Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGARUH  PERSPEKTIF BUDAYA DAN AGAMA

TERHADAP TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI

Nama Kelompok :
1. Elvina Purfita Fauziyah ( P27825020013 )
2. Laylia Natasyah Putri ( P27825020025 )
3. Niken Arlintya Ramadhani ( P27825020034 )
4. Ririn Amelia Putri ( P27825020038 )
5. Rischa Safitri ( P27825020039 )
6. Sinta Yulia Fifiana ( P27825020043 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

PRODI D3 KEPERAWATAN GIGI

TAHUN PERLAJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allat SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Pengaruh  Perspektif Budaya dan
Agama Terhadap Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

Terima kasih saya ucapkan kepada Bpk Imam Sarwo Edi, S.Si.T.,M.Pd selaku
penanggung jawab dalam mata kuliah pendidikan budaya anti korupsi, serta drg. Ratih Larasati,
M.Kes. dan Ibu Hj. Endang Purwaningsih, SH., S.Si.T., M.Pd selaku dosen kami yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembagan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 11 Mei 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2

C. Tujuan ................................................................................................................................2

D. Manfaat...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

A. Pendidikan Agama...........................................................................................................3
B. Pendidikan Karakter.........................................................................................................6
C. Budaya (Culture) .............................................................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................................11

A. Kesimpulan........................................................................................................................11

B. Saran..................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi di Indonesia telah menjamur di berbagai segi kehidupan. Dari Instansi tingkat
desa, kota, pemerintahan, hingga pendidikan. Bisa di bilang korupsi sudah membudaya di
Indonesia Salah satu penyebab terpuruknya bangsa Indonesia, baik dari segi ekonomi
maupun politik, yaitu suburnya tindak kejahatan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat
negara. Pada masa orde baru, tindak pidana korupsi dilakukan oleh para pejabat negara di
tingkat pusat. Namun kemudian, seiring dengan kebijakan otonomi daerah, gejala
desentralisasi perilaku korupsi pun merebak. Korupsi bukan hanya dilakukan oleh para
pejabat negara pusat, tetapi juga banyak dilakukan oleh pejabat atau raja-raja kecil di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, sampai kelurahan. Bahkan dalam instansi pendidikan budaya
korupsi juga sudah menyebar.
Korupsi merupakan masalah paling krusial yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia
saat ini. Tindak pidana korupsi yang terjadi terentang mulai dari korupsi kecil-kecilan
seperti pemberian uang pelicin ketika berurusan di kelurahan sampai ke korupsi besar-
besaran seperti penyelewengan dana bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang bernilai
triliunan rupiah. Kejadian ini makin mempertegas anggapan bahwa korupsi sudah
membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
memberantas korupsi di bumi Indonesia antara lain dengan membentuk badan Negara yang
diberikan kewenangan luar biasa seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada masyarakat yang tingkat korupsinya seperti Indonesia, hukuman yang setengah-
setengah sudah tidak mempan lagi. Mulainya dari mana juga merupakan masalah besar,
karena boleh dikatakan semuanya sudah terjangkit penyakit birokrasi. Hal ini tentu saja
sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat
yang terbukti melakukan tindak korupsi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
seberapa besar pengaruh pendidikan agama, karakter dan kultur terhadap budaya korupsi
yang terjadi di Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik suatu permasalahan, yaitu
seberapa besar pengaruh pendidikan agama, karakter dan kultur terhadap budaya korupsi
yang terjadi di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh pendidikan agama, karakter dan kultur terhadap budaya korupsi
yang terjadi di Indonesia.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui seberapa
besar pengaruh pendidikan agama, karakter dan kultur terhadap budaya korupsi yang terjadi
di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Agama
1. Pendidikan anti-korupsi dalam perspektif pendidikan Islam
Bicara tentang pendidikan anti-korupsi dalam perspektif Islam. Kita harus merujuk
pada Alquran dan Alhadits sebagai sumber utama dari ajaran Islam. Pendidikan korupsi
adalah suatu hal penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi
bukan hanya menyangkut bagaimana menangkap dan memidanakan pelaku tindak pidana
korupsi, tapi lebih jauh adalah bagaimana mencegah tindak pidana korupsi agar tidak
terulang pada masa yang akan datang melalui pendidikan anti-korupsi.
Jika melihat dari pengertian korupsi yang sudah disebutkan diatas, bisa disimpulkan
jika korupsi adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap
rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu. Dalam Alquran
Allah telah banyak mengingatkan manusia tentang hal ini, antara lain:
a. Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati
dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang selalu berkhianat lagi
bergelimang dosa (QS. An-Nisa: 107).
b. Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang Telah beriman. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat (QS.
Al-Hajj: 38).
Melihat dari firman Allah diatas, sangat jelas jika Islam melarang segala bentuk
penghianatan. Karena dari itu bisa disimpulkan jika Allah melarang Korupsi karena
korupsi adalah salah satu bentuk penghianatan. Segala bentuk larangan yang tertuang
dalam Alquran adalah suatu hal mutlak yang harus dihindari terlebih bagi orang-orang
Islam. Karena Alquran adalah penunjuk jalan yang lurus. Alquran adalah pedoman kita
sebagai umat muslim. Dan sebagai umat muslim kita harus senantiasa berpedoman
kepada alquran dan hadis. Dalam Alquran dijelaskan jika manusia ingin diberi petunjuk,
maka dia harus iman 4 terhadap Alquran. Ada sebuah ayat dalam alquran dijelaskan jika
kita harus takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintahperintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. tidak cukup diartikan

3
dengan takut saja. Maka dari itu, kitapun juga harus menjahui larangan Allah berupa
khianat atau korupsi. Allahpun juga menegaskan lagi tentang hal tersebut.
Pakar Pendidikan, Arief Rahman memberikan saran jika pendidikan antikorupsi lebih
tepat dijadikan pokok bahasan dalam mata pelajaran tertentu. Sebuah usulan yang mesti
dicermati. Pokok bahasan mencakup kejujuran, kedisiplinan, kesederhanaan, dan daya
juang. Selain itu, juga nilai-nilai yang mengajarkan kebersamaan, menjunjung tinggi
norma yang ada, dan kesadaran hukum yang tinggi. Disamping itu penanaman nilai
tanggung jawab dalam diri setiap siswa juga sanat penting, ini berarti siswa teguh hingga
terlaksananya tugas. Tekun melaksanakan kewajiban sampai tuntas. Pengembangan rasa
tanggung jawab adalah bagian terpenting dalam pendidikan anak menuju kedewasaan.
Menjadi orang yang bermutu sebagai manusia.
Sementara itu Imam Suprayogo juga berpendapat jika Pendidikan Islam harus bisa
terintegratif dan berisi serta masuk dalam seluruh relung kehidupan sekolah, dan apalagi
di keluarga masing-masing, maka saya berkeyakinan Islam menjadi sebuah budaya dan
bahkan peradaban, yaitu budaya dan peradaban Islam. Islam yang selalu mengajarkan
tentang hidup santun, menghargai dan hormat pada orang lain, apalagi kepada orang yang
lebih tua apalagi guru dan orang tuanya sendiri; penuh kasih sayang, selalu menghindar
dari perbuatan rendah seperti berbohong, tidak jujur, tidak amanah (korupsi).
Adapun pelaksanaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Selalu mendekat pada Allah melalui kegiatan spiritual seperti banyak berdzikir
(ingat Allah).
b. Sholat berjama’ah.
c. Membaca al Qur’an dan lain-lain.
Dengan ini justru Islam akan lebih terasakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
Pendidikan Islampun juga bisa menjadi Pendidikan yang menjauhkan dari tindakan
korupsi.
2. Nilai-nilai anti-korupsi agama dan kepercayaan lain
Dapat dirasakan sistem pendidikan saat ini belum berhasil menanamkan nilai-nilai
anti-korupsi. Pendidikan agama seolah-olah terpisah dari kehidupan sekuler.
Keberhasilannya hanya diukur sampai tingkat pengertian dan kemampuan anak didik
dalam melaksanakan praktik-praktik agamawi, bukan pada apresiasi pada penampakan

4
nilai-nilai kebaikan. Sekolah secara rutin menyelenggarakan doa bersama menjelang UN,
namun praktik-praktik kecurangan terorganisir dianggap hal yang wajar. Pendidikan
moral tidak lagi dimasukkan ke dalam kurikulum, penekanan lebih ditekankan pada
pendidikan kewarganegaraan, tanpa keteladanan dari pemangku kepentingan negara. Jika
hal ini terus menerus dibiarkan, akan sulit berharap lahirnya generasi tanpa korupsi
sehingga dimasa yang akan datang mimpi tercipta Indonesia yang bebas dari korupsi
hanya sebatas retorika. Dalam hal inilah membangun suatu sistem pendidikan anti-
korupsi menjadi relevan, melawan korupsi dengan menanamkan nilai-nilai anti-korupsi
pada generasi muda sejak dini.
Penerapan Pendidikan Anti-korupsi harus melibatkan semua pihak di lingkungan
pendidikan formal, perlu duduk bersama merancang implementasinya di dalam
kurikulum untuk memetakan nilai-nilai anti-korupsi yang harus dicapai di setiap satuan
pendidikan, siapa dan kapan disampaikan, termasuk mekanisme evaluasinya. Lembaga
pendidikan harus memiliki modul Pendidikan Anti-korupsi dan mencantumkannya dalam
program tahunan. Tanggung jawab ini tidak hanya menjadi beban pendidik agama, setiap
pendidik harus mengambil peran dalam menebarkan nilai-nilai anti-korupsi. Gagasan
besar mencegah praktik korupsi dengan menerapkan pendidikan Anti-korupsi akan
berhasil jika didukung oleh semua pihak di luar lingkungan lembaga pendidikan. Apalah
gunanya jika di sekolah/kampus nilai-nilai anti-korupsi telah diajarkan namun di rumah
pelajar tidak pernah diberikan tanggung jawab walau hanya membersihkan kamar tidur
dan mencuci piringnya setelah makan dan mengamalkan nilai-nilai agama.
Persekutuan Kristen menjadi model komunitas orang-orang yang peduli dan bergaya
hidup sederhana, menanamkan budaya disiplin waktu ketika 6 melakukan kegiatan.
Kepada gereja Allah mengamanatkan supaya “apa yang kuperintahkan kepadamu pada
hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”
(Ulangan 6 : 6-7).
Ajaran Hindu menekankan hidup sederhana, bahkan mendorong untuk meninggalkan
dunia dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan guna mencapai persatuan Atman dengan
Brahman. Ajaran Budha menekankan pengendalian nafsu dan berusaha melepaskan diri

5
dari nafsu demi mencapai Nirwana. Para biksu Budha pun, hidup sederhana. Soma Dewa,
guru India abad ke-10: Uang suap: pintu masuk ke dosa. Raja yang penipu, akan
ditinggalkan rakyat dan tidak akan hidup lama. Pemikiran India: tinggi rendahnya korupsi
lebih tergantung pada faktor sejarah, sosiologis, dan lainya daripada ancaman hukuman.
Konfusionisme (551-478 SM) lebih percaya pada upaya mendekatkan diri kepada
Tuhan, pengendalian diri, dan pendidikan etika, daripada pembentukan dan penegakan
hukum, dalam pembinaan moral bangsa.
Untuk korupsi yang sudah membudaya dan mendarah daging, dibutuhkan pendidikan
berbasis anti-korupsi yang disampaikan berulang-ulang dan keroyokan. Setiap kita, baik
sebagai guru, karyawan atau ibu rumah tangga Tuhan berikan tanggung jawab untuk
mendidik generasi muda negeri ini bermental antikorupsi, menjadi agen pendidikan anti-
korupsi, agen perubahan bangsa.
B. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada
peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta
adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan
terwujud insan kamil.
Menurut Akhmad Sudrajat, supaya kita lebih mudah memahami makna pendidikan
karakter, kita mesti mengerti makna dari karakter itu sendiri terlebih dahulu. Pengertian
karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Sementara itu, yang
disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak. Lain halnya dengan pendapat Tadzkiroatun Musfiroh (2008), menurutnya karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations),
dan keterampilan (skills). Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan
berperilaku jelek dikatakan sebagai orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang
perilakunya sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia.

6
Melihat permasalahan yang terjadi, ternyata budaya korupsi di Indonesia bukan hanya
terjadi dalam dunia politik, tetapi dalam dunia pendidikan pun bisa terjadi. Yang lebih
ironisnya terdakwa adalah seorang kepala sekolah yang seharusnya menjadi teladan baik di
sekolah. Dapat kita pelajari bahwa pendidikan yang hanya menghasilkan ijazah dan
mengandalkan nilai tidak menjamin seseorang tersebut memiliki karakter yang baik dan
berbudi pekerti.
Pendidikan anti-korupsi bukanlah seperangkat aturan perilaku yang dibuat oleh seseorang
dan harus diikuti oleh orang lain. Sebagaimana halnya dengan kejahatan lainnya, korupsi
juga merupakan sebuah pilihan yang bisa dilakukan atau dihindari. Karena itu pendidikan
pada dasarnya adalah mengkondisikan agar perilaku siswa sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Agar perilaku tersebut dapat menjadi karakter pelajar, maka beberapa langkah
bisa dilakukan dalam pendidikan anti-korupsi, diantaranya adalah:
a. Melatih pelajar untuk menentukan pilihan perilakunya. Untuk itu siswa harus diberi tahu
tentang hak, kewajiban dan konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya. Jika dalam
diskusi siswa mengemukakan pilihannya terhadap sesuatu maka pendidik bisa
memberikan beberapa alternatif lain, misalnya untuk mendapatkan nilai bagus banyak
cara yang bisa dilakukan. Berdasarkan alternatif pilihan tersebut pelajar bisa menentukan
mana yang baik atau yang buruk. Jika pelajar mampu memutuskan sendiri berdasarkan
pilihan yang dibuatnya, maka mereka juga berani mengatakan tidak atau iya terhadap
sesuatu.
b. Memberi pelajar kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang luas dengan
menciptakan situasi yang fleksibel dimana bisa berkerjasama, berbagi, dan memperoleh
bimbingan yang diperlukan dari pendidik. Karena itu kegiatan dalam menganalisis kasus,
diskusi, bermain peran atau wawancara merupakan situasi yang akan mengembangkan
karakter antikorupsi pada diri pelajar.
c. Tidak begitu terfokus pada temuan fakta seperti, berapa persen PNS yang terlibat korupsi,
berapa banyak uang Negara yang hilang dikorupsi pertahun atau berapa hukuman yang
tepat untuk pelaku korupsi dan sebagainya. Hal itu juga penting tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana membantu para pelajar menemukan sumber informasi.
d. Melibatkan pelajar dalam berbagai aktifitas sosial di lembaga pendidikan dan di
lingkungannya. Ini ditujukan untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan respect pada

7
orang lain dalam rangka melatih mereka untuk berbagi tanggung jawab sosial dimana
mereka tinggal. Bukan berarti karakter lain tidak penting tetapi dengan mengemukakan
rasa tanggung jawab dan respect pada orang lain akan mengurangi rasa egoisme dan
mementingkan diri sendiri yang pada umumnya banyak dimiliki para koruptor.
Aspek penting lain dari pendidikan anti-korupsi adalah kemampuan pelajar untuk
membuat pertimbangan moral terkait perbuatan korupsi, dan ini juga sangat ditentukan oleh
kognisi yang dimiliki. Berdasarkan klasifikasi Kohlberg, pelajar yang sudah berada pada
usia remaja sudah mampu melihat sesuatu diluar dirinya, karena itu mereka sudah dapat
dilatih untuk membuat pertimbangan moral tertentu, apakah suatu perbuatan tersebut dapat
dikategorikan baik atau buruk dari sisi moralitas. Untuk itu pembelajaran melalui
pengelaborasian alasan-alasan moral tentang suatu perbuatan akan membantu para pelajar
dalam membuat pertimbangan, dan selanjutnya akan meningkatkan perkembangan
moralnya.
Karakteristik dari pendidikan anti-korupsi adalah perlunya sinergi yang tepat antara
pemanfaatan informasi dan pengetahuan yang dimiliki dengan kemampuan untuk membuat
pertimbanganpertimbangan moral. Oleh karena itu pembelajaran anti-korupsi tidak dapat
dilaksanakan secara konvensional, melainkan harus didisain sedemikian rupa sehingga
aspekkognisi, afeksi dan konasi pelajar mampu dikembangkan secara maksimal dan
berkelanjutan.
C. Budaya (Culture)
Jangan sebut korupsi sebagai budaya karena budaya bangsa ini terlalu mahal untuk
dikonotasikan dengan istilah korup. Tapi faktanya, korupsi memang menjadi penyakit yang
seolah telah membudaya di negeri ini. Tidak hanya di pemerintahan, tapi juga di berbagai
aspek kehidupan kita, korupsi seolah menjadi bagian negatif yang tak bisa ditinggalkan
dalam sistem birokrasi. Korupsi disebabkan karena adanya keinginan dan kesempatan.
Keinginan berkaitan dengan moral seseorang, sedangkan kesempatan berkaitan dengan
sistem. Trend usia Koruptor semakin lama semakin muda, mulai mengarah ke usia di bawah
40 tahun. Uniknya lagi, tindakan korupsi mulai melibatkan hubungan keluarga. Fakta-
fakta menyedihkan ini menunjukkan betapa keluarga sangat berpengaruh terhadap tindakan
seseorang untuk melakukan upaya korup. Hal ini menjadi keprihatinan bersama rakyat
Indonesia. Busro Muqoddas (2015), memaparkan betapa besar peran keluarga dalam

8
pencegahan korupsi. Tanpa kita sadari, keluarga menjadi salah satu pemicu seseorang untuk
melakukan tindakan korupsi karena pola hidup boros dan konsumtif yang dibina dari
keluarga. Oleh karena itu, pendidikan anti-korupsi dan penanaman hidup sederhana dalam
keluarga menjadi hal yang paling utama dan menjadi salah satu fokus utama KPK saat ini.
Memang perlu adanya pendidikan anti-korupsi di tingkat keluarga. Upaya ini dilakukan
mengingat pembiasaan-pembiasaan hidup dalam keluarga menjadi faktor utama tindakan
seseorang di masa depan. Ikatan antara suami-istri, orangtua-anak, maupun antartetangga
menjadi sesuatu yang potensial untuk menanamkan nilai kejujuran berbasis keluarga.
Indonesia dengan national content yang sangat kuat menjadi tempat yang tepat untuk
program pencegahan korupsi berbasis budaya lokal. Terlebih lagi mengingat budaya yang
kental akan nilai-nilai kejujuran dan berbudi luhur masih terwariskan dengan baik di
Indonesia. Tentu upaya ini tidak akan maksimal jika hanya lembaga tertentu yang
bergerak, misalnya KPK hanya bekerja sendiri. Oleh karena itu dengan mengajak berbagai
komponen masyarakat, salah satunya.
Adapun usaha-usaha yang harus dilakukan masyarakat untuk dapat mencapai tujuan-
tujuan dari pendidikan anti-korupsi agar menjadi budaya yang baik, yaitu dengan:
a. Budaya memahami informasi
Bahaya korupsi biasanya ditunjukkan menggunakan argument ekonomi, sosial dan
politik. Masyarakat tentunya akan sulit untuk memahami, untuk itu perlu ‘diterjemahkan’
ke dalam bahasa sehari-hari dengan menunjukkan bagaimana korupsi mengancam
kepentingan mereka dan kepentingan keluarga dan orang lain.
b. Budaya mengingat
Tidak diragukan lagi, dengan proses mengulang, seseorang akan terbiasa mengingat,
namun jika yang sama diulang lebih dari tiga kali, seseorang akan merasa jenuh dan
merasa kehilangan hak untuk membuat pilihan bebas. Jadi tidak ada salahnya mengubah
bentuk penyediaan informasi dengan cara yang paling tak terduga dan mengesankan (ada
variasi).
c. Budaya membujuk diri sendiri untuk bersikap kritis
Sikap kritis menjadi sangat kuat bila tidak hanya diberikan, tetapi mengarahkan
masyarakat untuk mengembangkannya dengan penalaran intensif. Efeknya akan lebih
kuat jika menggunakan metode pembelajaran aktif.

9
Dengan adanya pendidikan anti-korupsi, diharapkan akan lahir generasi tanpa korupsi
sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang 11 bebas dari budaya
korupsi. Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung pada semua elemen
pendidikan, seperti dosen, kepala sekolah, guru, karyawan, dan pelajar. Lingkungan
sekolah/kampus akan menjadi pioneer bagi pemberantasan korupsi dan akan merembes ke
semua aspek kehidupan bangsa demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bicara tentang pendidikan anti-korupsi dalam perspektif Islam. Pendidikan korupsi
adalah suatu hal penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi bukan
hanya menyangkut bagaimana menangkap dan memidanakan pelaku tindak pidana korupsi,
tapi lebih jauh adalah bagaimana mencegah tindak pidana korupsi agar tidak terulang pada
masa yang akan datang melalui pendidikan anti-korupsi. Jika melihat dari pengertian korupsi
yang sudah disebutkan diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah sejenis penghianatan,
dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam
mengemban tugas tertentu.
Dan faktanya, korupsi memang menjadi penyakit yang seolah telah membudaya di negeri
ini. Tidak hanya di pemerintahan, tapi juga di berbagai aspek kehidupan kita, korupsi seolah
menjadi bagian negatif yang tak bisa ditinggalkan dalam sistem birokrasi. Tanpa kita sadari,
keluarga menjadi salah satu pemicu seseorang untuk melakukan tindakan korupsi karena
pola hidup boros dan konsumtif yang dibina dari keluarga. Oleh karena itu, pendidikan anti-
korupsi dan penanaman hidup sederhana dalam keluarga menjadi hal yang paling utama dan
menjadi salah satu fokus utama KPK saat ini.
Dengan adanya pendidikan anti-korupsi ini, diharapkan akan lahir generasi tanpa korupsi
sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang 11 bebas dari budaya
korupsi. Lingkungan sekolah/kampus akan menjadi pioneer bagi pemberantasan korupsi dan
akan merembes ke semua aspek kehidupan bangsa demi mewujudkan Indonesia yang bebas
dari korupsi.

B. SARAN
1. Pemberantasan dan pencegahan korupsi haruslah dilakukan tanpa melihat jabatan
2. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus tetap berpegang pada Undang Undang
korupsi yang telah berlaku dengan mengedepankan pertanggungjawaban pidana terlebih
dahulu kemudian pertanggung jawaban secaraperdata.

11
3. Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengansanksi yang
dapat menimbulkan kejeraan serta proses peradilan yang cepatdan transparan.
4. Perlu adanya suatu gerakan yang mendorong pelaksanaan pemiskinankoruptor.
Contohnya seperti pendidikan, pemahaman, penjelasan, mengenenai pemberantasan
korupsi dari para penegak hukum

12
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, A. 2014. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Budaya Korupsi.

(online). (http://alfianputradarmawan.blogspot.com/). Diakses pada hari

Minggu tanggal 12 Juli 2015.

Fahrodji, A. 2013. Pendidikan Anti Korupsi dalam Perspektif Islam. (online).

(https://ndhawalia13.wordpress.com/). Diakses pada hari Minggu tanggal

12 Juli 2015.

Hasibuan, J. B. 2012. Pendidikan Antikorupsi: Tanggung Jawab Kita Bersama.

Majalah Dia Edisi II. (online). (http://dia.perkantas.net/). Diakses pada

hari Minggu tanggal 12 Juli 2015.

Kesuma, D., Darmawan, C., & Permana, J. 2008. Korupsi dan Pendidikan

Antikorupsi. Bandung: Pustaka Aulia Press.

Korupsi, T. P. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Maryani, Ika. Tanpa tahun terbit. Pendidikan Anti Korupsi Berbasis Keluarga.

(online). (http://uad.ac.id/id/). Diunduh pada hari Minggu tanggal 12 Juli

2015.

Montessori, Maria. 2012. Pendidikan Antikorupsi sebagai Pendidikan Karakter di

Sekolah. (online). (http://ejournal.unp.ac.id). Diunduh pada hari Minggu

tanggal 12 Juli 2015.

13
Mouda. 2011. Membangun Budaya Anti-korupsi dalam Penyelenggaraan

Pendidikan di Madrasah. (online). (https://mouda.wordpress.com/).

Diakses pada hari Minggu tanggal 12 Juli 2015.

Rohman, Fathur. 2010. Materi 7: Nilai-nilai Anti-korupsi dalam Agama.

(http://www.slideshare.net/). Diunduh pada hari Minggu tanggal 12 Juli

2015.

Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi. (online).

(http://www.kpk.go.id). Diakses pada hari Minggu tanggal 12 Juli 2015.

14

Anda mungkin juga menyukai