Anda di halaman 1dari 15

PROSES PENEGAKAN HUKUM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sosiologi Hukum


Dosen Pengampu: Sri Damayanti, M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Nisa Hanifa 1198030193

Nisa Muhfriliani 1198030194

Novi Ujianti 1198030197

Prima Octara 1198030203

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021 M. / 1442 H.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda kita
tercinta Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa kita dari zaman yang dihiasi
kebodohan menuju alam yang terang benderang akan ilmu pengetahuan saat ini.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
kasih-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sosiologi Hukum dalam
bentuk makalah yang berjudul “Proses Penegakan Hukum” dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Adapun kami membuat makalah ini untuk memenuhi tugas
kelompok dari Ibu Sri Damayanti, M.Si. yang dapat menambah wawasan kami
mengenai “Proses Penegakan Hukum”.
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca makalah ini agar makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 22 September 2021

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2

2.1 Pengertian Penegakan Hukum ........................................................ 2


2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ................ 3
2.3 Penegakan Hukum di Indonesia ...................................................... 5

BAB III PENUTUP ................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 11


3.2 Saran .............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penegakan hukum merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-


keinginan dalam hukum agar menjadi kenyataan dan ditaati oleh masyarakat.
Penegakan hukum dapat di rumuskan sebagai usaha melaksanakan hukum
sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya agar tidak terjadi pelanggaran
dan jika terjadi pelanggaran memulihkan hukum yang di langgar itu supaya di
tegakkan kembali. Penegakan hukum terhadap kejahatan di Indonesia merujuk pada
pendekatan norma hukum yang bersifat menghukum sehingga memberikan efek
jera. Tanpa perasaan tentram maka hasil-hasil pembangunan negara yang
menyangkut berbagai permasalahan akan terasa ada hambatan untuk mencapai
kemajuan yang maksimal karena itu untuk menegakkan hukum dan menjaga
ketenteramannya diperlukan organ yang disebut penegak hukum. Pada dasarnya
semua proses hukum harus berjalan secara fair dan independent, akan tetapi peran
dan pengaruh dari masyarakat tetap tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab,
eksistensi lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya tidak akan kuat
tanpa dukungan dan sokongan moril dari masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian penegakan hukum?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penegakan hukum?
3. Bagaimana proses penegakan hukum di Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penegakan hukum.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
penegakan hukum.
3. Untuk mengetahui proses penegakan hukum di Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penegakan Hukum

Tujuan hukum adalah untuk mewujudkan ketertiban dan keteraturan,


kedamaian serta keadilan. Hukum juga bertujuan untuk mengayomi manusia, yang
tidak hanya melindungi manusia dalam arti pasif, yakni hanya mencegah tindakan
sewenang-wenang dan pelanggaran hak saja, juga meliputi pengertian melindungi
secara aktif, artinya meliputi upaya untuk menciptakan kondisi dan mendorong
manusia untuk selalu memanusiakan diri terus menerus. Secara umum, dapat
dikatakan, bahwa tugas atau fungsinya adalah mengatur hubungan-hubungan
kemasyarakatan antara para warga masyarakat, sehingga terselenggara ketertiban
dan keadilan. Disamping mewujudkan ketertiban dan keadilan, tugas hukum adalah
untuk menciptakan, menegakkan, memelihara dan mempertahankan keamanan dan
ketertiban yang adil.1

Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang


keadilan-keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan.2
Penegakan hukum pidana adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
kedilan dalam hukum pidana dalam kepastian hukum dan kemanfaatan sosial
menjadi kenyataan hukum dalam kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi
kenyataan hukum dalam setiap hubungan hukum.3

1
Maidin Gultom, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan”, (Bandung:
Refika Aditama, 2004), hlm. 87.
2
Satjipto Rahardjo, “Masalah Penegakan Hukum”, (Bandung: Sinar Baru, 1987), hlm. 15.
3
Peter Mahmud, Marzuki, “Pengantar Ilmu Hukum”, (Jakarta: Kencana Prenada, 2012),
hlm. 15.

2
3

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan


manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat
berlangsung jadi secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi karena
pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus
ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.

Dalam penegakan hukum pidana ada 4 (empat) aspek dari perlindungan


masyarakat yang harus mendapat perhatian, yaitu:4

a. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap bantuan anti sosial


yang merugikan dan membahayakan masyarakat.
b. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap sifat bahayanya
seseorang.
c. Masyarakat memerlukan pula perlindungan terhadap penyalahgunaan
sanksi atau reaksi dari penegak hukum maupun warga masyarakat pada
umumnya.
d. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap keseimbangan atau
keselarasan berbagai kepentingan dan nilai yang terganggu sebagai
akibat dari adanya kejahatan.

2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum

Proses penegakan hukum pidana (criminal law enforcement process), saling


berkaitan dengan kriminologi, karena kriminologi dapat memberikan masukan
kepada hukum pidana, berdasarkan ilmu krimonologi itu dapat membantu kepada
penegakan hukum pidana yang sedang di proses di pengadilan.5 Menurut

4
Sudikno Mertokusumo, “Mengenal Hukum Suatu Penganta”r, (Yogyakarta: Liberty,
2005), hlm. 160.
5
Ediwarman, “Penegakan Hukum Pidana Dalam Persfektif Kriminologi”, (Yogyakarta:
Genta Publishing, 2014), hlm. 6.
4

Sutterland, Cressey: Criminology is the body of knowledge regarding crime as a


social phenomenom.

Dalam hal ini, kriminologi merupakan batang tubuh ilmu pengetahuan yang
mengandung pengertian kejahatan sebagai suatu fenomena sosial. Fenomena ini
tergambar di dalam penegakan hukum yang dilakukan oleh aparatur penegak
hukum di mana dalam praktek masih rendahnya komitmen aparatur penegak hukum
dalam memberantas kejahatan sehingga dalam penegakannya selalu terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam penegakan hukum pidana.6

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan


sementara, bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada
faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut, adalah
sebagai berikut7 :

1. Faktor hukum itu sendiri

Semakin baik suatu peraturan hukum yang ada akan semakin


memungkinkan penegakannya. Sebaliknya semakin tidak baik suatu peraturan
hukum akan semakin sukarlah penegakannya. Peraturan yang baik itu adalah
peraturan yang berlaku secara juridis, sosiologis dan filosofis. 8 Oleh karena itu,
suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum
merupakan sesuatu yang dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak
bertentangan dengan hukum.

2. Faktor penegakan hukum

Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum


memainkan peranan penting, jika peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas

6
Ibid, hlm. 6-7.
7
Soejono Soekanto, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum”, (Jakarta:
Rajawali Pers), hlm. 8.
8
Ibid, hlm. 8.
5

kurang baik maka pasti akan timbul masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci
keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari
penegak hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas pendukung

Mencakup perangkat lunak dan perangkat keras, salah satu contoh


perangkat lunak adalah pendidikan. Pendidikan yang diterima oleh polisi, dewasa
ini cenderung pada hal-hal yang praktis konvensional, sehingga dalam banyak hal
ini polisi mengalami hambatan di tujuannya, di antaranya adalah pengetahuan
tentang kejahatan komputer, dalam tindak pidana khusus ini masih diberikan
kepadajJaksa. Hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi dianggap belum
mampu dan belum siap. Walaupun disadari pula bahwa tugas yang diemban polisi
cukup luas dan banyak.

4. Faktor masyarakat

Penegak hukum berasal dari masyakat yang bertujuan untuk mencapai


kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok sedikit
banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul adalah taraf
kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau kurang.
Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salah
satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.

5. Faktor Kebudayaan

Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu begitu sering


membicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto,
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat yaitu, mengatur
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan
menentukan sikapnya jika mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan
demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perilaku yang menetapkan
peraturan apa yang harus dilakukan, danapa yang tidak.
6

2.3. Proses Penegakan Hukum di Indonesia

Pandangan Hans Kelsen, sebagai penggagas teori hukum murni (pure legal
theory, reine rechts lehre) agaknya menjadi patron dari pandangan-pandangan yang
diungkapkan, bahwa hukum harus bebas dari anasir-anasir non hukum, baik itu
anasir sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Penegakan hukum dalam optik
sosiologis pada dasarnya dapat di pahami sebagai sebuah perspektif dalam
menganalisis upaya penegakan hukum itu sendiri. Penegakan hukum merupakan
upaya yang selain bertujuan untuk menegakkan aturan-aturan hukum yang ada, juga
untuk mengupayakan terciptanya ketertiban, keteraturan, keserasian, dan
keselarasan dalam masyarakat. Dengan demikian, penegakan hukum sesungguhnya
bukan hanya untuk menetapkan siapa yang salah dan benar, siapa yang berhak dan
tidak berhak, tetapi juga mengupayakan terciptanya suatu situasi yang seimbang
(homeostatis) di masyarakat. Suatu keharusan bahwa hukum harus ditegakkan demi
terwujud nya keadilan di masyarakat, sehingga hukum ditempatkan pada suatu
kedudukan yang pertama dan utama dalam penyelenggaraan negara. Implikasi dari
kenyataan tersebut adalah munculnya ekspektasi yang demikian tinggi di
masyarakat akan penegakan hukum yang benar-benar bercirikan keadilan. Dalam
benak masyarakat, hukum harus ditegakkan, walau dalam kondisi yang paling sulit
sekalipun, bahkan ketika langit akan runtuh, hukum tetap harus ditegakkan; fiat
justitia ruat caelum. Masyarakat, dengan mengerahkan segala daya dan upayanya.9

Pada dasarnya semua proses hukum harus berjalan secara fair dan
independent, akan tetapi peran dan pengaruh dari masyarakat tetap tidak dapat
diabaikan begitu saja. Sebab, eksistensi lembaga peradilan dan lembaga penegak
hukum lainnya tidak akan kuat tanpa dukungan dan sokongan moril dari
masyarakat. Dapat dibayangkan, betapa sebuah peradilan kehilangan legitimasi dan
kewibawaannya manakala masyarakat justru tidak memberikan dukungan penuh
bagi penyeleng garaan fungsi peradilan yang merdeka dan lepas dari intervensi

9
Suadi Amran, “Sosiologi Hukum”, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2018), hlm. 248.
7

kekuat an nonhukum yang pragmatis. Masyarakat justru mencaci, menghina,


bahkan melecehkan peradilan karena dianggap tidak dapat memenuhi dahaga
keadilan di masyarakat.

Problem mendasar bagi hukum di Indonesia adalah bahwa penegakan


hukum tidak lagi berorientasi pada asas memanusiakan manusia. Lebih jauh,
hukum ditegakkan dalam suatu bangunan logika yang mekanistik, sehingga fungsi
dan peran manusia cenderung tergerus demikian parahnya dalam upaya menafsir
dan menerapkan aturan-aturan hukum. Implikasinya nyata, penegakan hukum yang
dilakukan selama ini belum memberikan sesuatu yang diharapkan masyarakat,
yaitu keadilan.

Persoalan mendasar yang menjadi cacat kronik dalam penegakan hukum


adalah faktor kesadaran yang rendah. Kesadaran yang rendah tidak hanya
menjangkit dalam konstruksi berpikir masyarakat, tetapi juga aparat penegak
hukum itu sendiri.10 Masalah rendahnya kesadaran hukum memang perkara yang
rumit dan akan menemui jalan dengan sejuta kelokan untuk mengupayakan
tumbuhnya kesadaran dimaksud. Peranan pendidikan hukum, baik da lam tataran
formal maupun nonformal sangat krusial, dan menurut penulis, dari sinilah
seharusnya dimulai upaya reformasi penegakan hukum di negara kita.

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh negara dalam menyelesaikan problem


penegakan hukum yang dihadapi sebagai wujud melindungi warga negara:

a. Upaya meningkatkan peran penegak hukum untuk menumbuhkan kesadaran


hukum anggota masyarakat.
Pelaksanaan hukum di dalam masyarakat selain tergantung pada kesadaran
hukum masyarakat juga sangat banyak ditentukan oleh aparat penegak hukum,
oleh karena sering terjadi beberapa peraturan hukum tidak dapat terlaksana
dengan baik oleh karena ada beberapa oknum penegak hukum yang tidak

10
Ibid.
8

melaksanakan suatu ketentuan hukum sebagai mana mestinya. Hal tersebut


disebabkan pelaksanaan oleh penegak hukum itu sendiri yang tidak sesuai dan
merupakan contoh buruk dan dapat menurunkan citra.
Proses Penegakan Hukum di lingkungan Peradilan
Peradilan sebagai salah satu institusi penegak hukum, oleh karenanya
aktivitasnya tidak terlepas dari hukum yang telah dibuat dan disediakan oleh
badan pembuat hukum itu. Dalam hal ini ada perbedaan peradilan dan
pengadilan, peradilan menunjukan kepada proses mengadili, sedangkan
pengadilan adalah merupakan salah satu lembaga dalam proses tersebut,
lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam proses mengadili adalah kepolisian,
kejaksaan dan advokat. Berjalannya proses peradilan tersebut berhubungan erat
dengan substansi yang diadili yaitu berupa perkara perdata atau pidana,
keterlibatan lembaga-lembaga dalam proses peradilan secara penuh hanya
terjadi pada saat mengadili perkara pidana. Dalam perkembangannya
terbentuklah beberapa badan peradilan dalam lingkup Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara,
Pengadilan perpajakan dimana masing-masing mempunyai kewenangan untuk
mengadili perkara sesuai dengan kewenangan masing-masing peradilan
tersebut. Menurut hemat penulis peranan lembaga peradilan dalam
mewujudkan pengadilan yang mandiri, tidak dipengaruhi oleh pihak manapun,
bersih dan profesional belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Hal
tersebut tidak hanya disebabkan oleh: pertama, adanya intervensi dari
pemerintah dan pengaruh dari pihak lain terhadap putusan pengadilan, tetapi
juga karena kualitas profesionalisme, moral dan akhlak aparat penegak hukum
yang masih rendah. Akibatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
peradilan sebagai benteng terakhir untuk mendapatkan keadilan semakin
menurun. Kedua, lemahnya penegakan hukum juga disebabkan oleh kinerja
aparat penegak hukum lainnya seperti Hakim, Polisian, Jaksa, Advokat dan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang belum menunjukan sikap yang
profesional dan integritas moral yang tinggi. Kondisi sarana dan prasarana
9

hukum yang sangat diperlukan oleh aparat penegak hukum juga masih jauh
dari memadai sehingga sangat mempengaruhi pelaksanaan penegakan hukum
untuk berperan secara optimal dan sesuai dengan rasa keadilan di dalam
masyarakat. Sebagai upaya untuk meningkatkan pemberdayaan terhadap
lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya langkahlangkah yang
perlu dilakukan yaitu: pertama, Peningkatan kualitas dan kemampuan aparat
penegak hukum yang lebih profesioanal, berintegritas, berkepribadian, dan
bermoral tinggi. Kedua, Perlu dilakukan perbaikan–perbaikan sistem
perekrutan dan promosi aparat penegak hukum, pendidikan dan pelatihan, serta
mekanisme pengawasan yang lebih memberikan peran serta yang besar kepada
masyarakat terhadap perilaku aparat penegak hukum. Ketiga, Mengupayakan
peningkatan kesejahteraan aparat penegak hukum yang sesuai dengan
pemenuhan kebutuhan hidup.11
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap hukum disebabkan antara lain
karena masih banyaknya kasus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang belum tuntas penyelesaiannya
secara hukum. Dalam rangka memulihkan kembali kepercayaan masyarakat
terhadap hukum, upaya yang harus dilakukan adalah : pertama,
Menginventarisasi dan menindak lanjuti secara hukum berbagai kasus KKN
dan HAM. Kedua, Melakukan pemberdayaan terhadap aparat penegak hukum,
khususnya aparat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan masyarakat. Ketiga,
Pemberian bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu.
b. Upaya Pemberdayaan Lembaga Peradilan dan Lembaga Penegak Hukum
Lainnya.
Negara Indonesia sebagai negara hukum tentang adanya kebebasan
peradilan telah di jamin sebagimana tersebut dalam Undangundang Dasar 1945
hasil Amandemen dan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

11
Bagir Manan,“Penegakan Hukum yg berkeadilan”, (Jakarta : Varia Peradilan No. 245,
2005), hlm. 7.
10

Kekuasaan Kehakiman. Kekuasaan Kehakiman menurut UUD 1945


merupakan kekuasaan yang merdeka yang dilakukan oleh Mahkamah Agung
dan Badan Peradilan dibawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan.
Perubahan UUD Dasar RI 1945 telah membawa perubahan penting terhadap
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman Undangundang Nomor 14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman telah diubah
dengan UU Nomor 35 Tahun 1999 dan kemudian dirubah lagi menjadi UU
Nomor 4 Tahun 2006
Pembicaraan Penegakan hukum dalam kenyataan sehari-hari tampak
bahwa hubungan antara penegakan hukum dan struktur masyarakat
memberikan pengaruh yang kuat terhadap cara-cara penegakan hukum suatu
Negara.12 Indonesia sebagai negara modern tampak dari ciri-cirinya sebagai
berikut :
a) Adanya UUD dalam bentuk yang tertulis.
b) Hukum itu berlaku untuk wilayah Negara.
c) Hukum merupakan sarana yang dipakai secara sadar untuk mewujudkan
keputusankeputusan politik masyarakatnya.
d) Menurut Max Weber cara penegakan hukum pada suatu masa berbeda
dengan masa yang sebelumnya yang tentunya tidak terlepas dari dominasi
yang disebabkan karena keadaan masyarakatnya yang berbeda, dimana
tatanan kehidupan masyarakatnya menurut Hart dalam Satjipto Rahardjo
didasarkan Secondary Rules Obligation di mana masyarakatnya
mempunyai kehidupan yang terbuka, luas, dan komplek seperti saat ini.13

12
Satjipto Rahardjo, “Masalah Penegakan Hukum”, (Bandung : Sinar baru, 1983), hlm. 8.
13
Sanyoto, “Penegakan Hukum di Indonesia”, (Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8, No. 3,
2008).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide
tentang keadilan-keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial
menjadi kenyataan. Lazimnya, penegakan hukum oleh sebagian pihak
dipandang sebagai proses tunggal yang terlepas dari anasir-anasir
nonhukum. Hukum dijalankan pada suatu mekanisme yang independen
sehingga intervensi faktor-faktor nonhukum tidak dibenarkan. Penegakan
hukum dalam optik sosiologis pada dasarnya dapat di pahami sebagai
sebuah perspektif dalam menganalisis upaya penegakan hukum itu sendiri.

3.2. Saran
Agar harkat dan martabat lembaga pengadilan, hakim dan penegak
hukum lainnya, tidak selalu direndahkan dan dapat dipercaya, maka aparat
penegak hukum diharapkan segera meningkatkan profesionalisme dan
segera melakukan reformasi birokrasi secara internal. Khususnya lembaga
pengadilan, yang sangat rentan dan sensitif terhadap protes dan reaksi atas
kinerjanya terutama dalam menangani kasus-kasus penting.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ediwarman. 2014. Penegakan Hukum Pidana Dalam Persfektif Kriminologi. Genta

Publishing: Yogyakarta.

Maidin Gultom. 2004. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan.

Refika Aditama: Bandung.

Manan, Bagir. 2005. Penegakan Hukum yang Berkeadilan. Varia Peradilan No.

245.

Peter Mahmud, Marzuki. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana Prenada:

Jakarta.

Sanyoto. Penegakan Hukum Di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8 No. 3.

Satjipto Rahardjo. 1987. Masalah Penegakan Hukum. Sinar Baru: Bandung.

Soejono Soekanto. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.

Rajawali Pers: Jakarta.

Suadi Amran. 2018. Sosiologi Hukum. Prenadamedia Grup: Jakarta.

Sudikno Mertokusumo. 2005. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty:

Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai