Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI DAN

HUKUMAN BAGI KORUPTOR DI INDONESIA

Nama Kelompok :
1. Elvina Purfita Fauziyah ( P27825020013 )
2. Laylia Natasyah Putri ( P27825020025 )
3. Niken Arlintya Ramadhani ( P27825020034 )
4. Ririn Amelia Putri ( P27825020038 )
5. Rischa Safitri ( P27825020039 )
6. Sinta Yulia Fifiana ( P27825020043 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

PRODI D3 KEPERAWATAN GIGI

TAHUN PERLAJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allat SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Penerapan Prinsip Anti Korupsi dan Hukuman Bagi Koruptor.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bpk Imam Sarwo Edi, S.Si.T.,M.Pd selaku penanggung jawab
dalam mata kuliah pendidikan budaya anti korupsi, serta drg. Ratih Larasati, M.Kes. dan Ibu Hj. Endang
Purwaningsih, SH., S.Si.T., M.Pd selaku dosen kami yang telah membantu kami baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembagan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 4 Mei 2021

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................................4

C. Tujuan.........................................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Deskripsi kegiatan......................................................................................................................................5

B. Penerapan Prinsip-Prinsip Anti Korupsi....................................................................................................7

C. Penerapan nilai-nilai anti korupsi..............................................................................................................10

D. Hukuman Pelaku Korupsi.........................................................................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................................................21

B. Saran..........................................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................22

BAB 1
3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi adalah salah satu faktor yang menyebabkan suatu kemunduran suatu negara sehingga sangat
penting untuk menanamkan sifat/sikap anti korupsi sejak dini. Maraknya korupsi di Indonesia bukan lagi
disebut membudaya, tapi sudah menjadi suatu seni, yaitu seni berkorupsi. Meraup uang negara merupakan
hal yang mudah saja dilakukan oleh para koruptor, tinggal bagaimana cara mereka untuk mengemas hasil
korupsi tersebut agar tidak tercium oleh KPK. Bahkan dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa korupsi di
Indonesia sudah menjadi suatu life style atau gaya hidup.

Tingginya angka korupsi di Indonesia, pemerintah membuat berbagai usaha dalam pencegahan atau
upaya pemberantasan korupsi seperti membuat sebuah lembaga yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) upaya lain dengan Kementerian Pendidikan yang memasukan mata kuliah pendidikan budaya
antikorupsi di perguruan tinggi guna meningkatkan rasa antikorupsi sehingga diharapkan membantu
mengurangi angka korupsi di indonesia. Pendidikan antikorupsi merupakan salah satu usaha preventif
memberantas korupsi yang diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Partisipasi masyarakat
dalam usaha preventif ini dapat dijadikan sebagai suatu usaha prioritas mengingat ketidakberdayaan hukum
di Indonesia dalam memberantas korupsi. Selan itu, United Nations Against Corruption (UNCAC)
mengemukakan kelebihan usaha preventif (pencegahan) dibandingkan usaha represif (penanganan) dalam
memberantas korupsi, dua di antaranya adalah dampak korupsi yang sangat luas tidak dapat ditanggulangi
melalui pendekatan represif semata dan di dalam sistem peradilan yang masih rentan atas korupsi, tindakan
represif tidak akan berfungsi optimal

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip-prinsip anti korupsi ?


2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip anti korupsi ?
3. Apa saja hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip anti korupsi


2. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip anti korupsi
3. Untuk mengetahui hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi

BAB II
4
PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI KEGIATAN
Pada study kasus penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi ini akan mengambil contoh
suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh salah satu organisasi kemahasiswaan yang ada di Poltekkes
Kemenkes Surabaya yaitu HIMA Keperawatan Gigi adalah sebuah wadah mahasiswa kebidanan
untuk berorganisasi. Status organisasi kemahasiswaan ini berada dibawah BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa) Poltekkes Kemenkes Surabaya.HIMA Keperawatan Gigi memiliki program kerja
khususnya untuk divisi Penalaran yaitu salah satunya Seminar Nasional yang dilaksanakan pada hari
Sabtu, 02 Mei 2021. Berikut rencana anggaran yang diperlukan untuk kegiatan tersebut
Berikut rencana anggaran yang diperlukan untuk kegiatan tersebut

Pemasukan :
Iuran Peserta Rp. 100.000 x 700 Rp. 70.000.000
DIPA Rp.4.500.000
Sponsorship Rp.8.749.000
Jumlah Rp. 83.249.000
Pengeluaran :

N Item Satuan Frek Harga @ Jumlah Sumber dana


o uensi Dipa Sponsor
1 Acara
a. Narasumber
Pemateri 1 Orang 1 Rp. 5.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 5.000.000
Pemateri 2 Orang 1 Rp. 2.500.000 Rp. 2.500.000 Rp. 2.500.000
Pemateri 3 Orang 1 Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000
b. Paduan suara Orang 1 Rp. 500.000 Rp. 500.000 Rp. 500.000
c. Tari Orang 6 Rp. 100.000 Rp. 600.000 Rp. 600.000
d. MC Orang 1 Rp. 100.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000
e. Doorprize
Bingkisan Buah 30 Rp. 20.000 Rp. 600.000 Rp. 600.000
Smartphone Buah 1 Rp.1.000.000 Rp.1.000.000 Rp.1.000.000
f. Kenang-kenangan Buah 4 Rp.100.000 Rp. 400.000 Rp.400.000
2 Ilmiah
a. IBI 2 SKP 700 Rp. 4.000 Rp. 2.800.000 Rp. 2.800.000
b. Sertifikat Peserta Lembar 700 Rp. 3.000 Rp. 2.100.000 Rp. 2.100.000
c. Sertifikat Panitia Lembar 28 Rp. 3.000 Rp. 84.000 Rp. 84.000
3 Seminar Kit
a. Tas Buah 700 Rp. 15.000 Rp 10.500.000 Rp 10.500.000
b. Blocknote Buah 700 Rp 8.000 Rp 5.600.000 Rp 5.600.000
c. Pulpen Buah 700 Rp 2.000 Rp 1.400.000 Rp 1.400.000
d. Tiket Buah 700 Rp 2.000 Rp 1.400.000 Rp 1.400.000
e. Pin Buah 700 Rp 3.000 Rp 2.100.000 Rp 2.100.000
f. Fotocopy materi Bundel 700 Rp 5.000 Rp 3.500.000 Rp 3.500.000
4 Kesekretariatan
a. Proposal & jilid Buah 20 Rp 25.000 Rp 500.000 Rp 500.000

5
b. Pembelian ATK Unit Rp 100.000 Rp 100.000
c. Stempel Buah 1 Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 50.000
d. Materai 6000 Buah 40 Rp 7.000 Rp 280.000 Rp 280.000
e. Pembuatan LPJ Buah 60 Rp 25.000 Rp 500.000 Rp 500.000
5 Publikasi
a. Poster Buah 100 Rp 3.000 Rp 300.000 Rp 300.000
b. Amplop Besar Buah 100 Rp 1.500 Rp 150.000 Rp 150.000
c. Amplop Kecil Buah 100 Rp 500 Rp 50.000 Rp 50.000
d. Surat izin publikasi Buah 100 Rp 500 Rp 50.000 Rp 50.000
e. ATK Buah Rp 20.000 Rp 20.000
f. Transportasi Provinsi 35 Rp 50.000 Rp 1.750.000 Rp 1.750.000
g. Akomodasi Rp 250.000 Rp 250.000
h. Biaya Operasional Rp 100.000 Rp 100.000
6 Konsumsi
a. Peserta
Snack Dus 700 Rp 8.000 Rp 4.900.000 Rp 4.900.000
Lunch Box Kotak 700 Rp 15.000 Rp 9.100.000 Rp 9.100.000
b. Pemateri dan tamu
Snack Dus 12 Rp 10.000 Rp 120.000 Rp 120.000
Lunch Box Kotak 12 Rp 20.000 Rp 240.000 Rp 240.000
c. Panitia dan penghibur
Snack Dus 60 Rp 8.000 Rp 480.000 Rp 8.000
Lunch Box Kotak 60 Rp 15.000 Rp 900.000 Rp 900.000
7 Perlengkapan
a. Sound system & tempat Rp 9.900.000 Rp 9.900.000
b. Keamanan

&Operasioanl
c. Kursi Buah 400 Rp 6.000 Rp 2.400.000 Rp 2.400.000
8 Baju Panitia 29 Rp 75.000 Rp 2.175.000 Rp 2.175.000
9 Dekorasi & dokumentasi Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
10 Zakat mal dari peserta 700 Rp 2.500 Rp 1.750.000 Rp 1.750.000
11 Biaya tak terduga Rp 3.000.000
Jumlah Rp 4.500.000 Rp 78.749.000

6
B. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua


lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional
dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku
administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal. Dalam pelaksanaannya,
akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme
pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan.

“Penerapan akuntabilitas dapat dilihat pada saat pelaksanaan kegiatan seminar


nasional yang mana ketua panitia melaporkan kepada para undangan tentang jumlah
peserta dan jalannya acara sebagai pertanggung jawabannya dalam acara”.

2. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari


transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik

a. Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam kegiatan ini bersifat transparasi
dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang dikeluarkan serta sisa dana
dari kegiatan tersebut.
b. Proses Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, tempat dan
diberitahukan kepada panitia pelaksana serta dosen dan mahasiswa di poltekkes
kemenkes Surabaya
c. Proses Pembahasan
Pembahasan tentang adanya kegiatan juga melibatkan bimbingan Dosen dan seluruh
anggota HIMA Keperawatan Gigisehingga tidak terjadi kesalahan komunikasi dan
diharapkan mendapatkan dukungan dari semua pihak.
d. Proses Pengawasan
Dalam melaksanakan kegiatan ini juga mendapatkan izin serta pengawasan dariDosen
pembimbing organisasi, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta HMJ(Himpunan
Mahasiswa Jurusan) semua jurusan.
e. Proses Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah selesai kegiatan oleh panitia terkait dan Dosenpembimbing
organisasi untuk memperbaiki berbagai kekurangan sehingga akanmemperbaikinya
untuk kegiatan yang akan mendatang.

7
3. Kewajaran

Prinsip fainess atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah


terjadinyamanipulasi (ketidakwajaran) dalam pelanggaran, baik dalam bentuk mark
up maupunketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini
terdiridari hal penting komprehensif dan disipiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran
daninformatif.

Ada lima langkah penegakan prinsip fairness yaitu :

a. Komprehensif dan disiplin

Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laopran tentang hal serta dana
yangdibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana
yangdiperlukan untuk tercapainya kegiatan tersebut.

b. Fleksibilitas

Semua anggota panitia dapat saling membantu walaupun berbea seksi

c. Terprediksi

Langkah ini ditunjukkan dengan panitia dapat memprediksi berapa banyak danayang
diperlukan dengan membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkantarget dana
yang dibutuhkan.

d. Kejujuran

Langkah ini ditujukan dengan memberikan bukti dalam pengeluaran dana


contohpemesanan makanan/snack yang ditujukan oleh seksi konsumsi
denganmemberikan bukti nota dari tempat pemesanan makanan/snack tersebut.

e. Informatif

Langkah ini ditujukkan dengan memberikan informasi secara transparan tentangrincian


penggunaan dana oleh masing-masing seksi.

4. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak


terjadipenyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijaka anti
korupsiini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa
berupaundang-undang anti monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan
masyarakatmengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan
anggaran negaraoleh para pejabat negara.Untuk mengatur interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan terdapat empat aspekkebijakan anti korupsi yaitu :

8
a. Isi

Berikut contoh isi kebijakan dari panitia kebijakan ini :

1) Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap rapatyang
diadakan terkecuali sakit atau kepentingan mendesak

2) Menargetkan dana yang akan dibutuhkan dengan meminta rincian dana


yangdiperlukan masing-masing seksi

3) Memberikan bukti dalam penggunaan dana berupa nota/kwitansi

4) Membuat target bahwa persiapan untuk egiatan harus selesai/siap dalamwaktu


kurang dari 1 minggu sebelum hari pelaksanaan.

b. Pembuat

Ketua panitia dengan kesepakatan semua anggota panitia

c. Pelaksana

Ketua panitia dan semua anggota panitia

d. Kultur

Semua anggota kepanitiaan melaksanakan isi dari kebijakan tersebut tanpa

kecuali ataupun merasa terpaksa.

5. Kontrol kebijakan

Ada tiga model kontrol kebijakan yang dapat dilakukan yaitu :

a. Partisipasi

Semua anggota kepanitiaan dapat berpartisipasi dalam mengontrol acara yang

telah di buat.

b. Evolusi

Semua anggota panitian dapat berpartisipasi dalam mengontrol acara yang


telahdibuat.

c. Reformasi

Pergantian jalanya acara yang baru dapat dilakukan sesuai dengan yang diusulkanserta
susunan acara yang diusulkan tersebut telah mendapat persetujuan olehanggota
kepanitiaan lainnya.

9
C. PENERAPAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI

1. Kejujuran

Kejujuran berasal dari kata jujur dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan maupun
ucapan yang lurus , tidak berbohong dan tidak curiga. Jujur merupakan salah satu nilai
yang paling utama dalam arti orupsi, karena tanpa kejujuran, seseorang tidak akan
mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termaksuk dalam kehidupan sosial. “Pada
kegiatan ini dapat dikatakan semua panitia terbuka dan jujur untuk bekerja sama”.
Contohnya dalam kegiatan seminar Nasional ini terdiri dari beberapa devisi yang
mendapat tugas masing-masing, salah satu kejujuran dapat dilihat seperti bendahara selalu
melaporkan kelur-masuknya keuangan yang diapakai setiap rapat sehingga semua panitia
mengetahui dan terlihat tranparansi penggunaan anggaran Seminar Nasional

2. Kepedulian

Kepedulian adalah mengindahkan,mengperharikan dan menghiraukan. Rasa


kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang
berkembang di dalamnya. “Sikap ini ditunjukan dengan sikap saling mengigatkan antar
panitia agar menambah kekurangan persiapan dan saling mengigatkan jika akan diadakan
rapat kembali, jadi setiap minggunya diadakan rapat untuk melaporkan semua yang sudah
dilakukan tiap panitia sehingga semua panitia bisa saling mengigatkan dan menambah jika
kekurangan sehingga acara dapat berjalan dengan baik”

3. Kemandirian

Mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung
kepada orang lain dalam berbagai hal. “Mandiri dalam kegiatan ini dapat ditunjukan pada
Seksi usaha dan dan usaha pencari dana dengan menyebar proposal sponsorship di toko-
toko dan perusahan serta menjual jajanan pasar yang dijual ke mahasiswa lain atau dosen
dengan harapan dapat membantu pencaharian dana demi terlaksananya kegiatan ini.
Dengan kegiatan pencarian dana tersebut kegiatan dapat berjalan dengan baik sampai hari
H, sehingga HMJ Kebidanan dapat secara mandiri tanpa meminjam uang untuk memnuhi
kebutuhan Seminar Nasional” 5

4. Kedisiplinan

Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan kepada peraturan. Manfaat dari disiplin yaitu
seseorang dapat mencapat tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki
dampak yang sama dengan nilai-nilai antikorupsi yaitu dapat menumbuhkan kepercayaan
dari orang lain dalam berbagai hal. “Kedisiplinan ini dapat dilihat dari rapat untuk
persiapan hingga kegiatan ini dapat terlaksana sesuai dengan hari tanggal yang telah
ditentukan atau direncanakan. Acara tersebut direncanakan tanggal 2 Mei 2020 dan rapat-

10
rapat sudah dimulai sejak bulan November 2019, karena kedisiplinan panitia dalam
persiapan acara sehingga sesuai yang direncanakan.

5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-
apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung
jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik. “masing-masing
panitia dapat bertanggung jawab dengan terselesainya persiapan dari tugas masing-
masing seksi. Hal ini terbukti dari siapnya berbagai keperluan yang diperlukan dalam
kegiatan tersbut. Walaupun pada saat acara berlangsung ada sedikit hal-hal yang kirang
tapi karena tanggung jawab yang diberikan pada masing-masing panitia telah mereka
lakukan dengan baik sehingga kegiatam tetap berjalan dengan baik”

6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Didalam kemauan terkandung
ketekatan dan ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendiri keberanian, ketabahan,
keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi
tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan. “kerja keras pada kegiatan ni dapat dilihat
saat rapat-rapat yang dilakukan untuk persiapan yaitu mengambil pada waktu malam
hari, biasanya rapat dimulai pada jam 18.00 samapai 21.00 Wita. Meskipun siang kuliah
sampai sore tetapi panitia tetap semangat untuk rapat.

7. Kesederhanaan
Kesederhanaan adalah manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai
dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina
untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginan. 6 “Kesederhannaan pada seminar ini
dapat dilihat yaitu penggunaan dana yang ada tanpa melebihkan, mengurangi atau
menggunaka dana sesuai dengan kebutuhan sehingga sampai akhir acara tidak memiliki
pinjaman uang/berhutang kepada siapapun “

8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab dan sebagainya.
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin
matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat. “Sikap ini ditunjukan dengan berani berpendapat baik dalam
memberikan koreksi atau kritikan atau ide-ide dari panitia satu ke panitia yang lainnya
shingga dapat menutupi kekurangan yang ada dalam kegiatan yang akan dilaksanakan.

9. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam berani mengatakan dan membela kebenaran,
berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian

11
sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang
diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jia pengetahuan juga kuat.
“Sikap ini ditunjukan dengan berani berpendapat baik dalam memberikan koreksi atau
kritikan atau ide-ide dari panitia satu ke panitia yang lainnya sehingga dapat menutupi
kekurangan yang ada dalam kegiatan yang akan dilaksanakan” 10. Keadilan Adil adalah
sama berat, tidak berat seblah dan tidak memihak “Sikap ini terlihat dengan pembagian
tuhgas untuk masing-masing anggota kepanitiaan sesuai dengan seksi –seksi yang
dibentuk dan sikap ketua panitia yang tidak membeda-bedakan anggota panitia lainnya”

D. HUKUMAN PELAKU KORUPSI

BAB II UU Tipikor tentang Tindak Pidana Korupsi dijelaskan beberapa jenis


korupsi secara normatif. Dari beberapa ketentuan di dalamnya, dapat secara bebas
dirumuskan sebuah definisi, di mana korupsi merupakan perbuatan melawan hukum
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukannya, yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.

Pasal 2

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun

dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Pasal 3

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling

12
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00

(satu milyar rupiah).

Pasal 4

Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak

menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

dan Pasal 3.

Pasal 5

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1

(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp

50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus

lima puluh juta rupiah).

Pasal 6

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp

150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00

(tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 7

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 387

atau Pasal 388 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus lima

puluh juta rupiah).

13
Pasal 8

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 750.000.000,00 (tujuh

ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 9

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1

(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta

rupiah).

Pasal 10

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2

(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp 100.000.000,00

(seratus juta rupiah) dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 11

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1

(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta

rupiah).

14
Pasal 12

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 419,

Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,

dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4

(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak 1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah).

Pasal 13

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat

kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh

pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak

150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 14

Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas menyatakan

bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai tindak pidana

korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.

Pasal 15

Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk

melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana

dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

15
Pasal 16

Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,

kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadi` tindak pidana korupsi dipidana

dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

Pasal 17

Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5

sampai dengan Pasal 14, terdakwa dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18.

Pasal 18

(1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana, sebagai pidana tambahan adalah :

a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang

tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi

dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut;

b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan

harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;

c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)

tahun;

d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh

atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh

Pemerintah kepada terpidana.

16
(2) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa

dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.

(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar

uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan

pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana

pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana

tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

Pasal 19

(1) Putusan pengadilan mengenai perampasan barang-barang bukan kepunyaan

terdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak pihak ketiga yang beritikad baik akan

dirugikan.

(2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk juga

barang pihak ketiga yang mempunyai itikad baik, maka pihak ketiga tersebut dapat

mengajukan surat keberatan kepada pengadilan yang bersangkutan, dalam waktu

paling lambat 2 (dua) bulan setelah putusan pengadilan diucapkan di sidang terbuka

untuk umum.

(3) Pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak

menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan.

(4) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hakim meminta keterangan

penuntut umum dan pihak yang berkepentingan.

(5) Penetapan hakim atas surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat

dimintakan kasasi ke Mahkaman Agung oleh pemohon atau penuntut umum.

Pasal 20

17
(1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka

tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau

pengurusnya.

(2) Tindak pidana Korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan
oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan

hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun

bersama-sama.

(3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka korporasi

tersebut diwakili oleh pengurus.

(4) Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat

diwakili oleh orang lain.

(5) Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di

pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke

sidang pengadilan.

(6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk

menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus

di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.

(7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda, dengan

ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).

-Denda dan Perampasan Harta Koruptor

Korupsi merupakan bagian dari perbuatan pidana yang secara lex specialis (khusus) diatur
dalam UU Tipikor dan perubahannya. Perlu diketahui bahwa setiap benda baik bergerak
maupun tidak bergerak, berwujud ataupun tidak berwujud, sepanjang itu berhubungan dengan
hasil tindak pidana maka akan disita oleh negara.

Penyitaan terhadap suatu benda dapat dilakukan jika benda tersebut memenuhi ketentuan
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang
berbunyi:

Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:

18
1. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya;
3. benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
4. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
5. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.

Dalam putusan pengadilan, dikenal dua jenis pidana, yaitu pidana pokok yang berupa
penjara, dan/atau denda, juga pidana tambahan, yaitu pembayaran uang pengganti. Uang
pengganti merupakan upaya yang sangat penting dalam mengembalikan kerugian negara
yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi. Jumlah kerugian negara bisa menjadi salah satu
pertimbangan hakim dalam menjatuhan pidana denda dan/atau penjara beserta pidana
tambahan melalui putusannya.

Ketentuan mengenai pidana tambahan atas tindak pidana korupsi sendiri diatur dalam Pasal
18 ayat (1) UU Tipikor:

Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana, sebagai pidana tambahan adalah:

a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu
pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut;
b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta
benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;
c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun;
d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada
terpidana.

Jika terpidana tidak membayar uang pengganti dalam waktu satu bulan sesudah putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita
oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.

Namun,penyelesaian tunggakan uang pengganti dapat dilakukan dengan penyitaan dan


pelelangan harta benda terpidana atau melalui tuntutan subsider pidana penjara, atau
hukuman badan. Hal ini diatur dalam Pasal 18 ayat (3) UU Tipikor, yang menegaskan bahwa:

Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang
pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan pidana
penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan
dalam putusan pengadilan.

19
Dalam praktiknya tidaklah mudah untuk menyita aset hasil korupsi karena yang melakukan
korupsi merupakan orang yang punya wewenang dan kekuasaan untuk merekayasa,
menyamarkan, atau mengubah bentuk benda hasil korupsi. Untuk dapat membawa harta atau
aset koruptor ke hadapan pengadilan, harus didahului dengan tindakan penyitaan oleh
penyidik dalam tahap penyidikan. Aset koruptor yang disita penyidik tersebut oleh jaksa
penuntut umum akan diajukan sebagai barang bukti ke hadapan hakim dalam tahap
penuntutan.

-Pencucian Uang

Dalam proses penyidikan, penyidik juga dapat bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mempunyai kewenangan menelusuri pencucian
uang hasil kejahatan (money laundering). Biasanya untuk menyamarkan hasil korupsi, maka
koruptor melakukan pencucian uang dengan cara membayarkan, mengalihkan, atau
menghibahkan harta kekayaan hasil korupsi.

Ketentuan pidana terhadap tindakan pencucian uang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (“UU
TPPU”). Pasal 3 UU TPPU menyebutkan bahwa:

Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,


menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan
dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Namun dalam Pasal 8 UU TPPU diatur bahwa:

Dalam hal harta terpidana tidak cukup untuk membayar pidana denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5, pidana denda tersebut diganti dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan.

Jadi, ketidaksamaan besaran pidana denda bagi koruptor dengan jumlah yang dikorupsi di
antaranya disebabkan karena terpidana korupsi dapat dijatuhi pidana kurungan dan/atau
denda serta pidana tambahan berupa uang pengganti melalui penyitaan aset yang diduga
merupakan hasil korupsi. Yang diprioritaskan adalah menghukum pelaku korupsi atas
perbuatannya dan berupaya untuk memulihkan kembali kerugian negara dari tindakan
korupsi yang telah dilakukan.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan menghilangkan,


atau setidaknya mengurangi kedua faktor penyebab korupsi tersebut. Adapun faktor
korupsi terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor intenal sangat ditentukan oleh
kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran,
kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian dan
keadilan. Nilai – nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk
mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor
eksternal, selain memiliki nilai anti korupsi, setiap individu memahami dengan
mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.
Penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip budayan anti korupsi pada contoh kegiatan
tersebut sudah cukup baik dan dapat diterapkan dalam kegiatan berikutnya. Sehingga
hal ini akan menanamkan sifat anti korupsi serta melatih diri untuk terbiasa dengan
nilai- nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi pada masing-masing mahasiswa.

B. SARAN
Jauhilah korupsi, karena korupsi selain merugikan orang lain juga merugikan kita
sendiri. Selain dilarang oleh agama, juga ada hukum pidana baik yang memberi maupun
yang menerima.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://123dok.com/document/yne64xpy-makalah-penerapan-prinsip-prinsip-korupsi-
kegiatan-organisasi-mahasiswa.html

https://www.suara.com/news/2020/12/09/150550/pengertian-korupsi-lengkap-dengan-
unsur-unsur-jenis-dan-dampaknya?page=al

Sumber : Undang- Undang No 31 Tahun 1999

22

Anda mungkin juga menyukai