Disusun Oleh:
Fitria Winanda
NIM : 2020530864
Dosen Pengampu:
Dr. Safriadi, M.A
Halaman
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah berjudul “Korupsi dalam Perspektif Hadis” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat beriring salam sudah sepantasnya kita persembahkan
kepada sebaik-baik makhluk Allah Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari teman-teman, namun penulis yakin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan.
Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala bentuk kebaikan dari
semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan makalah ini. Kepada Allah jua kita
meminta petunjuk dan ampunan dari Nya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut lembaga survey Transparancy International Indonesia (TII) yang dirilis oleh
data Indeks Persepsi Korupsi (IPK), Indonesia masih menempati urutan keempat negara
terkorup se-Asia Tenggara.1Tingginya angka korupsi di Indonesia membuat pihak
pemerintah bekerja keras untuk dapat menangani atau setidaknya mencegah terjadinya
tindakan memalukan “hampir” menjadi budaya saat ini. Sebagai negara yang mayoritas
masyarakatnya menganut agama Islam, hal ini tentu sangat ironis karena jelas Islam
mengharamkan korupsi dan mengajarkan bila seseorang diberi suatu wewenang maka dia
harus menjalankan wewenang tersebut dengan sifat amanah dan jujur.
Adalah suatu hal yang naif apabila kenyataan ironis di atas ditimpakan kepada Islam
sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk. Yang perlu dikritisi di sini ialah
orientasi keberagamaan kita yang menekankan kesalehan ritual-formal dengan mengabaikan
kesalehan moral-individual dan sosial. Model beragama seperti ini memang sulit untuk dapat
mencegah pemeluknya dari perilaku-perilaku buruk, seperti korupsi. Padahal dalam
perspektif ajaran Islam, korupsi merupakan perbuatan terkutuk, karena dampak buruk yang
ditimbulkannya bagi suatu masyarakat dan bangsa sangatlah serius.
1
Fathiyah Wardah, “Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Naik”,
( https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-naik/
5258543.html ), diakses pada 19 November 2020, 22.45).
4
Sebagai umat Islam sudah selayaknya kita menangani permasalahan tersebut dilihat
dari sudut pandang Islam. Tentunya Islamtidakbisa berbicarasendiri,harusadausaha-usaha
untukmenyuarakan konsep-konsep Islam,salahsatunyadenganmelihathadis-hadis Rasulullah
saw.yangrelevandengankorupsidan pemberantasannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata korupsi sebagaimana yang diketahui oleh banyak orang sekarang ini berasal
dari bahasa Inggris corruption. Sebenarnya kata corruption tersebut berasal dari kata
dalam bahasa Latin “corruptus” yang berarti “merusak habis-habisan”. Kata “corruptus”
itu sendiri berasal dari kata dasar corrumpere, yang tersusun dari kata com (yang berarti
“menyeluruh”) dan rumpere yang berarti merusak secara total kepercayaan khalayak
kepada si pelaku yang tak jujur itu. 2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk kepentingan
pribadi atau orang lain.3
Dalam khazanah pemikiran hukum Islam (fiqh) klasik, perilaku korupsi belum
memperoleh porsi pembahasan yang memadai, ketika para fuqaha berbicara tentang
kejahatan memakan harta benda manusia secara tidak benar (akl amwal al-nas bi al-
bathil) seperti yang diharamkan dalam al-Qur’an, tetapi apabila merujuk kepada kata asal
dari korupsi (corrup), maka dapat berarti merusak (dalam bentuk kecurangan) atau
menyuap.4
Dalam konteks ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan tindakan yang
bertentangan dengan prinsip keadilan (al-`adalah), akuntabilitas (al-amanah), dan
tanggung jawab. Korupsi dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan berbagai
distorsi terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan termasuk
perbuatan fasad, kerusakan di muka bumi, yang juga amat dikutuk Allah swt.5
2
Abdus Salam dan Azhari, “Hadis Tentang Korupsi”
(http://ilmu-usluhuddin.blogspot.com/2017/12/hadis-tentang-korupsi.html?m=1 ), diakses pada 20 November
2020, 22.45.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. (http://kbbi.web.id/korupsi.html ), diakses pada 19
November 2020, 22.45.
4
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia; An English-Indonesian Dictionary
(Jakarta: Gramedia, 2003), Cetakan ke-25, hal 149.
5
Azyumardi Azra, “Agama dan Pemberantasan Korupsi”,
(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/05/opini/542015.html), diakses pada tanggal 17 November 2020,
15.35.
6
1. Hadis Pertama
َعْن ُبَر ْيَد َةَعْن َأِبيِه َعْن الَّنِبِّي َص َّل ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقا َل َم ْن اْس َتْع َم ْلَنا ُه َع لى َع َم ٍل
َفَر َز ْقَناُه ِرْز ًقا َفَم ا َأَخ َذ َبْعَد َذ ِلَك َفُهَو ُغ ُلو
Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Buraidah dari ayahnya dari Nabi SAW,
beliau bersabda: “Barangsiapa yang telah kami angkat sebagai pegawai dalam suatu
jabatan, kemudian kami berikan gaji, maka sesuatu yang diterima diluar gaji itu adalah
korupsi." (HR. Abu Daud).6
Hadispertamadiatasmenjelaskantentangghulul.Ghululadalahpenyalahgunaan
jabatan. Padahaljabatanadalah amanah.Olehsebabitu,penyalahgunaan terhadapamanat
hukumnya haramdantermasukperbuatan tercela.Perbuatan ghulul misalnya menerima
hadiah, komisi, atau apapun namanyayangtidakhalaldantidaksemestinyadiaterima.Hal
inisesuaidenganhadistersebutdiatas. Jadi,semuakomisiatauhadiah yangditerima seorang
petugasataupejabatdalamrangkamenjalankan tugasnya bukanlahmenjadihaknya.7
Bentuklaindaripenyalahgunaan jabatan(ghulul)adalah
perbuatankolutifmisalnyamengangkatorang-orang dari keluarga,
temanatausanakkerabatnya yangtidakmemiliki kemampuan
untukmendudukijabatantertentu,padahalada
oranglainyanglebihmampudanpantasmenduduki jabatan tersebut.9
6
Sumarwoto, “Tinjauan Hukum Islam Tehadap Tindak Pidana Korupsi”, Journal : RECHSTAAT Ilmu
Hukum Fakultas Hukum UNSAVol. 8 No. 1, 2014, Hal 4.
7
Ibid.
8
Ibid., hlm 5
9
Sumarwoto, loc. cit.
7
2. Hadis Kedua
«َال َيْز ِني الَّز اِني ِح يَن َيْز ِني: َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: َقاَل،َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة
َو َال َيْش َر ُب ِح يَن َيْش َر ُبَها َو ُهَو، َو َال َيْس ِر ُق ِح يَن َيْس ِر ُق َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن، َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن
َو الَّتْو َبُة َم ْعُروَض ٌة َبْعُد، »ُم ْؤ ِم ٌن
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa salam bersabda, “Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia sedang berzina.
Tidaklah beriman seorang pencuri ketika ia sedang mencuri. Tidaklah beriman
seorang peminum khamar ketika ia sedang meminum khamar. Namun taubat terbuka
setelah itu”. (H.R. Bukhari)10
MenurutSyarbinial-Khatib,yangdisebut pencurianadalah
mengambilbarangsecarasembunyi-sembunyi ditempat penyimpanan
denganmaksuduntukmemilikiyangdilakukan
dengansadaratauadanyapilihansertamemenuhi syarat-syarat tertentu.12
Islammengakuidanmembenarkan hakmilikpribadi.Oleh
karenaitu,Islamakanmelindungihakmiliktersebutdengan undang-
undang.Orangyangmelakukanpencurianberartiia tidaksempurna imannya
karenaseorang yangberimantidak mungkinakanmelakukan pencuriansebagaimana
hadis Rasulullahsaw.tersebutdiatas.
10
Sumarwoto, loc. cit.
11
Ibid.
12
Ibid.
8
3. Hadis Ketiga
َو َال َتـُخ ْن َم ْن َخ اَنَك، َأِّد اَألَم اَنـَة ِإَلى َمِن اْئـَتَم َنَك: َقاَل َرُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan
نﻮﻤﻠﻌﺗﻢﺘﻧأوﻢﻜﺗﺎﻧﺎﻣأاﻮﻧﻮﲣولﻮﺳﺮﻟاوﷲاﻮﻧﻮﲣﻻاﻮﻨﻣأﻦﻳﺬﻟاﺎﻬﻳأﺎﻳ
Menurutar-Raqibal-Isfahani,seorangpakarbahasaArab,
khianatadalahsikaptidakmemenuhi suatujanjiatausuatu amanahyangdipercayakan
kepadanya.Ungkapankhianatjuga digunakan bagiseseorangyangmelanggar
ataumengambilhak-hakoranglain,dapatdalambentukpembatalan sepihak perjanjian
yangdibuatnya, khususnyadalammasalah mu’amalah.Jarimahkhianatterhadapamanah
adalahberlaku untuksetiaphartabergerak baikjenisdanharganyasedikit maupun
banyak.Orang-orang yang beriman mestinya
menjauhisifattercelaini,bahkanseandainyamerekadikhianati,
13
Sumarwoto, loc. cit.
14
Ibid.
15
Ibid.
9
Rasulullahmelaranguntukmembalasnyadenganpengkhianatan
pulasebagaimanahadisdi atas.16
4. Hadis Keempat
َلَع َن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم الَّراِش ي َو اْلُم ْر َتِش
“Allah swt. melaknat penyuap dan yang disuap dan yang terlibat di dalamnya.”(H.R.
Imam Ahmad)17
Menurutterminologifiqh,suapadalahsegalasesuatuyangdiberikanolehseseorangk
epadaseoranghakimatau yangbukan
hakimagariamemutuskansuatuperkarauntukkepentingannya atau agar ia mengikuti
kemauannya”.20
16
Ibid.
17
Sumarwoto, loc. cit.hlm 6
18
Ibid.
19
Ibid.,
20
Ibid.
10
Jadi, Risywah merupakan bagian dari tindak pidana korupsi yang berkaitan
dengan suap menyuap kepada seseorang yang memiliki kekuasaan atau wewenang
agar tujuannya dapat tercapai atau memudahkan kepada tujuan dari orang yang
menyuapnya tersebut.Suapbisaterjadiapabilaunsur-unsurnya telahterpenuhi. Unsur-
unsursuapmeliputi,pertamayangdisuap(al-murtasyi), kedua,penyuap(al-
rosyi),danketiga,suap(al-risywah). Suap dilarangdansangatdibencidalamIslamkarena
sebenarnya perbuatantersebut(suap)termasukperbuatanyangbathil.21
َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم الَّراِش َي َو اْلُم ْر َتِش َي َو الَّراِئَش َيْع ِني اَّلِذ ي
َيْمِش ي َبْيَنُهَم ا
21
Ibid.
22
Ibid.
23
Ibid.
11
tergantungdariberatringannyasanksiyangadalebihkhusus
lagitergantungpadaditegakkannyasanksitersebutatautidak.
Dalam pidana korupsi, sanksi yang diterapkan bervariasi sesuai dengan tingkat
kejahatannya. Mulai dari sanksi material, penjara, pemecatan jabatan, cambuk,
pembekuan hak-hak tertentu sampai hukuman mati. Mengapa bervariasi? Karena tidak
adanya nash qath‟i yang berkaitan dengan tindak kejahatan yang satu ini. Artinya sanksi
syariat yang mengatur hal ini bukanlah merupakan paket jadi dari Allah swt. yang siap
pakai. Sanksi dalam perkara ini termasuk sanksi ta’zir, di mana seorang hakim (imam/
pemimpin) diberi otoritas penuh untuk memilih tentunya sesuai dengan ketentuan syariat
bentuk sanksi tertentu yang efektif dan sesuai dengan kondisi ruang dan waktu, di mana
kejahatan tersebut dilakukan.Tetapi, terdapat beberapa hadis yang mengancam seseorang
untuk berlaku curang, seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud di bawah
ini.25
َح َّد َثَنا الُّنَفْيِلُّي َو َسِع يُد ْبُن َم ْنُصوٍر َقااَل َح َّد َثَنا َع ْب ُد اْلَع ِز يِز ْبُن ُمَح َّم ٍد َق اَل الُّنَفْيِلُّي اَأْلْن َد َر اَو ْر ِد ُّي
َع ْن َص اِلِح ْبِن ُمَحَّمِد ْبِن َز اِئَد َة َقاَل َأُبو َداُو د َو َص اِلٌح َهَذ ا َأُبو َو اِقٍد َقاَل َد َخ ْلُت َم َع َم ْس َلَم َة َأْر َض
الُّر وِم َفُأِتَي ِبَر ُج ٍل َقْد َغَّل َفَس َأَل َس اِلًم ا َع ْنُه َفَقاَل َسِم ْع ُت َأِبي ُيَح ِّد ُث َع ْن ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّط اِب َع ْن
الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَذ ا َو َج ْد ُتْم الَّرُج َل َقْد َغَّل َفَأْح ِر ُقوا َم َتاَعُه َو اْض ِر ُبوُه َقاَل َفَو َج ْد َنا
ِفي َم َتاِع ِه ُم ْص َح ًفا َفَس َأَل َس اِلًم ا َع ْنُه َفَقاَل ِبْعُه َو َتَص َّدْق ِبَثَم ِنِه
Andarawardi, dari Shalih bin Muhammad bin Zaidah, Abu Daud berkata; Shalih ini adalah
Abu Waqid. Ia berkata; aku masuk bersama Maslamah ke negeri Romawi, kemudian terdapat
seorang laki-laki yang dihadapkan, ia telah berbuat khianat, kemudian ia bertanya kepada
Salim mengenai orang tersebut, lalu Salim berkata; saya pernah mendengar ayahku
menceritakan dari Umar bin Al Khathab dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
24
Ibid.,. hlm 7
25
Abdus Salam dan Azhari, op. cit.
12
berkata: "Apabila kalian mendapatkan seorang laki-laki yang telah berkhianat, maka
bakarlah barangnya dan cambuklah dia!" Abu Waqid berkata; kemudian kami mendapati
sebuah Mushhaf pada barangnya. Kemudian Maslamah bertanya kepada Salim mengenai
hal tersebut, kemudian ia berkata; juallah mushaf tersebut dan sedekahkan uang hasil
penjualannya. 26
Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud di atas diperkuat dengan firman Allah swt
dalam surah al-maidah ayat 38:
َو ٱلَّس اِرُق َو ٱلَّس اِرَقُة َفٱْقَطُعٓو ۟ا َأْيِدَيُهَم ا َج َزٓاًۢء ِبَم ا َك َسَبا َنَٰك اًل ِّم َن ٱِهَّلل َو ٱُهَّلل َع ِزيٌز َح ِكيٌم
Artinya: “Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”27
Ayat di atas menegaskan bahwa para koruptor itu harus disangsi atau dihukum
berdasarkan pengkorusiannya. Dalam UU no 31 tahun 1999 atau UU no 20 tahun 2001 pasal
3, dijelaskan bahwa setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu komporasi, menyalahkan kewenakangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau
perekonomian Negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat satu tahun dan paling lama 20 tahun dan atau denda paling sedikit
50.000.000,00. Dan paling banyak 1.000.000.000,00.28
26
Ibid.
27
Abdus Salam dan Azhari, op. cit.
28
Ibid.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
14
Sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya kita pahami dan sadari bahwa
pendidikan anti korupsi wajib ditanamkan sejak dini agar penyakit korupsi tidak semakin
meluas dan merugikan bangsa dan negara. Pemerintah juga harus menindak tegas pelaku
tindakan korupsi agar pelaku tersebut jera dan tidak ada yang berani untuk melakukan
tindakan korupsi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Shadily, Hassan dan John M. Echols. 2003. Kamus Inggris Indonesia; An English-Indonesian
Dictionary. Jakarta: Gramedia
Sumarwoto. 2014. Tinjauan Hukum Islam Tehadap Tindak Pidana Korupsi. Journal: