Disusun oleh :
11178020132 Ma’ruf Maulana B 11178020162 M. Salman Alfarizi
11178020141 M. Guntur Gunawan 11178020168 Nadhiya Sri R
11178020149 M. Ihsan Nurjaman 11178020169 Nadila Sholehah
11178020151 M. Aditya Wilman 11178020173 Nawaz Zoel A M
11178020158 M. Iqbal Ramdhani
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan peradaban dunia yang sangat cepat dengan didukung oleh
kemajuan teknologi yang sangat cepat kian hari berlari menuju modernisasi. Pertumbuhan
dan perkembangan yang dirasakan membuat perubahan di berbagai sendi kehidupan
nampak jelas terlihat. Di samping itu pula berbagai bentuk kejahatan mengalami
transportasi dalam bentuk yang semakin vanggih dan beraneka ragam.
Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh di berbagai belahan dunia yaitu
korupsi yang sudah ada di masyarakat sejak lama. Di Indonesia sendiri fenomena korupsi
sudah ada sejak Indonesia belum merdeka yaitu adanya pemberian upeti kepada penguasa
setempat.
Sampai detik ini berbagai elemen masyarakat dan pemerintah berusaha untuk
memberantas dan melakukan pencegahan terhadap tindak pidana korupsi yang tidak bisa
dipungkiri lagi dampak pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Namun ternyata islam pun memiliki pandangan yang sama terkait korupsi yang memiliki
dampak buruk bagi suatu bangsa. Yang menarik adalah walaupun semua elemen
berpandangan buruk terhadap korupsi, namun pada praktiknya kasus korupsi ini ternyata
masih sulit untuk ditegakkan ditinjau dari masih banyaknya kasus tebang pilih sanksi
dalam kasus korupsi.
Dari latar belakang diatas pemakalah akan mecoba untuk memaparkan mengenai
bagaimana upaya untuk membudayakan masyarakat anti korupsi, serta berbagai
pandangan korupsi dari hukum konvensional maupun syari’ah islam dan bukti nyata
terkait dampak korupsi bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana membangun masyarakat anti korupsi?
2. Apa saja prioritas dalam rangka pemberantasan korupsi?
3. Bagaimana sanksi pelaku korupsi dalam hukum konvensional dan syari’ah
islam?
4. Bagaimana membudayakan hidup anti korupsi?
5. Bagaiman islam dalam memandang korupsi?
6. Apa saja dampak korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi?
7. Dan apa saja dampak korupsi terhadap pembangunan ekonomi?
C. Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana membangun masyarakat anti korupsi;
2. Untuk mengetahui prioritas dalam rangka pemberantasan korupsi;
3. Untuk mengetahui sanksi bagi pelaku korupsi dari perspektif hukum
konvensional dan syari’ah islam;
4. Untuk mengetahui bagaimana caramembudayakan hidup anti korupsi;
5. Untuk memahami pandangan islam terhadap korupsi;
6. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi; dan
7. Untuk mnegetahui dampak korupsi terhadap pembangunan ekonomi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ketidakseriusannya memberantas tindak pidana korupsi. Dengan alasan apapun
pemerintah tidak boleh mengulur waktu untuk memberantas tindak pidana korupsi
kelas kakap. Apabila pemerintah takut berhadapan dengan koruptor kelas kakap
dan hanya mengadili atau memproses koruptor kelas teri, maka resikonya adalah
kehilangan kepercayaan masyarakat dan menumbuhkan rasa ketidakpercayaan
kepada pemerintah bahkan masyarakat akan berpikir bahwa pemerintah
melindungi para koruptor kelas kakap. Korupsi dapat berakibat sangat besar baik
secara ekonomi, politik, maupun sosial budaya dan hukum. Masyarakat banyak
tidak menyadari bahwa perbuatan korupsi berakibat sangat buruk bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara, tetapi masyarakat jarang dapat langsung merasakannya.
Masyarakat hanya berasumsi yang dirugikan oleh perbuatan korupsi adalah
keuangan dan perekonomian negara, padahal secara tidak langsung yang
dirugikan adalah masyarakat itu sendiri.
4
ajakan untuk tidak melakukan korupsi harus dipasang di kantor-
kantor pemerintah.
c. Pemberdayaan masyarakat untuk ikut mencegah dan memerangi korupsi
adalah melalui penyediaan sarana bagi masyarakat untuk dapat dengan
mudah melaporkan kejadian korupsi kepada pihak yang berwenang secara
bertanggung jawab. Mekanisme pelaporan harus mudah dilakukan
misalnya melalui telepon, internet, dan sebagainya.
d. Kebebasan media baik cetak maupun elektronik dalam menginfor-
masikan bahaya korupsi adalah penting dalam pencegahan korupsi, selain
berfungsi sebagai media kampanye antikorupsi, media juga efektif untuk
melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat publik.
e. Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs yang
berfungsi melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat pemerintah
maupun parlemen, juga merupakan hal yang sangat penting dalam
mencegah terjadinya korupsi. Salah satu contoh adalah Indonesia
Corruption Watch (ICW), yakni sebuah LSM lokal yang bergerak khusus
dalam pemberantasan dan pencegahan korupsi.
f. Cara lain dalam rangka mencegah korupsi adalah menggunakan electronic
surveillance yaitu sebuah perangkat untuk mengetahui dan mengumpulkan
data dengan dipasang di tempat tempat tertentu. Alat itu misalnya closed
circuit television (CCTV
Selain hal diatas, BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan) pun melakukan kampanye anti korupsi dan membuat beberapa
kebijakan sebagai berikut :
5
Selain itu, BPKP beserta masyarakat dan pelajar berkomitmen melakukan
Pencegahan Korupsi melalui Pengembangan Sistem Pengaduan (Whistleblowing
System) dalam kerangka Fraud Control Plan dan Pengembangan Budaya
Organisasi Anti Korupsi. Adapun isi komitmen adalah sebagai berikut:
6
Ia mencontohkan di sektor penerimaan negara. Ia menganggap perlu
perbaikan atau evaluasi terhadap pertukaran data dan informasi perpajakan. Selain
itu, perbaikan meliputi batasan transaksi tunai, penyesuaian data sumber daya
alam dengan database, baik pajak atau Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
7
1) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili; atau:
2) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut
ketentuan peraturan perundangundangan ditentukan menjadi advokat
untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung
dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
3) Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 :
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. Yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh
penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyeleng gara negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
4) UU Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
8
sosial atau tindakan, maupun sanksi pidana penjara dan denda yang berat. Hal
ini mengingat dampak korupsi yang sangat merugikan dan berbahaya untuk
kelangsungan hidup suatu bangsa. Akibat korupsi, kemiskinan, kedzaliman,
dan ketidakadilan, serta rusaknya moralitas dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat mencapai pada puncak kebobrokannya. Pada dasarnya, semua
konsep kejahatan yang berkaitan dengan harta, seperti pencurian (sariqah),
penggelapan (ghulûl), penyuapan (risywah), dan perampokan (hirâbah); dapat
digunakan untuk menindak para koruptor. Akan tetapi perlu dipertimbangkan
hal-hal yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan berat dan ringannya
sanksi hukuman tersebut. Pada tataran sariqah dan hirâbah, sanksi yang
diterapkan dalam hukum Islam adalah hukuman hudûd. Sementara konsep
ghulûl dan risywah, keduanya menerapkan sanksi ta’zir.
ٌ ٱللُ َع ِز
)٣٨( يمٞ يز َح ِك طعُ ٓواْ أ َ ۡي ِديَ ُه َما َجزَ آ َۢ َء ِب َما َك َسبَا َن َٰ َك ٗل ِمنَ َّ ه
َّ ٱللِ َو َ َّارقَةُ فَ ۡٱق
ِ َّار ُق َوٱلس
ِ َوٱلس
9
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi
Allah dan RasulNya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan
bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat
mereka beroleh siksaan yang besar
Selain hal di atas, konsep yang juga mendekati dan mirip dengan
perilaku korupsi dalam hukum Islam adalah penggelapan (ghulûl) dan
penyuapan (risywah), dengan hukuman ta’zîrnya. Ghulûl dan korupsi
merupakan upaya penggelapan harta yang berada di bawah kekuasaannya.
Artinya, harta memang diserahkan kepadanya oleh pemilik harta sebagai
sebuah amanah, maka jika dikemudian hari ia berkhianat dengan
menggelapkan harta itu, dapat dituntut melalui mekanisme peradilan.
Sedangkan risywah dan korupsi, keduanya memiliki hubungan yang simbiosis
10
mutualisme, yaitu tujuan penerima suap adalah untuk memperkaya diri,
sementara pemberi suap selalu berorientasi untuk mendapatkan kebijakan
yang menguntungkan dirinya.
1. Denda dua kali lipat dari harta yang dikorupsi beserta hukuman
fisik. Rasulullah SAW pernah bersabda; “siapa saja yang
mengambil barang orang lain (pen, korupsi), maka dia harus
mengganti dua kali lipat dari nilai barang yang telah dia ambil dan
dia harus diberi hukuman”. (HR. Al-Nasa’i, kitab sariq, No. 4872).
