Perbuatan korupsi dalam konteks agama Islam sama dengan fasad, yakni perbuatan yang
merusak tatanan kehidupan yang pelakunya dikategorikan melakukan Jinayaat al-kubra
(dosa besar). Jinayah adalah sebuah tindakan atau perbuatan seseorang yang mengancam
keselamatan fisik dan tubuh manusia serta berpotensi menimbulkan kerugian pada harga
diri dan harta kekayaan manusia sehingga tindakan atau perbuatan itu dianggap haram
untuk dilakukan bahkan pelakunya harus dikenai sanksi hukum, baik diberikan di dunia
maupun hukuman Allah kelak di akhirat. Korupsi dalam Islam adalah perbuatan melanggar
syariat.
Dalil :
َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َّ َ ُ ّٰ َ ُ َّ ُ َ ٰ ْ َ َ َّ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ي
َل ُيظل ُمون
َ َف كلَ نفسَ ما كسبتَ وهم
َ م تو
َ ل يو َم ال ِقيم َِةَۚ ث َ ِ ن َّيغللَ َيأ
َ ت َِبما غ ََّ ب انَ َّيغ
َ ل َۗ َو َم َ ِ ِ ان ِلن
َ وما ك
Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).
Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi. ( QS. Ali 'Imran Ayat 161 )
a. Larangan Mengambil yang bukan haknya meskipun seutas benang dan sebuah jarum
NabiَMuhammadَSawَpernahَbersabda,”Serahkanlahَbenangَdanَjarum.َHindarilahَAl-
ghulul, sebab ia akan mempermalukan orang yang melakukannya pada hari kiamat
kelak”. Beginilah anjuran dari Rasulullah, melarang mengambil sesuatu yang bukan
haknya walaupun hanya seutas benang dan sebuah jarum.
b. Bagikan segala sesuatu kepada yang berhak
menyatakan bahwa nabi tidaklah berbuat curang dengan pembagian harta rampasan
perang dan sekali-kali tidaklah nabi akan menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan
diri beliau sendiri.
c. Larangan untuk mengambil sesuatu tanpa izin dari yang berhak
BersumberَdariَMu’adzَbinَJabalَyangَberkata,َ“RasulullahَSawَtelah mengutus saya
ke Negeri Yaman. Ketika saya baru berangkat, ia mengirim seseorang untuk memanggil
sayaَkembali,َmakaَsayaَpunَkembali.”َNabiَbersabda,َ“Apakahَengkauَmengetahuiَ
mengapa saya mengirim orang untuk menyuruhmu kembali? Janganlah kamu
mengambil sesuatu apa pun tanpa izin saya, karena hal itu adalah Ghulul (korupsi).
Barang siapa melakukan ghulul, ia akan membawa barang ghulul itu pada hari kiamat.
Untukَ ituَ sayaَ memanggilmu,َ danَ sekarangَ berangkatlahَ untukَ tugasmu.”َ (HR.َ At-
Tirmidzi).
d. Larangan Pejabat Publik untuk mengambil semua kekayaan publik secara tidak sah
Hadits ini menunjukkan bahwa pengertian ghulul tidak terbatas pada lingkup korupsi
harta rampasan perang saja, melainkan mencakup semua kekayaan publik, yang
diambil seorang pejabat secara tidak sah. Seperti tertuang dalam peringatan Rasulullah
Sawَ kepadaَMu’adzَ yangَ diangkatَ menjadiَ Gubernurَ Yaman,َ agarَ tidakَ mengambilَ
sesuatu apa pun dari kekayaan negara yang ada di bawah kekuasaannya tanpa izin
Rasulullah. Jika hal ini tetap dilakukan maka ia melakukan tindakan korupsi.
Aspek Sosial
B. Faktor Eksternal
• Hukum
Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah.
Penyebab korupsi di Indonesia ini meliputi hukum yang tidak dijalankan sesuai
prosedur yang benar, aparat mudah disogok sehingga pelanggaran sangat
mudah dilakukan oleh masyarakat.
• Politik
Monopoli kekuasaan merupakan penyebab korupsi di Indonesia, karena tidak
adanya kontrol oleh lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat. Faktor
yang sangat dekat dengan terjadinya korupsi adalah budaya penyalahgunaan
wewenang yang berlebih dalam hal ini terjadinya KKN.
• Sosial
Lingkungan sosial dapat menjadi penyebab korupsi di Indonesia atau
mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi. Korupsi merupakan
budaya dari pejabat lokal dan adanya tradisi memberi yang disalahgunakan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab