Anda di halaman 1dari 21

HUKUM DAN MASALAH SOSIAL

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Hukum
Dosen Pengampu: Sri Damayanti, M.Si

Disusun Oleh

Kelompok 5 :
Putri Khofifah Junianti 1198030207
Sabila Nurfat’ah 1198030233

Saefuloh Hidayat 1198030234


M. Ali Setyo 1178030119

KELAS V/E

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala Puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Agung, Shalawat serta Salam tercurah
limpah kepada bagina Nabi Besar Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para sahabat,
pengikut dan orang-orang yang berada di jalannya hingga akhir zaman. Alhamdulillah dengan
segala syukur, kami dapat menyelesaikan tugas perkuliahan Mata Kuliah Sosiologi Hukum.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Sri Damayanti, M.Si selaku dosen
Mata Kuliah Sosiologi Hukum yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Tidak lupa juga
kami mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah memberikan referensi untuk
menyusun makalah ini.

Kami menyadari, makalalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini karena
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang baik agar digunakan dalam
penyusunan makalah di waktu yang akan datang. Kami berharap agar makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bandung, September 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................ i
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. i
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................ i
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................... i
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................... i
BAB II .............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
2.1 Hukum ................................................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Hukum............................................................................................................. 2
2.1.2 Subjek Hukum dan Obyek Hukum .................................................................................... 4
2.1.3 Asas Hukum ..................................................................................................................... 6
2.1.4 Fungsi Hukum Sebagai A Tooll Of Social Control ............................................................. 7
2.2 Masalah Sosial ....................................................................................................................... 8
2.2.1 Pengertian Masalah sosial ................................................................................................. 8
2.2.2 Penyebab Masalah Sosial .................................................................................................. 9
2.2.3 Jenis-jenis masalah sosial .................................................................................................. 9
2.2.4 Pendekatan dalam Pemecahan Masalah Sosial ................................................................. 11
2.3 Relevansi Hukum terhadap Masalah-Masalah Sosial ........................................................ 12
BAB III .......................................................................................................................................... 16
PENUTUP...................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 16
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dari dalam diri manusia atau
kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan
kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang bersangkut paut dengan kesejahteraan
kebendaa, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu atau kelompok
sosial. Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma tersebut merupakan gejala
abnormal yang merupakan masalah sosial. 1

Salah satu masalah sosial yang sering dihadapi adalah eksploitasi anak. Eksploitasi
anak merupakan kejahatan yang pelakuunya jutru adalah orang tuanya sendiri. Kejahatan ini
dilihat dari sudut pandang pendekatan legal diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar
hukum pidana atau undang-undang yang berlaku di masyarakat. Pada hakikatya, suatu
perbuatan yang melanggar hukum pidana atau undang-undang yang berlaku dalam suatu
masyarakat sangat merugikan masyarkat yang bersangkutan. 2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Itu Hukum ?
2. Bagaimana Konsepsi Masalah Sosial?
3. Bagaimana Relevansi Hukum dan Masalah Sosial ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Hukum
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Konsepsi Masalah Sosial
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana Relevansi Hukum terhadap Masalah
Sosial

1
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2017, hlm. 314.
2
Mustafa Yamin, Tindak Pidana Khusus, PT. Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 16.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Hukum
2.1.1 Pengertian Hukum
Sebagai makhluk sosial, manusia secara kodrati akan selalu membutuhkan orang lain.
Mengenai hal tersebut, Aristoteles menyebutnya dengan sebutan zoon politicon. Sebagai
makhluk sosial, manusia lahir, berkembang, dan meninggal dunia dalam masyarakat.
Setiap individu berinteraksi dengan individu atau kelompok lainnya. Interaksi yang
dilakukan manusia senantiasa didasari oleh aturan, adat, atau norma yang berlaku dalam
masyarakat. Aturan yang didasarkan pada kontrak sosial dalam sebuah sistem masyarakat
disebut hukum. Meski hukum telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Hukum sulit untuk didefinisikan dengan tepat dan seragam dikarenakan sifatnya
yang abstrak. Selain itu cakupan dari hukum sangat luas meliputi berbagai aspek
kehidupan. Para ahli pun memberikan definisi yang beragam tentang hukum. 3

Hukum dalam bahasa Inggris “Law”, Belanda “Recht”, Jerman “ Recht”, Italia
“Dirito”, Perancis “Droit” bermakna Aturan. Terminology menurut black’s law dictionary
hukum dalam arti umum adalah keseluruhan peraturan bertindak atau berperilaku yang
ditentukan oleh kekuasaan pengendali, dan mempunyai kekuatan sah bersifat mengikat;
atau hukum adalah apa yang harus ditaati dan diikuti oleh warga negara dengan akibat
sanksi atau konsekuensi sah. Menurut webster’s Compact English dictionary, hukum
adalah semua peraturan tingkah laku dalam suatu komunitas terorganisasi sebagai yang
ditegakkan oleh yang berwenang. 4

Walaupun pengertian ataupun defenisi hukum itu tidak bisa diberikan secara lengkap,
namun beberapa ahli hukum memberikan pandangan tentang pengertian dari hukum itu
sendiri antara lain yakni:

1. Van Apeldoorn, beliau mengatakan bahwa hukum itu sangat sulit didefinisikan.
Mencari pengertian tentang hukum sama dengan kita mencari pengertian sebuah
gunung. Bedanya hukum tidak dapat dilihat dalam bentuk rupa atau wujudnya
sedangkan gunung dapat kita lihat. Sehingga batasan gunung dilihat dari sudut pandang

3
Yahyanto, 2014. “Pengantar Ilmu Hukum” Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Hlm 20
4
anti Nurhayati, 2020. “Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum” Bandung: Nusa Media, Hlm 1

2
3

2. kita adalah sebuah kenaikan muka bumi, agak curam dan pada segala penjuru lebih
tinggi daripada sekitaranya, sedangkan hukum tidak bisa dilihat dari sudut pandang
kita, karena hukum itu sendiri tidak dapat dilihat. Dalam kenyataan di masyarakat akan
dijumpai dua golongan yang mempunyai pandangan terhadap hukum yakni : pertama,
Ontwikkelde Leek yakni pandangan yang mengatakan bahwa hukum adalah Undang-
Undang. Bagi golongan ini hukum itu tidak lain adalah deretan pasal-pasal yang
terdapat dalam Undang-Undang. Pandangan ini disebut juga dengan pandangan
Legisme, karena terlalu mengagung-agungkan Undang-Undang. Kedua adalah
Golongan The Man In the Street yang menyatakan bahwa hukum itu adalah gedung
pengadilan, hakim, pengacara, jaksa, jurusita dan lain sebagainya. Akan tetapi Van
Apeldoorn (1999: 6) sendiri mengatakan bahwa hukum itu adalah masyarakat itu
sendiri ditinjau dari segi pergaulan hidup. Batasan ini dibuat hanyalah sekedar
pegangan sementara bagi orang yang ingin mempelajari hukum.
3. Utrecht, sebagaimana dikutip oleh C.S.T Kansil (1989: 38), memberikan batasan
hukum sebagai berikut: “hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-
perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena
itu harus ditaati oleh masyarakat itu”.
4. S.M. Amin, sebagaimana dikutip oleh C.S.T Kansil (1989: 38), merumuskan hukum
sebagai berikut: “kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari dari norma dan
sanksi-sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan
ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban
terpelihara”.
5. J.C.T Simorangkir dan W. Sastropranoto, definisi hukum sebagai berikut: “hukum
itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya
tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu” (C.S.T Kansil, 1989: 38).
6. M.H. Tirtaatmidjaja, menurutnya hukum ialah “semua aturan (norma) yang harus
dituruti dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman
mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri
sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan
sebagainya” (C.S.T Kansil, 1989: 38).
4

Kenyataan yang ada sekarang dalam pandangan masyarakat, ada dua pengertian yang
sering identik dengan hukum yakni sebagai berikut: hukum diartikan sebagai hak,
pengertian yang lebih mengarah kepada pengaturan moral yang dalam berbagai bahasa dan
istilah sering disebut right, rechts, ius, droit diritto, derecho. Hukum juga diartikan sebagai
undang-undang yang dalam hal ini hanya merupakan pengertian yang mengarah kepada
aturan yang dibuat oleh pembentuk undang-undang, yang dalam berbagai bahasa atau
istilah disebut law, lex, gesetz, legge, ley. 5

2.1.2 Subjek Hukum dan Obyek Hukum


Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban
menurut hukum atau segala pendukung hak dan kewajiban menurut hukum. Subyek hukum
adalah setiap makhluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh, dan menggunakan
hak-hak kewajiban dalam lalu lintas hukum. Sedangkan sifat subyek hukum yaitu: mandiri,
terlindungi (minderjarig, onbekwaam heid), perantara.

Hakikat subyek hukum dibedakan antara:

a. Pribadi kodrati (natuurlijke persoon)


b. Pribadi hukum (rechts persoon)
c. Tokoh/ pejabat (logemann:ambt)

Sementara, klasifikasi subyek hukum dibedakan atas dua, yaitu terdiri dari manusia atau
natuurlijke person dan badan hukum atau rechtspersoon.6

Sementara, obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum
(manusia/badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi
para subjek hukum, oleh karenanya dapat dikuasai oleh subjek hukum. seperti tanah, mobil,
rumah, dll. Objek hukum menurut Pasal 499 KUHPerdata, yakni benda.

Objek hukum adalah segala Sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh subjek hukum
secara yuridis (menurut dan berdasarkan hukum). hal itu disebabkan oleh manfaatnya yang
arus diperoleh dengan jalan hukum (objek hukum) dan tanpa perlu berdasarkan hukum.
yaitu segala sesuatu yang dapat diperoleh secara bebas dari alam (benda non ekonomi)
seperti angin, cahaya matahari, bulan, yang pemanfaatannya tidak diatur oleh hukum. hal-
hal tersebut bukanlah termasuk objek hukum karena benda-benda itu dapat diperoleh tanpa

5
Fence M.Wantu, 2015. “Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum” Yogyakarta: Reviva Cendekia, Hlm 1-3
6
Yahyanto, 2014. “Pengantar Ilmu Hukum” Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Hlm 72
5

memerlukan pengorbanan sehingga membebaskan subjek hukum dari kewajiban-kewajiban


hukum dalam pemanfaatannya.

Adapun benda dalam arti sempit adalah segala benda yang dapat dilihat. Menurut Pasal
503 KUHPerdata, bahwa benda itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Benda yang bersifat kebendaan/berwujud. Benda yang berwujud adalah suatu benda
yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda
berubah/ berwujud.
Benda berwujud meliputi :
a. Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang
tidak dapat dihabiskan. dibedakan menjadi sebagai berikut :
 Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah benda
yang dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah sendiri
contohnya ternak.
 Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, Menurut pasal 511 KUH
Perdata adalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil
(Uruchtgebruik) atas benda-benda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda
bergerak, dan saham-saham perseroan terbatas.
b. Tidak bergerak/ benda tetap, dalam hal ini benda tidak bergerak dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut :
 Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang
melekat diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung.
 Benda tidak bergerak, benda itu tidak dapat dipindahkan karena dilekatkan pada
benda tidak bergerak sebagai benda pokok untuk tujuan tertentu, misalnya
mesin alat-alat yang dipakai dalam pabrik yang tujuannya adalah untuk dipakai
tetap dan tidak berpindah-pindah (Pasal 507 KUHPerdata).
 Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 508 KUHP) ini
berwujud hak-hak atas benda-benda yang tidak bergerak misalnya hak
memungut hasil atas benda yang tidak dapat bergerak, hak pakai atas benda
tidak bergerak dan hipotik.
2. Yang bersifat tidak kebendaan/tak berwujud (immateriekegoderen). Benda yang
bersifat tidak kebendaan adalah suatu benda yang dirasakan oleh panca indera saja
6

(tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan,
contohnya hak merk perusahaan, hak paten, dan ciptaan music/lagu, dll. 7

2.1.3 Asas Hukum


Asas hukum merupakan unsur penting dan pokok dari peraturan hukum. Pembentukan
hukum praktis sedapat mungkin berorientasi pada asas-asas hukum. Asas hukum menjadi
dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif. Asas adalah sesuatu yang
menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat.

Menurut Satjipto Rahardjo (1996: 47), asas hukum bukan peraturan hukum, namun
tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di
dalamnya. Oleh karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa dengan sebaik-baiknya
tidak bisa hanya melihat pada peraturan-peraturan hukumnya saja, melainkan harus
menggalinya sampai pada asas-asas hukumnya. Asas hukum inilah yang memberi makna
etis kepada peraturan-peraturan hukum serta tata hukum.

Menurut The Liang Gie (1982: 10), asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan
dalam istilah umum tanpa menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaannya, yang
diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan
itu.

Menurut Sudikno Mertokusumo (2010: 13), asas hukum dapat dibagi sebagai berikut:

1) Asas hukum umum yaitu asas hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang hukum
seperti asas restitution in integrum, asas Lex posteriori derogat legi priori, asas bahwa
apa yang lahirnya tampak sebagai benar (sah), untuk sementara harus dipertahankan
demikian sampai diputus lain oleh pengadilan, demi kepastian hukum, asas nebis in
idem.
2) Asas hukum khusus adalah asas hukum yang berlaku dalam bidang tertentu hukum.
Asas hukum khusus ini berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam bidang
hukum perdata, hukum piidana dan sebagainya yang sering merupakan penjabaran dari
asas hukum umum, seperti pacta sunt servanda, asas praduga tak bersalah. 8

7
Yati Nurhayati, 2020. “Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum” Bandung: Nusa Media, Hlm 36-39
8
Fence M.Wantu, 2015. “Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum” Yogyakarta: Reviva Cendekia, Hlm, 25 dan 28
7

2.1.4 Fungsi Hukum Sebagai A Tooll Of Social Control


Hukum mungkin dipergunakan sebagai suatu alat oleh agent of change atau Pelopor
perubahan adalah seseorang atau kelompok orang yang mendapatkan Kepercayaan dari
masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga Kemasyarakatan. Suatu
perubahan social yang dikehendaki atau direncanakan, selalu berada di bawah pengendalian
serta pengawasan pelopor perubahan tersebut. Cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat
dengan system yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu, dinamakan social engineering
atau social planning. Hukum mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh yang tidak
langsung di dalam mendorong terjadinya perubahan social. Misalnya, suatu peraturan yang
menentukan sistem pendidikan tertentu bagi warga Negara mepunyai pengaruh secara tidak
langsung yang sangat penting bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial.

Di dalam berbagai hal, hukum mempunyai pengaruh yang langsung terhadap lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang artinya adalah bahwa terdapat hubungan yang langsung
antara hukum dengan perubahan-perubahan sosial.Suatu kaidah hukum yang menetapkan
bahwa janda dan anak-anak tanpa memperhatikan jenisnya dapat menjadi ahli waris
mempunyai pengaruh langsung terhadapat terjadinya perubahan-perubahan sosial, sebab
tujuan utamanya adalah untuk mengubah pola-pola perikelakuan dan hubungan-hubungan
antara warga masyarakat. Pengalaman-pengalaman di negara-negara lain dapat
membuktikan bahwa hukum, sebagiamana halnya dengan bidang-biidang kehidupan
lainnya dipergunakan sebagai alat untuk mengadakan perubahan sosial. Misalnya di
Tunisia, maka sejak diperlakukannya Code of Personal Status pada tahun 1957, seorang
wanita yang telah dewasa, mempunyai kemampuan hukum untuk menikah tanpa harus di
dampingi oleh seorang wali.

Kiranya dapat dikatakan bahwa kaidah-kaidah hukum sebagai alat untuk mengubah
masyarakat mempunyai peranan penting terutama dalam perubahan-perubahan yang
dikehendaki atau perubahan-perubahan yang direncanakan.Dengan perubahan-perubahan
yang dikehendaki dan diirencanakan dimaksudkan sebagai suatu perubahan yang
dikehendaki dan direncanakan oleh warga masyarakat yang berperan sebagai pelopor
masyarakat. Dan dalam masyarakat yang sudah kompleks di mana birokrasi memegang
peranan penting tindakan-tindakan social, mau tak mau harus mempunyai dasar hukum
untuk sahnya.Oleh sebab itu, apabila pemerintah ingin membentuk badan-badan yang
berfungsi untuk mengubah masyarakat (secara terencana), maka hukum diperlukan untuk
membentuk badan tadi serta untuk menentukan dan membatasi kekuasaannya. Dalam hal
8

ini kaidah hukum mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial dengan membentuk


badan-badan yang secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan-perkembangan di
bidang-bidang sosial, ekonomi, dan politik. 9

2.2 Masalah Sosial


2.2.1 Pengertian Masalah sosial
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, masalah berarti sesuatu yang harus
diselesaikan atau dipecahkan. Masalah merupakan suatu keadaan yang bersumber dari
hubungan antara dua faktor atau lebih situasi yang membingungkan. Umumnya masalah
disadari “ada” saat merasakan bahwa keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan apa yang
dia inginkan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial berarti segala
sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sosial merupakan segala sesuatu perilaku
manusia yang menggambarkan hubungan non individualis. Istilah tersebut sering
dibandingkan dengan cabang-cabang kehidupan manusia dan masyarakat dimanapun.
Pengertian sosial ini merujuk pada hubungan-hubungan manusia dengan organisasi untuk
mengembangkan diri.

Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antarunsur kebudayaan atau masyarakat


yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-
unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam
kehidupan kelompok atau masyarakat. Blummer dan Thampson menyatakan bahwa
masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas
yang berpengaruh, yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat dan kondisi itu
diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa masalah sosial merupakan suatu
masalah atau persoalan yang harus diselesaikan yang berhubungan dengan nilai-nilai
sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Masalah sosial dipandang oleh sejumlah
orang dalam masyarakat sebagai suatu kondisi yang tidak diharapkan. Masalah sosial
berkaitan erat dengan hal-hal yang mengganggu kedamaian didalam suatu kelompok
masyarakat.10

9
Fitrihatus Shalihah, 2017. “Sosiologi Hukum” Depok: Raja Grafindo Persada, Hlm 88-89
10
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT Rajawali Per, 2012). Hal 314
9

2.2.2 Penyebab Masalah Sosial


Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Sumber masalah sosial, yaitu seperti proses sosial dan
bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan khusus, seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisosial,
musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya. Penyebab masalah sosial dapat
dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, anatara lain sebagai berikut:

1. Faktor ekonomi merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya masalah sosial. Krisis
global dan PHK mulai terjadi diberbagai tempat dan dapat memicu tindak kriminal.
Masalah tersebut didorong adanya ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak, misalnya pengangguran, anak jalanan, dan lain-lain.
2. Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya dipiu karena adanya
ketidaksesuaian pelaksanaan nilai, norma, dan kepentingan sosial akibat adanya proses
perubahan sosial dan pola masyarakat heterogen/multikultural. Contoh masalah ini
seperti kenakalan remaja, konflik antar suku, diskriminasi gender, dan bahkan
pengakuan hak milik kebudayaan lintas negara. Kenakalan remaja merupakan salah
satu masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya. Masalah sosial ini, sulit
dihilangkan karena remaja suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti
narkoba.
3. Faktor biologis Masalah ini dapat timbul akibat adanya ketidaksesuaian keadaan
lingkungan yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan kondisi biologis masyarakat,
seperti adanya wabah penyakit menular, virus penyakit baru, dan makanan beracun.
Penyakit menular dapat menimbulkan masalah sosial jika penyakit tersebut sudah
menyebar di suatu wilayah
4. Faktor psikologis faktor psikologis yang menjadi faktor timbulnya masalah sosial yaitu
sakit jiwa, lemah ingatan, sukar menyesuaikan diri, dan lain-lain. (Darsono, 2019)

2.2.3 Jenis-jenis masalah sosial


1. Masalah sosial akibat faktor ekonomi
Salah satu faktor utama penyebab masalah sosial di Indonesia yaitu faktor ekonomi.
Banyaknya jumlah penduduk tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah lapangan
kerja yang memadai sehingga angka pengangguran semakin meningkat. Selain itu,
persebaran penduduk sangat tidak merata antara di kota dengan di desa. Kesenjangan
ekonomi juga sangat jauh, mengakibatkan di beberapa daerah menjadi rentan akan
10

kriminalitas. Hal ini didukung dengan kurangnya pendidikan moral sehingga banyak
orang yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang.
Keadaan ekonomi yang kurang baik dan juga kesenjangan juga dapat menimbulkan
adanya iri hati antar anggota masyarakat sehingga dapat terjadi interaksi berupa
masalah sosial yang tidak dikehendaki. Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat
dapat menyebabkan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan sehingga hal ini akan
semakin memicu permasalahan-permasalahan lainnya. Faktor ekonomi memang dapat
dijadikan acuan termudah untuk menentukan apakah masyarakat di negara tersebut
sudah maju atau belum.
2. Masalah sosial akibat faktor biologis
Faktor biologis yang dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial misalnya wabah
penyakit yang menular, gizi buruk, dan lain sebagainya. Hal ini dapat berkaitan juga
dengan rendahnya tingkat ekonomi atau tingginya angka kemiskinan. Penyakit dapat
muncul akibat adanya faktor-faktor biologis. Kurangnya fasilitas kesehatan dan
kebersihan yang ada dapat menyebabkan munculnya penyakit menular di suatu
wilayah. Selain itu, ketidaksadaran masyarakat akan bahaya hal ini menyebabkan
pertumbuhan penyakit sulit untuk dihentikan. Di beberapa daerah juga kekurangan
sumber air bersih sehingga dapat mempengaruhi manusia yang selalu ingin untuk
mempertahankan diri sendiri. Hal ini tentu dapat menyebabkan konflik yang tidak
dikehendaki.
3. Masalah sosial akibat faktor biopsikologi
Faktor berikutnya yang dapat menyebabkan permasalahan sosial di lingkungan
masyarakat yaitu faktor biopsikologis, atau faktor yang berhubungan dengan pola pikir
masyarakat terkait. Pola pikir masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
ditanamkan, sejarah masyarakat, lingkungan pergaulan, tingkat pendidikan, tingkat
ekonomi, dan lainnya.
Contohnya adalah adanya salah satu anggota masyarakat yang ingin menyebarkan
pemahaman mengenai aliran sesat. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan dan
pertentangan konflik keinginan antar anggota masyarakat dan meresahkan anggota
masyarakat lainnya. Faktor psikologis ini cukup sulit untuk dicari akarnya dan
diselesaikan karena berkaitan dengan kondisi emosi masing-masing manusia, yang
susah diatur oleh hukum atau aturan lainnya yang berlaku. Untuk itu, pengawasan dan
pendidikan moral yang baik di lingkungan keluarga sangatlah diperlukan
4. Masalah sosial akibat faktor kebudayaan
11

Keragaman kebudayaan di Indonesia merupakan suatu kebanggaan. Namun faktor


budaya juga dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial di masyarakat. Hal ini terjadi
akibat adanya perbedaan nilai-nilai yang dianut antara satu orang dengan orang yang
lainnya atau adanya perubahan nilai pada masyarakat. Penyebabnya dapat karena
adanya pengaruh dari kebudayaan luar yang tidak sesuai, atau nilai-nilai baru yang
dianggap membahayakan. (Mulyani, 2009).

2.2.4 Pendekatan dalam Pemecahan Masalah Sosial


Aspek kehidupan manusia itu sangatlah kompleks, baik dilihat dari aspek
penyebarannya, aspek tingkat kebudayaannya, aspek tingkat ekonominya, aspek
politiknya, dan sebagainya. Sehingga permasalahan kehidupannya juga sangat bervariasi.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial
yang terjadi di masyarakat antara lain :

1. Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi pada suatu masalah sosial, yaitu pendekatan yan didasarkan atas
konsep dan prinsip ekologi. Penelitian masalah sosial dengan pendekatan ekologi
berarti menelaah masalah sebagai hasil interelasi antara masyarakat manusia pada
suatu ekosistem. Pengaruh manusia terhadap lingkungan dan sebaliknya pegaruh
lingkungan terhadap kehidupan manusia diteliti dan dikaji, selanjutnya interelasi
kedua komponen tersebut dikaji sampai sejauh mana telah menimbulkan masalah
sosial. Merupakan kebenaran pokok bahwa relasi manusia dan lingkungan dewasa ini
bahwa : “Manusia merupakan bagian dari alam, bukan penguasa alam.” (Ehrlinch dan
Paul.R. 1973 : 4).
Aspek komponen manusia meliputi : aspek demografis, sosial-ekonomi, sosial-
budaya, sosial-historis, sosial psikologis, dan aspek sosial politiknya. Sedangkan
komponen lingkungan meliputi aspek-aspek : kesuburan tanah, organisme, hidrografi,
iklim, dan mineral.Selanjutnya dari data diatas dianalisis dengan kuantitatif dan
kualitatif apakah faktor-faktor tersebut yang menyebabkan terjadinya masalah sosial.
Selain itu harus dianalisis pula relasi antara komponen manusia dengan lingkungan
dalam menjamin kehidupan manusia dan dalam mendorong terjadinya masalah sosial.
Manusia cenderung menyederhanakan keadaan unsur-unsur ekosistem sehingga
keadaan ekosistem menjadi labil dan mudah goncang. Kegoncangan inilah yang
menyebabkan terjadinya ketimpangan ekologi yang dapat menimbulkan masalah
sosial yang mengancam kehidupan manusia.
12

2. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem (System Approach) masalah sosial, yaitu suatu pendekatan yang
menetapkan bahwa masalah sosial tersebut sebagai suatu sistem. Sistem adalah suatu
rangkaian gejala yang dihubungkan satu sama lain oleh suatu proses umum. Pada
pendekatan sistem, masalah sosial yang dikaji sistem masalah sosial di masyarakat,
masalah-masalah yang timbul dan terjadi di masyarakat tidak lepas dari satu sama
lain. Masalah kependudukan terkait dengan masalah ekonomi, masalah ekonomi
terkait dengan masalah budaya, dan seterusnya. Satu masalah berkaitan dengan
masalah lainnya membentuk suatu sistem masalah . Pada keadaan seperti itulah
masalah sosial dikaji melalui pendekatan sistem.
3. Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan interdisipliner adalah masalah sosial yang dianalisis, dikaji dalam
berbagai disiplin ilmu sosial serentak dalam dalam waktu yang sama. Masalah sosial
yang kompleks sesuai dengan subsistem masalahnya, diungkapkan dari berbagai
disiplin akademis seperti sejarah, ekonomi, geografi, psikologi, bahkan dari disiplin
akademis yang lain seperti biologi, kedokteran, IPA, dan sebagainya.
Pendekatan sistem tidak bisa dipisahkan dengn pendekatan interdisipliner.
Pendekatan sistem yang menggunakan disiplin akademis yang jamak disebut
pendekatan interdispliner. Sedangkan pendekatan interdisipliner yang menetapkan
suatu masalah yang sedang didekati dan dianalisis sebagai satu sistem disebut
pendekatan sistem.
Pada hakikatnya pendekatan interdisipliner adalah pendekatan multidisipliner, karena
pendekatan ini berlandaskan cara berpikir manusia yang multidimensional. Manusia
jika akan mengadakan evaluasi terhadap suatu gejala atau masalah selalu ditinjau dari
berbagai aspek (multidimensional). (Soetomo. 2008)

2.3 Relevansi Hukum terhadap Masalah-Masalah Sosial


Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuain antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial, atau menghambat terpenuhinya
keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut. Menyebabkan kepincangan ikatan
sosial. Masalah sosial dianggap sebagai persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang
bersifat immoral, berlawanan dengan hukum yang bersifat merusak. Masalah-masalah sosial
tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai
13

apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Dalam keadaan normal terdapat
integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antara unsur-unsur kebudayaan
atau masyarakat. Dengan keberadaan hukum ditengah masyarakat, sebenarnya tidak hanya
dapat diartikan sebagai sarana untuk menertibkan kehidupan masyarakat, melainkan juga
dijadikan sarana yang mampu mengubah pola pikir dan pola perilaku warga masyarakat.
Perubahan kehidupan sosial warga masyarakat yang semakin kompleks, juga mempengaruhi
bekerjanya hukum dalam mencapai tujuannya.

Salah satu dari banyaknya masalah sosial yakni eksploitasi anak. Masalah sosial disini
adalah ketika status sosial seseorang terganggu dan fungsi sosial tidak berjalan dengan baik
serta hal ini berkaitan dengan peran yang hilang atau malah dihilangkan. Letak anak jalanan
sebagai masalah sosial adalah karena dengan menjadi anak jalanan mereka telah kehilangan
hak-hak seperti hak untuk sekolah atau mendapatkan pendidikan.Dimana pada masa itu
seharusnya mereka mendapatkan pendidikan dan pengajaran, tetapi yang ada malah keadaan
sebaliknya dimana mereka harus bekerja. .

Eksploitasi anak merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk memanfaatkan atau memeras tenaga kerja orang lain demi
kepentingan bersama maupun pribadi11. Pemerintah sudah menetapkan regulasi terkait upaya
perlindungan anak, tentunya termasuk anak jalanan. Pada UndangUndang Perlindungan Anak
nomor 23 tahun 2002 sebagaimana yang di ubah oleh Undang-Undang No 35 Tahun 2014
tentang perubahan atas Undang-Undang No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
dinyatakan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi. Begitu pula dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia juga dinyatakan bahwa setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua,
keluarga, masyarakat dan negara. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk
kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam
kandungan. 12

Perlindungan hukum bagi anak dibawah umur yang menjadi korban eksploitasi sebagai
anak jalanan masih kurang. Padahal, di Indonesia sendiri perangkat hukum dan aturan yang

11
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta 2002, hlm., 290
12
Lembaran Negara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
(Jakarta: Lembaran Negara, 2002), Pasal 1
14

tersedia sebenarnya sudah jelas menyatakan larangan melibatkan anak bekerja. Masalahnya
sekarang, meski telah ada hukum dan aturan yang melarang keterlibatan anak bekerja, dalam
kenyataan tetap saja bisa ditemui anak-anak yang bernasib malang dan bekerja sebagai artis
yang jauh diluar kemampuan mereka. Meskipun sudah banyak undangundang yang mengatur
mengenai hak-hak anak, undang-undang tersebut belum teratur dan belum terarah dalam
pengaturannya, karena dari sejumlah undang-undang yang mengatur tentang hak-hak anak dan
larangan eksploitasi anak, belum ada harmonisasi dalam pelaksanaanya, sehingga pemerintah,
penegak hukum dan masyarakat sukar untuk menerapkannya ditambah lagi ketidakpedulian
masyarakat khususnya orang tua serta kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pendidikan
dan kebutuhan hak-hak anak.
15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan
untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya
kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam
masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan
hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ketentuan yang tertulis
ataupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan
sangsi untuk orang yang melanggar hukum.

Masalah sosial merupakan kondisi yang tidak diinginkan ada di dalam masyarakat
karena dapat mengganggu ketenteraman masyarakat dan diperlukan adanya tindakan sebagai
hasil dari kesepakatan bersama untuk mengatasinya atau memperbaikinya. Masalah sosial
dianggap sebagai persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang bersifat immoral,
berlawanan dengan hukum yang bersifat merusak. Dalam hal ini perlu menyadari akan
pentngnya multikulturalisme baik pada masyarakat pribumi maupun pada masyarakat
pendatang.

Eksploitasi anak merupakan salah satu masalah sosial dari banyaknya masalah yang
ada, menjadi masalah karena menganggu hak individu. Maraknya pengamen dan anak jalanan
merupakan suatu kesenjangan sosial yang terjadi di Kota Batam. Jika tidak dicarikan solusi
yang tepat dalam mengatasi pengamen dan anak jalanan, maka akan dikhawatirkan dapat
mengganggu ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu
norma atau aturan yang memuat tentang kebijakan dan sanksi terhadap pengamen dan anak
jalanan. Dengan memberikan bimbingan serta memberikan fasilitas umum bagi anak terlantar
merupakan langkah yang baik untuk mensejahterakan anak-anak terlantar di Kota Batam.
Dengan adanya peran pemerintah untuk memperbaiki kesenjangan yang terjadi secara merata.
Di mana dapat melibatkan semua pihak baik orang tua, masyarakat, sampai kepada Lembaga
Swadaya Masyarakat sampai pada pemerintah untuk dapat ikut dalam mengatasi mengenai
pengamen dan anak jalanan.

15
17

3.2 Saran
Kami berharap bahwasannya, makalah penelitian ini dapat membantu bagi para
pembacanya, dan memberikan sedikit banyaknya ilmu serta pengetahuan yang ada di
dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna karena masih banyak sekali kekurangan dan kesalahannya. Penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber-sumber yang terpercaya yang
dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu penulis sangat mengaharpkan
kritik dan saran dari pembahasan materi yang ada didalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Fence M.Wantu, 2015. “Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum” Yogyakarta: Reviva Cendeki
Fitrihatus Shalihah, 2017. “Sosiologi Hukum” Depok: Raja Grafindo Persada.
Yahyanto, 2014. “Pengantar Ilmu Hukum” Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhayati, Yati. 2020. “Buku Ajar Pengantar Ilmu Hukum” Bandung: Nusa Media.

Soekanto, Soerjono. 2017.” Sosiologi Suatu Pengantar”. Jakarta: Rajawali Grafindo Utama.

Lembaran Negara, 2002 ”Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak” . Jakarta: Lembaran Negara

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta 2002.

https://medukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produkfiles/kontenkm/km2016/KM2016
26/materi3.html , diakses pada 19 September 2021 pukul 19.41 .

16

Anda mungkin juga menyukai