2. Pengasingan; hukuman ini dapat dimaknai luas, tidak saja
menempatkan terpidana di suatu tempat terpencil yang jauh dari
keramaian, tetapi juga bisa berupa menjauhkan terpidana dari
pergaulan sosial, seperti pengucilan. Hal ini didasarkan pada
sebuah peristiwa di mana Nabi pernah memberi hukuman kepada
tiga orang sahabat yaitu Ka’ab bin Malik, Murarah bin Rabi’ah al-
Amiri dan Hilal bin Umayyah alWaqifi, yang enggan untuk ikut
dalam perang tabuk berupa hukuman pengucilan dengan
mendiamkan mereka selama lima puluh hari.
11
3. Pemecatan dari jabatan; Jabatan yang diemban oleh seseorang
merupakan amanah dari rakyat. Maka tatkala didapatkan seorang
pejabat yang mengkhianati amanah publik tersebut, sudah
sepatutnya diganti dengan orang lain yang lebih profesional, jujur
dan memiliki integritas tinggi. Allah SWT berfirman dalam Q.S al-
Anfal (8): 27:
)٢٧( َسو َل َوت َ ُخونُ ٓواْ أ َ َٰ َم َٰنَ ِت ُك ۡم َوأَنت ُ ۡم ت َعۡ َل ُمون
ُ ٱلر َّ َْٰ ٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت َ ُخونُوا
َّ ٱللَ َو
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanatamanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui.
4. Hukuman penjara; hukuman ini sebagai salah satu upaya represif
sekaligus penjeraan terhadap terpidana korupsi. Ia ditempatkan di
sebuah lembaga pemasyarakatan (lapas) khusus, dalam jangka
waktu tertentu, dengan pengekangan atas kemerdekaan dan
kebebasannya.
5. Hukuman mati; dalam kondisi tertentu jika mashlahat benarbenar
menghendaki, dimungkinkan koruptor untuk dihukum mati.
Misalnya korupsi dilakukan berulang-ulang (residivis), atau saat
negara dalam keadaan krisis, atau korupsi atas anggaran kesehatan
dan pendidikan. Untuk kadarnya (nishâb) dapat
mempertimbangkan metodologi qiyas dalam kasus hukuman
qishâsh, di mana seseorang dapat terhindar dari hukuman qishâsh
jika ada pemaafan dan membayar denda berupa seratus ekor unta.
Dengan demikian, koruptor yang menggelapkan uang rakyat
seharga seratus ekor unta sudah dapat dikenakan hukuman mati.
6. Pencabutan hak politik sebagai hukuman tambahan. Penentuan
bentuk hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi apakah dalam
kategori hudûd atau ta`zîr haruslah berdasarkan pertimbangan
12
penegakan keadilan dengan melihat modus kejahatan dan dampak
yang ditimbulkannya dalam masyarakat.
13
mendapatkan reaksi pencelaan yang keras dari masyarakat. Pemerintah salah
satunya menempuh cara pemberantasan serta pencegahan dengan mengeluarkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tindak pidana korupsi sampai
dengan saat ini termasuk diantaranya:
14
dalam 3 bahasa nasional apa saja syarat memperoleh ijin mendirikan
bangunan, ijin usaha, dll. Di kantor pajak Philipina aturan dan istilah pajak
disederhanakan sehingga lebih mudah dimengerti dan mengurangi diskresi
petugas pajak. Contoh lain adalah perubahan prosedur penganggaran yang
dilakukan oleh Presiden Aquino untuk mengurangi diskresi politisi daerah.
Meningkatkan akuntabilitas, yang bisa berarti banyak hal, di sinilah
kreativitas pemimpin ditunjukkan dengan banyak cara. Meningkatkan
akuntabilitas bisa dilakukan dengan penilaian kinerja yang pada gilirannya
dapat menjadi jembatan penghubung antara hasil kerja dengan
penghargaan. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mendengar dan
berdiskusi dengan pelaku usaha dan warga negara lainnya yang bisa
diwujudkan antara lain dengan mekanisme pangaduan yang aman. Upaya-
upaya e-government juga telah banyak dilakukan di seluruh dunia seperti
yang dilakukan Korea Selatan dan Mexico yang secara signifikan
berdampak positif mengurangi korupsi. Peran NGO sebagai watchdog
juga besar. Seusai tsunami di Aceh satu tim jurnalis lokal menyiarkan
program harian tentang upaya rehabilitasi dan rekonstruksi. Tim ini
sekaligus menjadi watchdog yang menjaga upaya perbaikan Aceh dari
korupsi.
Melakukan reformasi terhadap insentif, misalnya insentif remunerasi.
Upaya menaikkan risiko atau hukuman bagi pelaku dan penerima suap
perlu dilakukan, begitu juga sebaliknya. Georgia secara radikal
mengurangi jumlah petugas polisi dan menaikkan gaji petugas yang
tersisa. Positive incentives perlu dibarengi dengan negative incentives
misalnya dengan catching big fish pelaku korupsi yang akan memberi
sinyal bahwa tidak ada yang kebal dari hukum.
Reformasi etika juga perlu dilakukan dalam wujud nyata para pemimpin
sangat wajib memberi contoh yang baik.
15
E. Korupsi Dalam Perspektif Islam
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yakni Corruptio-Corrumpere yang
berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Korupsi
merupakan tindak pidana sebagaimana yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Korupsi
merupakan sebuah persoalan yang sudah lama ada. Menurut Onghokham korupsi
ada saat seseorang melakukan pemisahan antara keuangan pribadi dan keuangan
umum, dengan kata lain korupsi mulai dikenal pada saat sistem politik modern
dikenal. Korupsi muncul setelah adanya pemisahan antara kepentingan pribadi
dengan kepentingan pekerjaannya. Hal ini muncul setelah adanya revolusi
perancis pada abad ke-19, sejak saat itu penyalahgunaan wewenang untuk
kepentingan pribadi di sebut sebagai korupsi (Marpaung,1992). Menurut
Senturia(1993) korupsi merupakan suatu tindakan penyalahgunaan kekuasaan
untuk kepentingan pribadi.
16
Yang pertama, korupsi dalam kelompok suap. Dalam pandangan hukum
Islam merupakan perbuatan yang tercela serta merupakan dosa besar dan Allah
sangat membencinya. Islam tidak menentukan hukuman bagi pelaku suap, akan
tetapi ancaman hukuman bagi para pelakunya berupa hukuman yang telah
disesuaikan dengan masing-masing dari kajahatan tersebut. Suap yakni
memberikan sesuatu pada orang yang lebih berkuasa dengan tujuan supaya
pemberi suap mendapatkan keuntungan atau dipermudah dalam
urusannya(Noeh,1997).
17
Salah satu penyebab Indonesia tidak dapat menjadi negara maju adalah
karena korupsi. Budaya korupsi di Indonesia sudah ada sejak lama. Pada
lingkungan pejabat, korupsi sudah menjadi hal yang wajar dan telah menjadi
rahasia umum. Dampak korupsi sangatlah besar dan juga merugikan banyak
orang. Dampak korupsi juga langsung dapat dirasakan oleh negara.
18
F. Dampak Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Belakangan ini, korupsi merupakan berita yang hangat-hangatnya dibicarakan
oleh masyarakat luas. Korupsi ditentukan sebagai persetujuan ketua, administrasi,
ekonomi atau politik yang ditimbulkan oleh diri sendiri atau orang lain, yang
ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi yang menimbulkan kerugian
bagi masyarakat umum, perusahaan atau swasta lainnya. Tindakan korupsi
membuat masyarakat resah, bingung dan prihatin dengan keadaan negara
ini. Konflik, korupsi ini telah mendarah daging di negeri ini. Permasalahan
korupsi ini tidak terjadi terjadi di negeri ini, tuntas satu masalah korupsi, muncul
satu masalah korupsi lagi. Hal ini terus terjadi hingga saat ini. Tindakan korupsi
termasuk tindakan penghianatan. Para koruptor bergotong royong untuk
mengangkut habis uang negara.
1. Menyusutnya nilai investasi. Dengan adanya korupsi, kepercayaan
investor dalam negeri atau luar negeri mulai terkikis. Mereka menanam
modal di Indonesia karena Indonesia memiliki tingkat korupsi yang
tinggi. Negara yang memiliki tingkat korupsi yang memiliki tingkat tinggi
juga untuk gagal. Karena itu, para investor tidak ingin mengambil risiko
dengan cara mengalihkan investasi mereka ke negara lain yang ingin
membersihkan korupsi.
2. Hutang negara semakin menumpuk. Menunpuknya utang negara
merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah yang berkorup untuk
menggunakan dana pinjaman luar negeri dalam membiayai proyek-proyek
yang padat modal
3. Rendahnya kualitas barang dan jasa. Beras murah, tetapi tidak layak untuk
dikonsumsi, jembatan yang ambruk, jalan yang jebol, ini merupakan
contoh dari kualitas barang dan jasa. Hal ini berkaitan dengan pondasi
yang kurang kokoh karena ada korupsi dibalik pengerjaan proyek ini ada
suap dan pengayaan bahan untuk pondasi yang digunakan untuk
memenuhi ego mereka sendiri.
19
4. Terjadinya missalokasi daerah. Para pejabat yang berkepentingan tidak
memperhatikan daerah-daerah yang dipindahkan di Indonesia yang sangat
membutuhkan prioritas pembangunan. Mereka lebih mementingkan
daerah lain yang bisa menghasilkan lebih banyak dan menguntungkan
yang mereka gunakan untuk pribadi mereka.
5. Harga barang kian mahal. Mahalnya harga barang ini terjadi karena biaya
produksi yang sangat tinggi kebutuhan pendukung dunia usaha seperti
jalan, jempatan, terminal dan lain-lain tidak terbangun dengan baik. JIka
harga mahal, maka ada 2 konsekueni yang meyakinkan
pengusaha. Konsekuensi pertama yaitu daya serap atas barang produksi
menjadi rendah karena harga yang mahal. Konsekuensi kedua yaitu
menghindari barang yang tidak laku, pengusaha menurunkan untung yang
lebih cepat dari yang lalu.
6. Menurunnya Pendapatan negara dari sektor pajak. Sebagian besar negara
di dunia memiliki sistem pajak yang menjadi perangkat penting untuk
membayar anggaran pemerintahannya dalam penyediaan barang dan jasa
publik, sehingga dapat disetujui tentang pajak apa saja yang penting bagi
negara. Pajak berjalan sebagai stabilisasi harga Pajak juga sebagai retribusi
Pendapatan negara.
7. Korupsi mengurangi pada bidang pendidikan dan kesehatan. akibat
korupsi, pendapatan pemerintah akan terpangkas lebih dari 50%. Agar
pengeluaran pemerintah tidak defisit, maka dilakukan penghematan
pengeluaran pemerintah.
8. Kemiskinan dan kemiskinan semakin merajalela. Dengan adanya korupsi,
kaum miskin akan menentang kesulian dalam menjual hasil petanian
karena terhambat dengan tingginya biaya, baik yang legal maupun yang
tidak legal. Selain berdampak pada kemiskinan, korupsi juga berdampak
pada pensiun, terjadi karena terbatasnya lapangan
pekerjaan. Pengangguran timbuk karena ada perbedaan atau
ketidakseimbangan antara jumlah pekerja dengan jumlah lapangan kerja.
20
Tren Korupsi Selama Empat Tahun (2015-2018)
ICW melakukan perbandingan penindakan kasus korupsi yang dilakukan
oleh penegak hukum selama 4 (empat) tahun terakhir dari 2015 hingga 2018.
Hal ini untuk melihat gambaran secara umum penindakan kasus korupsi yang
dilakukan oleh penegak berdasarkan jumlah kasus korupsi yang disidik,
jumlah aktor yang ditetapkan sebagai tersangka, dan jumlah nilai kerugian
negara yang ditimbulkan.
Grafik Tren Penindakan Kasus Korupsi Selama Tiga Tahun Dalam Semester Yang Sama
21
oleh penegak hukum cenderung sedikit. Seluruh penegak hukum hanya
mampu menangani 33 kasus dugaan korupsi dengan menetapkan tersangka
sebanyak 96 orang tiap bulannya. Artinya secara ratarata, tiap kasus dugaan
korupsi yang ditindak oleh penegak hukum hanya berhasil menangkap 3 (tiga)
orang tersangka korupsi. Hal ini menandakan bahwa secara umum kinerja
penegak hukum belum maksimal dalam memberantas korupsi apabila dilihat
secara kuantitas berdasarkan jumlah penanganan kasus dan aktor yang
ditetapkan sebagai tersangka. Sebab tindak pidana korupsi tidak hanya
dilakukan oleh segelintir pihak melainkan adanya para pihak yang terlibat,
baik aktif maupun pasif dalam merencakanan sebuah kejahatan.
22
Tabel 1 Pemetaan Korupsi Berdasarkan Modus
Modus yang paling banyak dilakukan oleh tersangka korupsi yakni mark
up. Ada sebanyak 76 kasus korupsi yang melibatkan 185 orang tersangka.
Artinya per kasus melibatkan 2 (dua) orang terasngka korupsi. Nilai kerugian
negara yang ditimbulkan akibat melakukan penggelembungan harga sebesar
Rp541 miliar. Rata-rata nilai kerugian negara yang timbul akibat kasus dugaan
korupsi bermodus mark up sebesar Rp2,9 miliar per kasus.
Salah satu kasus yang menimbulkan kerugian negara sangat besar dengan
modus mark up yaitu kasus dugaan korupsi pembangunan dermaga bongkar
Badan Pengelolaan Kawasan Sabang (BPKS) dengan menimbulkan kerugian
negara sebesar Rp313 miliar. KPK melakukan pengembangan kasus dengan
menetapkan 2 (dua) tersangka dari pihak korporasi, yaitu, PT. Nindya Karya
dan PT. Tuah Sejati. Kecenderungan modus penggelembungan harga terjadi
ketika proses Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ). Ada sebanyak 61 kasus
korupsi bermodus mark up PBJ dan 15 kasus korupsi yang tidak
bersinggungan dengan PBJ. Berdasarkan data KPK mengenai jenis perkara
yang disidik, PBJ menempati peringkat kedua setelah penyuapan.6 Selain itu
berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP), total paket pengadaan yang dilakukan selama tahun 2018 mencapai
1.427.397 paket dengan total pagu sebesar Rp419,2 triliun. Hal ini
membuktikan bahwa korupsi dalam proses PBJ jamak terjadi.
Sementara itu, modus lainnya yang juga kerap dilakukan yaitu
penyalahgunaan wewenang. Ada sebanyak 20 kasus dugaan korupsi dengan
menggunakan modus tersebut. Aktor yang ditetapkan sebagai tersangka
sebanyak 37 orang. Artinya per kasus dapat melibatkan 1 (satu) hingga
maksimal 2 (dua) orang tersangka korupsi. Meskipun kasusnya tidak
menempati 5 (lima) teratas, namun kerugian negara yang ditimbulkan sangat
besar mencapai Rp3,6 triliun. Apabila dirata-ratakan maka nilai kerugian
negara per kasus berkisar Rp180 miliar per kasus.
Terdapat kasus dugaan korupsi yang menimbulkan kerugian negara sangat
besar berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang. Pertama, kasus dugaan
23
korupsi pembobolan Bank Mandiri Commercial Banking Centre (CBC)
Bandung.8 Kasus tersebut melibatkan 2 (dua) orang pejabat Bank Mandiri dan
2 (dua) petinggi PT. Tirta Amarta Bottling. Kasus yang ditangani oleh
Kejaksaan Agung menimbulkan kerugian negara mencapai Rp1,8 triliun.
Rony Tedy selaku Direktur Utama PT. Tirta Amarta Bottling pun dikenakan
pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Pejabat Bank Mandiri diduga
menyalahgunakan kewenangannya untuk memberikan perpanjangan sejumlah
kredit kepada Rony Tedy. Adapun kredit yang diajukan antara lain:
1) Perpanjangan kredit berupa Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar Rp880
miliar;
2) Perpanjangan dan tambahan plafond Letter of Credit (LC) sebesar
Rp40 miliar sehingga total plafond LC menjadi Rp50 miliar; dan
3) Pengajuan fasilitas Kredit Investasi (KI) sebesar Rp250 miliar selama
72 bulan.
Kedua, kasus dugaan korupsi penerbitan surat keterangan tanah di atas lahan
Hak Guna Usaha (HGU) milik PT. Perkebunan Nusantara II dengan luas
mencapai 100-an hektar yang disidik oleh Kejaksaan Negeri Deliserdang.
Tersangka yang ditetapkan yaitu Kepala Desa Sampali, Sri Astuti. Ia
menerbitkan surat keterangan tanah pada saat menjabat Kepala Desa sejak
2003 hingga 2017. Kasus tersebut menimbulkan kerugian negara sebesar
Rp1,1 triliun berdasarkan keterangan ahli. Ironisnya, ia sedang menjalani
hukuman penjara akibat tertangkap tangan melakukan pungutan liar oleh
Polres Medan 2017 silam. Hal ini perlu menjadi koreksi bagi pemerintah
daerah ke depan untuk memperbaiki sistem pengawasan khususnya terkait
dengan penerbitan izin tanah. Sebab nilai kerugian negara yang ditimbulkan
sangat besar dan berpotensi destruktif karena dapat mengacaukan tatanan
sosial apabila tanah tersebut tidak sah secara hukum. Apalagi tersangka telah
mengeluarkan 407 surat keterangan tanah untuk diperjualbelikan.
24
Pemetaan Korupsi Berdasarkan Sektor
ICW melakukan pemetaan kasus dugaan korupsi berdasarkan sektor yang
rawan dikorupsi. Ada sebanyak 31 sektor yang ICW klaster rawan terjadi
korupsi. Sektornya beragam, mulai dari yang berkaitan dengan sumber daya
alam, pelayanan publik, tata kelola pemerintahan, hingga sosial
kemasyarakatan. Pemetaan sektor yang rawan dikorupsi dapat digunakan
sebagai upaya untuk merancang aksi pencegahan. Berikut hasil pemantauan
yang dilakukan oleh ICW sepanjang tahun 2018.
25
Tabel 2 Pemetaan Korupsi Berdasarkan Sektor
Sektor yang paling rawan dikorupsi selama tahun 2018 yaitu anggaran
desa. Ada sebanyak 96 kasus korupsi terkait anggaran desa dengan melibatkan
133 orang tersangka. Artinya dirata-ratakan antara kasus dengan tersangka,
apabila ada kasus korupsi yang terjadi maka actor yang terlibat 1 (satu) orang
dan paling banyak 2 (dua) orang. Sementara itu kerugian negara yang
ditimbullkan sebesar Rp37,2 miliar. Apabila dirata-ratakan maka setiap kasus
korupsi yang terjadi menimbulkan kerugian negara sebesar Rp387 juta.
Dalam konteks korupsi anggaran desa, pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 9
ayat (2) bahwa pendapatan desa dikelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1) Pendapatan Asli Desa (PADes);
2) Transfer meliputi: Dana Desa, bagian dari hasil pajak daerah, Alokasi
Dana Desa (ADD), bantuan keuangan dari APBD provinsi dan
kabupaten/kota; dan
3) Pendapatan lain-lain. Oleh sebab itu, korupsi di sektor anggaran desa
tidak seluruhnya berkaitan dengan kucuran pemerintah pusat melalui
program Dana Desa (DD).
Salah satu kasus korupsi yang terjadi pada sektor anggaran desa ialah
kasus dugaan korupsi DD di Kepulauan Taliabu tahun 2017. Nilai kerugian
negara yang ditimbulkan mencapai Rp4,2 miliar. Polda Maluku Utara
menetapkan Agusmaswaty Toib Koten selaku Bidang Perbendaharaan dan
Kas Daerah Kabupaten Taliabu. Ia diduga melakukan pemotongan DD hingga
Rp.45 juta per desa dan dana tersebut dikirimkan ke rekening perusahaannya
atas nama CV. Syafaat Perdana. Sementara terdapat kasus dugaan korupsi
yang terjadi di sektor pelayanan publik, salah satunya mengenai isu kesehatan.
Ditemukan ada sebanyak 21 kasus korupsi yang terjadi berkaitan pada aspek
kesehatan. Total nilai kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi di
sektor kesehatan mencapai Rp.56,3 miliar. Jumlah tersangka yang ditetapkan
sebanyak 44 orang, termasuk Kepala Daerah sebanyak 2 (dua) orang. Kepala
Daerah yang ditangkap tangan oleh KPK yaitu Bupati Hulu Sungai Tengah,
26
Abdul Latief. Ia dijerat karena menerima suap terkait pembangunan RSUD
Damanhuri. Sementara itu, KPK melakukan OTT terhadap Bupati Jombang,
Nyono Suharli Wihandoko yang diduga menerima suap terkait jual beli
jabatan dan mengambil kutipan dana kapitasi BPJS dari 34 puskesmas di
Jombang.
ICW juga melakukan klasterisasi objek korupsi terkait isu kesehatan. Ada
sebanyak 11 objek korupsi yang terpantau antara lain: pengadaan alat
kesehatan (6 kasus); dana kapitasi (3 kasus); pembangunan rumah sakit (3
kasus); operasional rumah sakit (2 kasus); pengadaan obat (1 kasus); dana
operasional kesehatan (1 kasus); dana profesi (1 kasus); jual beli jabatan (1
kasus); operasional puskesmas (1 kasus); pembangunan puskesmas (1 kasus);
dan pengadaan alat KB (1 kasus).
Salah satu kasus yang terjadi di sektor kesehatan yakni kasus dugaan
korupsi pengadaan obat di RSUD Andi Makassau Kota Parepare. Kejaksaan
Negeri Parepare menetapkan melibatkan mantan Direktur RSUD Makassau,
dr. Yamin, dengan menimbulkan kerugian negara sebesar Rp2,2 miliar. Kasus
tersebut terjadi akibat belum dibayarkannya tagihan pembelian obat oleh
rumah sakit kepada perusahaan farmasi. Sedangkan dalam laporannya
pencairan uang untuk membeli obat telah dikeluarkan seluruhnya yakni Rp25
miliar. Selain korupsi di isu kesehatan, ICW juga menemukan 2 (dua) kasus
dugaan korupsi yang berkaitan dengan bencana alam. Pertama, OTT terkait
dana bantuan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang terdampak bencana gempa
bumi Lombok. Kasus pemerasan tersebut ditangani oleh Kejaksaan Negeri
Mataram dengan menetapkan Ketua Komisi IV DPRD Kota Mataram, H.
Muhir. Politikus yang menjabat sebagai pengurus Dewan Pembina Daerah
(DPD) Partai Golkar diduga meminta uang dari pejabat Dinas Pendidikan
Mataram dan kontraktor sebagai balas budi karena telah menjamin anggaran
sebesar Rp4,2 miliar untuk perbaikan 14 gedung SD dan SMP. Selain Muhir,
penyidik juga menangkap Sudemon, Kepala Dinas Pendidikan Mataram dan
CT, kontraktor yang turut mengabulkan permintaan Muhir.
27
Kedua, kasus pungutan liar pengambilan jenazah korban tsunami Selat
Sunda di RSUD dr. Drajat Prawinegara Kota Serang. Padahal penanganan
jenazah dalam kondisi bencana alam, korban tidak ditanggung biaya sebab
pemerintah akan membiayai seluruh pelayanan kesehatan. Polda Banten
menetapkan 3 (tiga) orang tersangka dengan insial F (ASN) yang merupakan
staf Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal), I dan B yang merupakan
karyawan perusahaan pengadaan mobil jenazah, CV. Nauval Zaidan. Modus
yang mereka lakukan yakni dengan menawarkan fasilitas pengurusan jenazah.
Nilai pungutan liar yang didapatkan oleh polisi sebesar Rp15 juta.
Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat banyak celah terjadinya kasus
korupsi di berbagai lini kehidupan, mulai dari isu pelayanan publik,
pemerintahan, hingga eksploitasi terhadap korban bencana alam. Artinya
korupsi telah meluas hingga pada titik yang paling rendah. Peristiwa semacam
ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk memperkuat
pengawasan di berbagai sektor, mulai dari membuat atau mengubah regulasi
hingga memberikan informasi secara terbuka bagi publik untuk secara aktif
berpartisipasi dalam hal pengawasan.
28
dari nilai proyek. Korupsi dapat menimbulkan kekacauan pada sektor publik
dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang
tersedia sogokan dengan jumlah yang sangat menggiurkan. Korupsi juga
mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup
dan aturan-aturan lain. diberbagai bagian dunia menyimpulkan bahwa illegal
payoffs can increase the cost and lower the quality of public works projects by
as musch as 30 percent to 50 percent.
29
berlaku. Intensitas dari deal antra wajib pajak dan petugas pajak dapat dapat
mengurangi jumlah yang sangat signifikan dari kewajiban pajaknya terhadap
negara dengan membayar yang lebih rendah dari yang seharusnya, tetapi
memberikan imbalan tertentu bagi petugas pajak. Intensitas dari deal antara
wajib pajak dengan petugas pajak dapat membawa dampak yang signifikan
terhadap volume penerimaan negara dari pajak, yang pada gilirannya dapat
membawa dampak pada tidak tersedianya dana yang memadai untuk proyek
pembangunan untuk kepentingan hajat hidup masyarakat.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi merupakan salah satu masalah besar yang ada di dunia yang
cukup sulit untuk diberantas dan merupakan salah satu masalah yang mempunyai
berbagai dampak buruk bagi sebuah negara mulai dari perekonomian, hukum,
moral, dan lain-lain. Pada negara kita tercinta yaitu Indonesia, korupsi sudah lahir
sejak lama dan sudah dianggap sebagai budaya. Untuk itu pembangunan
masyarakat anti korupsi harus dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap bahaya korupsi,
melaporkan kejadian korupsi kepada pihak yang berwenang secara bertanggung
jawab, kebebasan media baik cetak maupun elektronik dalam menginformasikan
bahaya korupsi, dan seterusnya. Selain dengan pembangunan masyarakat anti
korupsi kita juga harus bisa membudayakan hidup anti korupsi yang dapat
dilakuan dengan Mengurangi monopoli, membatasi diskresi berarti memperjelas
aturan main dan mengumumkannya kepada masyarakat, meningkatkan
akuntabilitas, melakukan reformasi terhadap insentif dan reformasi etika.
31
Indonesia merupakan negara dimana masyarakatnya mayoritas beragama
muslim, karena hal tersebut kita tidak bisa mengenyampingkan korupsi dalam
perspektif islam dan sanksi-sanksi korupsi berdasarkan hukum islam. Dalam
perspektif islam harta dibagi menjadi dua macam,yaitu harta yang halal dan
haram. Korupsi merupakan suatu perbuatan yang salah karena manghalalkan
sesuatu yang sebenarnya haram. Islam membagi istilah korupi menjadi menjadi
beberapa kelompok, yaitu suap, pencurian, penipuan, dan pengkhianatan. Sanki
korupsi menurut islam pada dasarnya semua konsep kejahatan yang berkaitan
dengan harta, seperti pencurian (sariqah), penggelapan (ghulûl), penyuapan
(risywah), dan perampokan (hirâbah), dapat digunakan untuk menindak para
koruptor. Sanksi korupsi dalam islam dapat didasarkan oleh Al-Quran dan Hadits,
sanksi korupsi dapat didasarkan pada Surat Al-Maidah ayat 33,38, Surat Al-Anfal
ayat 27, dan beberapa Hadits.
B. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-
korupsi-terhadap-ekonomi
https://www.kemenkeu.go.id/rapbn2019
Huda, Chairul. 2006. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawabana Pidana Tanpa Kesalahan.Kencana.Jakarta:15.
33
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data RAPBN
34
35
Lampiran 2
Berikut kami juga lampirkan beberapa data terkait:
1. Inflasi
36
3. Investasi dan penanaman Modal
Invesment
37