AngkasA VIKTIMOLOGI SANGAT MEMBANTU DALAM PERKEMBANGAN HUKUM PIDANA
Kajian Viktimologi dapat
membantu dalam perkembangan Hukum Pidana yang meliputi Hukum Pidana Materiil, Hukum Pidana Formil dan Hukum Pelaksanaan Pidana Penjara. Tujuan Viktimologi: Zvonimir-Paul Separovic •1.to analyze the manifold aspects of the victim’s problem; 2. to explain the causes for victimization; •3. to develop a system of measures for reducing human suffering 1.to analyze the manifold aspects of the victim’s problem;
•a Penderitaan dan /atau
kerugian korban •B. Kedudukan Korban dalam Hukum Pidana a Penderitaan dan /atau kerugian korban •Shapland membahas dalam tulisannya dengan judul The effects of the offence. Efek yang dapat ditimbulkan oleh suatu tindak pidana bagi korban dapat berupa a. kerugian materi (financial loos), b. akibat psikologis (psychological effect) c. akibat fisik (physical effects), d. akibat sosial (social effects) B. Kedudukan Korban dalam Hukum Pidana/ Sistem Peradilan • Pidana •Problem korban selain macam penderitaan dan/atau kerugian korban saat menjadi korban juga ada probrem yang lain yakni adalah kerugian dan/atau penderitaan koban saat masuk dalam sistem peradilan pidana atau terkait dengan kedudukan korban dalam Sistem Peradilan Pidana yang masih termajinalkan. Peter Grabosky, Andrew Karmen maupun Stefan Zweig. Grabosky menyatakan bahwa
“…crime victim as the forgotten
and neglected participant in the criminal justice system”. BEBERAPA PANDANGAN TENTANG PERLAKUAN TERHADAP KORBAN:
• Karmen serta Graborsky :
korban tindak pidana sebagai "invisible" atau "forgotten” • Elias: korban telah menjadi korban keduakalinya (a second victimization) dalam Sistem Peradilan Pidana atau warga negara klas dua (a second class citizen). • Soedarto: kedudukan korban atau orang yang dirugikan dalam perkara pidana selama ini sangat memedihkan, korban dari kejahatan seolah-olah dilupakan. Nils Christie:
The victim is a particularly heavy
loser in this situation. Not only he has suffered, lost materially or become hurt, physically or otherwise. And not only does the State take the compensation. But above all he has lost participation in his own case. Mc. Donald:
Offenders are provide with
lawyers, housing, food, medical care, recreational opportunities, schooling, job training, and psychological counseling. BEBERAPA ASPEK PENYEBAB BELUM ADILNYA KEDUDUKAN KORBAN DALAM HUKUM PIDANA
ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN DALAM HUKUM
PIDANA (SEBAGAI USAHA UNTUK MEMPEROLEH SUATU SISTEM HUKUM PIDANA YANG PRAKTIS DAN BERMANFAAT) MASIH BERORIENTASI PADA PELAKU (CRIMINAL ORIENTED) EX: ALIRAN NEOKLASIK (NOE-CLASICAL SCHOOL)
• DOKTRIN (PENDAPAT PARA PAKAR/AHLI HUKUM)
• EX; PACKER: • “BAHWA MASALAH UTAMA DALAM HUKUM PIDANA ADALAH KEJAHATAN, KESALAHAN SERTA PIDANA” HUKUM POSITIF 1. HUKUM PIDANA MATERIIL (KUHP) -DALAM BK I CRIMINAL ORIENTED 2. HUKUM PIDANA FORMIL EX: UU NO.8 TAHUN 1981 (KUHAP) DARI 22 BAB, 286 PASAL YANG MENGATUR TENTANG PELAKU, SEJUMLAH 18 PASAL (PASAL 50- PASAL 68), YANG MENGATUR TENTANG KORBAN TIDAK ADA 3. HUKUM PELAKSANAAN PIDANA PENJARA EX: UU NO.12 TAHUN 1995 TENANG PEMASYARAKATAN BERKARAKTER CRIMINAL ORIENTED . ANTARA LAIN PEMBINAAN NARAPIDANA DENGAN SISTEM PEMASYARAKATAN. 2. To explain the causes for victimization; •Menjelaskan sebab-sebab pengorbaan adalah kajian tentang sebab-sebab terjadinya pengorban dari perspektif korban. Kajian ini dapat disepadankan dengan etiologi kriminalnya dalam kriminologi yang melihatnya dari aspek pelaku. •Dalam sejarah (awalnya) pandangan adanya kontribusi korban dalam terjadinya pengorbanan adalah hal yang tidak dapat diterima karena diangap irrelevant, tidak masuk akal. Karmen
Orthodox criminology has consistently
ignored the role that victims might play in the consummation of crimes •Dalam pandangan kriminologi tradisional, penjelasan tentang penyebab terjadinya tindak pidana selalu berorientasi pada pelaku (offender oriented). • Atas kondisi demikian maka para viktomolog telah berusaha untuk mengkoreksi pandangan yang tidak seimbang, dengan memberi penjelasan bahwa dalam beberapa kondisi dan situasi tertentu seseorang menjadi korban karena korban turut berperan di dalamnya. Dengan kata lain dalam terjadinya tindak pidana para viktimolog melihat sebagai hasil dari proses interaksi (sekurang-kurangnya) dua pihak terdiri atas pelaku dan korban. •Dikatakan pula oleh Viano(1976) bahwa para ahli telah mulai melihat korban tidak hanya sebagai objek yang pasif sebagai bagian yang tidak bersalah dalam terjadinya tindak pidana. • Namun dalam beberapa kasus kadang-kadang korban memainkan peran aktif dan memberikan kontribusi dalam terjadinya tindak pidana • Ujung dari perspektif ini dapat pula untuk menentukan adanya kadar pertanggungjawaban antara pelaku dan korban dalam terjadinya kejahatan. • Para viktimolog dengan meminjam terminologi dalam sistem hukum yang selama ini dipakai untuk menjelaskan pelaku antara lain istilah “pertanggungjawaban” (responsibility), kealpaan (culpability), kesalahan (guilt), ternyata dapat pula diterapkan untuk korban, artinya korban juga dapat diposisikan dalam pertanggungjawaban, kealpaan maupun kesalahan •Dalam pengertian yang luas, mendasarkan konsep di atas maka dapat ditemukan konsep pertanggungjawaban terbagi antara korban dan pelaku karena kedua belah pihak mempunyai kadar kesalahan. Bahkan korban dapat lebih bersalah daripada pelaku karena korban melakukan provokasi terlebih dahulu victim precipitation (VP)
•Keikutsertaan korban atau
korban yang turut mempercepat terjadinya tindak pidana dalam studi viktimologi disebut sebagai victim precipitation (VP) Victim Precipitation (VP) • KORBAN DIPANDANG DAPAT MEMAINKAN PERAN DAN MENJADI UNSUR YANG PENTING DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA YANG MENIMBULKAN KORBAN.
• HENTIG MENGHIPOTESAKAN BAHWA DALAM BEBERAPA
HAL KORBAN MEMBENTUK DAN MENCETAK PENJAHAT DAN KEJAHATANNYA • WOLFGANG BERDDITEMUKAN BAHWA SATU KORBAN DI ANTARA EMPAT KASUS PEMBUNUHAN IKUT MEMPERCEPAT PEMBUNUHANASAR STUDI DATA STATISTIK • AMIR DALAM KASUS PERKOSAAN KORBAN BERPARTISIPASI DAN MEMPERCEPAT SATU DIANTARA LIMA KASUS PERKOSAAN 3. To develop a system of measures for reducing human suffering.
•Restitusi dan kompensasi adalah
salah satu bagian dalam upaya mengurangi kerugian dan/atau penderitaan korban juga Restorative Justice Restitusi • Restitusi dalam perspektif viktimologi berkaitan dengan perbaikan atau restorasi perbaikan atas kerugian fisik, morel maupun harta benda, kedudukan dan hak-hak korban atas serangan pelaku tindak pidana (penjahat). • Restitusi merupakan indikasi pertanggungjawaban pelaku tindak pidana.Restitusi merupakan suatu tindakan restitutif terhadap pelaku tindak pidana yang berkarakter pidana dan menggambarkan suatu tujuan koreksional dalam kasus pidana. Austern:
•Restitution can provide direct
monetary awards to victims, as the person convicted of a crime pay the victim for the purpose of making the victim whole, or putting the victim in the same position as before the crime. Restitution can take many forms, both of money and services Manfaat Restitusi Bagi Korban
•Restitusi dapat merupakan
sarana untuk menolong korban dengan alasan bahwa selama ini korban hanya merupakan pihak yang dirugikan ketika sistem peradilan pidana dijalankan. Manfaat Restitusi Bagi Pelaku
•Dinyatakan oleh Margery Fry
yang berpandangan bahwa walaupun restitusi tidak dapat menghapus kesalahan pelaku, namun akan dapat mengobati luka yang ditimbulkan dan memiliki nilai pendidikan yang baik bagi para pelaku. Manfaat Restitusi bagi Pelaku
• Eglash menggambarkan bahwa restitusi
merupakan cara efektif untuk rehabilitasi bagi pelaku. • Pertama restitusi memberikan akses dan kesempatan bagi pelaku untuk terlibat dalam kegiatan bermakna yang bermanfaat menegakkan harga diri. • Kedua yakin bahwa restitusi membuat perasaan lebih baik. Restitusi merupakan latihan psikologi yang dapat melatih ego bagi pelaku Manfaat Restitusi Bagi Negara:
• Upaya mengurangi Resivis (deterrence
effect) bagi pelaku dengan alas an seseorang yang telah melaksanakan program restitusi cemnderung enggan melakukan tindak pidana lagi. • Dapat mengurangi kepadatan penghuni penjara serta menyelamatkan pelaku tindak pidana ringan dari pengaruh kebiasaan buruk kehidupan di dalam penjara KOMPENSASI • Kompensasi dalam perspektif viktimologi berkaitan dengan keseimbangan korban akibat dari perbuatan jahat. Karena perbuatan jahat tersebut merugikan korban, oleh karena itu dapat disebut kompensasi atas kerugian fisik, morel, maupun harta benda yang diderita korban atas suatu tindak pidana. • Kompensasi juga merupakan suatu indikasi pertanggungjawaban masyarakat atas tuntutan pembayaran kompensasi yang berkarakter perdata. Dengan demikian tergambar suatu tujuan non pidana dalam kasus pidana. Manfaat Kompensasi bagi Korban
•Dikemukakan Doerner & Lab,
bahwa kompensasi dalam bentuk pemberian sejumlah uang (moneter) dapat dirasakan sebagai obat segala penyakit (pancea) Manfaat Kompensasi
•Kompensasi merupakan suatu contoh
nyata tentang kepedulian sosial dari negara untuk memperbaiki kerugian dan/atau penderitaan korban. Kompensasi diutamakan diberikan kepada korban yang langsung menjadi korban, termasuk biaya yang diperlukan untuk perawatan dan rumah sakit serta hilangnya pendapatan Aspek Filosofis Kompensasi • Petama, menyangkut aspek kemanusiaan dan kesejahteraan sosial, sehingga negara mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan kepada korban tindak pidana yang mengalami penderitaan. • Kedua menyangkut aspek pemerintah atau masyarakat yang bertanggung jawab terhadap kegagalan mereka sendiri dalam mencegah kejahatan terhadap korban sehingga negara memiliki tangung jawab moral untuk membayarnya kembali Implementasi Viktimologi dalam Hukum di Indonesia 1. Undang-undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban 2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. 4. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak S e l e s a i….
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti