3. Perkembangan Ekonomi
Dimulainya masa reformasi ditandai dengan pengunduran diri presiden Soeharto dan
pengangkatan B.J. Habibie sebagai presiden sementara. Pergantian pemerintahan dari
Soeharto kepada B.J. Habibie tidak lantas mengubah kondisi Indonesia menjadi lebih
baik. Ini dilakukan secara bertahap pada masa pemerintahan presiden-presiden setelah
presiden Soeharto.
Presiden B.J. Habibie mempunyai tugas berat untuk memulihkan keadaan ekonomi
pasca krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak 1997. Oleh karena itu, presiden
B.J. Habibie menetapkan beberapa kebijakan seperti menjalin kerjasama dengan IMF,
menerapkan independensi Bank Indonesia, melikuidasi beberapa bank yang
bermasalah, menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, serta membentuk
lembaga pemantau dan penyelesaian masalah hutang luar negeri.
Presiden megawati soekarno putri mengatasi masalah hutang luar negeri dengan
meminta penundaan pembayaran hutang. Presiden Megawati Soekarno Putri
mengakhiri kerjasama dengan IMF dan membubarkan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional atau BPPN. Akan tetapi, untuk menekan laju inflasi, presiden megawati
soekarno putri mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi merupakan
kebijakan menjual perusahaan Negara ditengah periode krisis dengan tujuan
melindungi perusahaan Negara dari intervensi kekuatan politik dan melunasi
pembayaran hutang luar negeri.
Pada 2002 Indonesia pernah mencapai swasembada beras. Saat itu perekonomian
Indonesia mengalami surplus dan lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Selain
kondisi perekonomian Indonesia yang baik, terciptanya swasembada beras pada masa
ini didukung kebijakan larangan impor beras pada 2003 melalui instruksi presiden
nomor 9 tahun 2002.