Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan tema “Korupsi dan Pencegahannya
Dalam Islam”
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya.
Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya.
1|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………..……………………2
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………….......
……………..3
1.1. LATAR BELAKANG……………………...…………………….......…………...………3
1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………….....……………
4
1.3. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………..4
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………13
3.1. KESIMPULAN……………………………………………………………………….…13
3.2. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
14
2|Page
BAB 1
PENDAHULUAN
“Dialah Yang menjadikan bumi itu tunduk bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk : 15)
Namun di sisi lain, umat ini telah dijangkiti sebuah penyakit yang menggerogoti
amanah, yaitu korupsi. Akibatnya, sebagaimana diungkapkan oleh Syaikh Shalih ibn Humaid
imam Masjidil Haram, “Orang yang jujur pun akhirnya tak bisa memperoleh haknya kecuali
dengan memberikan hartanya atau memberikan suatu manfaat kepada yang berwenang, dan
orang yang zhalim tidak hilang kezhalimannya sampai ia menolak uang sogokannya”
Agama Islam sendiri juga membagi istilah korupsi dalam beberapa dimensi yakni
risywah atau suap, saraqah atau pencurian, al gasysy atau penipuan dan juga khianat atau
penghianatan. Korupsi dalam dimensi suap atau risywah di dalam pandangan hukum Islam
adalah perbuatan yang tercela dan juga menjadi dosa besar dan Allah sendiri juga
melaknatnya. Saraqah atau pencurian dilihat dari etimologinya memiliki arti melakukan
sebuah tindakan pada orang lain dengan cara sembunyi. Namun menurut Abdul Qadir
‘Awdah pencurian diartikan sebagai tindakan mengambil harta orang lain dalam keadaan
sembunyi-sembunyi dalam arti tidak diketahui pemiliknya.
3|Page
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara memahami pandangan islam tentag korupsi?
2. Apa saja bentuk tindakan korupsi?
3. Apa saja faktor penyebab korupsi?
4. Apa dampak destruktif dari pelaku korupsi?
5. Apa saja hukuman dan upaya pencegahan korupsi?
6. Apa saja peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi?
4|Page
BAB 2
PEMBAHASAN
5|Page
dan dimensi haram. Perilaku korupsi adalah masuk pada dimensi haram Karena korupsi
menghalalkan sesuatu yang haram, dan korupsi merupakan wujud manusia yang tidak
memanfaatkan keluasan dalam memperoleh rezeki Allah SWT. Dan islam membagi istilah
korupsi kedalam beberapa dimensi. Yaitu risywah (suap), saraqah (pencurian) al gasysy
(penipuan) dan khianat (penghianatan). Yang pertama, korupsi dalam dimensi suap (risywah)
dalam pandangan hukum islam merupakan perbuatan tercela dan juga merupakan dosa besar
serta Allah sangat melaknatnya. Islam tidak menentukan apa hukuman bagi pelaku suap, akan
tetapi menurut fuquha bagi pelaku suap-menyuap ancaman hukumannya berupa hukuman
ta’zir yang disesuikan dengan peran masing-masing dalam kejahatan.yang kedua, korupsi
dalam dimensi pencurian (saraqah), yang berarti mengambil harta orang lain dalam keadaan
sembunyi-sembunyi, artinya mengambil tanpa sepengetahuan pemiliknya, jadi saraqah adalah
mengambil barang orang lain dengan cara melawan hukum atau melawan hak dan tanpa
sepengetahuan pemiliknya.
Allah Swt, juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS Al-Shaff [61]:2-3).
Dan seperti yang kita tahu bahwa para koruptor sebelum menjabat pun pasti
mengungkapkan visi misi yang menjanjikan agar menarik perhatian para masyarakat. Namun
pada akhirnya, janji itu hanyalah janji palsu. Allah sangat membeci orang-orang yang gemar
mengungkapkan janji palsu. Lebih baik jika belum menyanggupi sesuatu yang tidak dapat
kita kerjakan, janganlah kamu terburu untuk mengungkapkan janji.
Dituturkan dari Ibn Mas’ud r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah Saw.
Bersabda, “Sungguh, berkata benar mengantarkan pada kebajikan dan kebajikan
mengantarkan ke surge. Orang yang jujur akan senantiasa berkata benar, sehingga dia ditulis
di sisi Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. Dan, sungguh, berdusta mengantarkan
pada kejahatan dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Orang yang berdusta akan senantiasa
berbohong, sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.”
(Hadis ini dituturkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
6|Page
Menurut Choesnon sebagaiman dikutip oleh Alkostar korupsi dibagi menjadi tiga jenis:
Korupsi jenis halus, yaitu korupsi yang lazim disebut sebagai uang siluman, uang jasa
gelap, komisi gelap, pungutan liat,dan sebagainya. Tindak kejahatan seperti ini boleh
dikatakan tidak termasuk oleh sanksi hukum positif.
Korupsi jenis kasar, yaitu korupsi yang masih dapat dijerat oleh hukum kebetulan
tertangkap basah. Walaupun demikian, masih saja dapat lupa dari jeratan hukum karena
faktor "ada main", yaitu faktor tahu sama tahu yang saling menguntungkan.
Korupsi bersifat administratif manipulatif, yaitu jenis korupsi yang bersifat sukar
untuk diteliti. Seperti ongkor perjalanan dinas yang sebenarnya sepenuhnya digunakan atau
penggunaan biaya yang bersifat menipu lainnya.
a) Sifat tamak/rakus manusia. Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap
individu. Hal itu terjadi ketika seseorang mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri dan
tidak pernah merasa puas terhadap apa yang telah dimiliki
b) Gaya hidup konsumtif. Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar
merupakan hal yang sering mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena itu,
apabila Perilaku konsumtif tidak di imbangi dengan pendapatan yang memadai,maka hal
tersebut akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan demi
memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
c) Moral yang kurang kuat. Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah
tergoda untuk melakukan tindakan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.
1. Faktor Politik. Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi intrabilitas politik atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk
mempertahankan kekuasaannya.
2. Faktor Hukum. Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu
sisi dari aspek perundang – undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum. Hal lain
yang menjadikan hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi hukum,
7|Page
mudah ditemukan aturan – aturan yang diskrimatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas
dan tegas sehingga menumbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan overlapping
dengan aturan lain.
3.Faktor Ekonomi. Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.
Hal itu dapat dilihat ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, maka seseorang akan mudah untuk melakukan tindakan korupsi demi
terpenuhinya semua kebutuhan.
4. Faktor Organisasi. Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, tidak
hanya organisasi yang ada dalam suatu lembaga, tetapi juga sistem pengorganisasian yang
ada didalam lingkungan masyarakat.
Secara bahasa ad dhurru ialah lawan dari an naf’u, kemanfaatan, yaitu kondisi yang buruk
dan menimbulkan kesengsaraan. Allah Ta’ala berfirman :
Sebagian ulama mengatakan, “Dharar ialah apa yang membahayakan korbannya, sementara
engkau memperoleh keuntungan darinya. Adapun dhirar, apa yang membahayakan
korbannya, namun engkau tidak mendapat manfaat darinya.”[3] Oleh karena itu korupsi dari
tinjauan ini masuk dalam kategori dharar karena pihak yang melakukan korupsi pasti
mendapat keuntungan dan hasil dari yang ia korupsi, baik berupa harta maupun manfaat
lainnya. Wallahu a’lam.
8|Page
: مثال ذلك. ولهذا جاءت بصيغة المفاعلة، والمضارة بقصد، أن الضرر يحصل بدون قصد: والفرق بين الضرر والضرار
مثال. فهذا نسمية ضررا، لكنه لم يعلم، وإذا بالماء يدخل على جاره ويفسد عليه،رجل له جار وعنده شجرة يسقيها كل يوم
فركب موتورا له صوت كصوت الدركتر عند جدار، ألفعلن به ما يضره: فقال، رجل بينه وبين جاره سوء تفاهم:آخر
وأما الضرر فإنه إذا، المضار ال يرفع ضرره إذا تبين له بل هو قاصده. فهذا نقول مضار،جاره وقصده اإلضرار بجاره
تبين لمن وقع منه الضرر رفعه
“Perbedaan antara ad dharar dan ad dhirar adalah : dharar terjadi tanpa sengaja, sedangkan
dhirar/mudharat terjadi dengan sengaja, oleh karena itu wazannya mufaa’alah. Contoh :
seorang memiliki tetangga yang memelihara pohon, disirami tiap hari. Terkadang airnya
masuk ke tetangga dan merugikannya tanpa ia ketahui. Ini kita sebut ad dharar.
Contoh berikutnya : seorang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan tetangganya. Ia
berkata, “Sungguh akan aku ganggu dia”. Ia pun menyalakan motornya yang suaranya seperti
traktor, di sebelah tembok tetangganya dengan maksud mengganggunya. Ini dhirar/mudharat.
Bahaya atau gangguan dari mudharat tidak hilang setelah dijelaskan duduk perkaranya,
bahkan dilakukannya dengan sengaja. Adapun dharar setelah dijelaskan, hilanglah
gangguannya.” –selesai nukilan dari Syarh Arba’in An Nawawiyah-
Dari sisi ini, korupsi memiliki dampak tidak langsung dan dampak langsung, dampak yang
disengaja maupun dampak turunan yang pada awalnya bisa jadi tidak terlintas dalam benak
koruptor. Sebagai contoh apabila kontraktor melakukan korupsi pada proyek perbaikan jalan,
dengan cara mengurangi ketebalan jalan dan menurunkan spesifikasi aspal dari sisi kualitas.
Secara langsung, kerugian yang diterima oleh pemilik proyek/pemerintah adalah tidak
mendapatkan jalan yang sesuai dengan anggaran yang telah dibayarkan, akibat dari adanya
pencurian anggaran oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Hal ini berakibat langsung
berupa kerugian finansial bagi pemilik proyek. Namun dampak tidak langsung yang
diakibatkan dari korupsi ini amatlah besar, pengguna jalan akan merasakan gangguan berupa
jalan yang berlubang, terkelupas, kasar, akibat spesifikasi yang dengan sengaja diturunkan
oleh si kontraktor. Oleh karena itu, dampak jangka panjang dari korupsi sangat merusak dan
termasuk kategori dosa jariyah yang akan ditanggung oleh si koruptor. Bagaimana tidak?
Setiap ada seseorang yang melewati jalan tersebut dan merasa terzhalimi dengan kualitas
jalan yang tidak semestinya, dosanya akan mengalir kepada kontraktor tersebut.
Wal’iyadzubillah.
ََولَيَحْ ِملُ َّن أَ ْثقَالَهُ ْم َوأَ ْثقَاال َم َع أَ ْثقَالِ ِه ْم َولَيُسْأَلُ َّن يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َع َّما َكانُوا يَ ْفتَرُون
“Dan mereka benar-benar akan memikul dosa-dosa mereka sendiri, dan dosa-dosa yang lain
bersama dosa mereka, dan pada hari Kiamat mereka pasti akan ditanya tentang kebohongan
yang selalu mereka ada-adakan” (QS. Al Ankabut : 13)
9|Page
Allah Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan. (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS Al-Shaff [61]:2-3).
Dan seperti yang kita tahu bahwa para koruptor sebelum menjabat pun pasti
mengungkapkan visi misi yang menjanjikan agar menarik perhatian para masyarakat. Namun
pada akhirnya, janji itu hanyalah janji palsu. Allah sangat membeci orang-orang yang gemar
mengungkapkan janji palsu. Lebih baik jika belum menyanggupi sesuatu yang tidak dapat
kita kerjakan, janganlah kamu terburu untuk mengungkapkan janji.
Dituturkan dari Ibn Mas’ud r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah Saw.
Bersabda, “Sungguh, berkata benar mengantarkan pada kebajikan dan kebajikan
mengantarkan ke surge. Orang yang jujur akan senantiasa berkata benar, sehingga dia ditulis
di sisi Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. Dan, sungguh, berdusta mengantarkan
pada kejahatan dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Orang yang berdusta akan senantiasa
berbohong, sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.”
Dalam hukum Islam disyariatkan Allah SWT demi kemaslahatan manusia dan
diantara kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam syariat hukum tersebut adalah harta
yang terpelihara dari pemindahan hak milik yang tidak menurut dengan prosedur hukum dan
juga dari pemanfaatannya yang tidak sejalan dengan kehendak Allah SWT. Karena itulah,
larangan merampas, mencuri, mencopet dan lainnya menjadi pemeliharaan keamanan harta
dari kepemilikan yang tidak sah. Larangan memakainya sebagai taruhan judi dan juga
memberikan pada orang lain yang diyakini akan dipakai untuk perbuatan yang maksiat, sebab
penggunaan yang tidak sesuai dengan jalan Allah SWT jadikan kemaslahatan yang dituju
menjadi tidak tercapai. Ulama fikih juga sepaham dan berkata jika perbuatan korupsi
merupakan haram dan juga terlarang sebab menjadi hal yang bertentangan dengan maqasid
asy-syariah.
10 | P a g e
Seperti yang juga sudah ditegaskan Imam Ahmad bin Hanbal, selama sebuah
perbuatan dipandang sebagai hal yang haram, maka selama itu juga diharamkan untuk
menggunakan hasil dari cara tersebut. Namun, jika perbuatannya sudah tidak dikatakan
haram, maka hasilnya bisa digunakan.
Selama hasil dari perbuatan diharamkan untuk menggunakannya, maka selama itu
juga pelaku akan diharuskan untuk mengembalikan pada pemilik harta yang sah. Apabila
ulama fikih sepakat untuk mengharamkan menggunakan harta kekayaan yang didapat dengan
cara korupsi, maka mereka berbeda pendapat mengenai akibat hukum dari menggunakan
hasil korupsi itu.
Secara preventif paling tidak ada 5 (lima) langkah untuk mencegah korupsi menurut
paradigma syari’ah Islam sebagai berikut :
Pertama, rekrutmen SDM aparat negara wajib berasaskan profesionalitas dan Integritas,
bukan berasaskan egoisme yang pada akhirnya berujung pada korupsi,kolusi, dan nepotisme.
Dalam istilah Islam, mereka yang menjadi aparatur wajib memenuhi kriteria yang
individunya berkepribadian islam (syakhsiyah islamiyah). Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda “ Barangsiapa memperkerjakan seseorang karna faktor suka atau hubungan kerabat,
berarti dia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin”.
Kedua, negara wajib melakukan pembinaan kepada seluruh aparat dan pegawainya. Khalifah
Umar bin khotob selalu memberikan nasihat kepada bawahannya “ Kekuatan dalam bekerja
adalah jika kamu tidak menunda pekerjaan hari ini sampai besok, kalau kamu menundanya
pekerjaannya akan menumpuk...’’
Ketiga, negara wajib memberikan gaji dan fasilitas yang layak kepada aparatnya ,
sebagaimana Abu Ubaidah pernah berkata kepada Umar, “Cukupilah para pegawaimu, agar
mereka tidak berkhianat”.
Keempat, Islam melarang menerima suap atau hadiah atau dalam istilah korupsi dikatakan
gratifikasi bagi para aparat negara sebagai sabda Nabi “Barangsiapa yang sudah menajadi
pegawai kami dan sudah kami beri gaji, maka apa saja yang ia ambil di luar itu adalah harta
yang curang.’’ (HR.Abu Daud). Tentang hadiah kepada aparat pemerintah, Nabi SAW
berkata, “Hadiah yang diberikan kepada para penguasa suht adalah haram dan suap yang
diberikan kepadahakim adalah kekufuran. (HR.Ahmad)
Kelima , adanya keteladanan dari pimpinan. Manusia cenderung mengikuti orang terpandang
dalam masyarakat, termasuk pimpinannya. Maka disini pemimpin juga memiliki peran besar
untuk menjadi teladan yang baik bagi umatnya atau masyarakatnya.
11 | P a g e
mendemonstrasikan bahwa diri dan kampusnya harus bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya pemberantasan korupsi dimulai dari awal masuk
perkuliahan. Pada masa ini merupakan masa penerimaan mahasiswa, dimana mahasiswa
diharapkan mengkritisi kebijakan internal kampus dan sekaligus melakukan pressure kepada
pemerintah agar undang-undang yang mengatur pendidikan tidak memberikan peluang
terjadinya korupsi. Di samping itu, mahasiswa melakukan kontrol terhadap jalannya
penerimaan mahasiswa baru dan melaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang atas
penyelewengan yang ada. Selain itu, mahasiswa juga melakukan upaya edukasi terhadap
rekan-rekannya ataupun calon mahasiswa untuk menghindari adanya praktik-praktik yang
tidak sehat dalam proses penerimaan mahasiswa. Selanjutnya adalah pada proses perkuliahan.
Dalam masa ini, perlu penekanan terhadap moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk
memperoleh nilai yang setinggi-tingginya, tanpa melalui cara-cara yang curang. Upaya
preventif yang dapat dilakukan adalah dengan jalan membentengi diri dari rasa malas belajar.
Hal krusial lain dalam masa ini adalah masalah penggunaan dana yang ada dilingkungan
kampus. Untuk itu diperlukan upaya investigatif berupa melakukan kajian kritis terhadap
laporan-laporan pertanggungjawaban realisasi penerimaan dan pengeluarannya. Sedangkan
upaya edukatif penumbuhan sikap anti korupsi dapat dilakukan melalui media berupa
seminar, diskusi, dialog. Selain itu media berupa lomba-lomba karya ilmiah pemberantasan
korupsi ataupun melalui bahasa seni baik lukisan, drama, dan lain-lain juga dapat
dimanfaatkan juga. Selanjutnya pada tahap akhir perkuliahan, dimana pada masa ini
mahasiswa memperoleh gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses belajar secara formal.
Mahasiswa harus memahami bahwa gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi
berupa tanggung jawab moral sehingga perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas
12 | P a g e
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Korupsi diartikan : sebagai bentuk penyimpangan ketidakjujuran berupa pemberian
sogokan, upeti, terjadinya pertentangan kepentingan kelalaian dan pemborosan yang
memerlukan rencana dan strategi yang akan memberikan keuntungan kepada pelakunya,
problematika korupsi merupakan probelem nilai yang harus di berantas oleh semua pihak,
Problematika korupsi yang sudah mengakar, membudaya serta sudah menjadi cara pikir, dan
mental. Penanganan problematika korupsi harus dilakukan dengan cara yang lebih
komprehensif dan pencegahan (preventif) sejak dini, karena salah satu sebab terjadinya
korupsi adalah sudah mengakarnya mental korupsi di kalangan masyarakata indonesia. Dan
salah satu cara Untuk melakukan pencegahan mental korupsi sejak dini adalah lewat jalur
pendidikan
Islam tidak hanya mengatur hubungan antara makhluk dengan sang Khalik (hablum
minallah), tetapi juga mengatur hubungan antar sesama makhluk (hablum minannas), serta
hubungan manusia dengan alam (hablum minal ‘alam). Oleh karenanya, Islam mengajarkan
secara komprehensif beberapa prinsip agar hubungan antar manusia menjadi harmonis dan
beradab. Termasuk mencakup tentang perbuatan korupsi. terjadinya korupsi dikarenakan para
pelaku tidak menjalankan Islam secara keseluruhan. Terlebih dalam hal materi yang sangat
dianjurkan oleh Islam untuk tidak lebihan (Q. S. Al-A’raf/7: 31). Korupsi juga merupakan
wujud prahara sosial. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Fajr/89: 15-20, disinyalir bahwa masalah
sosial disebabkan oleh empat hal yakni:
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Buku Mutiara Riyadhushshalihin karya Imam Al-Nawawi
https://www.google.co.id/amp/s/yhougam.wordpress.com/2015/04/01/dampak-destruktif-
korupsi-sebuah-studi-hadits/amp/
https://www.kompasiana.com/agungnursufa/58b2ecf2147b617012260676/pandangan-agama-
islam-terhadap-korupsi
https://www.google.ie/amp/s/www.kompasiana.com/amp/ulvia/faktorfaktor-dan-cara-
pencegahan-korupsi-dalam-islam_57ed18b1dc9373cd164376c7
https://www.kompasiana.com/sonia49284/5c7badd312ae94246a670e68/korupsi-dalam-
pandangan-islam
https://www.kompasiana.com/zurul_98/57ee2a6ab37e61951464bfe4/faktorfaktor-penyebab-
korupsi?page=all
https://yhougam.wordpress.com/2015/04/01/dampak-destruktif-korupsi-sebuah-studi-hadits/
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-korupsi-dalam-islam
http://digilib.uinsby.ac.id/8064/8/BAB%20VI.pdf
http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/peranan_mahasiswa.
pdf
14 | P a g e