Anda di halaman 1dari 21

VIKTIMOLOGI, KRIMINOLOGI

DAN PENANGGULANGAN KEJAHATAN

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bantuan Hukum & Advokasi)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Faisal, S.H., M.H.

Hendra Matdravi, S.H.I., M.A.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Maulidia Salasabila (2021010074)

Nethu Nayeli Susanti (2021010292)

Reza Destiani (2021010146)

Rinita Zulia (2021010188)

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2023

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. yang telah memberi kita nikmat

sehat, dan telah memberi kita pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama

Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi

seluruh alam semesta. Yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya

sehingga tugas makalah yang berjudul “Viktimologi, Kriminologi dan

Penanggulangan Kejahatan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta

salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi

Muhammad SAW semoga kita semua bisa bertemu dengan beliau di yaumil akhir

kelak.

Dalam makalah ini memuat suatu penulisan tentang Viktimologi,

Kriminologi dan Penanggulangan Kejahatan, dimana Viktimologi merupakan

suatu studi atau pengetahuan yang sebenarnya berasal dari kriminologi.

Viktimologi dapat dikatakan sebagai anak atau turunan dari kriminologi. Pokok

pengetahuannya terkait dengan kejahatan yaitu akibat dari kejahatan itu sendiri

yang menimbulkan adanya korban. Kepentingan tentang Viktimologi yang

berhubungan langsung kepada kepentingan korban dalam sebuah kejahatan

kriminal. Dalam ruang lingkupnya Viktimologi, korban mampunyai arti yang luas

sabab tidak hanya terbatas pada individu yang nyata dalam menderita kerugian,

namun juga kelempok, korporasi, swasta atau pemerintah.

Adapun pembahasan mengenai Viktimologi dan Kriminologi juga antara

Viktimologi dan Ilmu hukum. viktimologi dan kriminologi sudah tidak dapat

diragukan lagi, dikarenakan dari satu sisi kriminologi membahas secara luas

II
mengenai pelaku dari suatu kejahatan, sedangkan viktimologi merupakan ilmu

yang mempelajari tentang korban dari suatu kejahatan. viktimologi lahir karena

munculnya desakan perlunya masalah korban dibahas secara tersendiri atau

terpisah. Ilmu hukum memiliki hubungan dengan viktimologi mengingat bahwa

ilmu hukum merupakan suatu pengetahuan yang objeknya adalah hukum dan

khususnya mengajarkan prihal hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari

Bapak Prof. Dr. H. Faisal, S.H., M.H. dan Hendra Matdravi, S.H.I., M.A. sebagai

dosen pengampuh mata kuliah Bantuan Hukum & Advokasi, selain itu tujuan

menulis makalah ini untuk menambah pengetahuan atau pemahaman tentang

Viktimologi, Kriminologi dan Penanggulangan Kejahatan bagi pembaca dan

penulis.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini

masih terdapat banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan

yang terbaik bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk

menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis terima. Semoga

makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Maret 2023

Penulis

III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................I

KATA PENGANTAR ................................................................................. II

DAFTAR ISI ...............................................................................................IV

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................... 1

B. rumusan masalah ............................................................................... 4

C. tujuan penelitian ................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 5

A. Pengertian Viktimologi .................................................................... 5

B. Ruang Lingkup Viktimologi ............................................................ 6

C. Korban Dan Kejahatan ..................................................................... 7

D. Manfaat Viktimologi ........................................................................ 8

E. Viktimologi Dan Kriminologi ........................................................ 10

F. Viktimologi Dan Ilmu Hukum ....................................................... 11

G. Upaya Penanggulangan Kejahatan ................................................ 12

BAB III PENUTUP ................................................................................... 15

A. Kesimpulan...................................................................................... 15

B. Saran ................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kriminal merupakan sesuatu yang dilarang oleh negara dan agama seperti

apa yang tertera dalam undang-undang. Undang-undang mengatur setiap tingkah

laku warga negaranya yang tidak terlepas dari segala aturan yang bersumber dari

hukum. Negara hukum mengharapkan agar hukum senantiasa harus ditegakan,

dihormati, dan ditaati oleh siapa pun juga tanpa ada pegecualian. Dalam upaya

menegakan Supremasi Hukum diIndonesia. 1

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan

dan berbagai aspek, yang lahir sebagai ilmu pengetahuan pada abad ke-19. Nama

kriminologi pertama kali dikemukakan oleh P. Topinard (1830-1911), seorang

ahli antropologi berkebangsaan Prancis. Kriminologi terdiri dari dua suku kata

yakni kata crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan,

maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan.2

Seorang yang melakukan tindak kejahatan akan mempunyai alasan

mengapa orang tersebut melakukan kejahatan. Maka dalam ilmu kriminologi

mempelajari latar belakang yang mempengaruhi seseorang melakukan kejahatan.

Objek kriminologi adalah orang yang melakukan kejahatan (si penjahat) itu

sendiri. Adapun tujuannya agar menjadi mengerti apa sebab- sebabnya sehingga

sampai berbuat jahat itu. Apakah memang karena bakatnya adalah jahat, ataukah

1
Waluyoo, Bambang, Masalah Tindak Pidana Dan Upaya Penegakan Hukum, (Jakarta:
Sumber Ilmu Jaya, 2007, hal. 6)
2
A.S. Alam dan Amir, Kriminologi suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2018, hal. 1)

1
didorong oleh keadaan masyarakat disekitarnya (milieu) baik keadaan sosiologis

maupun keadaan ekonomis. 3 Kejahatan didefinisikan sebagai setiap pelanggaran

terhadap perbuatan yang dilarang undang-undang pidana, penjahat adalah setiap

orang yang melakukan kejahatan. Kejahatan dipandang sebagai hasil pilihan

bebas dari individu dalam menilai untung ruginya melakukan kejahatan.

Hukum pada dasarnya merupakan pencerminan dari keadilan dan

kemuadian di kembangkan dalam bentuk Hak Asasi Manusia (HAM). Sehingga

hukum itu mengandung keadilan atau tidak, ditentukan oleh Hak Asasi Manusia

(HAM) yang dikandung, diatur dan dijamin oleh hukum itu. Hukum tidak lagi

dilihat sebagai Refleksi kekuasaan semata-mata, tetapi juga harus memancarkan

perlindunngan terhadap hak-hak warga negara. 4

Di Indonesia kejahatan dipandang sebagai kegiatan yang melawan hukum

sehingga kejahatan tersebut sangat merugikan masyarakat. kejahatan yang terjadi

di Indonesia berbagai macam seperti, kejahatan pencurian yang menimbulkan

kerugian secara ekonomi kepada korbannya, kejahatan seksual, kejahatan

pembunuhan, kejahatan kekerasan, dan lain-lain.5

Korban kejahatan yang pada dasarnya merupakan pihak yang paling

menderita dalam suatu Tindak Pidana, justru tidak memperoleh perlindungan dan

keamanan sebanyak yang diberikan oleh Undang-undang kepada pelaku

kejahatan. Akibatnya, pada saat Pelaku Kejahatan telah dijatuhkan Sanksi Pidana

oleh Pengadilan kondisi korban kejahatan sepertinya tidak di pedulikan sama

3
Mueljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cet. Ke-9, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1982 hal.14)
4
Saraswati, LG. et. Al, Hak Asasi Manusia, Teori Hukum Kasus, (Jakarta: Departemen
Filsafat, FIB UI, 2006, hal. 14)
5
L.S. Susanto, Kriminologi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2011, hal. 6)

2
sekali. Pada hal masalah keadilan, dan kehormatan suatu Hak Asasi Manusia

(HAM) tidak hanya berlaku terhadap pelaku kajahatan saja, tetapi juga terhadap

korban kejahatan. 6

Korban kejahatan mempunyai “ruang lingkup dalam ilmu viktimologi

berupa paradigm korban dalam arti luas, yaitu meliputi bagimana seorang dapat

menjadi korban atau berfokus pada proses viktimisasi yang bukan hanya karena

kejahatan, melainkan juga karena penyalahgunaan kekuasaan atau bekerjanya

lembaga dan pranata hukum yang tidak berkeadilan, 7 selain itu dalam ruang

lingkupnya Viktimologi, korban dalam arti yang luas sabab tidak hanya terbatas

pada individu yang nyata dalam menderita kerugian, namun juga kelempok,

korporasi, swasta atau pemerintah. 8Sedangkan makna korban dalam arti sempit

adalah sebagai penderitaan atau kerugian yang dialami orang atau sekelompok

orang karena perbuatan jahat sebgaimana yang telah dirumuskan dan dapat

dipidana dalam hukum pidana. 9 Viktimologi sangat berperan dalam bidang

Hukum Pidana, Kriminologi, dan Penology.

Kepentingan korban dalam proses hukum sudah diatur dalam sebuah

kajian ilmu yang dapat disebut sebagai Viktimologi yang kemudian mengatur

tentang kepentingan terhadap korban kejahatan terhadap warga negara.

Kepentingan Viktimologi yang mementingkan terhadap kepentingan warga negara

sudah menunjukan bahwa keadilan ditunjukan kepada orang yang menderita

6
Muhadar,et. al., Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana,
(Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010, hal 21)
7
Maya Indah, Perlindungan Korban Suatu Perspektif Viktimologi Dan Kriminologi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014, hal. 21)
8
Didikm. Arifmansur & Elisatri Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan,
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persadi, 2007 hal 39)
9
Maya Indah, Ibid, hal. 27

3
dalam sebuah kejahatan kriminal. Kepentingan tentang Viktimologi yang

berhubungan langsung kepada kepentingan korban dalam sebuah kejahatan

kriminal.10

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari viktimologi, kriminologi dan ruang lingkup

viktimologi?

2. Bagaimana hubungan antara kriminologi, viktimologi dan ilmu

hukum?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian dari viktimologi, kriminologi dan

ruang lingkup viktimologi

2. Untuk mengetahui hubungan antara kriminologi, viktimologi dan

ilmu hukum

10
Muhadar,et. al., Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana,
(Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010, hal 22)

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Viktimologi

Viktimologi merupakan suatu studi atau pengetahuan yang sebenarnya

berasal dari kriminologi. Viktimologi dapat dikatakan sebagai anak atau turunan

dari kriminologi. Pokok pengetahuannya terkait dengan kejahatan yaitu akibat

dari kejahatan itu sendiri yang menimbulkan adanya korban. Korban dari suatu

kejahatan tentunya menyandang statusnya sebagai korban karena mengalami

kerugian, yang juga merupakan dampak kejahatan serta hal yang dibahas dalam

viktimologi.11

Viktimologi pada mulanya difokuskan mempelajari tentang korban

kejahatan (special victimology). Hal tersebut terjadi akibat ketidakpuasan dari

beberapa ahli krimonologi yang mempelajari kejahatan dengan berfokus dari

sudut pandang pelaku. Mempelajari sudut pandang korban kejahatan tentunya

tidak akan lepas dari mempelajari tentang kejahatan itu sendiri. Hal ini sesuai

dengan prediksi dan rekomendasi dalam beberapa kongres PBB terkait

pencegahan terjadinya suatu kejahatan serta bagaimana mengatasi pelaku dari

kejahatan tersebut. Seiring berjalannya waktu, kejahatan tidak hanya kejahatan

konvensional atau kejahatan yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) namun juga kejahatan-kejahatan yang berada di luar KUHP atau

disebut juga nonkonvensional. Secara otomatis cakupan bahan yang dikaji pada

11
J.E. Sahetapy , Viktimologi Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1987, hal. 59)

5
special victimology adalah korban kejahatan konvensional juga korban kejahatan

non-konvensional. 12

Viktimologi merupakan istilah bahasa Inggris Victimology yang berasal

dari bahasa latin yaitu “Victima” yang berarti korban dan “logos” yang berarti

studi / ilmu pengetahuan. 13 Secara terminologis, viktimologi berarti suatu studi

yang mempelajari tentang korban penyebab timbulnya korban dan akibat-akibat

penimbulan korban yang merupakan masalah manusia sebagai suatu kenyataan

sosial.14

Menurut Arief Gosita, viktimologi merupakan suatu bidang ilmu

pengetahuan atau studi yang mengkaji suatu viktimisasi (kriminal) sebagai suatu

permasalahan manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial, mencakup semua

aspek yang berkaitan dengan korban dalam berbagai bidang kehidupan dan

penghidupannya. 15

B. Ruang Lingkup Viktimologi

Viktimologi sudah semestinya tidak memberikan batasan mengenai ruang

lingkupnya yaitu yang terdapat pada hukum pidana maupun ruang lingkup yang

terdapat pada sisi kriminologi. Viktimologi memfokuskan lingkupnya pada pihak

yang menjadi korban. Seseorang dapat menjadi korban karena kesalahan si korban

itu sendiri; peranan si korban secara langsung atau tidak langsung; dan tanpa ada

peranan dari si korban. Adanya korban tanpa peranan dari si korban dapat terjadi

12
G. Widiartana, M.Hum.,Viktimologi Perspektif Korban dalam Penanggulangan
Kejahatan, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014 , hal.2-3.)
13
Arif Gosita, , Masalah Korban Kejahatan Kumpulan Karangan, (Jakarta: Akademika
Pressindo, 1993, hal. 228.)
14
Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal. 43.)
15
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2002 hal. 40.)

6
karena keadaan, yaitu sifat, keberadaan, tempat maupun karena faktor waktu. Dari

penjelasan-penjelasan itulah viktimologi dapat dikataakan mempunyai ruang

lingkup yang meliputi bagaimana seseorang menjadi korban. Dengan kata lain,

batas atau ruang lingkup viktimologi ditentukan oleh apa yang dinamakan

victimity atau disebut juga dengan “viktimitas”. 16

C. Korban dan Kejahatan

Korban dalam hal ini sebagi pihak langsung yang mengalam penderitaan

akibat dari terjadinya tindak pidana, dapat menyebabkan atau menciptakan

situasi dan kondisi yang menyulitkan bagi korban untuk kembali hidup

sebagai warga masyarakat seperti sedia kala. Dalam hal ini korban

membutuhkan pendampingan dan pelayanan untuk dapat kelaur dari

kesulitannya tersebut. Argumentasi perlunya pendampingan dan pelayanan

terhadap korban itu adalah:

a. Karena SPP (Sistem Peradilan Pidana) telah memperlakukan korban

secara tidak profesional bahkan cenderung mengeksploiter

b. Karena tindakan pelaku menimbulkan penderitaan pada korban

c. Memberikan manfaat pada nirokrasi SPP (Sistem Peradilan Pidana),

aparat terbantu dengan korban, dan korban akan membantu kaena telah diberi

pendampingan dan pelayanan

d. Karena dugaan adanya progam pendampingan dan pelayanan tersebut,

korban akan terbantu untuk keluar dari penderitaannya.

16
J.E. Sahetapy , Viktimologi Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1987, hal. 25)

7
e. Karena seringkali masyarakat dengan stigmanya, menempatkan korban

dalam posisi yang semakin menambah penderitaan korban Bagi korban,

mendapatkan pendampingan dan pelayanan akan memberikan keadilan

substantif bukan hanya sekedar keadilan prosedural.

Pemaparan aquo membuktikan korban mempunyai peranan fungsional

dalam terjadinya tindak pidana. Tindak pidana dalam hal ini kejahatan dapat

terjadi karena ada pihak yang berperan, sadar atau tidak sadar, dikehendaki atau

tidak, sebagai korban dalam hal ini korban persekusi. Pada dasarnya tidak ada

orang menghendaki dirinya dijadikan sasaran kejahatan, tetapi karena keadaan

yang ada pada korban atau karena sikap dan perilakunyalah ia dapat mendorong

pelaksanaan niat jahat pelaku, sama hal nya dengan persekusi, persekusi juga

tidak dikehendaki oleh korban, tetapi aksi yang dilakukan oleh korban sering kali

menjadi reaksi bagi sekelompok masyarakat dan akhirnya terjadilah persekusi.

D. Manfaat Viktimologi

Manfaat viktimologi pada dasarnya berkenaan dengan tiga hal utama

dalam mempelajari manfaat studi korban yaitu:

a. Manfaat yang berkenaan dengan usaha membela hak-hak korban dan

perlindungan hukum.

b. Manfaat yang berkenaan dengan penjelasan peran korban dalam suatu tindak

pidana.

c. Manfaat yang berkenaan dengan usaha pencegahan terjadinya korban. 17

17
Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal. 39.)

8
Sedangkan menurut Arief Gosita, manfaat studi viktimologi bagi hukum pidana

(khususnya penegakan hukum pidana) adalah:

a. Viktimologi mempelajari tentang hakikat korban, viktimisasi, dan proses

viktimisasi. Dengan mempelajari viktimisasi maka akan diperoleh pemahaman

tentang etiologi kriminil, terutama yang berkaitan dengan penimbulan korban. Hal

ini akan sangat membantu dalam upaya melakukan tindakan preventif dan represif

terhadap kejahatan yang lebih proporsional dan komprehensif.

b. Kajian viktimologi juga dapat membantu memperjelas peranan dan kedudukan

korban dalam suatu tindak pidana. Hal ini penting untuk, mencegah terjadinya

penimbulan korban berikutnya.

c. Viktimologi dapat memberikan keyakinan dan pemahaman bahwa tiap orang

berhak dan wajib tahu akan bahaya viktimisasi. Hal ini tidak dimaksudkan untuk

menakut-nakuti, melainkan untuk memberikan pengertian pada tiap orang agar

lebih waspada.

d. Dengan mengupas penderitaan dan kerugian yang dialami oleh korban,

viktimologi dapat memberikan dasar pemikiran untuk mencari jalan keluar bagi

pemberian ganti kerugian pada korban. 18

Dalam mempelajari viktimologi, akan ditemukan gambarangambaran

tentang proses terjadinya viktimisasi. Dari proses tersebut, kejahatan akan dapat

dipahami lebih jauh. Pemahaman akan kejahatan ini diperoleh dengan

mempelajari proses terjadinya kejahatan sampai dampak-dampak yang dialami

oleh korban dari kejahatan tersebut.


18
Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan dalam: G. Widiartana , Viktimologi
Perspektif Korban dalam Penanggulangan Kejahatan, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014,
hal.20.)

9
E. Viktimologi dan Kriminologi

Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Crimen

berarti kejahatan, sementara logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara

harfiah, kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan, atau lebih

tepatnya kriminologi mempelajari segala aspek tentang kejahatan. Kata

“kriminologi” pertama kali digunakan oleh antropolog Perancis bernama Paul

Topinard (1830-1911) yang meneliti dengan pendekatan antropologi fisik

bagaimana bentuk tubuh mempengaruhi seseorang untuk berbuat jahat.

Kriminologi dapat didefinisikan sebagai studi sistematis tentang sifat,

jenis, penyebab, dan pengendalian dari perilaku kejahatan, penyimpangan,

kenakalan, serta pelanggaran hukum. Kriminologi adalah ilmu sosial terapan di

mana kriminolog bekerja untuk membangun pengetahuan tentang kejahatan dan

pengendaliannya berdasarkan penelitian empiris. Penelitian ini membentuk

dasar untuk pemahaman, penjelasan, prediksi, pencegahan, dan kebijakan

dalam sistem peradilan pidana. 19

Ada banyak faktor penyebab yang bisa melatar belakangi seseorang

melakukan tindakan kriminal,diantaranya yaitu: pertentangan dan saingan

kebudayaan ,perbedaan idiologi politik,kepadatan dan komposisi

penduduk,perbedaan distribusi kebudayaan,perbedaan kekayaan dan

pendapatan,mentalitas yang labil,serta faktor dasar seperti faktor

biologis,psikologis,dan sosioemosional. 20

19
A.S. Alam dan Amir, Kriminologi suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2018, hal. 1)
20
https://www.kompas.com/kriminalitas-faktor penyebab-akibat-dan-solusinya (Diakses
pada 9 Maret 2023)

10
Hubungan antara viktimologi dan kriminologi sudah tidak dapat diragukan

lagi, dikarenakan dari satu sisi kriminologi membahas secara luas mengenai

pelaku dari suatu kejahatan, sedangkan viktimologi merupakan ilmu yang

mempelajari tentang korban dari suatu kejahatan. viktimologi lahir karena

munculnya desakan perlunya masalah korban dibahas secara tersendiri atau

terpisah.21

Akan tetapi, sebagai suatu kepentingan dibentuk Viktimilogi secara

terpisah dari ilmu kriminologi. Ada beberapa pendapat, sebagai berikut :

Von Hentig, H. Mannheim dan Paul Cornil berpendapat bahwa viktimologi tidak

terpisahkan dari kriminologi, Mereka mengatakan bahwa kriminologi merupakan

ilmu pengetahuan yang menganalisis tentang kejahatan dengan segala aspeknya,

termasuk korban. Dengan demikian, melalui penelitiannya, kriminologi akan

dapat membantu menjelaskan peranan korban dalam kejahatan dan berbagai

persoalan yang melingkupinya. 22

F. Viktimologi dan Ilmu Hukum

Viktimologi memberikan dasar pemikiran untuk masalah penyelesaian

viktimisasi kriminal, pendapat-pendapat viktimologi dipergunakan dalam

keputusan-keputusan peradilan kriminal dan reaksi pengadilan terhadap pelaku

kriminal. Mempelajari korban dari dan dalam proses peradilan kriminal,

merupakan juga studi mengenai hak dan kewajiban asasi manusia. Ilmu hukum

memiliki hubungan dengan viktimologi mengingat bahwa ilmu hukum merupakan

suatu pengetahuan yang objeknya adalah hukum dan khususnya mengajarkan

21
A.S. Alam dan Amir, Kriminologi suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2018 hal. 3)
22
Ibid.

11
prihal hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya. Ilmu hukum sebagai

kaidah ilmu pengertian dan ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan. Dalam

praktiknya viktimologi sangat membantu dalam upaya penanggulangan kejahatan.

Melalui viktimologi akan mudah diketahui latar belakang yang mendorong

terjadinya kejahatan, seberapa besar peranan korban pada terjadinya kejahatan,

bagaimana modus operandi yang biasanya dilakukan oleh pelaku dalam

menjalankan aksinya serta aspek aspek lainnya yang terkait. 23

Bagi Kejaksaan, khususnya dalam proses penuntutan perkara pidana di

pengadilan, viktimologi dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan berat ringannya tuntutan yang akan diajukan kepada terdakwa,

mengingat dalam praktiknya sering dijumpai korban kejahatan turut menjadi

pemicu terjadinya kejahatan. 24

Bagi hakim tidak hanya menempatkan korban sebagai saksi dalam

persidangan suatu perkara pidana, tetapi juga turut memahami kepentingan dan

penderitaan korban akibat dari sebuah kejahatan atau tindak pidana, sehingga apa

yang menjadi harapan dari korban terhadap pelaku sedikit banyak dapat

terkonkritisasi dalam putusan hakim.

G. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Salah satu kebijakan dalam hal menanggulangi masalah kejahatan adalah

kebijakan criminal (Criminal Policy). Kebijakan criminal atau Politik

kriminal adalah sebagian daripada kebijakan sosial dalam hal

23
Yulia Rena, Victimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, (Bandung:
Graha Ilmu, 2000, hal. 19)
24
Ibid.

12
menanggulangi masalah kejahatan dalam masyarakat, baik dengan sarana

penal maupun non penal. 25

Upaya penanggulangan kejahatan dengan sarana penal lebih menitikberatkan

pada sifat represif (penindakan/pemberantasan) sesudah kejahatan itu terjadi.

Sedangkan sarana non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif

(pencegahan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.

Penanggulangan kejahatan dengan sarana penal dapat dilakukan melalui

sistem peradilan pidana, yaitu dengan menerapkan sanksi pidana sebagaimana

diatur dalam KUHP, khususnya Pasal 10 KUHP yang mengatur jenis-jenis

hukuman. Selain itu penggunaan sanksi pidana dapat juga dilakukan melalui

peraturan perundang-undangan yang lain yang mengatur secara jelas ketentuan

pidananya (Pasal 103 KUHP). 26

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam penanggulangan kejahatan

dengan sarana penal itu dilakukan dengan cara menggunakan hukum pidana

sebagai sarana utamanya, yakni hukum pidana materiil, hukum pidana formil, dan

pelaksanaannya melalui sistem peradilan pidana (criminal justice system)

Indonesia.

Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki si pelaku kejahatan, mencegah

terjadinya kejahatan supaya tidak timbul korban, serta yang lebih penting adalah

dalam rangka usaha perlindungan masyarakat (social defence) dan kesejahteraan

masyarakat (social welfare). Upaya penanggulangan kejahatan yang dilakukan

25
Widiartana,G., Victimologi perspektif Korban Dalam Penanggulangan Kejahatan,
(Yogyakarta: Atmajaya, 2009, hal 24)
26
Ibid.

13
perlu melibatkan seluruh anggota masyarakat yang mempunyai potensi-potensi

yang berguna dalam mencapai kesejahteraan rakyat.

Selanjutnya upaya non penal yang paling strategis adalah segala upaya

untuk menjadikan masyarakat sebagai lingkungan sosial dan lingkungan hidup

yang sehat baik secara materiil dan immateriil dari faktor-faktor kriminogen.

Seluruh lapisan masyarakat dengan segenap potensinya harus dijadikan sebagai

faktor utama yang mendukung dalam upaya penanggulangan kejahatan. Potensi-

potensi yang dimiliki masyarakat perlu digali, dimanfaatkan dan dikembangkan,

serta pula diefektifkan. Misalnya kegiatan razia/operasi yang dilakukan oleh

aparat kepolisian di berbagai tempat-tempat tertentu yang rawan terjadinya

kejahatan, melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada pelayanan masyarakat,

dan berbagai upaya pemanfaatan potensi yang tersedia. 27

Dengan mengoptimalkan upaya non penal, maka dalam uapaya

penanggulangan kejahatan yang terjadi di masyarakat tidak harus bertumpu pada

sarana penal saja, tetapi perlu ditunjang pula dengan sarana non penal dalam

kerangka politik kriminal yang integral guna mencapai tujuannya, yaitu upaya

perlindungan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.28

27
Widiartana,G., Victimologi perspektif Korban Dalam Penanggulangan Kejahatan,
(Yogyakarta: Atmajaya, 2009, hal 26)
28
Ibid.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa

masalah kejahatan adalah masalah yang sangat pelik, karena berkaitan

dengan pelaku kejahatan, kepentingan korban, dan upaya penanggulangannya.

Ada banyak faktor penyebab yang bisa melatar belakangi seseorang melakukan

tindakan kriminal,diantaranya yaitu: pertentangan dan saingan kebudayaan

,perbedaan idiologi politik,kepadatan dan komposisi penduduk,perbedaan

distribusi kebudayaan,perbedaan kekayaan dan pendapatan,mentalitas yang

labil,serta faktor dasar seperti faktor biologis,psikologis,dan sosioemosional.

Dengan adanya viktimologi dapat memberikan keyakinan dan pemahaman

bahwa tiap orang berhak dan wajib tahu akan bahaya viktimisasi. Hal ini tidak

dimaksudkan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk memberikan pengertian

pada tiap orang agar lebih waspada, selain itu engan mengupas penderitaan dan

kerugian yang dialami oleh korban, viktimologi dapat memberikan dasar

pemikiran untuk mencari jalan keluar bagi pemberian ganti kerugian pada korban.

Adapun hubungan antara kriminologi dengan viktimologi sudah tidak

dapat diragukan lagi. Kriminologi membahas secara luas mengenai pelaku dari

suatu kejahatan, sedangkan viktimologi disini merupakan ilmu yang mempelajari

tentang korban dari suatu kejahatan.Sedangkan hubungan hukum pidana dengan

kriminologi adalah keterkaitan yang saling melengkapi. Di mana kriminologi

mencari suatu alasan, atau faktor yang mendorong timbulnya tindak kejahatan

15
yang melahirkan akibat hukum, sedangkan hukum pidana berusaha

menghubungkan perbuatan jahat dengan hasil pembuktian.

Keberhasilan penanggulangan kejahatan tidak hanya dilakukan dengan

sarana penal yang memiliki keterbatasan, tetapi perlu ditunjang juga dengan

sarana non penal secara integral.Sebagai saran dalam rangka keberhasilan upaya

penanggulangan kejahatan, maka sebaiknya dilakukan penggalian potensi-potensi

masyarakat, dan pemanfaatan potensi preventif dari aparat penegak hukum.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan

makalah ini,akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu

penulis perbaiki.hal ini dikarnakan masih minimnya pengetahuan penulis.Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan

sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.sehingga bisa terus menghasilkan karya

tulis yang bermanfaat bagi orang banyak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan dalam: Dr. G. Widiartana, S.H.,


M.Hum., , Viktimologi Perspektif Korban dalam Penanggulangan
Kejahatan, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014)
Arif Gosita, , Masalah Korban Kejahatan Kumpulan Karangan, (Jakarta:
Akademika Pressindo, 1993)
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2002)
A.S. Alam dan Amir, Kriminologi suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2018)
Didikm. Arifmansur & Elisatri Gultom, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persadi, 2007)
L.S. Susanto, Kriminologi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2011 )

Maya Indah, Perlindungan Korban Suatu Perspektif Viktimologi Dan


Kriminologi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014)
Muhadar,et. al., Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Sistem Peradilan
Pidana, (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010)
Dr. G. Widiartana, S.H., M.Hum.,Viktimologi Perspektif Korban dalam
Penanggulangan Kejahatan, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014)
Dr. J.E. Sahetapy S.H., Viktimologi Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1987)
Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010)
Waluyoo, Bambang, Masalah Tindak Pidana Dan Upaya Penegakan Hukum,
(Jakarta: Sumber Ilmu Jaya, 2007)
Widiartana,G., Victimologi perspektif Korban Dalam Penanggulangan Kejahatan,
(Yogyakarta: Atmajaya, 2009)
https://www.kompas.com/kriminalitas-faktorpenyebab-akibat-dan-solusinya
(Diakses pada 5 Maret 2023)

17

Anda mungkin juga menyukai