Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KORUPSI DAN PENCEGAHANYA DALAM ISLAM


DOSEN PEMBIMBING : MUHAMMAD MUALLIF, M. Ag,

DISUSUN OLEH :
1. ADHITYA RAHMAT
2. MUHAMMAD ALI SAHBANA
3. RADEN FAIQ ARKAAN ROBBANII

PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN JURUSAN MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
BAB I ..........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
C. Batasan Masalah ............................................................................................................. 2
D. Tujuan Dan Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
A . Memahami Pandangan Islam Tentang Korupsi ............................................................ 3
B . Bentuk-Bentuk Tindakan Yang Termasuk Korupsi ...................................................... 4
C . Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Korupsi .............................................................. 5
D . Dampak Destruktif Dari Perilaku Korupsi .................................................................... 6
E . Pandangan Islam Tentang Korupsi ................................................................................ 9
F . Hukuman Bagi Pelaku Korupsi.................................................................................... 11
G . Peranan Islam dalam Upaya Pencegahan Korupsi ...................................................... 12
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 16

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Makalah ini membahas tentang korupsi dan pencegahanya dalam islam dan merupakan
sebuah isu kemanusiaan yang mengancam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam
ajaran islam sendiri memahami tentang korupsi membuat kita mengerti dan paham bahwa
korupsi sendiri merupakan sebuah tindakan yang sangat merugikan baik untuk diri sendiri
maupun bagi orang lain dan akan mendatangkan murkanya Allah. Sebagai seorang muslim kita
wajib menghindari perbuatan yang merugikan ini dengan sebuah pembelajaran seperti
bentuknya, factor-faktor penyebab korupsi, sebuah pandangan dari agama islam, hukuman
yang menanti serta kita akan melakukan upaya-upaya untuk pencegahanya agar kita tidak
melakukan tindakan tersebut.

Dalam kata pengantar ini, kami akan membahas secara detail tentang korupsi dan
pencegahanya dalam islam sehingga kita akan selalu senantiasa di rahmati Allah, dengan
mengetahui pengertian korupsi beserta penjelas-penjelasanya dan bahayanya jika kita
terjerumus ke dalamnya dan lebih buruk lagi jika kita terus-terusan untuk melakukan perbuatan
yang hina itu.

Sebagai panduan awal dalam perjalanan ini, kita akan mencoba memahami bagaimana
korupsi tidak hanya merugikan diri tetapi juga orang lain, apalagi sampai mengancam
kehidupan bermasyarakatan. Kami akan merenungkan semua kandungan isi yang membahas
tentang korupsi ini dalam upaya untuk selalu mengingat tentang ajaran islam, nilai moral serta
tidak lupa bahwa kita hidup bermasyarakat sehingga kita jangan sampai merugikan orang lain.

Semoga pembahasan ini membantu membuka pintu pemahaman yang lebih dalam bagi
kita untuk lebih mengenal apa itu korupsi dalam pandangan islam dan bagaimana cara
pencegahannya dan apa yang menanti kita di depan jika kita tetap akan melakukan perbuatan
korupsi tentu saja dalam pandangan islam.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Latar belakang makalah tentang masalah korupsi yang sudah sering terjadi di dunia ini
maupun di Indonesia. Korupsi sudah menjelma menjadi sebuah racun bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Jika kita lihat tingkat kejahatan korupsi di Negara tercinta kita
di Indonesia sudah sangat memprihatinkan dan sudah mencapai level dimana itu seperti sebuah
kanker yang akan menjakit dan menyebar di seluruh lini lembaga birokrasi pemerintahan, baik
dalam lingkup kecil maupun lingkup besar. Korupsi sendiri menjadi sebuah masalah yang
benar-benar sudah menjadi musuh bagi Negara dan juga agama. Sebuah upaya yang dilakukan
oleh sebuah pemerintahan belum tentu bisa untuk menghilangkan rantai korupsi yang sudah
mendarah daging, karena itu dari semua sisi baik pemerintah maupun masyarakat harus bisa
untuk menanggulangi permasalahan korupsi.

Dalam pandangan islam sendiri hamper tidak ada istilah yang sepadan dan semakna
dengan konsep korupsi secara paripurna, namun ada beberapa tindakan yang dikategorikan
kejahatan maliyah yang mirip dengan sebuah perilaku yang kita kenal saat ini yaitu korupsi.
Dalam bahasa arab sendiri korupsi sepadan dengan kata risywah yang berarti penyuapan.
Korupsi juga disebut sebagai sebuah tindakan yang merusak dan berkhianat juga disebut fasad,
fad dan ghulul atau berkhianat. Ketiga istilah tadi memiliki rujukan yang baik dalam hadist
maupun Al-Quran.

Berbagai macam bentuk-bentuk tindakan korupsi dan dibalik itu ada berbagai macam
faktor penyebab terjadinya atau yang memicu perilaku korupsi dalam lingkup kecil maupun
lingkup besar yang akan membawa dampak destruktif yang tentunya tidak kecil melainkan
besar di berbagai bidang. Dengan adanya korupsi tentu harus ada hukuman bagi para pelaku
korupsi walaupun dalam islam sendiri memang tidak diatur secara harfiah, baik dalam Al-
Quran maupun hadis.

Dibalik itu semua kita juga harus melakukan sebuah upaya pencegahan korupsi. Pencegahan
korupsi merupakan seluruh upaya yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku
korupsi.

1
B . Rumusan Masalah

● Bagaimana memahami pandangan islam tentang korupsi?


● Bagaimana bentuk-bentuk tindakan yang termasuk dalam perbuatan korupsi?
● Bagaimana munculnya faktor terkait penyebab terjadinya korupsi?
● Bagaimana dampak destruktif dari perilaku korupsi?
● Bagaimana pandangan islam tentang korupsi?
● Bagaimana hukuman bagi para pelaku korupsi?
● Bagaimana upaya pencegahan korupsi?

C . Batasan Masalah

● Konsep maupun pengertian dari korupsi


● Sebuah bentuk tindakan korupsi beserta beberapa faktor yang terkait
● Dampak yang diakibatkan serta bagaimana pandangan menurut islam
● Hukuman yang menanti pelaku
● Konsep Pencegahan korupsi yang harus diupayakan

D . Tujuan dan Manfaat


● Memahami konsep dan pengertian korupsi
● Untuk memahami tindakan dan faktor terkait tindakan korupsi
● Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat korupsi yang berdampak pada berbagai
bidang di sebuah Negara yang nantinya akan ada hukuman yang menanti pelaku
● Mengetahui cara pencegahan korupsi dan upaya apa yang harus dilakukan sehingga
tidak adanya perilaku koruptif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A . Memahami Pandangan Islam Tentang Korupsi

Dalam kajian fiqih klasik, hampir tidak ada istilah yang sepadan dan semakna dengan
konsep secara paripurna. Namun, ada beberapa tindakan yang menurut ulama klasik
dikategorikan sebagai kejahatan maliyah yang mirip dengan perilaku yang kita kenal saat ini
dengan sebutan atau istilah korupsi. Sebelum kita membahas lebih jauh lagi tentang hakikat
korupsi dalam pandangan islam, ada baiknya memaparkan sebuah define korupsi secara
etimologis maupun terminologis agar diperoleh sebuah persepsi yang sama tentang hakikat
korupsi. Secara etimologi korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio, yang mempunyai
sebuah kata kerja yaitu corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikan
atau menyogok. Istilah ini sendiri merupakan hasil konfigurasi 2 kata dalam sebuah sistem
gramatika latin, yaitu com yang berarti bersama-sama dan rumpere yang berarti pecah atau
jebol. Dari bahasa latin, istilah korupsi kemudian berkembang menjadi bahasa yang berlaku di
kawasan Eropa. Misalnya di dalam bahasa inggris corruption atau to corrupt, yang berarti to
change from good to bad in morals, manners, or actions. Sedangkan di prancis, muncul kata
corruption dan di belanda muncul kata corruptive, coruptie. Dari bahasa belanda belanda itu
kemudian diadopsi ke bahasa Indonesia menjadi kata korupsi. Menurut versi kamus bahasa
Indonesia korupsi berasal dari kata korup yang berarti busuk, palsu, dapat disuap, tidak
bermoral, bejat, tidak jujur. Korupsi juga bisa diartikan dapat di sogok, menyelewengkan
uang/barang milik perusahaan atau Negara, menerima uang untuk kepentingan pribadi,
penggelapan uang Negara, perusahaan, untuk kepentingan pribadi dan atau orang lain.
Dalam bahasa arab, korupsi sepadan dengan kata risywah yang berarti penyuapan.
Risywah juga dimaknai sebagai uang suap. Korupsi sebagai sebuah tindakan merusak dan
berkhianat juga disebut(fasad(fad dan ghulul(berkhianat)). Ketiga istilah tersebut memiliki
rujukan teologis baik dalam hadist maupun Al-Qur’an.
Ada tiga unsur pokok tindakan kejahatan maaliyah yang bisa dikategorikan ke dalam
makna korupsi. Yaitu :
1. Adanya unsur tasharruf, tindakan yang berarti menerima, memberi dan mengambilyang
bukan haknya
2. Adanya penyalahgunaan terhadap amanah(kekuasaan)
3. Adanya kerugian yang ditanggung masyarakat, publik dan Negara.

3
Para ulama klasik telah mengkategorikan kejahatan maaliyah yang senada dengan konsep
korupsi dengan istilah khinayah atau ghulil(pengkhianatan0, al-ghasy(penipuan),
risywah(suap), hirabah dan saraqah, serta ghasab.

B . Bentuk-bentuk Tindakan yang Termasuk Korupsi


No Bentuk Korupsi Perbuatan Korupsi

1 Kerugian keuangan Negara ● Perbuatan yang melawan hukum karena


memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi
● Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lainatau korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada.
2 Suap Menyuap ● Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pegawai negari atau penyelenggara Negara
dengan maksud supaya berbuat sesuatu
dalam jabatanya.
● Memberi hadiah atau janji kepada seseorang
pegawai Negara atau penyelenggara karena
berhubungan dengan jabatanya atau sesuatu
yang melekat pada jabatan atau kedudukan
tersebut
● Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara.
3 Penggelapan dalam jabatan ● Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatanya, atau uang/surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan

4
oleh orang lain atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut.
4 Pemerasan ● Pegawai negeri atau penyelenggara
memaksakan seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan atau
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri
5 Perbuatan curang ● Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu
membuat bangunan yang ada pada waktu
menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang, atau
keselamatan Negara dalam keadaan perang.
6 Benturan kepentingan dalam ● Pegawai negeri atau penyelenggara Negara
pengadaan baik langsung maupun tidak langsung
dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan atau persewaan
yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk
seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya
7 Gratifikasi ● Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara dianggap memberikan suap,
apabila berhubungan dengan jabatanya dan
yang berlawanan dengan kewajiban
tugasnya.

C . Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Korupsi


Jika dilihat dengan seksama penyebab terjadinya perilaku korupsi sangat bervariasi dan
ada 2 faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
● Internal
1. Lemahnya iman
2. Lemahnya pengajaran budi pekerti
3. Rendahnya kepercayaan diri
4. Mencari jalan pintas

5
● Eksternal
1. Korupsi dilakukan sebagai salah satu dampak dari rezim yang korup
2. Korupsi juga bisa disebabkan karena adanya lingkaran birokrasi yang korup
3. Korupsi juga bisa disebabkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan aparat Negara
4. Lemahnya pengawasan juga disinyalir sebagai penyebab korupsi.
5. Birokrasi yang panjang dan bertele-tele memberi peluang untuk korupsi.
Jika kita melihat lebih jauh lagi ada juga sebab sebab manusia terdorong untuk
melakukan perbuatan korupsi seperti sifat tamak yang dimiliki manusia, moral yang
kurang kuat menghadapi godaan, gaya hidup yang konsumtif, dan tidak mau bekerja
keras. Ada pendapat lain juga yang mengatakan bahwa tingginya kasus korupsi di
Indonesia disebabkan seperti kurang teladan dan kepemimpinan elit bangsa, rendahnya
gaji pegawai negeri, lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan
peraturan perundangan, rendahnya integritas dan profesionalisme, mekanisme
pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan, dan birokrasi belum
mapan, kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat, dan
lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral, dan etika. Secara umum penyebab
nya dapat terjadi karena faktor politik, hukum, dan ekonomi. Sebagaimana dalam buku
yang berjudul peran parlemen dalam membasmi korupsi yang mengidentifikasikan 4
faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, hukum, ekonomi, dan birokrasi serta faktor
transitional.
D . Dampak Destruktif Dari Perilaku Korupsi
Korupsi sendiri masuk ke dalam kategori extra ordinary crime (kejahatan luar biasa)
dan dampaknya sangat destruktif. Tindakan ini memiliki dampak destruktif yang luar biasa
dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam konteks hukum sendiri
bertentangan dengan amanat UUD 1945 terutama pasal 33 yang berkaitan dengan kesejahteraan
sosial. Inilah beberapa contoh dampak destruktif.
1. Dampak di bidang Ekonomi
Dampak yang paling signifikan terjadi di bidang ekonomi karena dengan adanya
korupsi anggaran pengeluaran Negara yang seharusnya digunakan untuk
keperluan Negara dan masyarakat menjadi semakin berkurang karena
digunakan untuk keperluan pribadi maupun keperluan orang lain sedemikian
besarnya dampak yang ditimbulkan karena para koruptor telah merampas hak-
haknya. Semua itu akan berdampak pada
● Lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi

6
● Penurunan produktivitas
● Rendahnya kualitas barang dan jasa bagi public
● Menurunya pendapatan Negara dari sektor pajak
● Meningkatnya hutang Negara
2. Dampak di bidang Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
● Mahalnya harga barang jasa dan pelayanan publik
Praktek korupsi menciptakan biaya yang tinggi. Beban yang ditanggung oleh
para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost economy.
● Pengentasan kemiskinan berjalan lambat
Hal ini disebabkan oleh lemahnya koordinasi pendataan dan pendanaan karena
pejabat yang korup.
● Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
Kondisi ini mengakibatkan rakyat miskin semakin tidak bisa membeli barang
kebutuhan mereka karena harga yang bisa dibilang sudah tidak terjangkau lagi.
Rakyat miskin menjadi tidak bisa lagi menikmati hidupnya dan berbagai macam
akses seperti sekolah, rumah sakit, rumah layak huni, informasi, dsb. Karena
tidak mempunyai pendidikan yang layak maka akan mengalami kebodohan dan
akhirnya tidak mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga siklus kemiskinan
akan terus berlanjut.
3. Dampak dalam bidang Birokrasi Pemerintahan
● Matinya etika sosial politik. Kejujuran sudah tidak ditegakkan lagi dan
paradoksnya adalah siapapun yang meneriakan kejujuran justru akan diberikan
sanksi sosial dan politik oleh otoritas menteri, aparat penguasa bahkan oleh
masyarakat sendiri. Kejujuran yang dihadapi dengan kekuatan politik adalah
sesuatu yang tidak mendidik dan justru bertentangan dengan etika dan moralitas.
Kita telah menyaksikan sendiri akhir-akhir ini banyak pejabat Negara, wakil
rakyat maupun petinggi partai tertangkap karena sebuah kasus korupsi namun
tidak menunjukan rasa jera maupun malu didepan umum.
● Tidak efektifnya peraturan dan perundang-undangan. Berfungsi untuk mengatur
sesuatu yang substansial dan merupakan instrumen kebijakan (beleids
instrument) yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ada di dalam
masyarakat. Namun, fenomena korupsi mengancam tegaknya hukum dan
perundang undangan yang berlaku. Aparat penegak hukum yang semestinya
menyelesaikan masalah dengan adil, sering kali harus mengalahkan

7
integritasnya dengan menerima suap, iming-iming, gratifikasi atau apa pun itu
untuk memberikan kemenangan. Tidak heran kondisi tersebut memunculkan
anekdot masyarakat bahwa hukum itu hanya adil bagi yang memiliki uang untuk
menyuap, sedangkan masyarakat miskin keadilan hanyalah angan-angan belaka.
Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku menjadi mandul karena setiap
perkara selalu diselesaikan dengan korupsi.
4. Dampak terhadap Politik dan Demokrasi
● Munculnya kepemimpinan yang korup
● Hilangnya kepercayaan public pada demokrasi
● Menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai oleh pemilik
modal/kapitalis)
● Hancurnya kedaulatan rakyat
5. Dampak terhadap Penegakan Hukum
● Fungsi pemerintahan yang mandul
Korupsi telah mengikis banyak kemampuan pemerintah untuk melakukan fungsi
yang seharusnya. Bentuk hubungan yang bersifat transaksional yang lazim
dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintahan begitu juga DPR yang tergambar
dengan hubungan partai politik dengan voter-nya, menghasilkan kondisi yang
sangat rentan terhadap terjadinya praktek korupsi.
● Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga Negara. Korupsi yang terjadi
pada banyak lembaga di Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media
massa mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin
berkurang dan makin lama hilang. Ini beberapa lembaga Negara yang korup
menurut Barometer Korupsi Global(BKG) pada tahun 2009 yaitu Legislatif (
Dewan Perwakilan Rakyat), partai politik, kepolisian RI, lembaga peradilan
(Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)
6. Dampak terhadap Pertahanan dan Keamanan
Dalam berbagai media massa kita pasti sering mendengar berbagai macam berita
tentang bahwa keamanan Indonesia bisa ditembus dengan mudah baik melalui
jalur darat, laut , maupun udara. Hal ini tentu memberitahu kita bahwa sistem
pertahanan di Indonesia masih sangat lemah. Tentunya ini berhubungan dengan
alat dan SDM yang ada. Sudah seharusnya Negara Indonesia mempunyai
armada laut yang kuat dan modern untuk melindungi perairan yang begitu
luasnya, serta didukung oleh angkatan udara dengan pesawat-pesawat canggih

8
yang cukup besar yang mampu menghalau pengganggu kedaulatan dengan
cepat, tentunya juga harus dibarengi dengan kualitas dan integritas yang tinggi
dari TNI yang kita banggakan. Dan tentunya ini membutuhkan anggaran yang
besar. Apabila kekayaan Negara ini tidak dirampok oleh para koruptor maka
semua itu akan bisa diwujudkan.
7. Dampak terhadap Lingkungan
● Menurunya kualitas lingkungan. Terjadi akibat eksploitasi terhadap lingkungan
yang dilakukan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Terjadi
pembiaran terhadap perilaku eksploitatif terhadap lingkungan karena lemahnya
penegakan hukum di sebuah negeri. Ketika ada pembiaran terhadap tindakan
perusakan terhadap lingkungan maka dipastikan bencana alam tidak akan bisa
dibendung lagi, seperti banjir, dan tanah longsor, kerusakan tanah, kekeringan,
kelangkaan air, dan lain sebagainya. Mentalitas bangsa yang sangat korup
ternyata sangat berdampak terhadap lingkungan hidup yang ada pada sebuah
negeri yang pada akhirnya akan merusak semua yang ada di dalam negeri ini.
● Menurunya kualitas hidup
Lingkungan hidup yang telah rusak, bukan saja akan menurunkan kualitas
lingkungan itu sendiri, namun jauh lebih akan berdampak terhadap menurunya
kualitas hiduo manusia yang ada di dalamnya, bahkan kualitas hidup global.

E . Pandangan Islam Tentang Korupsi


Kinayah adalah lafadz yang disampaikan dan yang dimaksud adalah kelaziman
maknanya, disamping boleh juga yang dimaksud pada makna yang sebenarnya. Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa kinayah adalah suatu ungkapan yang biasa dipakai oleh suatu
kaum (dalam hal ini orang arab sebagai penutur asli bahasa Arab) dan yang dimaksud adalah
bukan makna aslinya walaupun bisa diartikan dengan makna yang sebenarnya.
Kinayah(pengkhianatan), secara etimologis bermakna perubahan hal seseorang menjadi
jahat(syar). Menurut ar-Raghib al-Isfahani, seorang pakar bahasa Arab, khinayah adalh sikpa
tidak memnuhi suatu janji atau suatu amanah yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan secara
terminologis bermakna, perbuatan seseorang yang mengambil sesuatu yang dipercayakan
padanya. Jadi korupsi sendiri bisa dibedakan menjadi beberapa macam yaitu
1. Penghianatan terhadap rahasia Negara.
2. Pengkhianatan terhadap harta (ghulul)
3. Terjadinya ghulul karena penyalahgunaan wewenang

9
4. Ghulul merupakan tindakan yang bertentangan dan melawan hukum, juga dilarang
agama serta merusak hukum dan moral masyarakat
Ar-Risywah (suap). Secara harfiah, suap (risywah) berarti “batu bulat” yang jika
dibungkamkan ke mulut seseorang, ia tidak akan mampu berbicara apapun. Jadi suap bisa
membungkam seseorang dari kebenaran. Menurut Ibrahim an-Nakha’I, suap adalah sesuatu
yang diberikan kepada seseorang untuk menghidupkan kebatilan atau untuk menghancurkan
kebenaran. Syaikh ‘Abd al-‘Aziz bin ’Abd Allah bin Baz mendefinisikan suap dengan
memberikan harta kepada seseorang sebagai kompensasi pelaksanaan
maslahat(tugas/kewajiban) yang tugas itu harus dilaksanakan tanpa menunggu imbalan atau
uang tip. Sedangkan menurut terminologi fiqih, suap adalah sesuatu yang diberikan oleh
seseorang kepada seorang hakim atau yang bukan hakim agar ia mengikuti kemauannya. Dasar
hokum pelanggaran suap adalah firman Allah Swt. Dalam surah Al-Ma’idah [5]:42.
al-Hirabah (perampasan). Dalam surah Al-Ma’idah [5]:33 dan 38 disebutkan secara khusus
tentang hirabah dan sirqah. Ayat pertama adalah pengabilan harta orang lain secara terang-
terangan yang bisa disertai dengan kekerasan, atau dengan cara melakukan pengrusakan di
muka bumi. Sedangkan ayat ke 2 adalah pengambilan harta orang lain atau pencurian dengan
diam-diam.’Abd al-Qadr’Awdah mendefinisikan hirabah sebagai perampokan atau pencurian
besar. Lebih lanjut lagi beliau mengatakan bahwa sirqah tidak sama persis dengan hirabah.
Hirabah mempunyai dampak lebih besar karena dilakukan secara berlebihan. Hal ini karena
bisa disertai dengan adanya pembunuhan dan pengambilan harta atau kadang hanya
pembunuhan saja tanpa pengambilan harta. Secara khusus pencurian identic dengan sirqah
akan tetapi pelaksanaanya disertai dengan berbagai macam dalih yang lebih membutuhkan
penelitian dan pembuktian.
Al-ghasab (penggunaan hak orang lain tanpa izin). Termasuk dalam kategori korupsi adalah
ghasab. Al-Kahfi[18]:79 menceritakan seroang raja yang dhalim yang akan mengambil kapal
dari orang-orang miskin dengan jalan ghasab. Seorang raja dhalim yang dikisahkan dalam ayat
ini lantas menenggelamkan kapal agar supaya tidak bisa dimanfaatkan dengan tidak
halal(ghasab)oleh raja yang dhalim tersebut. Pengertianya sendiri adalah mnguasai harta orang
lain dengan tidak benar, sedangkan ghasab sendiri dilakukan secara terang-terangan sedangkan
jika dilakukan secara sembunyi disebut pencurian. Islam memandang korupsi sebagai
perbuatan keji dalam konteks ini mirip dengan fasad yang dikategorikan sebagai dosa
besar.Islam memberikan tuntunan agar tidak menipu, tidak memakan riba, berkhianat, tidak
menggelapkan barang orang lain, mencuri, dan yang lain-lain

10
F . Hukuman Bagi Pelaku Korupsi
Dalam agama islam sendiri sebuah hukuman tindak pidana korupsi memang tidak diatur
secara harfiah baik dalam Al-Quran maupun hadis. Namun, secara umum, hukuman bagi para
pelaku korupsi adalah ta’zir, yaitu hukuman yang dianggap setimpal dan menjerakan menurut
ijtihad hakim, dari yang terberat (hukuman mati) hingga yang teringan (penjara) sesuai dengan
berat ringanya tindakan dan dampak korupsi yang dilakukan. Hukuman yang ringan misalnya
dimasukan ke dalam daftar tercela, dinasehati, dan dipecat dari jabatanya. Hukuman yang berat
misalnya di cambuk atau diasingkan, jumlah cambukan minimal 39 kali dan maksimal 100 kali
sesuai dengan kondisi jumlah harta yang dikorupsi, akibatnya, dan kondisi korupsi. Umar bin
Khattab misalnya pernah menjatuhkan hukuman cambuk sebanyak 100 kali dan penjara 1 tahun
kepada Mu’iz bin Abdullah karena telah melakukan tindakan pemalsuan stempel kas Negara,
kemudian mengambil harta tersebut. Untuk penjara, maksimalnya adalah penjara hingga mati.
- Hukuman bagi Pelaku Korupsi dalam Bingkai Undang-undang
Bentuk-bentuk korupsi dan sanksi pidana korupsi telah diatur dalam UU Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, setidaknya ada 20 pasal. diantaranya yaitu: Pasal 2 yang berbunyi: ”Setiap
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
penjara dengan penjara seumur hidup aau pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling
lama 20 tahun dan denda paling sedikit 200.000.000, 00 dan paling banyak 1.000.000.000.”.
Kemudian pasal 3 yang berbunyi, ”Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat satu tahun dan paling lama dua puluh tahun dan atau denda paling sedikit
50.000.000 dan paling banyak 1.000.000.000.” .
- Hukuman bagi Pelaku Korupsi dalam Bingkai Hukum Islam
Tindak pidana dalam hukum Islam dikenal dengan istilah Jarimah, sedangkan hukuman
disebut dengan istilah Uqubah. Maka jika disebut istilah jarimah dan uqubah itu berarti tindak
pidana dan hukumannya.
Jarimah atau tindak pidana ditinjau dari segi hukumannya dibedakan dalam tiga bagian,
yaitu jarimah hudud, jarimah qishash dan diat, serta jarimah ta'zir.

11
Jarimah hudud adalah perbuatan yang mempunyai bentuk dan batas hukumannya di
dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Sanksinya berupa sanksi had (ketetapan
yang terdapat dalam Al-Qur'an dan sunnah).
Jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash atau
diat. Baik qishash maupun diat kedua-duanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh
syara'. Perbedaan diat dan qishash dengan hukuman had adalah bahwa hukuman had
merupakan hak Allah, sedangkan qishash dan diat merupakan hak manusia (hak individu).
Jarimah Ta’zir adalah perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya
ditentukan oleh pengusa (hakim) sebagai pelajaran kepada pelakunya. Hukumannya berupa
hukuman penjara, skorsing atau pemecatan, ganti rugi, pukulan, teguran dengan kata-kata, dan
jenis hukuman lain yang dipandang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
Hukum Islam mengenal dua jenis sanksi pidana (uqūbāt), yaitu sanksi pidana definitif
(maħdūdah) dan sanksi pidana non definitif (ghair maħdūdah). adapun tindak pidana korupsi
yang merupakan bentuk kejahatan khiyānah dapat digolongkan ghair maħdudah.
Sanksi pidana definitif adalah hukuman atas kejahatan definitif karena sudah dijelaskan
bentuknya sedemikian rupa di dalam Al Qur'an dan Al-Sunnah sebagaimana hukuman cambuk
(jild) bagi pemabuk dan hukuman potong tangan (qath’) bagi pencuri. Sedangkan sanksi pidana
non definitif adalah sebaliknya, bentuk hukumannya diserahkan kepada pertimbangan
pemimpin ataupun hakim untuk merumuskan. Sebagai contoh, sanksi pidana bagi penyuap
(risywah), pelaku kefasikan (fisq), pengkhianat (khiyānah) dan lain sebagainya.
Korupsi memiliki potensi untuk digolongkan kepada salah satu dari 2 jarimah, yaitu
jarimah hudud dan jarimah ta’zir. Apabila dianalogikan kepada pencurian. jika pencurian yang
dilakukan nilainya dibawah 93,6 gram emas, maka hukumannya ta’zir. Sedangkan jika
sebanding atau lebih maka hukumannya yaitu Jarimah Hudud berupa potong tangan.
Sedangkan dalam konteks khiyanah, korupsi tidak serta merta dapat disamakan dengan
pencurian. karena perilaku khiyanah termasuk kejahatan non definitif, sehingga berimbas
hukuman ta’zir. Maka ketika hukum Islam menyerahkan sepenuhnya sanksi pidana ta‘zīr
kepada pemimpin atau hakim. Bisa saja ketentuan hukuman yang berlaku dianggap sebagai
ta’zir.

G . Peranan Islam dalam Upaya Pencegahan Korupsi


Umumnya, tindakan korupsi dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki moral,
Orang yang taat beragama cenderung memiliki batasan spiritual untuk melakukan perilaku
berdosa. Mengapa demikian? Dengan pendekatan agama, moral yang baik sangat mungkin

12
ditumbuhkan. karena berbeda dengan atheis, orang beragama percaya adanya pertanggung
jawaban atas apa yang mereka perbuat saat hidup.
Etika anti korupsi melalui perspektif agama juga dapat disampaikan dengan dasar dalil
Al-Qur’an, Berikut beberapa nilai etika Islam yang bisa diterapkan dalam upaya menghindari
dan memberantas budaya korupsi:
Tauhid
Tauhid merupakan konsep fundamental dalam ajaran Islam, Bahkan tauhid dijadikan
sebagai risalah kenabian sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw. Tauhid bukan hanya
konsep ajaran fundamental Islam yang melangit, akan tetapi ia juga harus mampu dipraksiskan
dalam sebuah gerakan dan perubahan sosial. Kalimat tauhid terdiri dari kata laa ilaaha illallah
yang oleh Nur Cholish Madjid diartikan “tiada tuhan dengan “t” kecuali Tuhan dengan “T””,
menurutnya kata laa merupakan laa an nafiyah yang memiliki fungsi negasi. Sedangkan ilahun
artinya tuhan denga “t” yang bermakna berhala atau sesembahan dalam bentuk materi atau
immateri yang dipuja dan dipuji secara berlebihan. Sedangkan kata illa merupakan harf al
istitsna’ yang apabila didahului dengan huruf laa an nafiyah maka ia berfungsi sebagai ta’kid
atau afirmasi. Sementara kata Allah merupakan bentuk ma’rifah dari kata ilah. Dari pemahaman
Cak Nur tersebut dapat dipahami bahwa fenomena korupsi terjadi karena penghambaan dan
pemujaan manusia terhadap materi secara berlebihan melebihi penghambaannya kepada Allah.
Pelaku korupsi telah menjadikan uang dan jabatan sebagai berhala dalam kehidupannya.
Padahal dalam implementasi konsep tauhid sebagai gerakan dan perubahan sosial adalah
menjadikan Allah sebagai orientasi utama dalam segala bidang kehidupan. Sebagaimana
orientasi para sufi dengan narasinya ilaahi anta maqshudy wa ridhoka mathluby (Allah,
Engkaulah orientasiku dan ridhaMu-lah harapanku).
Syukur dan Qana’ah
Syukur berasal dari kata syakara yang berarti berterima kasih. Qana’ah adalah menerima
dan merawat segala apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Syukur dan qana’ah
merupakan sikap terpuji yang fundamental dalam mencegah lahirnya sikap korup. Orang yang
bersyukur akan senantiasa qana’ah terhadap segala nikmat dan ketentuan yang diberikan oleh
Allah kepadanya. Fitrah kerakusan dan ketamakan manusia diabadikan dalam beberapa ayat al-
Qur’an. Misalnya dalam surat at-Takatsur manusia digambarkan suka memperkaya diri,
bermegah-megahan dan hedon. Bahkan sifat tersebut tidak akan pernah hilang sampai ajal
menjemputnya. Dalam surat al-Humazah juga disinggung bahwa kecenderungan manusia
adalah mencintai harta duniawi secara berlebihan dengan senantiasa berupaya untuk selalu
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan menghitung-hitungnya. Mereka mengira bahwa

13
harta yang dikumpulkan secara membabi buta akan kekal selamanya. Bahkan al-Qur’an
mengancamnya dengan ancaman neraka huthomah. Kedua surat tersebut merupakan tamparan
dan peringatan buat para pelaku korupsi agar mereka tidak gemar mengumpulkan harta secara
membabi buta dengan cara menabrak aturan yang dibuat oleh pemerintah.
Jujur
“Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan dan keduanya di surga.
Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di
neraka.” (HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya).
Dengan membiasakan sifat jujur seseorang akan mudah dipercaya, sebaliknya kebiasaan
curang akan mudah dicurigai dan tidak dipercaya. Seorang yang korup sudah terbiasa
melakukan kecurangan, sehingga ia tidak merasa bahwa sedang melakukan kejahatan
kemanusiaan yang berdampak destruktif.
Amanah
Seseorang yang mengimplementasikan nilai amanah dalam dirinya maka ia akan
senantiasa melaksanakan segala tugas yang menjadi kewajibannya dengan penuh tanggung
jawab. Sebaliknya orang yang meremehkan sikap amanah ini maka ia akan mudah
menyalahgunakan kekuasaan dan tanggung jawabnya. Bahkan ia tidak segan menggunakan
kekuasaannya untuk kepentingan dirinya, keluarganya dan kelompoknya meskipun harus
mengorbankan orang banyak.
Oleh karenanya sikap amanah harus ditanamkan sejak dini dalam setiap individu. Allah
SWT secara tegas berfirman dalam al-Quran: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (Q.S an-Nisa:
58).
Adil
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Q.S an-Nisa: 58 di atas, adil merupakan sikap
terpuji yang juga tidak kalah fundamental sebagai sebuah sikap dalam mencegah prilaku
korupsi. Perilaku koruptif merupakan salah satu faktor penyebab utama tidak tercapainya
keadilan dan kemakmuran suatu bangsa.
Zuhud
Zuhud bisa didefinisikan dengan sikap yang tidak menjadikan dunia sebagai tujuan.
Zuhud merupakan lawan dari sikap materialistis. Selama ini perilaku korupsi merajalela karena
manusia masih memiliki kecenderungan terlalu materialistis. Dunia dipandang sebagai tujuan
akhir. Sehingga sifat tamak dan rakus akan dunia seringkali menghalalkan berbagai cara untuk

14
meraihnya. Padahal dunia hanyalah sementara, akhiratlah yang abadi. Menanamkan sikap
zuhud akan melahirkan orientasi ridho ilahi bukan orientasi duniawi. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kita hidup di dunia pastilah membutuhkan hal-hal yang bersifat duniawi. Namun yang
harus dipahami, dunia bukanlah orientasi melainkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri
padaNya. Sikap zuhud bukan diartikan dengan sikap yang anti dunia melainkan sikap tidak
diperbudak oleh dunia. Ironisnya, para koruptor di Indonesia telah diperbudak oleh dunia dan
materi.
Kerja keras (etos kerja tinggi)
Islam sangat menghargai segala sesuatu dari prosesnya. Ayat Al-Qur’an menyebutkan
dengan tegas bahwa “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai ia merubahnya
sendiri”. Dapat dipahami bahwa Islam menghargai segala upaya dan jerih payah manusia dalam
mengupayakan perubahan dalam hidupnya. Perilaku korupsi seringkali terjadi karena faktor
keinginan yang ingin dicapai tanpa harus melalui kerja keras, melainkan dengan cara-cara
potong kompas. Seperti penyalahgunaan wewenang, manipulasi data, mengambil hak orang
lain, dan lain sebagainya.
- Peranan Mahasiswa dalam Pencegahan Korupsi
Sejarah telah mencatat bahwa mahasiswa mempunyai peranan yang sangat vital dalam
perjalanan bangsa Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa dalam banyak peristiwa besar
mahasiswa tampil di depan dengan berbagai gagasan semangat dan idealisme yang mereka
miliki mahasiswa sebagai agen perubahan atau Agent of Change harus mampu menjadi motor
penggerak perubahan bangsa Indonesia.
Dalam konteks gerakan anti korupsi mahasiswa diharapkan dapat tampil di depan
menjadi motor penggerak lahirnya masyarakat yang say no to corruption. Dengan intelegensi,
critical thinking, dan keberanian, mahasiswa dinilai mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan
yang koruptif dan mampu menjadi Watch Dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.

15
Daftar Pustaka

Luth, Thorir dkk. 2020. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Edisi Revisi. Oase
Publishing. Malang-Indonesia.

Sarono, A. (2018). Pemberantasan Korupsi Dengan Pendekatan Hukum Islam,


Tinjauan Hukum Perdata Diponegoro, 2(1): 198-203.

Admin. (2023). Apa itu Hukum Pidana Islam ? Retrieved from


https://mh.uma.ac.id/apa-itu-hukum-pidana-
islam/#:~:text=Dalam%20Hukum%20pidana%20Islam%2C%20hukum,jarima
h%20(%20perbuatan%20tindak%20pidana%20).&text=Jarimah%20hudud%2
0adalah%20perbuatan%20yang,Qur%E2%80%99an%20dan%20sunnah.
(Diakses tanggal 20 November 2023)

Nawawi Arief, Barda. (1998). Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan


Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bhakti Bandung.

Alatas. S.H. (1987). Korupsi : Sifat, Sebab, dan Fungsi. Jakarta: LPIS

Kurniawan, Alhafiz (2020). Putusan NU tentang Korupsi, Koruptor, dan Hukuman


Mati. Retrieved from https://islam.nu.or.id/syariah/putusan-nu-tentang-korupsi-
koruptor-dan-hukuman-mati-lZTSS. (Diakses tanggal 20 November 2023)

Damayanty, P. (2023). Korupsi dalam Perspektif Islam dan Cara Pencegahannya.


Retrieved from https://www.liputan6.com/islami/read/5235482/korupsi-dalam-
perspektif-islam-dan-cara-pencegahannya. (Diakses tanggal 20 November
2023)

Rohmah, Siti. (2019). Internalisasi Nilai Etika Islam Sebagai Pijakan Perilaku
Antikorupsi. Retrieved from https://macapat.ub.ac.id/internalisasi-nilai-etika-
islam-sebagai-pijakan-prilaku-antikorupsi/. (Diakses tanggal 20 November
2023)

UU No 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 1999 Tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

16

Anda mungkin juga menyukai