Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Topik : Praktikum PBAK


Tanggal Praktikum : 03-07 Mei 2021
Pembimbing : 1. Imam Sarwo Edi,S.Si.T,M.Pd
2. drg. Ratih Larasati, M.Kes
3.Endang Purwaningsih, SH.,S.Si.T.,M.Pd

Di susun Oleh :
Kelompok 9

1. Elvina Purfita Fauziyah (P27825020013)


2. Laylia Nathasyah Putri (P27825020025)
3. Niken Arlintya Ramadhani (P27825020034)
4. Ririn Amelia Putri (P27825020038)
5. Rischa Safitri (P27825020039)
6. Sinta Yulia Fifiana (P27825020043)

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


PROGRAM STUDI KESEHATAN GIGI PROGRAM DIPLOMA TIGA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tentang mata kuliah praktek
Pendidikan budaya anti korupsi tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk melaporkan hasil tugas mata
kuliah praktek. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Tindak Pidana Korupsi serta Hukuman Koruptor yang ada di Indonesia yang
tepat bagi mahasiswa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Imam Sarwo Edi, S.Si.T, M.Pd


2. drg. Ratih Larasati, M.Kes.
3. Hj.Endang Purwaningsih,SH.,S.SI.T.,M.Pd
Selaku dosen mata kuliah PBAK yang telah memberikan bimbingan sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 7 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Tujuan Praktikum..........................................................................................1
B. Metode Praktikum.........................................................................................1
1. Alat dan bahan yang digunakan..............................................................1
2. Prosedur Praktikum.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. PEMBAHASAN MAKALAH PERTAMA...................................................2
1. Pengaruh Prespektif Budaya dan Agama Terhadap Terjadinya Tindak Pidana
Korupsi..........................................................................................................2
B. PEMBAHASAN MAKALAH KEDUA.........................................................10
2. Penerapan Prinsip Prinsip Anti Korupsi dan Hukuman Bagi Koruptor
Indonesia .....................................................................................................10
BAB III PENUTUP ................................................................................................25
Kesimpulan.......................................................................................................25
a. Kesimpulan makalah pertama........................................................25
b. Kesimpulan makalah kedua............................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................26
LAMPIRAN.............................................................................................................27
A. Logbook.......................................................................................................27
B. Dokumentasi................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa diharapkan memahami definisi PBAK
2. Mahasiswa diharapkan memahami Pengaruh Agama dan Budaya
terjadinya korupsi serta Prinsip Prinsip Anti Korupsi dan Hukuman Bagi
Koruptor

B. METODEPRAKTIKUM
1. Alat yang digunakan
a. Laptop
b. Jaringan Internet
2. Prosedur Praktikum :
a. Dilaksanakan di kelas Daring.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PEMBAHASAN MAKALAH PERTAMA


A. Pengaruh Agama dan Budaya terjadinya korupsi
1) Pendidikan Agama
b. Pendidikan anti-korupsi dalam perspektif pendidikan Islam
Bicara tentang pendidikan anti-korupsi dalam perspektif Islam. Kita harus
merujuk pada Alquran dan Alhadits sebagai sumber utama dari ajaran Islam.
Pendidikan korupsi adalah suatu hal penting dalam upaya pemberantasan
korupsi. Pemberantasan korupsi bukan hanya menyangkut bagaimana
menangkap dan memidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi lebih jauh
adalah bagaimana mencegah tindak pidana korupsi agar tidak terulang pada
masa yang akan datang melalui pendidikan anti-korupsi.
Jika melihat dari pengertian korupsi yang sudah disebutkan diatas, bisa
disimpulkan jika korupsi adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah
penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam
mengemban tugas tertentu. Dalam Alquran Allah telah banyak mengingatkan
manusia tentang hal ini, antara lain:
1. Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang
mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang
yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa (QS. An-Nisa: 107).
2. Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang Telah beriman.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi
mengingkari nikmat (QS. Al-Hajj: 38).

Melihat dari firman Allah diatas, sangat jelas jika Islam melarang segala
bentuk penghianatan. Karena dari itu bisa disimpulkan jika Allah melarang
Korupsi karena korupsi adalah salah satu bentuk penghianatan. Segala bentuk
larangan yang tertuang dalam Alquran adalah suatu hal mutlak yang harus
dihindari terlebih bagi orang-orang Islam. Karena Alquran adalah penunjuk
jalan yang lurus. Alquran adalah pedoman kita sebagai umat muslim. Dan
sebagai umat muslim kita harus senantiasa berpedoman kepada alquran dan
hadis. Dalam Alquran dijelaskan jika manusia ingin diberi petunjuk, maka dia

2
harus iman 4 terhadap Alquran. Ada sebuah ayat dalam alquran dijelaskan jika
kita harus takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintahperintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
tidak cukup diartikan dengan takut saja. Maka dari itu, kitapun juga harus
menjahui larangan Allah berupa khianat atau korupsi. Allahpun juga
menegaskan lagi tentang hal tersebut.
Pakar Pendidikan, Arief Rahman memberikan saran jika pendidikan
antikorupsi lebih tepat dijadikan pokok bahasan dalam mata pelajaran tertentu.
Sebuah usulan yang mesti dicermati. Pokok bahasan mencakup kejujuran,
kedisiplinan, kesederhanaan, dan daya juang. Selain itu, juga nilai-nilai yang
mengajarkan kebersamaan, menjunjung tinggi norma yang ada, dan kesadaran
hukum yang tinggi. Disamping itu penanaman nilai tanggung jawab dalam diri
setiap siswa juga sanat penting, ini berarti siswa teguh hingga terlaksananya
tugas. Tekun melaksanakan kewajiban sampai tuntas. Pengembangan rasa
tanggung jawab adalah bagian terpenting dalam pendidikan anak menuju
kedewasaan. Menjadi orang yang bermutu sebagai manusia.
Sementara itu Imam Suprayogo juga berpendapat jika Pendidikan Islam
harus bisa terintegratif dan berisi serta masuk dalam seluruh relung kehidupan
sekolah, dan apalagi di keluarga masing-masing, maka saya berkeyakinan
Islam menjadi sebuah budaya dan bahkan peradaban, yaitu budaya dan
peradaban Islam. Islam yang selalu mengajarkan tentang hidup santun,
menghargai dan hormat pada orang lain, apalagi kepada orang yang lebih tua
apalagi guru dan orang tuanya sendiri; penuh kasih sayang, selalu menghindar
dari perbuatan rendah seperti berbohong, tidak jujur, tidak amanah (korupsi).
Adapun pelaksanaan yang dapat dilakukan adalah:
1) Selalu mendekat pada Allah melalui kegiatan spiritual seperti banyak
berdzikir (ingat Allah).
2) Sholat berjama’ah.
3) Membaca al Qur’an dan lain-lain.
Dengan ini justru Islam akan lebih terasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi Pendidikan Islampun juga bisa menjadi Pendidikan yang menjauhkan dari
tindakan korupsi.
c. Nilai-nilai anti-korupsi agama dan kepercayaan lain

3
Dapat dirasakan sistem pendidikan saat ini belum berhasil menanamkan
nilai-nilai anti-korupsi. Pendidikan agama seolah-olah terpisah dari kehidupan
sekuler. Keberhasilannya hanya diukur sampai tingkat pengertian dan
kemampuan anak didik dalam melaksanakan praktik-praktik agamawi, bukan
pada apresiasi pada penampakan nilai-nilai kebaikan. Sekolah secara rutin
menyelenggarakan doa bersama menjelang UN, namun praktik-praktik
kecurangan terorganisir dianggap hal yang wajar. Pendidikan moral tidak lagi
dimasukkan ke dalam kurikulum, penekanan lebih ditekankan pada pendidikan
kewarganegaraan, tanpa keteladanan dari pemangku kepentingan negara. Jika
hal ini terus menerus dibiarkan, akan sulit berharap lahirnya generasi tanpa
korupsi sehingga dimasa yang akan datang mimpi tercipta Indonesia yang
bebas dari korupsi hanya sebatas retorika. Dalam hal inilah membangun suatu
sistem pendidikan anti-korupsi menjadi relevan, melawan korupsi dengan
menanamkan nilai-nilai anti-korupsi pada generasi muda sejak dini.
Penerapan Pendidikan Anti-korupsi harus melibatkan semua pihak di
lingkungan pendidikan formal, perlu duduk bersama merancang
implementasinya di dalam kurikulum untuk memetakan nilai-nilai anti-korupsi
yang harus dicapai di setiap satuan pendidikan, siapa dan kapan disampaikan,
termasuk mekanisme evaluasinya. Lembaga pendidikan harus memiliki modul
Pendidikan Anti-korupsi dan mencantumkannya dalam program tahunan.
Tanggung jawab ini tidak hanya menjadi beban pendidik agama, setiap
pendidik harus mengambil peran dalam menebarkan nilai-nilai anti-korupsi.
Gagasan besar mencegah praktik korupsi dengan menerapkan pendidikan
Anti-korupsi akan berhasil jika didukung oleh semua pihak di luar lingkungan
lembaga pendidikan. Apalah gunanya jika di sekolah/kampus nilai-nilai anti-
korupsi telah diajarkan namun di rumah pelajar tidak pernah diberikan
tanggung jawab walau hanya membersihkan kamar tidur dan mencuci
piringnya setelah makan dan mengamalkan nilai-nilai agama.
Persekutuan Kristen menjadi model komunitas orang-orang yang peduli dan
bergaya hidup sederhana, menanamkan budaya disiplin waktu ketika 6
melakukan kegiatan. Kepada gereja Allah mengamanatkan supaya “apa yang
kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang

4
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”
(Ulangan 6 : 6-7).
Ajaran Hindu menekankan hidup sederhana, bahkan mendorong untuk
meninggalkan dunia dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan guna mencapai
persatuan Atman dengan Brahman. Ajaran Budha menekankan pengendalian
nafsu dan berusaha melepaskan diri dari nafsu demi mencapai Nirwana. Para
biksu Budha pun, hidup sederhana. Soma Dewa, guru India abad ke-10: Uang
suap: pintu masuk ke dosa. Raja yang penipu, akan ditinggalkan rakyat dan
tidak akan hidup lama. Pemikiran India: tinggi rendahnya korupsi lebih
tergantung pada faktor sejarah, sosiologis, dan lainya daripada ancaman
hukuman.
Konfusionisme (551-478 SM) lebih percaya pada upaya mendekatkan diri
kepada Tuhan, pengendalian diri, dan pendidikan etika, daripada pembentukan
dan penegakan hukum, dalam pembinaan moral bangsa.
Untuk korupsi yang sudah membudaya dan mendarah daging, dibutuhkan
pendidikan berbasis anti-korupsi yang disampaikan berulang-ulang dan
keroyokan. Setiap kita, baik sebagai guru, karyawan atau ibu rumah tangga
Tuhan berikan tanggung jawab untuk mendidik generasi muda negeri ini
bermental antikorupsi, menjadi agen pendidikan anti-korupsi, agen perubahan
bangsa.
2) Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilainilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan
kamil.
Menurut Akhmad Sudrajat, supaya kita lebih mudah memahami makna
pendidikan karakter, kita mesti mengerti makna dari karakter itu sendiri terlebih
dahulu. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, dan watak. Sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Lain halnya dengan
pendapat Tadzkiroatun Musfiroh (2008), menurutnya karakter mengacu pada

5
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang
tidak jujur, kejam, rakus, dan berperilaku jelek dikatakan sebagai orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah
moral dinamakan berkarakter mulia.
Melihat permasalahan yang terjadi, ternyata budaya korupsi di Indonesia
bukan hanya terjadi dalam dunia politik, tetapi dalam dunia pendidikan pun bisa
terjadi. Yang lebih ironisnya terdakwa adalah seorang kepala sekolah yang
seharusnya menjadi teladan baik di sekolah. Dapat kita pelajari bahwa pendidikan
yang hanya menghasilkan ijazah dan mengandalkan nilai tidak menjamin
seseorang tersebut memiliki karakter yang baik dan berbudi pekerti.
Pendidikan anti-korupsi bukanlah seperangkat aturan perilaku yang dibuat
oleh seseorang dan harus diikuti oleh orang lain. Sebagaimana halnya dengan
kejahatan lainnya, korupsi juga merupakan sebuah pilihan yang bisa dilakukan
atau dihindari. Karena itu pendidikan pada dasarnya adalah mengkondisikan agar
perilaku siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat. Agar perilaku tersebut dapat
menjadi karakter pelajar, maka beberapa langkah bisa dilakukan dalam
pendidikan anti-korupsi, diantaranya adalah:
a. Melatih pelajar untuk menentukan pilihan perilakunya. Untuk itu siswa harus
diberi tahu tentang hak, kewajiban dan konsekuensi dari tindakan yang
dilakukannya. Jika dalam diskusi siswa mengemukakan pilihannya terhadap
sesuatu maka pendidik bisa memberikan beberapa alternatif lain, misalnya
untuk mendapatkan nilai bagus banyak cara yang bisa dilakukan. Berdasarkan
alternatif pilihan tersebut pelajar bisa menentukan mana yang baik atau yang
buruk. Jika pelajar mampu memutuskan sendiri berdasarkan pilihan yang
dibuatnya, maka mereka juga berani mengatakan tidak atau iya terhadap
sesuatu.
b. Memberi pelajar kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang luas
dengan menciptakan situasi yang fleksibel dimana bisa berkerjasama, berbagi,
dan memperoleh bimbingan yang diperlukan dari pendidik. Karena itu
kegiatan dalam menganalisis kasus, diskusi, bermain peran atau wawancara

6
merupakan situasi yang akan mengembangkan karakter antikorupsi pada diri
pelajar.
c. Tidak begitu terfokus pada temuan fakta seperti, berapa persen PNS yang
terlibat korupsi, berapa banyak uang Negara yang hilang dikorupsi pertahun
atau berapa hukuman yang tepat untuk pelaku korupsi dan sebagainya. Hal itu
juga penting tetapi yang lebih penting adalah bagaimana membantu para
pelajar menemukan sumber informasi.
d. Melibatkan pelajar dalam berbagai aktifitas sosial di lembaga pendidikan dan
di lingkungannya. Ini ditujukan untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan
respect pada orang lain dalam rangka melatih mereka untuk berbagi tanggung
jawab sosial dimana mereka tinggal. Bukan berarti karakter lain tidak penting
tetapi dengan mengemukakan rasa tanggung jawab dan respect pada orang lain
akan mengurangi rasa egoisme dan mementingkan diri sendiri yang pada
umumnya banyak dimiliki para koruptor.
Aspek penting lain dari pendidikan anti-korupsi adalah kemampuan pelajar
untuk membuat pertimbangan moral terkait perbuatan korupsi, dan ini juga sangat
ditentukan oleh kognisi yang dimiliki. Berdasarkan klasifikasi Kohlberg, pelajar
yang sudah berada pada usia remaja sudah mampu melihat sesuatu diluar dirinya,
karena itu mereka sudah dapat dilatih untuk membuat pertimbangan moral
tertentu, apakah suatu perbuatan tersebut dapat dikategorikan baik atau buruk dari
sisi moralitas. Untuk itu pembelajaran melalui pengelaborasian alasan-alasan
moral tentang suatu perbuatan akan membantu para pelajar dalam membuat
pertimbangan, dan selanjutnya akan meningkatkan perkembangan moralnya.
Karakteristik dari pendidikan anti-korupsi adalah perlunya sinergi yang tepat
antara pemanfaatan informasi dan pengetahuan yang dimiliki dengan kemampuan
untuk membuat pertimbanganpertimbangan moral. Oleh karena itu pembelajaran
anti-korupsi tidak dapat dilaksanakan secara konvensional, melainkan harus
didisain sedemikian rupa sehingga aspekkognisi, afeksi dan konasi pelajar
mampu dikembangkan secara maksimal dan berkelanjutan.
3) Budaya (Culture)
Jangan sebut korupsi sebagai budaya karena budaya bangsa ini terlalu mahal
untuk dikonotasikan dengan istilah korup. Tapi faktanya, korupsi memang
menjadi penyakit yang seolah telah membudaya di negeri ini. Tidak hanya di
pemerintahan, tapi juga di berbagai aspek kehidupan kita, korupsi seolah menjadi

7
bagian negatif yang tak bisa ditinggalkan dalam sistem birokrasi. Korupsi
disebabkan karena adanya keinginan dan kesempatan. Keinginan berkaitan
dengan moral seseorang, sedangkan kesempatan berkaitan dengan sistem. Trend
usia Koruptor semakin lama semakin muda, mulai mengarah ke usia di bawah 40
tahun. Uniknya lagi, tindakan korupsi mulai melibatkan hubungan keluarga.
Fakta-fakta menyedihkan ini menunjukkan betapa keluarga sangat
berpengaruh terhadap tindakan seseorang untuk melakukan upaya korup. Hal ini
menjadi keprihatinan bersama rakyat Indonesia. Busro Muqoddas (2015),
memaparkan betapa besar peran keluarga dalam pencegahan korupsi. Tanpa kita
sadari, keluarga menjadi salah satu pemicu seseorang untuk melakukan tindakan
korupsi karena pola hidup boros dan konsumtif yang dibina dari keluarga. Oleh
karena itu, pendidikan anti-korupsi dan penanaman hidup sederhana dalam
keluarga menjadi hal yang paling utama dan menjadi salah satu fokus utama KPK
saat ini.
Memang perlu adanya pendidikan anti-korupsi di tingkat keluarga. Upaya ini
dilakukan mengingat pembiasaan-pembiasaan hidup dalam keluarga menjadi
faktor utama tindakan seseorang di masa depan. Ikatan antara suami-istri,
orangtua-anak, maupun antartetangga menjadi sesuatu yang potensial untuk
menanamkan nilai kejujuran berbasis keluarga. Indonesia dengan national content
yang sangat kuat menjadi tempat yang tepat untuk program pencegahan korupsi
berbasis budaya lokal. Terlebih lagi mengingat budaya yang kental akan nilai-
nilai kejujuran dan berbudi luhur masih terwariskan dengan baik di Indonesia.
Tentu upaya ini tidak akan maksimal jika hanya lembaga tertentu yang
bergerak, misalnya KPK hanya bekerja sendiri. Oleh karena itu dengan mengajak
berbagai komponen masyarakat, salah satunya.
Adapun usaha-usaha yang harus dilakukan masyarakat untuk dapat mencapai
tujuan-tujuan dari pendidikan anti-korupsi agar menjadi budaya yang baik, yaitu
dengan:
1. Budaya memahami informasi
Bahaya korupsi biasanya ditunjukkan menggunakan argument ekonomi,
sosial dan politik. Masyarakat tentunya akan sulit untuk memahami, untuk itu
perlu ‘diterjemahkan’ ke dalam bahasa sehari-hari dengan menunjukkan
bagaimana korupsi mengancam kepentingan mereka dan kepentingan keluarga
dan orang lain.

8
2. Budaya mengingat
Tidak diragukan lagi, dengan proses mengulang, seseorang akan terbiasa
mengingat, namun jika yang sama diulang lebih dari tiga kali, seseorang akan
merasa jenuh dan merasa kehilangan hak untuk membuat pilihan bebas. Jadi
tidak ada salahnya mengubah bentuk penyediaan informasi dengan cara yang
paling tak terduga dan mengesankan (ada variasi).
3. Budaya membujuk diri sendiri untuk bersikap kritis
Sikap kritis menjadi sangat kuat bila tidak hanya diberikan, tetapi
mengarahkan masyarakat untuk mengembangkannya dengan penalaran
intensif. Efeknya akan lebih kuat jika menggunakan metode pembelajaran
aktif.
Dengan adanya pendidikan anti-korupsi, diharapkan akan lahir generasi tanpa
korupsi sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang 11 bebas
dari budaya korupsi. Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung pada
semua elemen pendidikan, seperti dosen, kepala sekolah, guru, karyawan, dan
pelajar. Lingkungan sekolah/kampus akan menjadi pioneer bagi pemberantasan
korupsi dan akan merembes ke semua aspek kehidupan bangsa demi mewujudkan
Indonesia yang bebas dari korupsi.

2.PEMBAHASAN MAKALAH KEDUA


B. Penerapan Prinsip Prinsip Anti Korupsi dan Hukuman Bagi Koruptor
1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua


lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional
dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku
administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal. Dalam pelaksanaannya,
akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme
pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan.

“Penerapan akuntabilitas dapat dilihat pada saat pelaksanaan kegiatan seminar


nasional yang mana ketua panitia melaporkan kepada para undangan tentang jumlah
peserta dan jalannya acara sebagai pertanggung jawabannya dalam acara”.

9
2. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari


transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik

C. Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam kegiatan ini bersifat
transparasi dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang
dikeluarkan serta sisa dana dari kegiatan tersebut.
D. Proses Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, tempat
dan diberitahukan kepada panitia pelaksana serta dosen dan mahasiswa di
poltekkes kemenkes Surabaya
E. Proses Pembahasan
Pembahasan tentang adanya kegiatan juga melibatkan bimbingan Dosen dan
seluruh anggota HIMA Keperawatan Gigisehingga tidak terjadi kesalahan
komunikasi dan diharapkan mendapatkan dukungan dari semua pihak.
F. Proses Pengawasan
Dalam melaksanakan kegiatan ini juga mendapatkan izin serta pengawasan
dariDosen pembimbing organisasi, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta
HMJ(Himpunan Mahasiswa Jurusan) semua jurusan.
G. Proses Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah selesai kegiatan oleh panitia terkait dan
Dosenpembimbing organisasi untuk memperbaiki berbagai kekurangan
sehingga akanmemperbaikinya untuk kegiatan yang akan mendatang.
3. Kewajaran

Prinsip fainess atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah


terjadinyamanipulasi (ketidakwajaran) dalam pelanggaran, baik dalam bentuk mark
up maupunketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini
terdiridari hal penting komprehensif dan disipiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran
daninformatif.

Ada lima langkah penegakan prinsip fairness yaitu :

a. Komprehensif dan disiplin

Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laopran tentang hal serta dana
yangdibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana
yangdiperlukan untuk tercapainya kegiatan tersebut.

b. Fleksibilitas

Semua anggota panitia dapat saling membantu walaupun berbea seksi

10
c. Terprediksi

Langkah ini ditunjukkan dengan panitia dapat memprediksi berapa banyak


danayang diperlukan dengan membuat rincian dana perseksi sehingga
mendapatkantarget dana yang dibutuhkan.

d. Kejujuran

Langkah ini ditujukan dengan memberikan bukti dalam pengeluaran dana


contohpemesanan makanan/snack yang ditujukan oleh seksi konsumsi
denganmemberikan bukti nota dari tempat pemesanan makanan/snack tersebut.

e. Informatif

Langkah ini ditujukkan dengan memberikan informasi secara transparan


tentangrincian penggunaan dana oleh masing-masing seksi.

4. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak


terjadipenyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijaka anti
korupsiini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa
berupaundang-undang anti monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan
masyarakatmengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan
anggaran negaraoleh para pejabat negara.Untuk mengatur interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan terdapat empat aspekkebijakan anti korupsi yaitu :

a. Isi

Berikut contoh isi kebijakan dari panitia kebijakan ini :

1) Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap


rapatyang diadakan terkecuali sakit atau kepentingan mendesak

2) Menargetkan dana yang akan dibutuhkan dengan meminta rincian dana


yangdiperlukan masing-masing seksi

3) Memberikan bukti dalam penggunaan dana berupa nota/kwitansi

4) Membuat target bahwa persiapan untuk egiatan harus selesai/siap


dalamwaktu kurang dari 1 minggu sebelum hari pelaksanaan.

b. Pembuat

Ketua panitia dengan kesepakatan semua anggota panitia

c. Pelaksana

Ketua panitia dan semua anggota panitia

11
d. Kultur

Semua anggota kepanitiaan melaksanakan isi dari kebijakan tersebut tanpa


kecuali ataupun merasa terpaksa.

5. Kontrol kebijakan

Ada tiga model kontrol kebijakan yang dapat dilakukan yaitu :

a. Partisipasi

Semua anggota kepanitiaan dapat berpartisipasi dalam mengontrol acara yang


telah di buat.

b. Evolusi

Semua anggota panitian dapat berpartisipasi dalam mengontrol acara yang


telahdibuat.

c. Reformasi

Pergantian jalanya acara yang baru dapat dilakukan sesuai dengan yang
diusulkanserta susunan acara yang diusulkan tersebut telah mendapat
persetujuan olehanggota kepanitiaan lainnya.

C. PENERAPAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI

1. Kejujuran

Kejujuran berasal dari kata jujur dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus , tidak berbohong dan tidak curiga. Jujur merupakan
salah satu nilai yang paling utama dalam arti orupsi, karena tanpa kejujuran,
seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termaksuk dalam
kehidupan sosial. “Pada kegiatan ini dapat dikatakan semua panitia terbuka dan
jujur untuk bekerja sama”. Contohnya dalam kegiatan seminar Nasional ini terdiri
dari beberapa devisi yang mendapat tugas masing-masing, salah satu kejujuran
dapat dilihat seperti bendahara selalu melaporkan kelur-masuknya keuangan yang
diapakai setiap rapat sehingga semua panitia mengetahui dan terlihat tranparansi
penggunaan anggaran Seminar Nasional

2. Kepedulian

Kepedulian adalah mengindahkan,mengperharikan dan menghiraukan. Rasa


kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang
berkembang di dalamnya. “Sikap ini ditunjukan dengan sikap saling mengigatkan
antar panitia agar menambah kekurangan persiapan dan saling mengigatkan jika
akan diadakan rapat kembali, jadi setiap minggunya diadakan rapat untuk

12
melaporkan semua yang sudah dilakukan tiap panitia sehingga semua panitia bisa
saling mengigatkan dan menambah jika kekurangan sehingga acara dapat berjalan
dengan baik”

3. Kemandirian

Mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak
bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal. “Mandiri dalam kegiatan ini
dapat ditunjukan pada Seksi usaha dan dan usaha pencari dana dengan menyebar
proposal sponsorship di toko-toko dan perusahan serta menjual jajanan pasar yang
dijual ke mahasiswa lain atau dosen dengan harapan dapat membantu pencaharian
dana demi terlaksananya kegiatan ini. Dengan kegiatan pencarian dana tersebut
kegiatan dapat berjalan dengan baik sampai hari H, sehingga HMJ Kebidanan
dapat secara mandiri tanpa meminjam uang untuk memnuhi kebutuhan Seminar
Nasional” 5

1. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan kepada peraturan. Manfaat dari
disiplin yaitu seseorang dapat mencapat tujuan dengan waktu yang lebih efisien.
Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dengan nilai-nilai antikorupsi yaitu
dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
“Kedisiplinan ini dapat dilihat dari rapat untuk persiapan hingga kegiatan ini dapat
terlaksana sesuai dengan hari tanggal yang telah ditentukan atau direncanakan.
Acara tersebut direncanakan tanggal 2 Mei 2020 dan rapat-rapat sudah dimulai
sejak bulan November 2019, karena kedisiplinan panitia dalam persiapan acara
sehingga sesuai yang direncanakan.

2. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang
memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas
lebih baik. “masing-masing panitia dapat bertanggung jawab dengan terselesainya
persiapan dari tugas masing-masing seksi. Hal ini terbukti dari siapnya berbagai
keperluan yang diperlukan dalam kegiatan tersbut. Walaupun pada saat acara
berlangsung ada sedikit hal-hal yang kirang tapi karena tanggung jawab yang
diberikan pada masing-masing panitia telah mereka lakukan dengan baik
sehingga kegiatam tetap berjalan dengan baik”

3. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Didalam kemauan terkandung
ketekatan dan ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendiri keberanian, ketabahan,
keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan
menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan. “kerja keras pada kegiatan

13
ni dapat dilihat saat rapat-rapat yang dilakukan untuk persiapan yaitu mengambil
pada waktu malam hari, biasanya rapat dimulai pada jam 18.00 samapai 21.00
Wita. Meskipun siang kuliah sampai sore tetapi panitia tetap semangat untuk
rapat.

4. Kesederhanaan
Kesederhanaan adalah manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak
sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang
juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginan. 6
“Kesederhannaan pada seminar ini dapat dilihat yaitu penggunaan dana yang ada
tanpa melebihkan, mengurangi atau menggunaka dana sesuai dengan kebutuhan
sehingga sampai akhir acara tidak memiliki pinjaman uang/berhutang kepada
siapapun “

5. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab dan
sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan
keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan
akan semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat. “Sikap ini ditunjukan dengan
berani berpendapat baik dalam memberikan koreksi atau kritikan atau ide-ide dari
panitia satu ke panitia yang lainnya shingga dapat menutupi kekurangan yang ada
dalam kegiatan yang akan dilaksanakan.

6. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan
sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan
keberanian akan semakin matang diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan
akan semakin kuat jia pengetahuan juga kuat. “Sikap ini ditunjukan dengan
berani berpendapat baik dalam memberikan koreksi atau kritikan atau ide-ide dari
panitia satu ke panitia yang lainnya sehingga dapat menutupi kekurangan yang
ada dalam kegiatan yang akan dilaksanakan” 10. Keadilan Adil adalah sama
berat, tidak berat seblah dan tidak memihak “Sikap ini terlihat dengan pembagian
tuhgas untuk masing-masing anggota kepanitiaan sesuai dengan seksi –seksi yang
dibentuk dan sikap ketua panitia yang tidak membeda-bedakan anggota panitia
lainnya”
D. HUKUMAN PELAKU KORUPSI

BAB II UU Tipikor tentang Tindak Pidana Korupsi dijelaskan beberapa jenis


korupsi secara normatif. Dari beberapa ketentuan di dalamnya, dapat secara bebas
dirumuskan sebuah definisi, di mana korupsi merupakan perbuatan melawan hukum
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada

14
padanya karena jabatan atau kedudukannya, yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.

Pasal 2

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). (2) Dalam hal tindak pidana korupsi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati
dapat dijatuhkan.

Pasal 3

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Pasal 4

Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak


menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 dan Pasal 3.

Pasal 5

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua
ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 6

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

15
Pasal 7

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 387
atau Pasal 388 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus
lima puluh juta rupiah).

Pasal 8

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 750.000.000,00
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 9

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah).

Pasal 10

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus
lima puluh juta rupiah).

Pasal 11

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah).

Pasal 12

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419,
Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).

16
Pasal 13

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,
atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan
tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda
paling banyak 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 14

Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas


menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai
tindak pidana korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.

Pasal 15

Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

Pasal 16

Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,
kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadi` tindak pidana korupsi dipidana
dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

Pasal 17

Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5
sampai dengan Pasal 14, terdakwa dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18.

Pasal 18

(1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah :

a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu
pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut;

b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan


harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;

17
c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun;

d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah
kepada terpidana.

(2) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa
dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.

(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka
dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum
dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan
lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

Pasal 19

(1) Putusan pengadilan mengenai perampasan barang-barang bukan kepunyaan


terdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak pihak ketiga yang beritikad baik akan
dirugikan.

(2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk
juga barang pihak ketiga yang mempunyai itikad baik, maka pihak ketiga tersebut
dapat mengajukan surat keberatan kepada pengadilan yang bersangkutan, dalam
waktu paling lambat 2 (dua) bulan setelah putusan pengadilan diucapkan di sidang
terbuka untuk umum.

(3) Pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan.

(4) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hakim meminta keterangan
penuntut umum dan pihak yang berkepentingan.

(5) Penetapan hakim atas surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
dimintakan kasasi ke Mahkaman Agung oleh pemohon atau penuntut umum.

Pasal 20

(1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi,
maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau
pengurusnya.

(2) Tindak pidana Korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut
dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan

18
hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun
bersama-sama.

(3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka korporasi
tersebut diwakili oleh pengurus.

(4) Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat
diwakili oleh orang lain.

(5) Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di


pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang
pengadilan.

(6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk
menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di
tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.

(7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda,
dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).

-Denda dan Perampasan Harta Koruptor

Korupsi merupakan bagian dari perbuatan pidana yang secara lex specialis (khusus)
diatur dalam UU Tipikor dan perubahannya. Perlu diketahui bahwa setiap benda baik
bergerak maupun tidak bergerak, berwujud ataupun tidak berwujud, sepanjang itu
berhubungan dengan hasil tindak pidana maka akan disita oleh negara.

Penyitaan terhadap suatu benda dapat dilakukan jika benda tersebut memenuhi
ketentuan Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana, yang berbunyi:

Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:

1) benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2) benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkannya;
3) benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak
pidana;
4) benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
5) benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
Dalam putusan pengadilan, dikenal dua jenis pidana, yaitu pidana pokok yang berupa
penjara, dan/atau denda, juga pidana tambahan, yaitu pembayaran uang pengganti.
Uang pengganti merupakan upaya yang sangat penting dalam mengembalikan
kerugian negara yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi. Jumlah kerugian negara

19
bisa menjadi salah satu pertimbangan hakim dalam menjatuhan pidana denda dan/atau
penjara beserta pidana tambahan melalui putusannya.

Ketentuan mengenai pidana tambahan atas tindak pidana korupsi sendiri diatur dalam
Pasal 18 ayat (1) UU Tipikor:

Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana, sebagai pidana tambahan adalah:

4. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau
barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana
korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang
tersebut;
5. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama
dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;
6. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun;
7. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh
atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh
Pemerintah kepada terpidana.
Jika terpidana tidak membayar uang pengganti dalam waktu satu bulan sesudah
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta
bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti
tersebut.

