Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Sosiologi Ekonomi
Sosiologi 4/E
2021 M. / 1442 H.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Sosiologi Ekonomi mengenai ”Sosiologi Ekonomi Di Era Post Industrial” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Bapak demi perbaikan makalah
ini di waktu yang akan datang.
Penulis
i
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 2
BAB II Pembahasan
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam satu dekade terakhir, Sosiologi ekonomi baru makin berkembang pesat dan
merambah wilayah kajian yang sangat luas, yang meliputi banyak fenomena ekonomi yang
substansif. Dalam perkembangan sosiologi ekonomi baru nyaris semua aspek aktivitas
ekonomi dikaji, baik ditingkat individu, kelompok, komunitas, dan kelembagaan.
Salah satunya, ialah sosiologi ekonomi post industrial dimana di era post industrial,
masyarakat yang berperilaku konsumtif menjadi pokok permasalahan utama. Dimana pola
hidup masyarakat yang ingin serba instan harus bisa terpenuhi dan menciptakan stabilitas
ekonomi agar suatu roda pemerintahan bisa berjalan dengan baik 1
1
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi (kapitalisme dan konsumsi di era masyarakat post-modernisme),
kencana: Cetakan ke-3, 2017. Hal 12-13
1
2
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2
Diakses pada hari Selasa, 16 Maret 2021 pada pukul 13.00
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/6211
3-ID-perspektif-dan-peran-sosiologi-ekonomi-
d.pdf&ved=2ahUKEwixu4nOybnvAhXb63MBHc4qDkYQFjANegQIBRAG&usg=AOvVaw34nTLRGNUSRqarVyXgH0
y7
3
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi (kapitalisme dan konsumsi di era masyarakat post-modernisme),
kencana: 2017. Hal 276
3
4
Konsep masyarakat post industrial dapat dipahami kalau dibandingkan Dengan atribut-atribut
masyarakat pra-industri dan industri. Sebagian besar Negara yang berada di benua Asia,
Afrika dan Amerika Latin masih Merupakan negara praindustri. Disini kegiatan sektor
ekonomi terutama Dilandaskan pada hasil-hasil pertanian, pertambangan, perikanan dan
kayu.
Hipotesa utama Bell ialah bahwa dunia barat sedang mengalami transisi dari
masyarakat industri menuju masyarakat post-indusfri. Konsep masyarakat post-industri ini
dapat lebih dipahami lewat analisa lima dimensi atau komponen (Bell, 1973:14-33).
struktur-strukfur baru yang harus ditangani secara politis". Dalam masyarakat post-industri
pengetahuan teoritis-abstrak lebih unggul dari pengetahuan. empiris yang konkrit
(peaemuan), Pengetahuan teoritis ini penting sebagai sumber bagi keputusan-keputusan kebij
akan. Dimensi keempat ialah yang mengendalikan teknologi dan penaksiran teknologis.
Dengan kata lain masyarakat post-industri bisa bereneana dan mengontrol pertumbuhan
teknologi itu daripada hanya " membiarkan segala yang terjadi" .
Masyarakat post industri dalam karya Daniel Bell sebenarnya tidak muncul begitu
saja dari hasil perenungan. Bell mengemukakan prediksinya tentang kehadiran masyarakat
post industri karena adanya kecenderungan data yang memperlihatkan perubahan yang terjadi
di masyarakat, terutama berkaitan dengan munculnya jenis-jenis pekerjaan baru di
masyarakat. Kecenderungan utama yang mengiringi proses terbentuknya masyarakat post
industri adalah kemunculan dan pesatnya pertumbuhan berbagai jenis lapangan kerja yang
berhubungan dengan informasi, meningkatnya bisnis dan industri dengan produksi, transmisi
dan analisis informasi, serta meningkatnya sentralitas peran para teknolog, yaitu para manajer
dan profesional terdidik yang memiliki keahlian khusus dalam mengolah dan memanfaatkan
informasi untuk keperluan pembuatan keputusan.
seimbang. Memasuki tahun 1968, proporsi berubah sehingga enam dari setiap sepuluh
pekerja bekerja dalam bidang jasa. Kemudian pada tahun 1980-an, dengan naiknya
dominansi jasa pelayanan, nyaris tujuh dari setiap sepuluh pekerja bekerja dalam industri
jasa. Menurut fakta sejarah yang terjadi, perubahan lapangan pekerjaan ke bidang jasa
memang bukan merupakan perubahan yang sifatnya instant, tiba-tiba hadir melangkahi trend
jangka panjang perkembangan masyarakat sebelumnya 5
peningkatan yang lebih tinggi dari periode industri sebelumnya. Bell (1973: 172) menyatakan
dewasa ini setiap individu yang berada di lingkungan pekerjaan, sekolah, kehidupan
bertetangga, lingkungan profesional maupun sosial, akan segera mengenal dan berhubungan
dengan beratus-ratus orang dan jika seseorang berpendapat bahwa mobilitas hidup kita luar
biasa geografis, pekerjaan dan sosial-orang (baik kenalan atau teman) bakal ingin tahu beribu
kali (bahkan). Melalui mass-media serta perluasan dunia politik dan penggandaan dimensi
budaya maka jumlah orang ingin serba tahu itu akan berlipat ganda pula seeara pesat.
Peningkatan tidak hanya terjadi dalam dunia ilmu pengetahuan, dengan sumber-sumber
inovasi yang makin banyak dalam lapangan pengetahuan teoritis, tapi analisa GNP juga
menunjukkan bahwa bagian terbesar lapangan pekerjaan masyarakat post industri berada di
bawah pengaruh pengetahuan.
Bell memperkirakan kurang lebih 25% tenaga kerja di Amerika Serikat pada tahun
1975 setidaknya pernah mengecap pendidikan akademis selama 2 tahun, 15% dari jumlah itu.
Bekerja di bidang profesional dan teknis. Dengan begitu, masyarakat post industri menjadi
kian tergantung pada kelas terdidik. Untuk itu rencana masa depan kelas terpelajar tersebut
serta distribusinya dalanlapangan pekerjaan perlu dianalisa.
Bell (1973: 262) berteori bahwa di dalam masyarakat post industri politik akan
memainkan perunan lebih besar ketimbang sebelumnya. Kiranya pasar bukan sebagai
penentu pengambilan keputusan, keputusan ; yang mengalokasikan berbagai sumber akan
semakin berada di pusat politik atau pemerintahan. Karena perbedaan nilai dan kepentingan
sangat beragam. maka konflik dan ketegangan yang disebabkan langkanya sumber-sumber
moneter merupakan hal yang tak dapat dihindari, Bell (1973 : 264) memperjelas beberapa
keputusan penting yang harus dihadapi masa depan masyarakat post industri, Antara lain :
(1) metode pembiayaan pendidikan tinggi, yang merupakan ciri masyarakat post
industri;
(2) evaluasi riset, yang hasilnya dapat dipakai untuk alskasi masa depan sumber-
Sumber penelitian yang langka;
(3) penentuan proses kondisi dan setting untuk penciptaan kreativitas dan
produktivitas;
(5) analisa arah dan kecepatan perkembangan pengetahuan dan tata cara penyesuaian
guru-guru terhadap perkembangan terakhir; dan
Bell (1973 : 43) menyatakan bahwa munculnya jenis masyarakat yang baru sering
menimbulkan masalah distribusi kekayaan, kekuasaan dan status Sesuai dengan sistem
strarifikasi dan kekuasaan masyarakat post industri dapat dibandingkan dengan tipe
masyarakat awal pra-industri dan masyarakat industri. Sistem stratifikasi dan kekuasaan
berdasar atas alokasi sumber-sumber yang langka. Sumber utama masyarakat pra industri
ialah tanah, dalam masyarakat industri ialah mesin, sedang masyarakat post industri ialah
pengetahuan. Figur-figur yang dominan dari setiap sistem ialah pemilik sumber-sumber yang
diinginkan.8
1. Pra-Industri
2. Industri
3. Post-Industri
8
Ibid, hlm 14
9
Di era Masyarakat Post Industrial, yang namanya kegiatan berbelanja kini menjadi
sesuatu hal yang makin mudah. Konsumen bukan hanya dimanjakan dengan kemudahan
sistem pembayaran cicilan melalui penggunaan kartu kredit, tetapi konsumen juga
dimanjakan dengan cara berbelanja yang makin mudah. Tawaran berbelanja dengan sistem
online, dimana konsumen cukup membuka laptop di rumah sudah bisa memesan produk
apapun yang disukai melalui internet, adalah cara baru berbelanja yang benar-benar
menggiurkan. Dunia Maya di era masyarakat post-industrial ibaratnya adalah mall super
raksasa yang atraktif menawarkan berbagai produk, mulai dari baju, buku, tas, sepatu,
peralatan dapur, furniture, dan lain-lain barang renik lain yang tidak mungkin selesai dilihat
dalam seminggu atau dua minggu berselancar di dunia Maya.
Perilaku konsumsi dan bagaimana cara kekuatan industri budaya memanipulasi selera
konsumen, pada batas-batas tertentu adalah bentuk relasi satu arah yang indoktrinatif,
sugestif, manipulatif, dan melahirkan masyarakat konsumen “satu dimensi” yang cara
berpikir dan hasratnya sepenuhnya ditentukan oleh suprastruktur kultural yang dikembangkan
9
Paelani Setia, Masyarakat Post-Industri (Daniel Bell). Diakses dari
https://www.academia.edu/36580913/MASYARAKAT_POST_INDUSTRI_DANIEL_BELL_ pada 18 Maret 2021.
10
https://edukasisosiologi.blogspot.com/2019/02/makalah-perilaku-komsumsi-masyarakat-di.html?m=1
10
kekuatan kapitalisme. Tetapi, di balik itu, masih tetap ada manusia-manusia yang
mampu melawan hegemoni kekuatan industri budaya, bersikap resisten terhadap tawaran
gaya hidup yang diciptakan iklan dan budaya populer, serta mampu mengembangkan
mekanisme survival dan gaya hidup yang jauh berbeda dari apa yang dikehendaki kekuatan
kapitalisme.
Pertama, kelompok masyarakat yang dengan sengaja menarik diri dan menghindari
persentuhan dengan teknologi informasi dan budaya populer yang dianggap merupakan
ancaman terhadap eksistensi kemanusiaan.
Ketiga, kelompok masyarakat yang tetap masuk dalam lingkaran pengaruh kekuatan
industri budaya dan tidak alergi terhadap dunia simulasi yang menghibur, menyenangkan dan
menawarkan mimpi-mimpi, namun bersikap selektif dalam memilih cara mengisi waktu
senggang dan cara memanfaatkan uang yang dimilikinya.11
11
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di era masyarakat post-modernisme),
kencana: Cetakan ke-3, 2017. Hal 271-273
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di era Masyarakat Post Industrial, yang namanya kegiatan berbelanja kini menjadi
sesuatu hal yang makin mudah. Konsumen bukan hanya dimanjakan dengan kemudahan
sistem pembayaran cicilan melalui penggunaan kartu kredit, tetapi konsumen juga
dimanjakan dengan cara berbelanja yang makin mudah. Tawaran berbelanja dengan sistem
online, dimana konsumen cukup membuka laptop di rumah sudah bisa memesan produk
apapun yang disukai melalui internet, adalah cara baru berbelanja yang benar-benar
menggiurkan. Dunia Maya di era masyarakat post-industrial ibaratnya adalah mall super
raksasa yang atraktif menawarkan berbagai produk, mulai dari baju, buku, tas, sepatu,
peralatan dapur, furniture, dan lain-lain barang renik lain yang tidak mungkin selesai dilihat
dalam seminggu atau dua minggu berselancar di dunia Maya.
3.2 Saran
Pemakalah menyadari bahwa masih banyak materi materi yang belum tersampaikan
dalam makalah ini, serta pemakalah merasa kurang cukup dalam mencari referensi yang
akurat dan sesuai dengan judul inti. Maka oleh sebab itu pemakalah meminta maaf yang
sebesar besarnya dan meminta kritik dan sarannya agar kami selaku pemakalah bisa lebih
baik lagi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi. kapitalisme dan konsumsi di era masyarakat post-
modernisme, Kencana: Jakarta. 2017
https://www.academia.edu/36580913/MASYARAKAT_POST_INDUSTRI_DANIEL_BELL
_
https://edukasisosiologi.blogspot.com/2019/02/makalah-perilaku-komsumsi-masyarakat-
di.html?m=1
https://mohamadyasir.blogspot.com/2018/02/masyarakat-post-industri.html?m=1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/p
ublications/62113-ID-perspektif-dan-peran-sosiologi-ekonomi-
d.pdf&ved=2ahUKEwixu4nOybnvAhXb63MBHc4qDkYQFjANegQIBRAG&usg=AOvVaw
34nTLRGNUSRqarVyXgH0y7
Selvie M.Tunilengkol, Disertasi: “Pandangan Teori Sosiologi tentang Masyarakat Post
lndustri dan Masyarakat Pasca Kapitalis”. (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 2013)
12