Anda di halaman 1dari 11

KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI

MASYARAKAT INDONESIA PASCA


REFORMASI

Nama Guru:
Drs. A. Mukhotib M.Pd.i

Oleh :
1. Arbaatur Rahmawati (05)
2. Eny Noer Fitriyah (12)
3. Kholifatul Fadhliyah (21)
4. Vivien Oktaviana Devi (39)

KELAS : XII-IA.2

SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSAADAH


SAMPURNAN BUNGAH GRESIK
2014-2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul KONDISI SOSIAL DAN
EKONOMI MASYARAKAT INDONESIA PASCA REFORMASI.
Makalah ini berisikan tentang sejarah bangsa Indonesia, khususnya kondisi sosial
dan ekonomi masyarakat Indonesia pasca reformasi. diharapkan makalah ini dapat
menambahkan pengetahuan kita semua, bagaimana kehidupan masyarakat dan system
pemerintahan pada masa itu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun, selalu kami harapkan
demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
SWT senantiasa meridloi segala usaha kita, Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb.

Bungah, 06 Oktober 2014

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
2.1. Kondisi Sosial Masyarakat Sejak Reformasi ...................................... 2
2.2. Kondisi Ekonomi Masyarakat Indonesia ............................................... 3
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 6
3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 6
3.3. Saran ........................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 7
Iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara
konstitusional.Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan,
dan persaudaraan.
Tuntutan reformasi menghendaki adanya perubahan dan perbaikan di segala aspek
kehidupan yang lebih baik. Namun, pada praktiknya tuntutan reformasi telah disalahgunakan
oleh para petualanng politik hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Pada era
reformasi, konflik yang terjadi di masyarakat semakin mmudah terjai dan sering kallli
bersifat etnis di berbagai daerah. Kondisi sosial masyarakat yang kacau akibat lemahnya
hukkum dan perekonomian yang tidak segera kunjng membaik menyebabkan sering terjadi
gesekan-gesekan di dalam masyarakat. Beberapa konflik sosial yang terjadi pada era
reformasi berlangsung dibeberapa wilayah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi sosial dan ekonommi masyarakat Indonesia pasca reformasi?


2. Bagaimanakah dampak reformasi pada saat tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia pasca reformasi.
2. Untuk mengetahui dampak reformasi pada masa pemerintahan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Sosial Masyarakat Sejak Reformasi

Sejak krisis moneter yang melanda pada pertengahan tahun 1997, perusahaan perusahaan
swasta mengalami kerugaian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan mengalami
kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya.
Keadaan seperti ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi perusahaan
mengalami kerugaian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja menuntut kenaikan gaji.
Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit dipenuhi oleh pihak perusahaan,
akhirnya banyak perusahaan yang mengambil tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan
terjadilah PHK.
Para pekerja yang deberhentikan itu menambah jumlah pengangguran, sehingga jumlah
pengangguran diperkirakan mencapai 40 juta orang. Pengangguran dalam jumlah yang sangat
besar ini akan menimbulkan terjadinya masalah masalah social dalam kehidupan masyarakat.
Dampak susulan dari pengangguran adalah makin maraknya tindakan tindakan criminal yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu hendaknya pemerintah dengan serius menangani masalah pengangguran
dengan membuka lapangan kerja yang dapat menampung para penganggur tersebut. Langkah
berikutnya, pemerintah hendaknya dapat menarik kembali para investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru untuk menampung para
penganggur tersebut. Masalah pengangguran merupakan masalah social dalam kehidupan
masyarakat dan sangat peka terhadap segala bentuk pengaruh.
Beberapa konflik sosial yang terjadi pada era reformasi berlangsung di beberapa wilayah,
antara lain sebagai berikut :

1. Kalimantan Barat
Konflik sosial yang terjadi di Kalimantan Barat melibatkan etnik Melayu, Dayak, dan
Madura. Kejadian bermula dari tertangkapnya seorang pencuri di Desa Parisetia, Kecamatan
Jawai, Sambas, Kalimantan Barat yang kemudian dihakimi hingga tewas pada tanggal 19
Januari 1999.
2. Kalimantan Tengah
Pada tanggal 18 Februari 2001 pecah konflik antara etnis Madura dan Dayak. Konflik itu
diawali dengan terjadinya pertikaian perorangan antaretnis di Kalimantan Tengah. Sampai
sekarang pun pengungsi Sampit masih menjadi masalah pemerintah.
3. Sulawesi Tengah
Konflik sosial di Sulawesi Tengah tepatnya di daerah Poso berkembang menjadi konflik
antaragama. Kejadian dipicu oleh perkelahian antara Roy Luntu Bisalembah (Kristen) yang
kebetulan sedang mabuk dengan Ahamd Ridwan (Islam) di dekat Masjid Darussalam pada
tanggal 26 Desember 1998.
Ampi pelaku kekerasan. Masyarakat sudah muak berbagai kasus besar melibatkan pejabat
negara dan oknum militer tidak tertangani sampai tuntas meskipun mereka dinyatakan
bersalah.
Sedangkan masalah ekonomi, selama masa tiga bulan kekuasaan pemerintah B.J. Habibie,
ekonomi Indonesia belum mengalami perubahan yang berarti. Sungguhpun begitu,
pemerintah tetap berusaha memuluhkan keadaan ekonomi Indonesia. Segala cara telah
dilakukan agar rakyat segera terlepas dari krisis ini. Partisipasi dari setiap warga negara
sangat diharapkan untuk dapat segera memulihkan keadaan mewujudkan masyarakat adil dan
makmur sesuai Pembukaan UUD 1945

2.2 Kondisi Ekonomi Masyarakat Indonesia

Sejak berlangsungnya krisis moneter pertengahan tahun 1997, ekonomi Indonesia mulai
mengalami keterpurukan. Keadaan perekonomian makin memburuk dan kesejahteraan rakyat
makin menurun. Pengangguran juga semakin luas. Sebagai akibatnya, petumbuhan ekonomi
menjadi sangat terbatas dan pendapatan perkapita cenderung memburuk sejak krisis tahun
1997.
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat, pemerintah melihat lima sector
kebijakanyang harus digarap, yaitu :
perluasan lapangan kerja secara terus menrus melalui investasi dalam dan luar negeri se
efisien mungkin.

Penyediaan barang kebutuhan pokok sehari hari untuk memenuhi permintaan pada harga
yang terjangkau.
Penyediaan failitas umum seperti rumah, air minum, listrik, bahan baker, komunikasi,
angkutan dengan harga terjangkau.
Penyediaan ruang sekolah, guru dan buku buku untuk pendidikan umum dengan harga
terjangkau.
Penyediaan klinik, dokter dan obat onbatan untuk kesehatan umum dengan harga yang
terjangkau pula.
Disamping penanganan masalah pengangguran,dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi masyarakat, pemerintah hendaknya juga memperhatikan harga harga produk
pertanian Indonesia, karena selama masa pemerintahan Orde Baru maupun sejak krisis 1997
tidak pernah berpihak kepada petani. Apabila pendapatan petani meningkat, maka permintaan
petani terhadap barang barang non pertanian juga meningkat. Dengan ditetapkannya harga
produk pertanian yang tidak merugikan petani, maka para petani yang mampu membeli
produk industri non pertanian akan memberi semangat bangkitnya para pengusaha untuk
mengembangkan kegiatan perusahaannya.
Pihak pemerintah telah berusaha untuk membawa Indonesia keluar dari krisis. Tetapi tidak
mungkin dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, pemerintah membuat
skala prioritas yang artinya hal mana yang hendaknya dilakukan agar Indonesia keluar dari
krisis.
Terpilihnya presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarno Putri yang
naik menggantikan Gus Dur bertugas untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat
dengan meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat. Namun dengan kondisi perekonomian
Negara yang ditinggalkan oleh pemerintahan Soeharto, tidak mungkin dapat diatasi oleh
seorang Presiden dalam waktu singkat. Oleh sebab itu untuk mengatasi krisis, presiden
sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia, memerlukan penyelesaian
secara bertahap berdasarkan skala prioritas.

1. Perekonomian Indonesia Masa Pemerintahan Habibie


Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana
Moneter Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Melalui IMF,
pemerintah berhasil mendapat pinjaman sebesar SDR 1,011 milyar atau setara dengan 1,34
milyar dolar AS. Sejak tahun 1999, BI menjadi sebuah institusi independen yang lepas dari
pengaruh pemerintah dan tidak bisa diinterverensi oleh siapapun. Kebijakan moneter yang
pada masa sebelumnya ditentukan oleh pemerintah, pada era reformasi murni ditentukan oleh
Dewan Gubernur BI.
2. Perekonomian Indonesia Masa Pemerintahan Gus Dur
Beberapa hal penting terkait dengan perkembangan perekonomian Indonesia masa
Presiden Abdurahman Wahid diantaranya sebagai berikut:
a. Secara keseluruhan, perjalanan ekonomi Indonesia sepanjang pemerintahan Abdurahman
Wahid masih belum stabil.
b. Hingga tahun 2001 posisi rupiah senantiasa berada di atas 10.000 per dolar AS.
c. Tingkat pertumbuhan ekonomi hingga akhir jatuhnya pemerintah Abdurahman Wahid
hanya sebesar 3 persen.
d. Terkait hubungan RI dengan lembaga keuangan internasional, utamanya IMF, pada
tanggal 4 februari 2000, terjadi kesepakatan antara pemerintah dengan IMF tentang
pemberian pinjaman jangka menegah kepada Indonesia sebesar SDR 3,638 milyar (sekitar 5
milyar dolar AS) untuk mendukung program reformasi ekonomi dan struktur Indonesia.

3. Perekonomian Indonesia Masa Pemerintahan Megawati


Ketika kepemimpinan nasional beralih dari Abdurahman Wahid ke Megawati, pada
awalnya ada harapan cerah dari banyak pihak dan seluruh rakyat akan menguatnya nilai
rupiah dan pertumbuhan ekonomi nasional. Harapan itu seakan menjadi kenyataan, ketika
dalam dua minggu pertama pemerintahan Megawati, rupiah mengalami penguatan menembus
angka Rp. 8.650 per dolar AS. Tetapi harapan itu segera sirna setelah menginjak bulan ketiga
posisi rupiah kembali melorot ke tingkat Rp. 10.250 per satu dolar AS. Agenda utama
perekonomian Indonesia masa pemerintahan Megawati adalah upaya perbaikan hubungan
dengan lembaga-lembaga keuangan multilateral terutama IMF.

4. Perekonomian Indonesia Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


Kegagalan pembangunan yang telah di rancang pemerintahan sebelumnya,
mendorong pemerintahan Yudhoyono melakukan penyusunan kembali langkah-langkah
pembangunan baru. Krisis yang telah meluluh-lantakan perekonomian Indonesia telah
membuka mata betapa pentingnya membangun dan lebih memperkuat pondasi perekonomian
agar berdaya tahan tinggi.

Dampak Reformasi
1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945
Perubahan (Amandemen) terhadap UUD 1945 merupakan salah satu tuntutan dari reformasi.
Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakikatnya merupakan tuntutan bagi
adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Tuntutan perubahan
UUD 1945 dilatarbelakangi antara lain karena sistem perwakilan masa Orde Baru yang
bersifat semu dan pada kenyataannya kekuasaan yang besar berada pada presiden, adanya
pasal-pasal yang menimbulkan multitafsir, serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang
semangat peyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Perubahan UUD 1945 bertujuan untuk menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 disertai kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD
1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensil. Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali
perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR
yaitu sebagai berikut :
a. Perubahan Pertama UUD 1945 dilaksanakan dalam sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21
Oktober 1999.
b. Perubahan Kedua UUD 1945 dilaksanakan dalam sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18
Agustus 2000.
c. Perubahan Ketiga UUD 1945 dilaksanakan dalam sidang Tahunan MPR 1999, tanggal 1-9
November 2001.
d. Perubahan Keempat UUD 1945 dilaksanakan dalam sidang Tahunan MPR 1999, tanggal 1-
11 Agustus 2002.
Perubahan terhadap UUD 1945 telah menghasilkan beberapa ketentuan baru dalam
penyelenggaraan negara. Hasil amandemen tersebut antara lain memuat aturan tentang
mekanisme pemilihan presiden, dengan adanya pemilihan presiden secara langsung dan
pembatasan masa jabatan presiden.
2. Kebebasan Pers
Pada masa Orde Baru kebebasan pers sangat dibatasi oleh pemerintah. Setiap isi berita yang
disajikan tidak boleh bertentangan dengan pemerintah. Pada saat itu kebebasan pers
cenderung untuk memperkuat status quo, daripada membangun keseimbangan antarfungsi
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan kontrol politik.
Adanya SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) sesuai dengan Permenpen 01/1984 Pasal
33h merupakan salah satu contoh pembatasan kebebasan pers. Dengan definisi pers yang
bebas dan bertanggung jawab. SIUPP merupakan lembaga yang menerbitkan pers dan
pembredelan. Media massa yang memuat berita yang mengkritisi pemerintah tidak luput dari
pembredelan seperti yang dialami Tempo, Detik, Editor pada tahun 1994. Pembredelan
merupakan sebuah tindakan otoriter pemerintah Orde Baru yang menekan kebebasan pers.
Hal itu mengisyaratkan ketidakmampuan sistem hukum pers yang bebas dan bertanggung
jawab secara hukum.
Setelah jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998, kebebasan pers mengalami
masa pencerahan. Tumbuhnya pers pada masa reformasi merupakan hal yang
menguntungkan bagi masyarakat. Kehadiran pers saat ini dianggap sudah mampu mengisi
kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara penguasa dan rakyat. Dalam kerangka
ini, pers telah memainkan peran sentral dengan memberikan dan menyebarluaskan informasi
untuk penentuan sikap, dan memfasilitasi pembentukan opini public dalam rangka mencapai
konsensus bersama atau mengontrol kekuasaan penyelenggara negara.
Perubahan yang luar biasa dalam mengekspresikan kebebasan dirasakan dalam
kehidupan pers di era reformasi. Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media
baru, baik media cetak maupun elektronik dengan berbagai kemasan dan segmen. Keberanian
pers dalam mengkritik kebijakan pemerintah juga mencari ciri baru pers Indonesia.
3. Restukturisasi ABRI
Sejak reformasi bergulir tahun 1998, ABRI menjadi salah satu institusi yang dipandang perlu
direformasi. Masyarakat menilai perlu adanya perubahan bagi ABRI dalam tataran sikap dan
tindakan. Selama masa Orde Baru ABRI memiliki kecenderungan menempatkan diri sebagai
mesin politik untuk menegakkan kekuasaan Orde Baru.
Tuntutan perubahan pada ABRI berujung pada tuntutan penghapusan Dwi Fungsi ABRI.
Dwi Fungsi ABRI telah membawa konsekuensi panjang dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara selama masa Orde Baru. Dengan dalih menjalankan fungsi sebagai kekuatan
pertahanan dan keamanan serta kelangsungan pemerintahan.
Tuntutan reformasi dalam tubuh ABRI diakomodasi dengan mengadakan perubahan
structural ABRI, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Pemisahan POLRI dan TNI yang semula bersama-sama tergabung dalam ABRI.
b. Pemisahan TNI dan POLRI tersebut juga berakibat pada perubahan Dephankam menjadi
Dephan.
c. Penghapusan Dwi Fungsi ABRI, likuidasi fungsi kekaryaan serta sosial politik TNI,
penghapusan keberadaan Fraksi TNI/POLRI, serta perubahan doktrin dan organisasi TNI.
Sejak penghapusan Dwi Fungsi ABRI dan diikuti wacana kembalinya lembaga TNI ke barak
serta dipisahkannya TNI dengan POLRI, member harapan baru bagi proses demokratisasi
serta mengobati kekecewaan panjang rakyat terhadap posisi ABRI yang kini menjadi TNI.
4. Otonomi Daerah
Era reformasi ditandai oleh bangkitnya demokrasi peran pemerintah pusat yang besar serta
menjadi titik sentral yang menentukan gerak kehidupan daerah, harus segera diakhiri. Oleh
karena itu, lahirlah UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dah Daerah.
Undang-undang ini memberikan masyarakat setempat, sesuai dengan prakarsa, aspirasi
masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.
Seiring dengan perjalanan waktu, kebijakan tersebut banyak menuai persoalan. Persoalan-
persoalan yang muncul antara lain masalah koordinasi antar daerah otonom tingkat
provinsidan kabupaten, munculnya raja-raja kecil di daerah yang cenderung mengabaikan
nilai etik dalam berpolitik, sulitnya pengawasan daerah otonom dan lain sebagainya.
Pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan baru mengenai Otonomi Daerah, yakni
dengan pemberlakuan UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33/2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah. Semangat yang
terkandung dalam Undang-Undang tersebut tidak ditujukan untuk melakukan resentralisasi
atas apa yang telah didesentralisasikan, namun lebih ditujukan untuk mengurangi dampak
negatif dan menambah manfaat positif dari otonomi daerah sebagai salah satu agenda utama
reformasi.
5. Munculnya Eurofia Kebebasan
Era reformasi adalah era keterbukaan untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat
terhadap perkembangan politik maupun kritik terhadap kinerja aparatur negara. Orde
reformasi telah memberi peluang yang besar bagi masyarakat untuk ikut serta dalam
memberikan tanggapan kritik terhadap pemerintah. Hal ini disebabkan, karena tidak ada lagi
sistem yang mengekang kebebasan berpendapat dan berbicara, baik secara represif maupun
preventif seperti halnya dalam masa Pemerintahan Orde Baru. Dengan adanya era
keterbukaan dan kebebasan tersebut telah berdampak pada munculnya aksi-aksi unjuk rasa
terhadap kinerja pemerintah.
Pada awal reformasi, setiap hari hampir terjadi unjuk rasa. Unjuk rasa itu ditujukan
bukan hanya kepada pemerintah namun juga instansi lainnya yang dianggap tidak dapat
dipercaya dan merugikan kepentingan masyarakat. Namun, disinyalir ada sebagian dari aksi-
aksi tidak murni dilakukan oleh pengunjuk rasa, melainkan hanya merupakan aksi yang
mengemban kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Di antara para pengunjuk rasa
tersebut adalah orang-orang bayaran yang pada umumnya pengangguran yang jumlahnya
semakin meningkat akibat badai krisis moneter yang melanda Indonesia.
Reformasi sebagai era keterbukaan banyak dimaknai oleh masyarakat sebagai kebebasan
yang berlebihan. Masyarakat terjebak oleh euforia kebebasan yang telah menimbulkan
bahaya disintegrasi nasional dan sosial. Konflik-konflik di Ambon, Poso, Sanbas, dan Sampit
merupakan contoh gejolak sosial di daerah yang dapat menimbulkan disintegrasi nasional dan
sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan
perikehidupan yang baru dan secara hukum menuju ke arah perbaikan. Gerakan reformasi,
pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan,
terutama perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum.
3.2 Saran
Kita harus pandai pandai mengikuti perkembangan jaman di negara kita sendiri agar
kita bisa hidup dengan makmur dan tidak ketiggalan jaman dengan negara-negara lain.
Harga diri bangsa Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset Negara untuk dijadikan
simpanan buat anak cucu kelak. Dalam proses pembangunan bangsa ini harus bisa
menyatukan pendapat demi kesejahteraan masyarakat umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://blogjejaksejarah.blogspot.com/2013/04/makalah-reformasi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/

http://tata-muhtadin.blogspot.com/2011/12/reformasi-di-indonesia.html

sejarah bse kelas XII program ipa

http://memey7894.blogspot.com/2014/02/perekonomian-indonesia-pada-masa.html#

Anda mungkin juga menyukai