Namun,penyelesaian tunggakan uang pengganti dapat dilakukan dengan penyitaan


dan pelelangan harta benda terpidana atau melalui tuntutan subsider pidana penjara,
atau hukuman badan. Hal ini diatur dalam Pasal 18 ayat (3) UU Tipikor, yang
menegaskan bahwa:

Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan
pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana
pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana
tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

Dalam praktiknya tidaklah mudah untuk menyita aset hasil korupsi karena yang
melakukan korupsi merupakan orang yang punya wewenang dan kekuasaan untuk
merekayasa, menyamarkan, atau mengubah bentuk benda hasil korupsi. Untuk dapat
membawa harta atau aset koruptor ke hadapan pengadilan, harus didahului dengan
tindakan penyitaan oleh penyidik dalam tahap penyidikan. Aset koruptor yang disita
penyidik tersebut oleh jaksa penuntut umum akan diajukan sebagai barang bukti ke
hadapan hakim dalam tahap penuntutan.

20
-Pencucian Uang

Dalam proses penyidikan, penyidik juga dapat bekerja sama dengan Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mempunyai kewenangan menelusuri
pencucian uang hasil kejahatan (money laundering). Biasanya untuk menyamarkan
hasil korupsi, maka koruptor melakukan pencucian uang dengan cara membayarkan,
mengalihkan, atau menghibahkan harta kekayaan hasil korupsi.

Ketentuan pidana terhadap tindakan pencucian uang diatur dalam Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (“UU TPPU”). Pasal 3 UU TPPU menyebutkan bahwa:

Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,


membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena
tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Namun dalam Pasal 8 UU TPPU diatur bahwa:

Dalam hal harta terpidana tidak cukup untuk membayar pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5, pidana denda tersebut diganti dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan.

Jadi, ketidaksamaan besaran pidana denda bagi koruptor dengan jumlah yang
dikorupsi di antaranya disebabkan karena terpidana korupsi dapat dijatuhi pidana
kurungan dan/atau denda serta pidana tambahan berupa uang pengganti melalui
penyitaan aset yang diduga merupakan hasil korupsi. Yang diprioritaskan adalah
menghukum pelaku korupsi atas perbuatannya dan berupaya untuk memulihkan
kembali kerugian negara dari tindakan korupsi yang telah dilakukan.

21
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN MAKALAH PERTAMA


Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan anti-korupsi dalam perspektif
Islam adalah suatu hal penting dalam upaya pemberantasan korupsi.
Pemberantasan korupsi bukan hanya menyangkut bagaimana menangkap dan
memidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi lebih jauh adalah bagaimana
mencegah tindak pidana korupsi agar tidak terulang pada masa yang akan datang
melalui pendidikan anti-korupsi. Jika melihat dari pengertian korupsi yang sudah
disebutkan diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah sejenis penghianatan,
dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan
amanah dalam mengemban tugas tertentu.

22
2. KESIMPULAN MAKALAH KEDUA

Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan


menghilangkan, atau setidaknya mengurangi kedua faktor penyebab korupsi
tersebut. Adapun faktor korupsi terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor
intenal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tersebut
antara lain meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja
keras, sederhana, keberanian dan keadilan. Nilai – nilai anti korupsi itu perlu
diterapkan oleh setiap individu untuk mengatasi faktor eksternal agar korupsi
tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai
anti korupsi, setiap individu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip dan
nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://alfianputradarmawan.blogspot.com/
https://ndhawalia13.wordpress.com/
http://dia.perkantas.net/
http://uad.ac.id/id/
http://ejournal.unp.ac.id
https://mouda.wordpress.com/
http://www.slideshare.net/
http://www.kpk.go.id

https://123dok.com/document/yne64xpy-makalah-penerapan-prinsip-prinsip-
korupsi-kegiatan-organisasi-mahasiswa.html

https://www.suara.com/news/2020/12/09/150550/pengertian-korupsi-lengkap-
dengan-unsur-unsur-jenis-dan-dampaknya?page=al

Sumber : Undang- Undang No 31 Tahun 1999

24
LAMPIRAN

A. LOGBOOK
TANGGAL URAIAN VALIDASI
No. PUKUL KETERANGAN
KEGIATAN KEGIATAN PEMBIMBING
1. Senin, 3 Mei 07.30 - Belajar mandiri Dilakukan
2021 11.00 mengenai melalui Ning
Pengaruh Agama Baya serta
terhadap Menonton
terjadinya Tindak Youtube yang ada
Pidana Korupsi di ning baya
13.00 - Belajar mandiri Dilakukan
17.00 mengenai melalui Ning
Pengaruh Agama Baya serta
terhadap Menonton
terjadinya Tindak Youtube yang ada
Pidana Korupsi di ning baya
2. Selasa,04 07.30 - Belajar mandiri Dilakukan
Mei 2021 11. 00 mengenai melalui Ning
Pengaruh Budaya Baya serta
terhadap Menonton
terjadinya Tindak Youtube yang ada
Pidana Korupsi di ning baya
13.00 - Belajar mandiri Dilakukan
17.00 mengenai melalui Ning
Pengaruh Budaya Baya serta
terhadap Menonton
terjadinya Tindak Youtube yang ada
Pidana Korupsi di ning baya
3. