknya (berupa
perlindungan hukum).

Doc Ikamadewi
Perlindungan hukum meliputi :
• Aktif preventif berupa hak-hak yang diberikan oleh pelaku,
yang harus diterima oleh korban berkaitan dengan
penerapan aturan hukum ataupun kebijaksanaan pemerintah.

• aktif represif berupa tuntutan kepada pemerintah atau


aparat penegak hukum terhadap pengaturan maupun
kebijaksanaan yang telah diterapkan kepada korban yang
dipandang merugikan.[1]

[1] Philip M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, Disertasi,


Universitas Airlangga, Surabaya, 1987, dalam Winahnu Erwiningsih, Ibid
hlm.23

Doc Ikamadewi
Hak-hak korban menurut
Declaration of basic principles
of justice for victim of crimes
and abuse of power

Doc Ikamadewi
The Declaration of Basic
Principles of Justice for Victims
of Crime and Abuse of Power.
• Hak memperoleh informasi;
• Hak didengar dan dipertimbangkan
kepentingannya pada setiap tahapan
proses peradilan pidana;
• Hak memperoleh bantuan yang cukup;
• Hak memperoleh perlindungan terhadap
privasi dan keamanan;

Doc Ikamadewi
Next
• Hak memperoleh pelayanan yang cepat
dalam penyelesaian perkara
• Hak untuk memperoleh ganti kerugian
(Restitusi)
• Hak memperoleh kompensasi (dalam
kejahatan yang berat/serius)
• memperoleh kesempatan berpartisipasi
pada tahapan proses pidana.

Doc Ikamadewi
Model Perlindungan Hukum
terhadap Korban

Doc Ikamadewi
TEORI PERLINDUNGAN
KORBAN

Teori Perlindungan Korban ada dua


model yaitu:
• Services Model (SM)
• Prosedural Right Model (PRM)

Doc Ikamadewi
Ad.1. Services Model /SM
(Model Pelayanan)
Memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

• Victim tidak terlibat dalam proses peradilan pidana

• polisi dan jaksa adalah aparat Negara yang melayani


kepentingan masyarakat termasuk didalamnya adalah
korban (Penegakan hukum)

• Negara bertanggungjawab thd rakyatnya /masy.nya


termasuk dlm menyantuni korban /rakyat.

Doc Ikamadewi
Legal Reasoning, Kenapa Korban
tidak dilibatkan ?

Keterlibatan korban akan mengacaukan sistem


pelayanan public, pelayanan terhadap
korban adalah bagian dari pelayanan public
kalau korban ikut akan ada kepentingan
individu yang masuk.
Sementara bagian dari tugas polisi secara
ekplisit adalah bagian dari layanan public.

Doc Ikamadewi
Positif (keuntungan) model
ini:
– mengurangi beban korban

– rasionalisasi reaksi terhadap


kejahatan dapat berkurang (Kalau
tidak di ditangani oleh negara akan terjadi kejahatan yang terus
menerus)

Doc Ikamadewi
Negatif (Kerugian) Model
ini:
• Tidak bisa empati terhadap
penderitaan korban

• Ada alasan tindakan sewenang-wenang


yang mengatasnamakan kepentingan
public.

Doc Ikamadewi
Ad.2. Procedural right model (PRM)

Ciri-cirinya:
• Korban memiliki hak hukum dalam setiap
tahapan proses peradilan.(hak bantuan
hukum dan sebagainya)
• korban dapat terlibat langsung dalam proses
peradilan
• kewajiban polisi +jaksa untuk memperhatikan
mempertimbangkan hak-hak korban dan
pemenuhannya.

Doc Ikamadewi
Keuntungan (Positip):

• Korban mempunyai kesempatan untuk


tampil
• Korban diberdayakan/ada
pemberdayaan korban / tidak diluar
sistem
• Meminimalisasi penyalahgunaan
wewenang.

Doc Ikamadewi
Kelemahan (Negatif):

• Mengacaukan SPP
• Memungkinkan korban memperjuangkan
secara emosional krn diberi
kesempatan untuk balas dendam
• Keadilan akan bersifat subyektif
(individual justice)

Doc Ikamadewi
DAMPAK PERGESERAN KEADILAN RETRIBUTIF
KEPADA KEADILAN RESTORATIF TERHADAP PENYELENGGARAAN
SISTEM PERADILAN PIDANA
Keadilan Retributif Tema Pokok Keadilan Restoratif

1 2 3
Kepada pelanggar dan karena Orientasi Kepada Kepentingan Korban
pelanggarannya keadilan
Melanggar Negara Kejahatan Melanggara Hak Perseorangan
Negara Korban Orang yang dirugikan langsung,
masyarakat, Negara dan
pelanggar sendiri
Mengadili pelanggar dan Sistem Menyelesaikan Konflik antara
menjatuhkan pidana sebagai Peradilan Pelanggar dengan Korbannya
rasionalisasi pembalasan Pidana
Pidana bersifat pembalasan Pemidanaan Pertanggungjawaban Pelanggar
atas pelanggaran hukum terhadap akibat perbuatannya
pidana
Bersifat pasif Korban Bersifat Aktif
dalam sistem
peradilan
Doc Ikamadewi
pidana
Doc Ikamadewi
Kompleksitas Study Kejahatan

Kejahatan Korban

Penjahat Reaksi Sosial

Doc Ikamadewi

Anda mungkin juga menyukai