Anda di halaman 1dari 4

Nama : Cut Fauziah Dhanty Kelas : S6A

NPM : 201914500106 Prodi : Pendidikan Ekonomi

1. bagaimana pandangan islam tentang perilaku korupsi? sebutkan satu dalil!

Perbuatan korupsi dalam konteks agama Islam sama dengan fasad, yakni perbuatan yang
merusak tatanan kehidupan yang pelakunya dikategorikan melakukan Jinayaat al-kubra
(dosa besar). Jinayah adalah sebuah tindakan atau perbuatan seseorang yang mengancam
keselamatan fisik dan tubuh manusia serta berpotensi menimbulkan kerugian pada harga
diri dan harta kekayaan manusia sehingga tindakan atau perbuatan itu dianggap haram
untuk dilakukan bahkan pelakunya harus dikenai sanksi hukum, baik diberikan di dunia
maupun hukuman Allah kelak di akhirat. Korupsi dalam Islam adalah perbuatan melanggar
syariat.

Dalil :

َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َّ َ ُ ّٰ َ ُ َّ ُ َ ٰ ْ َ َ َّ َ َ ْ ُ ُ َ ‫َ َ َ َ َ ي‬
َ‫ل ُيظل ُمون‬
َ َ‫ف كلَ نفسَ ما كسبتَ وهم‬
َ ‫م تو‬
َ ‫ل يو َم ال ِقيم َِةَۚ ث‬ َ ِ ‫ن َّيغللَ َيأ‬
َ ‫ت َِبما غ‬ ََّ ‫ب انَ َّيغ‬
َ ‫ل َۗ َو َم‬ َ ِ ِ ‫ان ِلن‬
َ ‫وما ك‬

Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).
Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi. ( QS. Ali 'Imran Ayat 161 )

2. apakah korupsi selalu terkait dengan uang? jelaskan!


Tidak Juga. Berdasarkan hadits-hadits dari Rasulullah maka yang termasuk Al-ghulul,
adalah sebagai berikut:

a. Larangan Mengambil yang bukan haknya meskipun seutas benang dan sebuah jarum
NabiَMuhammadَSawَpernahَbersabda,”Serahkanlahَbenangَdanَjarum.َHindarilahَAl-
ghulul, sebab ia akan mempermalukan orang yang melakukannya pada hari kiamat
kelak”. Beginilah anjuran dari Rasulullah, melarang mengambil sesuatu yang bukan
haknya walaupun hanya seutas benang dan sebuah jarum.
b. Bagikan segala sesuatu kepada yang berhak
menyatakan bahwa nabi tidaklah berbuat curang dengan pembagian harta rampasan
perang dan sekali-kali tidaklah nabi akan menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan
diri beliau sendiri.
c. Larangan untuk mengambil sesuatu tanpa izin dari yang berhak
BersumberَdariَMu’adzَbinَJabalَyangَberkata,َ“RasulullahَSawَtelah mengutus saya
ke Negeri Yaman. Ketika saya baru berangkat, ia mengirim seseorang untuk memanggil
sayaَkembali,َmakaَsayaَpunَkembali.”َNabiَbersabda,َ“Apakahَengkauَmengetahuiَ
mengapa saya mengirim orang untuk menyuruhmu kembali? Janganlah kamu
mengambil sesuatu apa pun tanpa izin saya, karena hal itu adalah Ghulul (korupsi).
Barang siapa melakukan ghulul, ia akan membawa barang ghulul itu pada hari kiamat.
Untukَ ituَ sayaَ memanggilmu,َ danَ sekarangَ berangkatlahَ untukَ tugasmu.”َ (HR.َ At-
Tirmidzi).
d. Larangan Pejabat Publik untuk mengambil semua kekayaan publik secara tidak sah
Hadits ini menunjukkan bahwa pengertian ghulul tidak terbatas pada lingkup korupsi
harta rampasan perang saja, melainkan mencakup semua kekayaan publik, yang
diambil seorang pejabat secara tidak sah. Seperti tertuang dalam peringatan Rasulullah
Sawَ kepadaَMu’adzَ yangَ diangkatَ menjadiَ Gubernurَ Yaman,َ agarَ tidakَ mengambilَ
sesuatu apa pun dari kekayaan negara yang ada di bawah kekuasaannya tanpa izin
Rasulullah. Jika hal ini tetap dilakukan maka ia melakukan tindakan korupsi.

3. berikan analisis anda, apa yg menyebabkan korupsi merajalela di indonesia?


Ketika perilaku konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih bertujuan pada
materi, maka hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya permainan uang dan
merupakan penyebab korupsi. Jika dilihat dari faktor internal dan eksternal maka
penyebab korupsi merajalela di Indonesia yaitu sebagai berikut :
A. Faktor Internal
Aspek Perilaku. Aspek perilaku penyebab korupsi di Indonesia adalah
• sifat tamak atau rakus. Korupsi yang dilakukan bukan karena kebutuhan primer
atau kebutuhan pangan. Pelakunya adalah orang yang berkecukupan, tetapi
memiliki sifat tamak, rakus, mempunyai hasrat memperkaya diri sendiri. Unsur
penyebab tindak korupsi berasal dari dalam diri sendiri yaitu sifat tamak/rakus.
• moral yang kurang kuat. Orang yang moralnya kurang kuat mudah tergoda
untuk melakukan tindak korupsi. Godaan bisa datang dari berbagai pengaruh
di sekelilingnya, seperti atasan, rekan kerja, bawahan, atau pihak lain yang
memberi kesempatan.
• gaya hidup yang konsumtif. Perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan
pendapatan yang sesuai, menciptakan peluang bagi seseorang untuk
melakukan tindak korupsi.

Aspek Sosial

Keluarga dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku korup atau


penyebab korupsi di Indonesia. Menurut kaum bahviouris, lingkungan keluarga
justru dapat menjadi pendorong seseorang bertindak korupsi, mengalahkan sifat
baik yang sebenarnya telah menjadi karakter pribadinya. Lingkungan justru
memberi dorongan, bukan hukuman atas tindakan koruptif seseorang.

B. Faktor Eksternal
• Hukum
Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah.
Penyebab korupsi di Indonesia ini meliputi hukum yang tidak dijalankan sesuai
prosedur yang benar, aparat mudah disogok sehingga pelanggaran sangat
mudah dilakukan oleh masyarakat.
• Politik
Monopoli kekuasaan merupakan penyebab korupsi di Indonesia, karena tidak
adanya kontrol oleh lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat. Faktor
yang sangat dekat dengan terjadinya korupsi adalah budaya penyalahgunaan
wewenang yang berlebih dalam hal ini terjadinya KKN.
• Sosial
Lingkungan sosial dapat menjadi penyebab korupsi di Indonesia atau
mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi. Korupsi merupakan
budaya dari pejabat lokal dan adanya tradisi memberi yang disalahgunakan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab

Penyebab Korupsi dari Sikap Masyarakat


Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk menjadi penyebab
korupsi di Indonesia. Misalnya masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan
yang dimilikinya. Akibatnya masyarakat menjadi tidak kritis terhadap kondisi,
seperti dari mana kekayaan itu berasal

4. hukuman apa yg pantas di berikan bagi koruptor menurut hukum islam?


Regulasi Hukum Pidana Islam menempatkan korupsi dalam kategori jarimah takzir atau
merupakan sanksi hukum yang diberlakukan kepada seseorang pelaku jarimah atau tindak
pidana yang melakukan pelanggaran-pelanggaran baik berkaitan dengan hak Allah swt
maupun hak manusia, Pelanggaran-pelanggaran tersebut tidak ditentukan secara tegas
bentuk sanksinya di dalam nash Al-Quran dan hadist, oleh karena tidak ditentukan secara
tegas maka takzir menjadi kompetensi hakim atau penguasa setempat. Sanksi hukum
takzir dapat berupa hukuman penjara, hukuman denda, masuk dalam daftar orang tercela,
hukum pemecatan, bahkan hukuman mati.
Dalam hukum pidana islam hukuman yang dijatuhkan sesuai dengan tingkatan korupsi
yang dilakukan yang dapat berupa hukuman penjara, hukuman denda, masuk dalam daftar
orang tercela, hukum pemecatan, hukum potong tangan bahkan sampai hukuman mati.
Melalui ijtihad hakim, untuk menentukan apakah kejahatan yang telah dilakukan itu
termasuk dalam kategori hudud atau bukan. Selain menilai dari sisi kejahatan yang telah
dilakukan oleh terpidana, hakim juga harus melihat tujuan agama atas penetapan
hukuman itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai