Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA ISLAM

KORUPSI DAN PENCEGAHANNYA DALAM ISLAM


KELOMPOK 9

Alghaisani Aurellia 205010107111107


Nadia Ayu Andhara 205010101111097
Nadhila Qisthy 205010101111100
Najwa Putri Islamay 205010101111094

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA


MALANG 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan tema “Korupsi dan Pencegahannya
Dalam Islam”

Penyusunan makalah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari banyak


pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka
menyelesaikan makalah ini. Terima kasih untuk Bapak Dosen, Ketua Kelas, dan teman teman
sekelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya.
Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya.

Malang, 16 Oktober 2020

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………..……………………2
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………….......
……………..3
1.1. LATAR BELAKANG……………………...…………………….......…………...………3
1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………….....……………
4
1.3. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………..4

BAB 2 PEMBAHASAN ...………………………………………………….......


……………..5
2.1. MEMAHAMI PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI…………………………5
2.2. BENTUK TINDAKAN
KORUPSI……………………………………………………….6
2.3. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI……………………………………………………….7
2.4. DAMPAK DESTRUKTIF DARI PELAKU
KORUPSI………………………………….8
2.5. PANDANGAN ISLAM TENTANG
KORUPSI………………………………………….9
2.6. HUKUMAN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI………………………………
10
2.7. PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI………………………
11

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………13
3.1. KESIMPULAN……………………………………………………………………….…13
3.2. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
14

2|Page
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Saat ini, korupsi di Indonesia bisa dikatakan sudah menjadi budaya dari mulai tingkat
rendah sampai tinggi. Bahkan, Indonesia sudah menjadi salah satu negara terkorup di dunia
yang tentunya sangat memilukan. Meskipun saat ini sudah didirikan lembaga anti korupsi
yang baru yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK yang secara gencar memberantas
para koruptor, akan tetapi korupsi yang sudah berubah menjadi budaya ini terasa sangat sulit
untuk dihentikan dan diberantas. Allah telah menetapkan bahagian rizki untuk seluruh
makhluqNya, dan bersamaan dengan itu memerintahkan juga untuk mencari rizki dari jalan
yang halal lagi baik. Allah Ta’ala berfirman,

َ ْ‫هُ َو الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم األَر‬


‫ض َذلُواًل فَا ْم ُشوا فِي َمنَا ِكبِهَا َو ُكلُوا ِم ْن ِر ْزقِ ِه َوإِلَ ْي ِه النُّ ُشو ُر‬

“Dialah Yang menjadikan bumi itu tunduk bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk : 15)

Namun di sisi lain, umat ini telah dijangkiti sebuah penyakit yang menggerogoti
amanah, yaitu korupsi. Akibatnya, sebagaimana diungkapkan oleh Syaikh Shalih ibn Humaid
imam Masjidil Haram, “Orang yang jujur pun akhirnya tak bisa memperoleh haknya kecuali
dengan memberikan hartanya atau memberikan suatu manfaat kepada yang berwenang, dan
orang yang zhalim tidak hilang kezhalimannya sampai ia menolak uang sogokannya”

Agama Islam sendiri juga membagi istilah korupsi dalam beberapa dimensi yakni
risywah atau suap, saraqah atau pencurian, al gasysy atau penipuan dan juga khianat atau
penghianatan. Korupsi dalam dimensi suap atau risywah di dalam pandangan hukum Islam
adalah perbuatan yang tercela dan juga menjadi dosa besar dan Allah sendiri juga
melaknatnya. Saraqah atau pencurian dilihat dari etimologinya memiliki arti melakukan
sebuah tindakan pada orang lain dengan cara sembunyi. Namun menurut Abdul Qadir
‘Awdah pencurian diartikan sebagai tindakan mengambil harta orang lain dalam keadaan
sembunyi-sembunyi dalam arti tidak diketahui pemiliknya.

3|Page
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara memahami pandangan islam tentag korupsi?
2. Apa saja bentuk tindakan korupsi?
3. Apa saja faktor penyebab korupsi?
4. Apa dampak destruktif dari pelaku korupsi?
5. Apa saja hukuman dan upaya pencegahan korupsi?
6. Apa saja peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk memahami pandangan islam tentag korupsi
2. Untuk mengetahui bentuk bentuk tindakan korupsi
3. Untuk mengetahui faktor faktor penyebab korupsi
4. Untuk mengetahui dampak destruktif dari pelaku korupsi
5. Untuk mengetahui apa saja hukuman dan upaya pencegahan korupsi
6. Untuk mengetahui apa saja peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi

4|Page
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. MEMAHAMI PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI


Pengertian korupsi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penyelewengan
atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi
atau orang lain. Sedangkan pengertian mengorupsi sendiri adalah sebuah kegiatan
menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan sebagainya). Dalam istilah politik Bahasa
arab, korupsi sering disebut “al-fasad atau riswah”. Tetapi yang lebih spesifik adalah “ikhtilas
atau “nahb al-amwal al-ammah”.
Korupsi dalam islam terdapat pengungkapan “ghulul” dan “akhdul amwal bil bathil”,
sebagaimana disebutkan oleh al-qur’an dalam surat al-baqarah:188.

َ‫اس با ِ ِال ِثم َوأَنتُم تَعلَ ُمون‬


ِ َّ‫َواَل تَأ ُكلُو أم َوالَ ُكم بِالبَا ِط ِل َوتُدلُوا بِهَا إِل َي ال ُح َّك ِام لِتَأ ُكلُوا فَ ِريقًا ِمن أَمواَ ِل الن‬
“dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui”.
Dalam hadist ubadah bin ash shamit radhiyallahu anhu, bahwa nabi SAW bersabda
yang artinya: “......(karena) sesunggunhya ghulul (korupsi) itu adalah kehinaan, aib dan api
neraka bagi pelakunya.”
Maka dari itu, disini dalam kehidupan dalam bidang apapun, baik berkeluarga,
bermasyarakat, hingga bernegara, sangat membutuhkan islam sebagai pegangan atau
pedoman dalam melakukan sesuatu. Hal ini sebagai pengingat bahwa Allah lebih berkuasa
atas segalanya sehingga menumbuhkan rasa takut dalam diri suatu individu dan kita semua
akan tetap berada dijalan Allah. Konsep islam juga bersifat totalitas dan komprehensif, tak
boleh dipilah-pilah seperti yang dilakukan kebanyakan pada zaman sekarang. Mengambil
sebagian dan membuang bagian lainnya, adalah sikap yang tercela  dalam pandangan islam
sebagaimana disebutkan dalam surat al-baqoroh:85.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akan arti kesucian, sehingga sangatlah
rasional jika memelihara keselamatan (kesucian) harta termasuk menjadi tujuan pokok
hukum (pidana) islam. Karena mengingat harta mempunyai dua dimensi, yakni dimensi halal

5|Page
dan dimensi haram. Perilaku korupsi adalah masuk pada dimensi haram Karena korupsi
menghalalkan sesuatu yang haram, dan korupsi merupakan wujud manusia yang tidak
memanfaatkan keluasan dalam memperoleh rezeki Allah SWT. Dan islam membagi istilah
korupsi kedalam beberapa dimensi. Yaitu risywah (suap), saraqah (pencurian) al gasysy
(penipuan) dan khianat (penghianatan). Yang pertama, korupsi dalam dimensi suap (risywah)
dalam pandangan hukum islam merupakan perbuatan tercela dan juga merupakan dosa besar
serta Allah sangat melaknatnya. Islam tidak menentukan apa hukuman bagi pelaku suap, akan
tetapi menurut fuquha bagi pelaku suap-menyuap ancaman hukumannya berupa hukuman
ta’zir yang disesuikan dengan peran masing-masing dalam kejahatan.yang kedua, korupsi
dalam dimensi pencurian (saraqah), yang berarti mengambil harta orang lain dalam keadaan
sembunyi-sembunyi, artinya mengambil tanpa sepengetahuan pemiliknya, jadi saraqah adalah
mengambil barang orang lain dengan cara melawan hukum atau melawan hak dan tanpa
sepengetahuan pemiliknya.
Allah Swt, juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS Al-Shaff [61]:2-3).
Dan seperti yang kita tahu bahwa para koruptor sebelum menjabat pun pasti
mengungkapkan visi misi yang menjanjikan agar menarik perhatian para masyarakat. Namun
pada akhirnya, janji itu hanyalah janji palsu. Allah sangat membeci orang-orang yang gemar
mengungkapkan janji palsu. Lebih baik jika belum menyanggupi sesuatu yang tidak dapat
kita kerjakan, janganlah kamu terburu untuk mengungkapkan janji.
Dituturkan dari Ibn Mas’ud r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah Saw.
Bersabda, “Sungguh, berkata benar mengantarkan pada kebajikan dan kebajikan
mengantarkan ke surge. Orang yang jujur akan senantiasa berkata benar, sehingga dia ditulis
di sisi Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. Dan, sungguh, berdusta mengantarkan
pada kejahatan dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Orang yang berdusta akan senantiasa
berbohong, sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.”
(Hadis ini dituturkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

2.2. BENTUK TINDAKAN KORUPSI


Didalam konsep keislaman korupsi mempunyai tiga istilah yang paling popular yaitu:

 Al-rishwah (suap menyuap atau gratifikasi)


 Al-shut (gratifikasi atau suap)
 Al-ghul (menyembunyikan sesuatu yang bukan haknya)
 Islam memberi peringatan dan melaknat siapa saja yang meakukan tiga perbuatan
diatas.Islam adalah agama yang peka terhadap isu korupsi.Al-qur'an dan Hadist telah dengan
gambling menjelaskan,memberi peringatan dan memberi gambaran hukuman menyangkut
bahaya korupsi dan implikasinya bagi umat manusia. Islam,dengan demikian, adalah agama
antikorupsi.

6|Page
      Menurut Choesnon sebagaiman dikutip oleh Alkostar korupsi dibagi menjadi tiga jenis:    

 Korupsi jenis halus, yaitu korupsi yang lazim disebut sebagai uang siluman, uang jasa
gelap, komisi gelap, pungutan liat,dan sebagainya. Tindak kejahatan seperti ini boleh
dikatakan tidak termasuk oleh sanksi hukum positif.
 Korupsi jenis kasar, yaitu korupsi yang masih dapat dijerat oleh hukum kebetulan
tertangkap basah. Walaupun demikian, masih saja dapat lupa dari jeratan hukum karena
faktor "ada main", yaitu faktor tahu sama tahu yang saling menguntungkan.
 Korupsi bersifat administratif manipulatif, yaitu jenis korupsi yang bersifat sukar
untuk diteliti. Seperti ongkor perjalanan dinas yang sebenarnya sepenuhnya digunakan atau
penggunaan biaya yang bersifat menipu lainnya.

2.3. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI


Faktor Internal, merupakan faktor pendorong korupsi yang berasal dari dalam diri
setiap individu. Faktor internal dapat diperinci menjadi:

a) Sifat tamak/rakus manusia. Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap
individu. Hal itu terjadi ketika seseorang mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri dan
tidak pernah merasa puas terhadap apa yang telah dimiliki

b) Gaya hidup konsumtif. Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar
merupakan hal yang sering mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena itu,
apabila Perilaku konsumtif tidak di imbangi dengan pendapatan yang memadai,maka hal
tersebut akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan demi
memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

c) Moral yang kurang kuat. Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah
tergoda untuk melakukan tindakan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.

Faktor Eksternal, merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi yang berasal


dari luar diri pelaku. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Faktor Politik. Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi intrabilitas politik atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk
mempertahankan kekuasaannya.

2. Faktor Hukum. Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu
sisi dari aspek perundang – undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum.  Hal lain
yang menjadikan hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi hukum,

7|Page
mudah ditemukan aturan – aturan yang diskrimatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas
dan tegas sehingga menumbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan overlapping
dengan aturan lain.

3.Faktor Ekonomi. Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.
Hal itu dapat dilihat ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, maka seseorang akan mudah untuk melakukan tindakan korupsi demi
terpenuhinya semua kebutuhan.

4. Faktor Organisasi. Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, tidak
hanya organisasi yang ada dalam suatu lembaga, tetapi juga sistem pengorganisasian yang
ada didalam lingkungan masyarakat. 

2.4. DAMPAK DESTRUKTIF DARI PELAKU KORUPSI


1. Kesengsaraan dan kekurangan

Secara bahasa ad dhurru ialah lawan dari an naf’u, kemanfaatan, yaitu kondisi yang buruk
dan menimbulkan kesengsaraan. Allah Ta’ala berfirman :

‫قَالُوا ٰيَأَيُّهَا ْٱل َع ِزي ُز َم َّسنَا َوأَ ْهلَنَا ٱلضُّ ّر‬

“Mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata (kepada Yusuf ‘alaihissalam) : “Hai Al Aziz,


kami dan keluarga kami telah ditimpa ad dhurr (yaitu kesengsaraan)” (QS. Yusuf : 88)
Sedangkan ad dharar, ialah an nuqshaan, kekurangan, misalnya kekurangan dalam harta dan
sebagainya. Sehingga dapat dikatakan, korupsi termasuk dalam kedua definisi baik dharar
maupun dhirar, karena dampaknya yang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat luas, baik
akibat pengambilan anggaran yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat,
maupun faktor lainnya seperti berkurangnya kualitas pembangunan akibat korupsi yang
dilakukan oleh pelaksana.

2. Kerugian baik yang menguntungkan atau tidak

Sebagian ulama mengatakan, “Dharar ialah apa yang membahayakan korbannya, sementara
engkau memperoleh keuntungan darinya. Adapun dhirar, apa yang membahayakan
korbannya, namun engkau tidak mendapat manfaat darinya.”[3] Oleh karena itu korupsi dari
tinjauan ini masuk dalam kategori dharar karena pihak yang melakukan korupsi pasti
mendapat keuntungan dan hasil dari yang ia korupsi, baik berupa harta maupun manfaat
lainnya. Wallahu a’lam.

3. Kerugian yang disengaja atau tidak

Syaikh Muhammad ibn Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

8|Page
:‫ مثال ذلك‬.‫ ولهذا جاءت بصيغة المفاعلة‬،‫ والمضارة بقصد‬،‫ أن الضرر يحصل بدون قصد‬: ‫والفرق بين الضرر والضرار‬
‫ مثال‬.‫ فهذا نسمية ضررا‬،‫ لكنه لم يعلم‬،‫ وإذا بالماء يدخل على جاره ويفسد عليه‬،‫رجل له جار وعنده شجرة يسقيها كل يوم‬
‫ فركب موتورا له صوت كصوت الدركتر عند جدار‬،‫ ألفعلن به ما يضره‬:‫ فقال‬،‫ رجل بينه وبين جاره سوء تفاهم‬:‫آخر‬
‫ وأما الضرر فإنه إذا‬،‫ المضار ال يرفع ضرره إذا تبين له بل هو قاصده‬.‫ فهذا نقول مضار‬،‫جاره وقصده اإلضرار بجاره‬
‫تبين لمن وقع منه الضرر رفعه‬

“Perbedaan antara ad dharar dan ad dhirar adalah : dharar terjadi tanpa sengaja, sedangkan
dhirar/mudharat terjadi dengan sengaja, oleh karena itu wazannya mufaa’alah. Contoh :
seorang memiliki tetangga yang memelihara pohon, disirami tiap hari. Terkadang airnya
masuk ke tetangga dan merugikannya tanpa ia ketahui. Ini kita sebut ad dharar.

Contoh berikutnya : seorang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan tetangganya. Ia
berkata, “Sungguh akan aku ganggu dia”. Ia pun menyalakan motornya yang suaranya seperti
traktor, di sebelah tembok tetangganya dengan maksud mengganggunya. Ini dhirar/mudharat.

Bahaya atau gangguan dari mudharat tidak hilang setelah dijelaskan duduk perkaranya,
bahkan dilakukannya dengan sengaja. Adapun dharar setelah dijelaskan, hilanglah
gangguannya.” –selesai nukilan dari Syarh Arba’in An Nawawiyah-

Dari sisi ini, korupsi memiliki dampak tidak langsung dan dampak langsung, dampak yang
disengaja maupun dampak turunan yang pada awalnya bisa jadi tidak terlintas dalam benak
koruptor. Sebagai contoh apabila kontraktor melakukan korupsi pada proyek perbaikan jalan,
dengan cara mengurangi ketebalan jalan dan menurunkan spesifikasi aspal dari sisi kualitas.
Secara langsung, kerugian yang diterima oleh pemilik proyek/pemerintah adalah tidak
mendapatkan jalan yang sesuai dengan anggaran yang telah dibayarkan, akibat dari adanya
pencurian anggaran oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Hal ini berakibat langsung
berupa kerugian finansial bagi pemilik proyek. Namun dampak tidak langsung yang
diakibatkan dari korupsi ini amatlah besar, pengguna jalan akan merasakan gangguan berupa
jalan yang berlubang, terkelupas, kasar, akibat spesifikasi yang dengan sengaja diturunkan
oleh si kontraktor. Oleh karena itu, dampak jangka panjang dari korupsi sangat merusak dan
termasuk kategori dosa jariyah yang akan ditanggung oleh si koruptor. Bagaimana tidak?
Setiap ada seseorang yang melewati jalan tersebut dan merasa terzhalimi dengan kualitas
jalan yang tidak semestinya, dosanya akan mengalir kepada kontraktor tersebut.
Wal’iyadzubillah.

َ‫َولَيَحْ ِملُ َّن أَ ْثقَالَهُ ْم َوأَ ْثقَاال َم َع أَ ْثقَالِ ِه ْم َولَيُسْأَلُ َّن يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َع َّما َكانُوا يَ ْفتَرُون‬

“Dan mereka benar-benar akan memikul dosa-dosa mereka sendiri, dan dosa-dosa yang lain
bersama dosa mereka, dan pada hari Kiamat mereka pasti akan ditanya tentang kebohongan
yang selalu mereka ada-adakan” (QS. Al Ankabut : 13)

2.5. PANDANGAN ISLAM TENTANG KORUPSI

9|Page
Allah Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan. (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS Al-Shaff [61]:2-3).
Dan seperti yang kita tahu bahwa para koruptor sebelum menjabat pun pasti
mengungkapkan visi misi yang menjanjikan agar menarik perhatian para masyarakat. Namun
pada akhirnya, janji itu hanyalah janji palsu. Allah sangat membeci orang-orang yang gemar
mengungkapkan janji palsu. Lebih baik jika belum menyanggupi sesuatu yang tidak dapat
kita kerjakan, janganlah kamu terburu untuk mengungkapkan janji.
Dituturkan dari Ibn Mas’ud r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah Saw.
Bersabda, “Sungguh, berkata benar mengantarkan pada kebajikan dan kebajikan
mengantarkan ke surge. Orang yang jujur akan senantiasa berkata benar, sehingga dia ditulis
di sisi Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. Dan, sungguh, berdusta mengantarkan
pada kejahatan dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Orang yang berdusta akan senantiasa
berbohong, sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.”
Dalam hukum Islam disyariatkan Allah SWT demi kemaslahatan manusia dan
diantara kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam syariat hukum tersebut adalah harta
yang terpelihara dari pemindahan hak milik yang tidak menurut dengan prosedur hukum dan
juga dari pemanfaatannya yang tidak sejalan dengan kehendak Allah SWT. Karena itulah,
larangan merampas, mencuri, mencopet dan lainnya menjadi pemeliharaan keamanan harta
dari kepemilikan yang tidak sah. Larangan memakainya sebagai taruhan judi dan juga
memberikan pada orang lain yang diyakini akan dipakai untuk perbuatan yang maksiat, sebab
penggunaan yang tidak sesuai dengan jalan Allah SWT jadikan kemaslahatan yang dituju
menjadi tidak tercapai. Ulama fikih juga sepaham dan berkata jika perbuatan korupsi
merupakan haram dan juga terlarang sebab menjadi hal yang bertentangan dengan maqasid
asy-syariah.

2.6. HUKUMAN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI


Dasar yang menjadi penguat pendapat ulama fikih ini diantaranya adalah firman dari
Allah SWT sendiri, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) hartamu itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188).
Dalam ayat tersebut juga tertulis larangan mengambil harta orang lain yang didapat
dengan cara batil seperti menipu, mencuri dan juga korupsi. Harta yang didapat dari hasil
korupsi juga bisa diartikan menjadi harta kekayaan yang didapat dengan cara riba, sebab
kedua cara ini sama – sama berbentuk ilegal. Jika memakan harta yang diperoleh secara riba
itu diharamkan (QS. Ali Imran: 130).
Para ulama juga menggunakan kaidah fikih yang memperlihatkan keharaman dalam
memakai harta korupsi yakni “apa yang diharamkan mengambilnya, maka haram juga untuk
memberikan atau memanfaatkannya.”

10 | P a g e
Seperti yang juga sudah ditegaskan Imam Ahmad bin Hanbal, selama sebuah
perbuatan dipandang sebagai hal yang haram, maka selama itu juga diharamkan untuk
menggunakan hasil dari cara tersebut. Namun, jika perbuatannya sudah tidak dikatakan
haram, maka hasilnya bisa digunakan.
Selama hasil dari perbuatan diharamkan untuk menggunakannya, maka selama itu
juga pelaku akan diharuskan untuk mengembalikan pada pemilik harta yang sah. Apabila
ulama fikih sepakat untuk mengharamkan menggunakan harta kekayaan yang didapat dengan
cara korupsi, maka mereka berbeda pendapat mengenai akibat hukum dari menggunakan
hasil korupsi itu.

Secara preventif paling tidak ada 5 (lima) langkah untuk mencegah korupsi menurut
paradigma syari’ah Islam sebagai berikut :
Pertama, rekrutmen SDM aparat negara wajib berasaskan profesionalitas dan Integritas,
bukan berasaskan egoisme yang pada akhirnya berujung pada korupsi,kolusi, dan nepotisme.
Dalam istilah Islam, mereka yang menjadi aparatur wajib memenuhi kriteria yang
individunya berkepribadian islam (syakhsiyah islamiyah). Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda “ Barangsiapa memperkerjakan seseorang karna faktor suka atau hubungan kerabat,
berarti dia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin”.
Kedua, negara wajib melakukan pembinaan kepada seluruh aparat dan pegawainya. Khalifah
Umar bin khotob selalu memberikan nasihat kepada bawahannya “ Kekuatan dalam bekerja
adalah jika kamu tidak menunda pekerjaan hari ini sampai besok, kalau kamu menundanya
pekerjaannya akan menumpuk...’’
Ketiga, negara wajib memberikan gaji dan fasilitas yang layak kepada aparatnya ,
sebagaimana Abu Ubaidah pernah berkata kepada Umar, “Cukupilah para pegawaimu, agar
mereka tidak berkhianat”.
Keempat, Islam melarang menerima suap atau hadiah atau dalam istilah korupsi dikatakan
gratifikasi bagi para aparat negara sebagai sabda Nabi “Barangsiapa yang sudah menajadi
pegawai kami dan sudah kami beri gaji, maka apa saja yang ia ambil di luar itu adalah harta
yang curang.’’ (HR.Abu Daud). Tentang hadiah kepada aparat pemerintah, Nabi SAW
berkata, “Hadiah yang diberikan kepada para penguasa suht adalah haram dan suap yang
diberikan kepadahakim adalah kekufuran. (HR.Ahmad)
Kelima , adanya keteladanan dari pimpinan. Manusia cenderung mengikuti orang terpandang
dalam masyarakat, termasuk pimpinannya. Maka disini pemimpin juga memiliki peran besar
untuk menjadi teladan yang baik bagi umatnya atau masyarakatnya.

2.7. PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI


Untuk dapat berperan secara optimal dalam pemberantasan korupsi adalah
pembenahan terhadap diri dan kampusnya. Dengan kata lain, mahasiswa harus

11 | P a g e
mendemonstrasikan bahwa diri dan kampusnya harus bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya pemberantasan korupsi dimulai dari awal masuk
perkuliahan. Pada masa ini merupakan masa penerimaan mahasiswa, dimana mahasiswa
diharapkan mengkritisi kebijakan internal kampus dan sekaligus melakukan pressure kepada
pemerintah agar undang-undang yang mengatur pendidikan tidak memberikan peluang
terjadinya korupsi. Di samping itu, mahasiswa melakukan kontrol terhadap jalannya
penerimaan mahasiswa baru dan melaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang atas
penyelewengan yang ada. Selain itu, mahasiswa juga melakukan upaya edukasi terhadap
rekan-rekannya ataupun calon mahasiswa untuk menghindari adanya praktik-praktik yang
tidak sehat dalam proses penerimaan mahasiswa. Selanjutnya adalah pada proses perkuliahan.
Dalam masa ini, perlu penekanan terhadap moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk
memperoleh nilai yang setinggi-tingginya, tanpa melalui cara-cara yang curang. Upaya
preventif yang dapat dilakukan adalah dengan jalan membentengi diri dari rasa malas belajar.
Hal krusial lain dalam masa ini adalah masalah penggunaan dana yang ada dilingkungan
kampus. Untuk itu diperlukan upaya investigatif berupa melakukan kajian kritis terhadap
laporan-laporan pertanggungjawaban realisasi penerimaan dan pengeluarannya. Sedangkan
upaya edukatif penumbuhan sikap anti korupsi dapat dilakukan melalui media berupa
seminar, diskusi, dialog. Selain itu media berupa lomba-lomba karya ilmiah pemberantasan
korupsi ataupun melalui bahasa seni baik lukisan, drama, dan lain-lain juga dapat
dimanfaatkan juga. Selanjutnya pada tahap akhir perkuliahan, dimana pada masa ini
mahasiswa memperoleh gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses belajar secara formal.
Mahasiswa harus memahami bahwa gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi
berupa tanggung jawab moral sehingga perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas

12 | P a g e
BAB 3
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Korupsi diartikan : sebagai bentuk penyimpangan ketidakjujuran berupa pemberian
sogokan, upeti, terjadinya pertentangan kepentingan kelalaian dan pemborosan yang
memerlukan rencana dan strategi yang akan memberikan keuntungan kepada pelakunya,
problematika korupsi merupakan probelem nilai yang harus di berantas oleh semua pihak,
Problematika korupsi yang sudah mengakar, membudaya serta sudah menjadi cara pikir, dan
mental. Penanganan problematika korupsi harus dilakukan dengan cara yang lebih
komprehensif dan pencegahan (preventif) sejak dini, karena salah satu sebab terjadinya
korupsi adalah sudah mengakarnya mental korupsi di kalangan masyarakata indonesia. Dan
salah satu cara Untuk melakukan pencegahan mental korupsi sejak dini adalah lewat jalur
pendidikan
Islam tidak hanya mengatur hubungan antara makhluk dengan sang Khalik (hablum
minallah), tetapi juga mengatur hubungan antar sesama makhluk (hablum minannas), serta
hubungan manusia dengan alam (hablum minal ‘alam). Oleh karenanya, Islam mengajarkan
secara komprehensif beberapa prinsip agar hubungan antar manusia menjadi harmonis dan
beradab. Termasuk mencakup tentang perbuatan korupsi. terjadinya korupsi dikarenakan para
pelaku tidak menjalankan Islam secara keseluruhan. Terlebih dalam hal materi yang sangat
dianjurkan oleh Islam untuk tidak lebihan (Q. S. Al-A’raf/7: 31). Korupsi juga merupakan
wujud prahara sosial. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Fajr/89: 15-20, disinyalir bahwa masalah
sosial disebabkan oleh empat hal yakni:

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Buku Mutiara Riyadhushshalihin karya Imam Al-Nawawi

https://www.google.co.id/amp/s/yhougam.wordpress.com/2015/04/01/dampak-destruktif-
korupsi-sebuah-studi-hadits/amp/

https://www.kompasiana.com/agungnursufa/58b2ecf2147b617012260676/pandangan-agama-
islam-terhadap-korupsi

https://www.google.ie/amp/s/www.kompasiana.com/amp/ulvia/faktorfaktor-dan-cara-
pencegahan-korupsi-dalam-islam_57ed18b1dc9373cd164376c7

https://www.kompasiana.com/sonia49284/5c7badd312ae94246a670e68/korupsi-dalam-
pandangan-islam
https://www.kompasiana.com/zurul_98/57ee2a6ab37e61951464bfe4/faktorfaktor-penyebab-
korupsi?page=all
https://yhougam.wordpress.com/2015/04/01/dampak-destruktif-korupsi-sebuah-studi-hadits/
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-korupsi-dalam-islam
http://digilib.uinsby.ac.id/8064/8/BAB%20VI.pdf
http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/peranan_mahasiswa.
pdf

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai