Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SOSIOLOGI EKONOMI DI ERA POST INDUSTRIAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Sosiologi Ekonomi

Dosen Pengampu : Drs. Anasis, M. Ag

Disusun Oleh : Kelompok 2

Rizal Nurdin (1198030229)

Saefulloh Hidayat (1198030234)

Salisa Nadia (1198030235)

Salsabila Fawwaz J (1198030238)

Sosiologi 4/E

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021 M. / 1442 H.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Sosiologi Ekonomi mengenai ”Sosiologi Ekonomi Di Era Post Industrial” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Bapak demi perbaikan makalah
ini di waktu yang akan datang.

Bandung, 16 Maret 2021

Penulis

i
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Sosiologi Ekonomi 3

2.2 Pengertian Masyarakat Post Industrial 3

2.3 Struktur Kelas Baru Masyarakat Post Industrial 6

2.4 Struktur Kekuasaan masyarakat Post Industrial 8

2.5 Perilaku Konsumsi Masyarakat Di Era Post Industrial 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 11

3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena dan aktivitas ekonomi yang berkembang di masyarakat, seperti aktivitas


produksi dan lain sebagainya di jelaskan dalam sosiologi ekonomi. Aktivitas ekonomi
bukanlah realitas sosial yang soliter dan hanya berkaitan dengan transaksi jual beli barang
yang menekankan untung rugi semesta, melainkan didalamnya juga bertali-temali dengan
aspek-aspek sosial budaya yang kompleks.

Dalam studi-studi ilmu sosial, kebangkitan dan puncak perkembangan sosiologi


ekonomi lahir terjadi sekitar 1980-an, dan di tahun ini lahirlah sosiologi ekonomi baru yang
tidak hanya menaruh perhatian pada aspek produksi kehidupan di dunia industri, namun
menaruh perhatian pada persoalan sosial ekonomi yang makin luas.

Dalam satu dekade terakhir, Sosiologi ekonomi baru makin berkembang pesat dan
merambah wilayah kajian yang sangat luas, yang meliputi banyak fenomena ekonomi yang
substansif. Dalam perkembangan sosiologi ekonomi baru nyaris semua aspek aktivitas
ekonomi dikaji, baik ditingkat individu, kelompok, komunitas, dan kelembagaan.

Salah satunya, ialah sosiologi ekonomi post industrial dimana di era post industrial,
masyarakat yang berperilaku konsumtif menjadi pokok permasalahan utama. Dimana pola
hidup masyarakat yang ingin serba instan harus bisa terpenuhi dan menciptakan stabilitas
ekonomi agar suatu roda pemerintahan bisa berjalan dengan baik 1

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Itu Sosiologi Ekonomi?


2. Apa Pengertian Masyarakat Post Industrial?
3. Bagaimana struktur kelas baru masyarakat Post Industrial?
4. Apa Saja Struktur Kekuasaan masyarakat Post Industrial?
5. Bagaimana Perilaku Konsumsi Masyarakat Di Era Post Industrial?

1
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi (kapitalisme dan konsumsi di era masyarakat post-modernisme),
kencana: Cetakan ke-3, 2017. Hal 12-13

1
2

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sosiologi ekonomi


2. Untuk mengetahui pengertian masyarakat post industrial
3. Untuk mengetahui bagaimana struktur kelas baru masyarakat Post Industrial
4. Untuk mengetahui apa saja struktur kekuasaan post industrial
5. Untuk mengetahui perilaku konsumsi masyarakat di era post industrial
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosiologi Ekonomi

Sosiologi Ekonomi merupakan perspektif sosiologis yang menjelaskan fenomena


ekonomi, terutama terkait dengan aspek produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang,
jasa, dan sumber daya, yang bermuara pada bagaimana masyarakat mencapai kesejahteraan.
Sosiologi Ekonomi menunjukkan perkembangan yang eksplosif sejalan dengan berbagai
permasalah sosial ekonomi masyarakat, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara
berkembang yang sedang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui
berbagai kebijakan pembangunan. Perkembangan studi Sosiologi Ekonomi tidak terlepas dari
pengaruh pemikiran tokoh sosiologi klasik dan aliran pemikiran baru dalam sosiologi
ekonomi sejak dekade 1980-an. Hasil kajian eksploratif yang pada tulisan ini melalui
penelusuran atas perkembangan studi Sosiologi Ekonomi di Indonesia, menunjukkan bahwa
sebagian besar studi diarahkan kepada bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan dan
mencapai kemakmuran atau kesejahteraan yang erat kaitannya dengan masalah kemiskinan.
Saat ini studi Sosiologi Ekonomi lebih marak menganalisis tentang kapital sosial, serta
masalah struktur, kelembagaan dan sistem ekonomi nasional dikaitkan dengan kesejahteraan
masyarakat. Sistem ekonomi nasional yang dimaksud adalah yang sejalan amanat konsititusi
kita2

2.2 Masyarakat Post Industrial

Masyarakat Post Industrial adalah tahap perkembangan masyarakat yang telah


melampaui era modern dimana pengaruh informasi dan penyebaran teknologi informasi
benar-benar telah merambah ke berbagai sendi kehidupan masyarakat, terutama
mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat.3

2
Diakses pada hari Selasa, 16 Maret 2021 pada pukul 13.00
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/6211
3-ID-perspektif-dan-peran-sosiologi-ekonomi-
d.pdf&ved=2ahUKEwixu4nOybnvAhXb63MBHc4qDkYQFjANegQIBRAG&usg=AOvVaw34nTLRGNUSRqarVyXgH0
y7
3
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi (kapitalisme dan konsumsi di era masyarakat post-modernisme),
kencana: 2017. Hal 276

3
4

Konsep masyarakat post industrial dapat dipahami kalau dibandingkan Dengan atribut-atribut
masyarakat pra-industri dan industri. Sebagian besar Negara yang berada di benua Asia,
Afrika dan Amerika Latin masih Merupakan negara praindustri. Disini kegiatan sektor
ekonomi terutama Dilandaskan pada hasil-hasil pertanian, pertambangan, perikanan dan
kayu.

2.2.1 Masyarakat post Industri Daniel Bell

Hipotesa utama Bell ialah bahwa dunia barat sedang mengalami transisi dari
masyarakat industri menuju masyarakat post-indusfri. Konsep masyarakat post-industri ini
dapat lebih dipahami lewat analisa lima dimensi atau komponen (Bell, 1973:14-33).

Dimensi Pertama menyangkut sektor ekonomi, di mana masyarakat penghasil barang


jadi beralih menjadi masyarakat penghasil jasa, karena industri suatu bangsa semakin maju,
semakin besar prosentase angkatan kerja yang bergerak meninggalkan sektor pertanian atau
perkebunan menuju ke sektor manufaktur ekonomi, karena terjadi kenaikan pendapatan
nasional, sebagai konsekuensi dari transisi itu, maka pefinintaan di sektor jasa akan menjadi
lebih besar. Bell (1973 : 15) menyatakan bahwa, "Amerika Serikat dewasa ini merupakan
satu-satunya negara di dunia di mana sellorjasa bertanggung jawab bagi lebih separuh
pengerjaan total dan menarik lebih dari separuh hasil pendapatan nasional (GNP)".

Dimensi kedua terjadi di lapangan pekerjaan. Di sini terdapat perubahan dalamjenis


kerja, yaitu keunggulan kelas profesional dan teknis : "Di Amerika Serikat, di tahun 1956
untuk pertama kali dalam sejarah peradaban industri, jumlah karyawan berkerah putih (White
collar) dalam struktur pekerjaan telah melampaui jumlah karyawan berkerah biru (Blue
collar). Bell, (1974 : 17). Pertumbuhan pekerjaan profesional dan teknis itu bahkan lebih
mengejutkan lagi. Kelompok yang terdiri dari para ilmuwan, insinyur, teknisi, personil ahli
kesehatan dan obat-obatan, guru dan pekerjaan lain yang seperti itu sudah merupakan jantung
masyarakat postindustri.

Dimensi ketiga masyarakat post-industri ialah pemusatan pengetahuan teoritis sebagai


inovasi dan Pembentukan kebijaksanaan bagi masyarakat" (Bell, 1973 LIA), Perubahan
dalarn dimensi pergetahuan dapat dilihat dari perbedaan masyarakat post-industri dan
masyarakat industri. Dalam memproduksi barang, masyarakat industri hubungan utama
terletak pada koordinasi manusia dan mesin. Bell (1963 ; 20) menyatakan : "masyarakat post-
industri tercrganisasi di sekitar pengetahuan, demi tujuan kontrol sosial dan pengarahan
inovasi serta perubahan, dan hal ini sebaliknya melahirkan hubungan-hubungan sosial dan
5

struktur-strukfur baru yang harus ditangani secara politis". Dalam masyarakat post-industri
pengetahuan teoritis-abstrak lebih unggul dari pengetahuan. empiris yang konkrit
(peaemuan), Pengetahuan teoritis ini penting sebagai sumber bagi keputusan-keputusan kebij
akan. Dimensi keempat ialah yang mengendalikan teknologi dan penaksiran teknologis.
Dengan kata lain masyarakat post-industri bisa bereneana dan mengontrol pertumbuhan
teknologi itu daripada hanya " membiarkan segala yang terjadi" .

Dimensi kelima mencakup pengambilan keputusan dan penciptaan "teknologi


intelektual" baru. Dimensi mil berhubungan dengan. metode atau cara-cara memperoleh
pengetahuan. Teknologi intelektual mencakup penggunaan pengetahuan ilmiah untuk
memperinci cara melakukan sesuatu dengan cara yang dapat diulang melalui substitusi
aturan-aturan pemecahan. masalah bagi penilaian-penilaian yang sifatnya intuitif. Dalam
pernyataan teoritisnya yang pertama Bell menganalisa perubahau dalam karakter
pengetahuan dan struktur masyarakat postindustri. Hal ini meliputi pertumbuhan dan
percabangan. ilmu yang bergerak cepat, timbulnya teknologi intelektual baru, dan kodifikasi
pengetahuan teoritis. Pergeseran tipe pengetahuan ini memiliki efek terhadap ekonomi
masyarakat kita. Kepada perubahan bentuk ekonomi inilah Bell memberikan perhatiannya. 4

Masyarakat post industri dalam karya Daniel Bell sebenarnya tidak muncul begitu
saja dari hasil perenungan. Bell mengemukakan prediksinya tentang kehadiran masyarakat
post industri karena adanya kecenderungan data yang memperlihatkan perubahan yang terjadi
di masyarakat, terutama berkaitan dengan munculnya jenis-jenis pekerjaan baru di
masyarakat. Kecenderungan utama yang mengiringi proses terbentuknya masyarakat post
industri adalah kemunculan dan pesatnya pertumbuhan berbagai jenis lapangan kerja yang
berhubungan dengan informasi, meningkatnya bisnis dan industri dengan produksi, transmisi
dan analisis informasi, serta meningkatnya sentralitas peran para teknolog, yaitu para manajer
dan profesional terdidik yang memiliki keahlian khusus dalam mengolah dan memanfaatkan
informasi untuk keperluan pembuatan keputusan.

Tentang kecenderungan munculnya berbagai pekerjaan di sektor jasa, khususnya


bidang informasi, dalam The Coming of Post Industrial Society, Daniel Bell (1976) lebih
rinci mengemukakan bahwa setelah pergantian abad, hanya ada tiga pekerja dari setiap
sepuluh pekerja dalam negeri bekerja dalam industri jasa dan tujuh dari sepuluh pekerja
terlibat dalam produksi barang. Sampai tahun 1950-an, proporsi tersebut menjadi lebih
4
Selvie M.Tunilengkol, Disertasi: “Pandangan Teori Sosiologi tentang Masyarakat Post lndustri dan Masyarakat
Pasca Kapitalis”. (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 2013), hlm 4.
6

seimbang. Memasuki tahun 1968, proporsi berubah sehingga enam dari setiap sepuluh
pekerja bekerja dalam bidang jasa. Kemudian pada tahun 1980-an, dengan naiknya
dominansi jasa pelayanan, nyaris tujuh dari setiap sepuluh pekerja bekerja dalam industri
jasa. Menurut fakta sejarah yang terjadi, perubahan lapangan pekerjaan ke bidang jasa
memang bukan merupakan perubahan yang sifatnya instant, tiba-tiba hadir melangkahi trend
jangka panjang perkembangan masyarakat sebelumnya 5

Masyarakat post-industri, di mana Amerika Serikat sebagai contoh, adalah


masyarakat yang berdasarkan jasa. Bukannya “permainan Menentang alam” atau pergulatan
menguasai alam”, masyarakat ini benar-Benar merupakan permainan antar pribadi. Bukannya
bergantung pada „‟kekuatan otot telanjang” (seperti masyarakat pra-industri) atau
„energi”(seperti masyarakat industri), masyarakat post-industri bertumpu pada Informasi.
Dalam masyarakat post-industri kaum profesional semakin dibutuhkan karena memiliki
informasi yang diperlukan.6

Menurut Daniel Bell, dalam transformasi masyarakat industri menuju pasca-industri,


terdapat beberapa tahapan berbeda. Pertama, dalam perkembangan dasar masyarakat industri
terdapat perluasan transportasi dan utilitas umum yang diperlukan sebagai jasa tambahan di
dalam menggerakan barang serta semakin bertambah besarnya penggunaan energi, dan
adanya peningkatan pada non-manufaktur tapi masih membutuhkan pekerja kasar. Kedua,
dalam konsumsi massal terhadap barang dan pertumbuhan populasi, terdapat peningkatan
pada distribusi (besar maupun retail), dan keuangan, real-estate, serta asuransi, yang
merupakan pusat-pusat dari pekerjaan kantoran. Ketiga, ketika naiknya pendapatan nasional,
orang menemukan bahwa proporsi uang untuk makanan di rumah mulai menurun, dan
sebaliknya terjadi peningkatan proporsi uang yang digunakan untuk membeli bahan-bahan
tahan lama (pakaian, rumah, mobil), selanjutnya item-item mewah, rekreasi dan seterusnya. 7

2.3 Struktur Kelas Baru Masyarakat Post Industrial

Menurut Bell dalam masyarakat banyak sekali terjadi perubahan-perubahan struktural


yang mempengaruhi pengetahuan dan teknologi, Pertumbuhan penting tak hanya terjadi
dalam tingkat penemuan-penemuan saja; tapi dalam skala kehidupan pun terjadi peningkatan-
5
Muhammad Yasir. “Masyarakat post industrial” Diakses pada hari selasa, 16 Maret 2021 pukul 13.10 pada
website https://mohamadyasir.blogspot.com/2018/02/masyarakat-post-industri.html?m=1
6
Op, cit. hal 6
7
Op, cit
7

peningkatan yang lebih tinggi dari periode industri sebelumnya. Bell (1973: 172) menyatakan
dewasa ini setiap individu yang berada di lingkungan pekerjaan, sekolah, kehidupan
bertetangga, lingkungan profesional maupun sosial, akan segera mengenal dan berhubungan
dengan beratus-ratus orang dan jika seseorang berpendapat bahwa mobilitas hidup kita luar
biasa geografis, pekerjaan dan sosial-orang (baik kenalan atau teman) bakal ingin tahu beribu
kali (bahkan). Melalui mass-media serta perluasan dunia politik dan penggandaan dimensi
budaya maka jumlah orang ingin serba tahu itu akan berlipat ganda pula seeara pesat.
Peningkatan tidak hanya terjadi dalam dunia ilmu pengetahuan, dengan sumber-sumber
inovasi yang makin banyak dalam lapangan pengetahuan teoritis, tapi analisa GNP juga
menunjukkan bahwa bagian terbesar lapangan pekerjaan masyarakat post industri berada di
bawah pengaruh pengetahuan.

Bell memperkirakan kurang lebih 25% tenaga kerja di Amerika Serikat pada tahun
1975 setidaknya pernah mengecap pendidikan akademis selama 2 tahun, 15% dari jumlah itu.
Bekerja di bidang profesional dan teknis. Dengan begitu, masyarakat post industri menjadi
kian tergantung pada kelas terdidik. Untuk itu rencana masa depan kelas terpelajar tersebut
serta distribusinya dalanlapangan pekerjaan perlu dianalisa.

Bell (1973: 262) berteori bahwa di dalam masyarakat post industri politik akan
memainkan perunan lebih besar ketimbang sebelumnya. Kiranya pasar bukan sebagai
penentu pengambilan keputusan, keputusan ; yang mengalokasikan berbagai sumber akan
semakin berada di pusat politik atau pemerintahan. Karena perbedaan nilai dan kepentingan
sangat beragam. maka konflik dan ketegangan yang disebabkan langkanya sumber-sumber
moneter merupakan hal yang tak dapat dihindari, Bell (1973 : 264) memperjelas beberapa
keputusan penting yang harus dihadapi masa depan masyarakat post industri, Antara lain :

(1) metode pembiayaan pendidikan tinggi, yang merupakan ciri masyarakat post
industri;

(2) evaluasi riset, yang hasilnya dapat dipakai untuk alskasi masa depan sumber-
Sumber penelitian yang langka;

(3) penentuan proses kondisi dan setting untuk penciptaan kreativitas dan
produktivitas;

(4) proses penemuan-penemuan teknologis yang dihuat dalam laboratorium bisa


ditransfer sehingga lebih siap untuk diproduksi;
8

(5) analisa arah dan kecepatan perkembangan pengetahuan dan tata cara penyesuaian
guru-guru terhadap perkembangan terakhir; dan

(6) masalah monitoring perubahan sosial.

2.4 Struktur Kekuasaan Masyarakat Post Industrial

Bell (1973 : 43) menyatakan bahwa munculnya jenis masyarakat yang baru sering
menimbulkan masalah distribusi kekayaan, kekuasaan dan status Sesuai dengan sistem
strarifikasi dan kekuasaan masyarakat post industri dapat dibandingkan dengan tipe
masyarakat awal pra-industri dan masyarakat industri. Sistem stratifikasi dan kekuasaan
berdasar atas alokasi sumber-sumber yang langka. Sumber utama masyarakat pra industri
ialah tanah, dalam masyarakat industri ialah mesin, sedang masyarakat post industri ialah
pengetahuan. Figur-figur yang dominan dari setiap sistem ialah pemilik sumber-sumber yang
diinginkan.8

1. Pra-Industri

a. Kekayaan ada pada pemilik tanah dan para militer.


b. Kekuasaan ada pada kekuatan yang kuat/feodalisme. Pemerintahanmasih berbentuk
kerajaan yg utuh, bukan kerajaan saat ini yg hanya simbol saja

2. Industri

a. Kekayaan ada pada pengusaha/pemilik modal.


b. Kekuasaan ada dari pengaruh politik langsung. Biasnya bergantian antara pengusaha,
militer, dan politikus.

3. Post-Industri

a. Kemajuan dan perkembangan ada pada Universitas dan lembaga-lembaga. Figur


dominan, ilmuwan, dan ahli. Selain dari Kalangan akademisi tentunya ada kalangan
profesional lainnya seperti atlet dan artis ataupun tokoh agama.
b. Sarana Kekuasaan ada pada tenaga rasional. Biasanya kalangan akademisi atau
terdidik yang diperhitungkan oleh pemegang kekuasaan. Banyak akademisi yang
terjun ke dunia politik dan menjadi penguasa.

8
Ibid, hlm 14
9

c. Stratifikasi berdasarkan pada profesionalitas pekerjaan individu:


1. Tinggi: kalangan profesionalitas (bisnisman, dokter, guru, dosen, artis, ustadz,
atlet).
2. Sedang: semi-profesional, seperti teknisi dan salesman.
3. Rendah: pekerja kasar (blue collar)9

2.5 Perilaku Konsumsi Masyarakat Di Era Post Industrial

Konsep masyarakat post-industrial mengindikasikan perubahan signifikan dalam


karakteristrik sentral masyarakat industri (industrial society)—yang menjadi fase
sebelumnya—dalam hal meningkatnya pemanfaatan teknologi dan mekanisasi bagi kerja,
meningkatnya komunikasi, transportasi, pasar, dan income; urbanisme menjadi way of life,
pembagian tenaga kerja (division of labor) semakin kompleks; ditandai dengan peningkatan
peran Negara, serta birokratisasi dalam pemerintahan dan ekonomi; juga ditandai dengan
peningkatan sekularisasi dan rasionalisasi. Jadi, masyarakat post-industrial merupakan
perkembangan lebih lanjut dari masyarakat-masyarakat industri maju.10

Di era Masyarakat Post Industrial, yang namanya kegiatan berbelanja kini menjadi
sesuatu hal yang makin mudah. Konsumen bukan hanya dimanjakan dengan kemudahan
sistem pembayaran cicilan melalui penggunaan kartu kredit, tetapi konsumen juga
dimanjakan dengan cara berbelanja yang makin mudah. Tawaran berbelanja dengan sistem
online, dimana konsumen cukup membuka laptop di rumah sudah bisa memesan produk
apapun yang disukai melalui internet, adalah cara baru berbelanja yang benar-benar
menggiurkan. Dunia Maya di era masyarakat post-industrial ibaratnya adalah mall super
raksasa yang atraktif menawarkan berbagai produk, mulai dari baju, buku, tas, sepatu,
peralatan dapur, furniture, dan lain-lain barang renik lain yang tidak mungkin selesai dilihat
dalam seminggu atau dua minggu berselancar di dunia Maya.

Perilaku konsumsi dan bagaimana cara kekuatan industri budaya memanipulasi selera
konsumen, pada batas-batas tertentu adalah bentuk relasi satu arah yang indoktrinatif,
sugestif, manipulatif, dan melahirkan masyarakat konsumen “satu dimensi” yang cara
berpikir dan hasratnya sepenuhnya ditentukan oleh suprastruktur kultural yang dikembangkan

9
Paelani Setia, Masyarakat Post-Industri (Daniel Bell). Diakses dari
https://www.academia.edu/36580913/MASYARAKAT_POST_INDUSTRI_DANIEL_BELL_ pada 18 Maret 2021.
10
https://edukasisosiologi.blogspot.com/2019/02/makalah-perilaku-komsumsi-masyarakat-di.html?m=1
10

kekuatan kapitalisme. Tetapi, di balik itu, masih tetap ada manusia-manusia yang
mampu melawan hegemoni kekuatan industri budaya, bersikap resisten terhadap tawaran
gaya hidup yang diciptakan iklan dan budaya populer, serta mampu mengembangkan
mekanisme survival dan gaya hidup yang jauh berbeda dari apa yang dikehendaki kekuatan
kapitalisme.

Dibalik perilaku konsumen-konsumen yang keranjingan dan boros, bagaimanapun


tetap ada dijumpai konsumen-konsumen yang selektif dan memiliki cita rasa tersendiri yang
unik, tidak larut dalam pusaran mainstream dimana hasrat dan seleranya adalah hasil dari
cara berpikirnya sendiri yang terbebas dari dominasi kultural kekuatan industri budaya.

Pertama, kelompok masyarakat yang dengan sengaja menarik diri dan menghindari
persentuhan dengan teknologi informasi dan budaya populer yang dianggap merupakan
ancaman terhadap eksistensi kemanusiaan.

Kedua, kelompok masyarakat yang meyakini jalan kehidupannya sendiri,


mengembangkan pranata sosial yang unik, yang berbeda dari gaya hidup kelas Borjuis yang
justru mereka anggap keliru.

Ketiga, kelompok masyarakat yang tetap masuk dalam lingkaran pengaruh kekuatan
industri budaya dan tidak alergi terhadap dunia simulasi yang menghibur, menyenangkan dan
menawarkan mimpi-mimpi, namun bersikap selektif dalam memilih cara mengisi waktu
senggang dan cara memanfaatkan uang yang dimilikinya.11

11
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di era masyarakat post-modernisme),
kencana: Cetakan ke-3, 2017. Hal 271-273
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sosiologi Ekonomi menunjukkan perkembangan yang eksplosif sejalan dengan


berbagai permasalah sosial ekonomi masyarakat, baik di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang yang sedang berupaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya melalui berbagai kebijakan pembangunan.

Masyarakat Post Industrial adalah tahap perkembangan masyarakat yang telah


melampaui era modern dimana pengaruh informasi dan penyebaran teknologi informasi
benar-benar telah merambah ke berbagai sendi kehidupan masyarakat, terutama
mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat.

Di era Masyarakat Post Industrial, yang namanya kegiatan berbelanja kini menjadi
sesuatu hal yang makin mudah. Konsumen bukan hanya dimanjakan dengan kemudahan
sistem pembayaran cicilan melalui penggunaan kartu kredit, tetapi konsumen juga
dimanjakan dengan cara berbelanja yang makin mudah. Tawaran berbelanja dengan sistem
online, dimana konsumen cukup membuka laptop di rumah sudah bisa memesan produk
apapun yang disukai melalui internet, adalah cara baru berbelanja yang benar-benar
menggiurkan. Dunia Maya di era masyarakat post-industrial ibaratnya adalah mall super
raksasa yang atraktif menawarkan berbagai produk, mulai dari baju, buku, tas, sepatu,
peralatan dapur, furniture, dan lain-lain barang renik lain yang tidak mungkin selesai dilihat
dalam seminggu atau dua minggu berselancar di dunia Maya.

3.2 Saran

Pemakalah menyadari bahwa masih banyak materi materi yang belum tersampaikan
dalam makalah ini, serta pemakalah merasa kurang cukup dalam mencari referensi yang
akurat dan sesuai dengan judul inti. Maka oleh sebab itu pemakalah meminta maaf yang
sebesar besarnya dan meminta kritik dan sarannya agar kami selaku pemakalah bisa lebih
baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi. kapitalisme dan konsumsi di era masyarakat post-
modernisme, Kencana: Jakarta. 2017
https://www.academia.edu/36580913/MASYARAKAT_POST_INDUSTRI_DANIEL_BELL
_
https://edukasisosiologi.blogspot.com/2019/02/makalah-perilaku-komsumsi-masyarakat-
di.html?m=1
https://mohamadyasir.blogspot.com/2018/02/masyarakat-post-industri.html?m=1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/p
ublications/62113-ID-perspektif-dan-peran-sosiologi-ekonomi-
d.pdf&ved=2ahUKEwixu4nOybnvAhXb63MBHc4qDkYQFjANegQIBRAG&usg=AOvVaw
34nTLRGNUSRqarVyXgH0y7
Selvie M.Tunilengkol, Disertasi: “Pandangan Teori Sosiologi tentang Masyarakat Post
lndustri dan Masyarakat Pasca Kapitalis”. (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 2013)

12

Anda mungkin juga menyukai