Nama Kelompok :
1. Elvina Purfita Fauziyah ( P27825020013 )
2. Laylia Natasyah Putri ( P27825020025 )
3. Niken Arlintya Ramadhani ( P27825020034 )
4. Ririn Amelia Putri ( P27825020038 )
5. Rischa Safitri ( P27825020039 )
6. Sinta Yulia Fifiana ( P27825020043 )
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allat SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Penerapan Prinsip Anti Korupsi dan Hukuman Bagi Koruptor.
Terima kasih saya ucapkan kepada Bpk Imam Sarwo Edi, S.Si.T.,M.Pd selaku penanggung jawab
dalam mata kuliah pendidikan budaya anti korupsi, serta drg. Ratih Larasati, M.Kes. dan Ibu Hj. Endang
Purwaningsih, SH., S.Si.T., M.Pd selaku dosen kami yang telah membantu kami baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembagan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Kelompok 9
2
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Deskripsi kegiatan......................................................................................................................................5
A. Kesimpulan...............................................................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................22
BAB 1
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi adalah salah satu faktor yang menyebabkan suatu kemunduran suatu negara sehingga sangat
penting untuk menanamkan sifat/sikap anti korupsi sejak dini. Maraknya korupsi di Indonesia bukan lagi
disebut membudaya, tapi sudah menjadi suatu seni, yaitu seni berkorupsi. Meraup uang negara merupakan
hal yang mudah saja dilakukan oleh para koruptor, tinggal bagaimana cara mereka untuk mengemas hasil
korupsi tersebut agar tidak tercium oleh KPK. Bahkan dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa korupsi di
Indonesia sudah menjadi suatu life style atau gaya hidup.
Tingginya angka korupsi di Indonesia, pemerintah membuat berbagai usaha dalam pencegahan atau
upaya pemberantasan korupsi seperti membuat sebuah lembaga yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) upaya lain dengan Kementerian Pendidikan yang memasukan mata kuliah pendidikan budaya
antikorupsi di perguruan tinggi guna meningkatkan rasa antikorupsi sehingga diharapkan membantu
mengurangi angka korupsi di indonesia. Pendidikan antikorupsi merupakan salah satu usaha preventif
memberantas korupsi yang diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Partisipasi masyarakat
dalam usaha preventif ini dapat dijadikan sebagai suatu usaha prioritas mengingat ketidakberdayaan hukum
di Indonesia dalam memberantas korupsi. Selan itu, United Nations Against Corruption (UNCAC)
mengemukakan kelebihan usaha preventif (pencegahan) dibandingkan usaha represif (penanganan) dalam
memberantas korupsi, dua di antaranya adalah dampak korupsi yang sangat luas tidak dapat ditanggulangi
melalui pendekatan represif semata dan di dalam sistem peradilan yang masih rentan atas korupsi, tindakan
represif tidak akan berfungsi optimal
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
4
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI KEGIATAN
Pada study kasus penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi ini akan mengambil contoh
suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh salah satu organisasi kemahasiswaan yang ada di Poltekkes
Kemenkes Surabaya yaitu HIMA Keperawatan Gigi adalah sebuah wadah mahasiswa kebidanan
untuk berorganisasi. Status organisasi kemahasiswaan ini berada dibawah BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa) Poltekkes Kemenkes Surabaya.HIMA Keperawatan Gigi memiliki program kerja
khususnya untuk divisi Penalaran yaitu salah satunya Seminar Nasional yang dilaksanakan pada hari
Sabtu, 02 Mei 2021. Berikut rencana anggaran yang diperlukan untuk kegiatan tersebut
Berikut rencana anggaran yang diperlukan untuk kegiatan tersebut
Pemasukan :
Iuran Peserta Rp. 100.000 x 700 Rp. 70.000.000
DIPA Rp.4.500.000
Sponsorship Rp.8.749.000
Jumlah Rp. 83.249.000
Pengeluaran :
5
b. Pembelian ATK Unit Rp 100.000 Rp 100.000
c. Stempel Buah 1 Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 50.000
d. Materai 6000 Buah 40 Rp 7.000 Rp 280.000 Rp 280.000
e. Pembuatan LPJ Buah 60 Rp 25.000 Rp 500.000 Rp 500.000
5 Publikasi
a. Poster Buah 100 Rp 3.000 Rp 300.000 Rp 300.000
b. Amplop Besar Buah 100 Rp 1.500 Rp 150.000 Rp 150.000
c. Amplop Kecil Buah 100 Rp 500 Rp 50.000 Rp 50.000
d. Surat izin publikasi Buah 100 Rp 500 Rp 50.000 Rp 50.000
e. ATK Buah Rp 20.000 Rp 20.000
f. Transportasi Provinsi 35 Rp 50.000 Rp 1.750.000 Rp 1.750.000
g. Akomodasi Rp 250.000 Rp 250.000
h. Biaya Operasional Rp 100.000 Rp 100.000
6 Konsumsi
a. Peserta
Snack Dus 700 Rp 8.000 Rp 4.900.000 Rp 4.900.000
Lunch Box Kotak 700 Rp 15.000 Rp 9.100.000 Rp 9.100.000
b. Pemateri dan tamu
Snack Dus 12 Rp 10.000 Rp 120.000 Rp 120.000
Lunch Box Kotak 12 Rp 20.000 Rp 240.000 Rp 240.000
c. Panitia dan penghibur
Snack Dus 60 Rp 8.000 Rp 480.000 Rp 8.000
Lunch Box Kotak 60 Rp 15.000 Rp 900.000 Rp 900.000
7 Perlengkapan
a. Sound system & tempat Rp 9.900.000 Rp 9.900.000
b. Keamanan
&Operasioanl
c. Kursi Buah 400 Rp 6.000 Rp 2.400.000 Rp 2.400.000
8 Baju Panitia 29 Rp 75.000 Rp 2.175.000 Rp 2.175.000
9 Dekorasi & dokumentasi Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
10 Zakat mal dari peserta 700 Rp 2.500 Rp 1.750.000 Rp 1.750.000
11 Biaya tak terduga Rp 3.000.000
Jumlah Rp 4.500.000 Rp 78.749.000
6
B. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI
1. Akuntabilitas
2. Transparansi
a. Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam kegiatan ini bersifat transparasi
dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang dikeluarkan serta sisa dana
dari kegiatan tersebut.
b. Proses Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, tempat dan
diberitahukan kepada panitia pelaksana serta dosen dan mahasiswa di poltekkes
kemenkes Surabaya
c. Proses Pembahasan
Pembahasan tentang adanya kegiatan juga melibatkan bimbingan Dosen dan seluruh
anggota HIMA Keperawatan Gigisehingga tidak terjadi kesalahan komunikasi dan
diharapkan mendapatkan dukungan dari semua pihak.
d. Proses Pengawasan
Dalam melaksanakan kegiatan ini juga mendapatkan izin serta pengawasan dariDosen
pembimbing organisasi, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta HMJ(Himpunan
Mahasiswa Jurusan) semua jurusan.
e. Proses Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah selesai kegiatan oleh panitia terkait dan Dosenpembimbing
organisasi untuk memperbaiki berbagai kekurangan sehingga akanmemperbaikinya
untuk kegiatan yang akan mendatang.
7
3. Kewajaran
Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laopran tentang hal serta dana
yangdibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana
yangdiperlukan untuk tercapainya kegiatan tersebut.
b. Fleksibilitas
c. Terprediksi
Langkah ini ditunjukkan dengan panitia dapat memprediksi berapa banyak danayang
diperlukan dengan membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkantarget dana
yang dibutuhkan.
d. Kejujuran
e. Informatif
4. Kebijakan
8
a. Isi
1) Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap rapatyang
diadakan terkecuali sakit atau kepentingan mendesak
b. Pembuat
c. Pelaksana
d. Kultur
5. Kontrol kebijakan
a. Partisipasi
telah di buat.
b. Evolusi
c. Reformasi
Pergantian jalanya acara yang baru dapat dilakukan sesuai dengan yang diusulkanserta
susunan acara yang diusulkan tersebut telah mendapat persetujuan olehanggota
kepanitiaan lainnya.
9
C. PENERAPAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI
1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan maupun
ucapan yang lurus , tidak berbohong dan tidak curiga. Jujur merupakan salah satu nilai
yang paling utama dalam arti orupsi, karena tanpa kejujuran, seseorang tidak akan
mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termaksuk dalam kehidupan sosial. “Pada
kegiatan ini dapat dikatakan semua panitia terbuka dan jujur untuk bekerja sama”.
Contohnya dalam kegiatan seminar Nasional ini terdiri dari beberapa devisi yang
mendapat tugas masing-masing, salah satu kejujuran dapat dilihat seperti bendahara selalu
melaporkan kelur-masuknya keuangan yang diapakai setiap rapat sehingga semua panitia
mengetahui dan terlihat tranparansi penggunaan anggaran Seminar Nasional
2. Kepedulian
3. Kemandirian
Mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung
kepada orang lain dalam berbagai hal. “Mandiri dalam kegiatan ini dapat ditunjukan pada
Seksi usaha dan dan usaha pencari dana dengan menyebar proposal sponsorship di toko-
toko dan perusahan serta menjual jajanan pasar yang dijual ke mahasiswa lain atau dosen
dengan harapan dapat membantu pencaharian dana demi terlaksananya kegiatan ini.
Dengan kegiatan pencarian dana tersebut kegiatan dapat berjalan dengan baik sampai hari
H, sehingga HMJ Kebidanan dapat secara mandiri tanpa meminjam uang untuk memnuhi
kebutuhan Seminar Nasional” 5
4. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan kepada peraturan. Manfaat dari disiplin yaitu
seseorang dapat mencapat tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki
dampak yang sama dengan nilai-nilai antikorupsi yaitu dapat menumbuhkan kepercayaan
dari orang lain dalam berbagai hal. “Kedisiplinan ini dapat dilihat dari rapat untuk
persiapan hingga kegiatan ini dapat terlaksana sesuai dengan hari tanggal yang telah
ditentukan atau direncanakan. Acara tersebut direncanakan tanggal 2 Mei 2020 dan rapat-
10
rapat sudah dimulai sejak bulan November 2019, karena kedisiplinan panitia dalam
persiapan acara sehingga sesuai yang direncanakan.
5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-
apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung
jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik. “masing-masing
panitia dapat bertanggung jawab dengan terselesainya persiapan dari tugas masing-
masing seksi. Hal ini terbukti dari siapnya berbagai keperluan yang diperlukan dalam
kegiatan tersbut. Walaupun pada saat acara berlangsung ada sedikit hal-hal yang kirang
tapi karena tanggung jawab yang diberikan pada masing-masing panitia telah mereka
lakukan dengan baik sehingga kegiatam tetap berjalan dengan baik”
6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Didalam kemauan terkandung
ketekatan dan ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendiri keberanian, ketabahan,
keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi
tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan. “kerja keras pada kegiatan ni dapat dilihat
saat rapat-rapat yang dilakukan untuk persiapan yaitu mengambil pada waktu malam
hari, biasanya rapat dimulai pada jam 18.00 samapai 21.00 Wita. Meskipun siang kuliah
sampai sore tetapi panitia tetap semangat untuk rapat.
7. Kesederhanaan
Kesederhanaan adalah manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai
dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina
untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginan. 6 “Kesederhannaan pada seminar ini
dapat dilihat yaitu penggunaan dana yang ada tanpa melebihkan, mengurangi atau
menggunaka dana sesuai dengan kebutuhan sehingga sampai akhir acara tidak memiliki
pinjaman uang/berhutang kepada siapapun “
8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab dan sebagainya.
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin
matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat. “Sikap ini ditunjukan dengan berani berpendapat baik dalam
memberikan koreksi atau kritikan atau ide-ide dari panitia satu ke panitia yang lainnya
shingga dapat menutupi kekurangan yang ada dalam kegiatan yang akan dilaksanakan.
9. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam berani mengatakan dan membela kebenaran,
berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian
11
sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang
diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jia pengetahuan juga kuat.
“Sikap ini ditunjukan dengan berani berpendapat baik dalam memberikan koreksi atau
kritikan atau ide-ide dari panitia satu ke panitia yang lainnya sehingga dapat menutupi
kekurangan yang ada dalam kegiatan yang akan dilaksanakan” 10. Keadilan Adil adalah
sama berat, tidak berat seblah dan tidak memihak “Sikap ini terlihat dengan pembagian
tuhgas untuk masing-masing anggota kepanitiaan sesuai dengan seksi –seksi yang
dibentuk dan sikap ketua panitia yang tidak membeda-bedakan anggota panitia lainnya”
Pasal 2
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
12
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
Pasal 4
dan Pasal 3.
Pasal 5
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
Pasal 6
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00
Pasal 7
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 387
atau Pasal 388 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus lima
13
Pasal 8
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 750.000.000,00 (tujuh
Pasal 9
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah).
Pasal 10
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 11
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah).
14
Pasal 12
Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak
Pasal 14
Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas menyatakan
Pasal 15
Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
15
Pasal 16
Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,
kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadi` tindak pidana korupsi dipidana
dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud
Pasal 17
Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5
sampai dengan Pasal 14, terdakwa dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana
Pasal 18
(1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum
a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi
c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun;
atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh
16
(2) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa
(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan
pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana
pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana
Pasal 19
terdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak pihak ketiga yang beritikad baik akan
dirugikan.
(2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk juga
barang pihak ketiga yang mempunyai itikad baik, maka pihak ketiga tersebut dapat
paling lambat 2 (dua) bulan setelah putusan pengadilan diucapkan di sidang terbuka
untuk umum.
(3) Pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
(4) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hakim meminta keterangan
(5) Penetapan hakim atas surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
Pasal 20
17
(1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka
tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau
pengurusnya.
(2) Tindak pidana Korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan
oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan
hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun
bersama-sama.
(3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka korporasi
(4) Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat
sidang pengadilan.
(6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk
(7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda, dengan
Korupsi merupakan bagian dari perbuatan pidana yang secara lex specialis (khusus) diatur
dalam UU Tipikor dan perubahannya. Perlu diketahui bahwa setiap benda baik bergerak
maupun tidak bergerak, berwujud ataupun tidak berwujud, sepanjang itu berhubungan dengan
hasil tindak pidana maka akan disita oleh negara.
Penyitaan terhadap suatu benda dapat dilakukan jika benda tersebut memenuhi ketentuan
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang
berbunyi:
18
1. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya;
3. benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
4. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
5. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
Dalam putusan pengadilan, dikenal dua jenis pidana, yaitu pidana pokok yang berupa
penjara, dan/atau denda, juga pidana tambahan, yaitu pembayaran uang pengganti. Uang
pengganti merupakan upaya yang sangat penting dalam mengembalikan kerugian negara
yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi. Jumlah kerugian negara bisa menjadi salah satu
pertimbangan hakim dalam menjatuhan pidana denda dan/atau penjara beserta pidana
tambahan melalui putusannya.
Ketentuan mengenai pidana tambahan atas tindak pidana korupsi sendiri diatur dalam Pasal
18 ayat (1) UU Tipikor:
a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu
pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut;
b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta
benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;
c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun;
d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada
terpidana.
Jika terpidana tidak membayar uang pengganti dalam waktu satu bulan sesudah putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita
oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.
Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang
pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan pidana
penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan
dalam putusan pengadilan.
19
Dalam praktiknya tidaklah mudah untuk menyita aset hasil korupsi karena yang melakukan
korupsi merupakan orang yang punya wewenang dan kekuasaan untuk merekayasa,
menyamarkan, atau mengubah bentuk benda hasil korupsi. Untuk dapat membawa harta atau
aset koruptor ke hadapan pengadilan, harus didahului dengan tindakan penyitaan oleh
penyidik dalam tahap penyidikan. Aset koruptor yang disita penyidik tersebut oleh jaksa
penuntut umum akan diajukan sebagai barang bukti ke hadapan hakim dalam tahap
penuntutan.
-Pencucian Uang
Dalam proses penyidikan, penyidik juga dapat bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mempunyai kewenangan menelusuri pencucian
uang hasil kejahatan (money laundering). Biasanya untuk menyamarkan hasil korupsi, maka
koruptor melakukan pencucian uang dengan cara membayarkan, mengalihkan, atau
menghibahkan harta kekayaan hasil korupsi.
Ketentuan pidana terhadap tindakan pencucian uang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (“UU
TPPU”). Pasal 3 UU TPPU menyebutkan bahwa:
Dalam hal harta terpidana tidak cukup untuk membayar pidana denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5, pidana denda tersebut diganti dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan.
Jadi, ketidaksamaan besaran pidana denda bagi koruptor dengan jumlah yang dikorupsi di
antaranya disebabkan karena terpidana korupsi dapat dijatuhi pidana kurungan dan/atau
denda serta pidana tambahan berupa uang pengganti melalui penyitaan aset yang diduga
merupakan hasil korupsi. Yang diprioritaskan adalah menghukum pelaku korupsi atas
perbuatannya dan berupaya untuk memulihkan kembali kerugian negara dari tindakan
korupsi yang telah dilakukan.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Jauhilah korupsi, karena korupsi selain merugikan orang lain juga merugikan kita
sendiri. Selain dilarang oleh agama, juga ada hukum pidana baik yang memberi maupun
yang menerima.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/yne64xpy-makalah-penerapan-prinsip-prinsip-korupsi-
kegiatan-organisasi-mahasiswa.html
https://www.suara.com/news/2020/12/09/150550/pengertian-korupsi-lengkap-dengan-
unsur-unsur-jenis-dan-dampaknya?page=al
22