Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nisa Muhfriliani

Nim : 1198030194

Kelas : Sosiologi 5/E

Mata Kuliah : Sosiologi Korupsi

Dosen Pengampu : Drs. Anasis., M.Ag

Korupsi Dalam Perspektif Agama Islam

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti
beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. 1 Ada pula yang menyatakan corruptio
artinya kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. Dalam
istilah politik Bahasa arab, korupsi sering disebut “al-fasad atau riswah”. Tetapi yang lebih
spesifik adalah “ikhtilas atau “nahb al-amwal al-ammah”. Kata Risywah menurut bahasa yaitu:
“pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk mendapatkan sesuatu yang sesuai
dengan kehendaknya.”2

Banyak sekali faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi baik dari pelaku atau dari luar.
Seseorang melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan
yang tidak mampu ditahan atau tidak bisa di raih. Kebanyakan dalam kehidupan masyarakat
yang ada pada dalam faktor ekonomi seperti pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi

1 Anantawikrama. Sosiologi Korupsi: Kajian Multiperspektif, Integralistik, dan Pencegahannya. Jakarta:2010. H.210

2 kamus Al-Mishbahul Munir dan Kitab Al-Muhalla ibnu Hazm


kebutuhan. Pendapatan lainya seperti, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai neegeri
merupakan faktor yang paling menonjol dalam korupsi.

Jenis Tindak Pidana Korupsi Dalam Fiqh Jinayah :

a. Ghulul (Penggelapan)
b. Risywah (Penyuapan)
c. Ghasab (Mengambil Paksa Hak/Harta Orang Lain)
d. Khianat.
e. Sariqah (Pencurian)
f. Hirabah (Perampokan)
g. Al-Maks (Pungutan Liar), Al-Ikhtilas (Pencopetan), dan Al-Ihtihab (Perampasan)

Beberapa nash di dalam Al-Quran dan Sabda Rosulullah mengisyaratkan bahkan menegaskan
bahwa Risywah atau korupsi suatu yang diharamkan di dalam syariat, bahkan termasuk dosa
besar, Allah Swt berfirman:

ََ ‫اْْْ ِم َوأ َ ْْت ُ ْم ت َ ْْلَ ُُو‬ ِ َّ‫اط ِل َوتُدْلُوا بِ َها إِلَى ْال ُح َّك ِام ِلتَأ ْ ُكلُوا فَ ِريقًا ِم ْن أ َ ْم َوا ِل الن‬
ِ ْ ِ‫اِ ب‬ ِ َ‫َو ََل ت َأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬

“Dan janganlah kamu memakan harta sebagian dari kamu dengan jalan yang batil, dan janganlah
kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada
harta benda orang lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqoroh:
188)

Kemudian firman Allah:

ِ ‫َس َُّاعُوََ ِل ْل َك ِذ‬


ِ ‫ب أ َ َّكالُوََ ِلل ُّس ْح‬
‫ت‬

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang
haram” (QS. Al-Maidah; 42)

Dalam hukum positif atau hukum islam, secara umum risywah adalah sesuatu yang dilarang
(haram). Dalam hukum positif, risywah dilarang karena akan merugikan orang lain. misalnya
dalam perkara di pengadilan, salah satu pihak menyuap hakim dengan senjumlah uang yang
cukup besar untuk dimenanggkan kasusnya. Maka ini menjadi haram karena hakim akan
memberikan keputusan yang tidak berdasarkan pada berita acara persidangan yang ada dan akan
menguntungkan pihak yang melakukan suap.

Lalu, bagaimana cara yang dianjurkan agama Islam? Dalam agama Islam cara pertama
adalah teladan pemimpin. Pemberantasan korupsi hanya akan berhasil bila para pemimpin,
terlebih pemimpin tertinggi, dalam sebuah negara bersih dari korupsi. Dengan takwanya, seorang
pemimpin melaksakan tugasnya dengan penuh amanah. Dengan takwanya pula, ia takut
melakukan penyimpangan, karena meski ia bisa melakukan kolusi dengan pejabat lain untuk
menutup kejahatannya, Allah SWT pasti melihat semuanya dan di akhirat pasti akan dimintai
pertanggungjawaban. hukuman setimpal. Pada galibnya (umumnya), orang akan takut menerima
risiko yang akan mencelakakan dirinya, termasuk bila ditetapkan hukuman setimpal kepada para
koruptor. Berfungsi sebagai pencegah (zawajir), hukuman setimpal atas koruptor diharapkan
membuat orang jera dan kapok melakukan korupsi. Dalam Islam, koruptor dikenai hukuman
ta’zir berupa tasyhir atau pewartaan (dulu dengan diarak keliling kota, sekarang mungkin bisa
ditayangkan di televisi seperti yang pernah dilakukan), penyitaan harta dan hukuman kurungan,
bahkan sampai hukuman mati. Kedua, hukuman setimpal. Pada galibnya (umumnya), orang akan
takut menerima risiko yang akan mencelakakan dirinya, termasuk bila ditetapkan hukuman
setimpal kepada para koruptor. Berfungsi sebagai pencegah (zawajir), hukuman setimpal atas
koruptor diharapkan membuat orang jera dan kapok melakukan korupsi. Dalam Islam, koruptor
dikenai hukuman ta’zir berupa tasyhir atau pewartaan (dulu dengan diarak keliling kota,
sekarang mungkin bisa ditayangkan di televisi seperti yang pernah dilakukan), penyitaan harta
dan hukuman kurungan penjara, bahkan sampai hukuman mati (menurut syariat Islam). 3

3 https://akuratnews.com/solusi-islam-dalam-memberantas-korupsi/

Anda mungkin juga menyukai