1. Viktimologi
a. Pengertian
kata victima yang berarti korban dan logos yang berarti ilmu.8 Secara
sosial.9
penegakan hukum pidana maka peranan dari viktimologi tidak lagi bisa
yaitu:10
14
15
perkembangan viktimologi.11
terjadinya viktimasi;
13 Andi Hamzah, Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana, Binacipta, Bandung, 1986, hlm 13-14
14 Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi, Djambatan,
Denpasar, 2003, hlm 32
17
manusia.
15 Muladi, Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum
dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm 108
16 Ibid, hlm 109
17 Suryono Ekotama, ST. Harum Pudjianto. RS., dan G.Wiratama, Abortus Provocatus Bagi
Korban Perkosaan : Perspektif Viktimologi, Kriminologi dan Hukum Pidana, Unika Atma Jaya,
Jakarta, 2000, hlm 177-178
18
diragukan lagi, karena dari satu sisi kriminologi membahas secara luas
sebagai berikut:20
sendiri.
merupakan sisi dari mata uang yang saling berkaitan, perhatian akan
kejahatan akan tetapi juga akibat dari kejahatan, karena dari sini akan
juga kepada posisi korban dari kejahatan itu. Hal ini juga dibahas oleh
20
terjadi suatu kejahatan, atau ada korban ada kejahatan dan ada
2. Korban
a. Pengertian Korban
sebagai berikut:
21 Ibid, hlm 84
22 Bambang Waluyo, Op.Cit, hlm 9
21
kekuasaan.23
3) Muladi
Dan Rekonsiliasi
manapun.
b. Tipologi Korban
terjadinya kejahatan.
korban.
perspektif keadaan dan status korban itu sendiri yaitu sebagai berikut:26
untuk merampasnya.
26 Chaerudin dan Syarif Fadillah, Korban Kejahatan dalam Perspektif Viktimologi dan
Hukum Pidana Islam, Ghalia Press, Jakarta, 2004, hlm 42
24
pertanggungjawaban, yaitu:27
a. Unrelated Victims
atau pelaku.
b. Provocative Victims
dalam hal ini merupakan pelaku utama. Pada tipe ini yang
27 Made Darma Weda, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm 75-76
25
c. Participating victims
tidak berdaya.
f. Self-Victimizing Victims
g. Political Victims
jawabkan.
pemerintah bangsa dan negara. Hal ini juga dinyatakan bahwa korban
nonmateriil.
politik, hak ekonomi, hak sosial, hak budaya yang tidak lebih
diberikannya.
28
4. Mendapat penerjemah.
kebutuhan.
korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat, hal ini dijelaskan
ke pengadilan, yaitu:
yang berat.
instrumen hak asasi manusia yang berlaku dan juga terdapat dalam
Pidana
tertentu.
tindakan.31
30 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Raja Grafindo Persad, Jakarta, 2006,
hlm 6
31 Lamintag, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm
181
32 Sudarto, Hukum Pidana I, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 1975, hlm
12
31
dibagi menjadi :
1) Barang siapa
diharuskan oleh asas geen straf zonder schuld. Kedua, macam atau
2) Kekerasan
3) Ancaman Kekerasan
4) Memaksa
dilakukan atas dasar suka sama suka. Tidak ada kekerasan atau
terjadi persetubuhan.
Delik ini adalah delik sengaja yang tersirat pada cara melakukan
34 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984,
hlm 741
35
persetubuhan itu.35
sebagai berikut:37
jenis, yaitu:38
1) Seductive rape
2) Sadistic rape
3) Anger rape
4) Domination rape
terhadap pembantunya.
37
5) Exploitation rape
pelaku, baik secara ekonomis maupun sosial. Dalam hal ini tanpa
berikut ini:39
1. Korban Murni
2. Korban Ganda
3. Korban Semu
kehendak sendiri.
sebagainya.
c. Karakteristik Pemerkosaan
kepentingan nafsunya. 40
pemerkosaan.
seksual semata.
yaitu: anger rape, power rape dan sadistis rape, dan ini direduksi
emosional.
korban.
40 Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Mandar Maju,
Bandung, 1995, hlm 108
41 Abdul Wahid, Muhammad Irfan, Op.Cit, hlm 48
40
Dirayu 22,5 %
Dibunuh 6,1%
Tabel 2.1
42 Bagong Suryanto, Emi Susanti Hendrarso, Wanita, Dari Subordinasi dan Marginalisasi
Menuju ke Pemberdayaan, Airlangga University Press, Surabaya, 1996, hlm 9
41
kekerasan.
yang mempengaruhinya.
dalam hubungan.
unsur-unsur masyarakat.
seksualnya.
Gambar 2.1
dan pada tahun 1806 Belanda menjadi kerajaan di bawah Raja Lodewijk
Timur. Jalan ini, yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos (Groote Postweg),
tersebut. Atas perintah Daedles inilah, sejak tanggal 25 Mei 1810, ibu kota
44
tahun 1852, daerah priangan terbuka untuk siapa saja yang ingin menetap
keadaan alam yang sangat baik, Bandung sebagai suatu tempat bermukim
Negorij Bandoeng).
Barat. Itulah sekilas sejarah berdirinya kota Bandung, yang mana dalam
baik.
2. Struktruk Organisasi
berikut:44
Grafik 2.1
No Nama Jabatan
2 Wakil Ketua*
Tabel 2.2
peraturan.
Meja Pertama
Meja Kedua
pengorganisasiaannya.
pengadilan.
pidana.
49
kepaniteraan.
persidangannya.
register induk.
urutan.
51
register induk.
melalui Panitera.
Hakim.
e. Register Penahanan
Pidana.
Pidana.
penahanan.
Terdakwa/Keluarganya.
tersebut.
melaui Panitera.
permohonan tersebut.
g. Register Penyitaan
permohona tersebut.
Terdakwa/Kuasanya.
Pengadilan Tinggi.
yang bersangkutan.
7) Melakukan pemberkasan.
perkara.
Terdakwa/Kuasanya.
Mahkamah Agung.
56
yang bersangkutan.
7) Melakukan pemberkasan.
kepada Panitera.
Pengganti.
7) Melakukan pemberkasan.
bersangkutan.
4) Melakukan pemberkasan.
Agung.
m. Register WASMAT
WASMAT.
58
Lembaga Pemasyarakatan.
6. Lokasi Penelitian
Gambar 2.2
59
1. Gedung Nomor 74
2. Gedung Nomor 76
3. Gedung Nomor 78
4. Gedung Nomor 80
Gambar 2.3
Denah gedung
Gambar 2.4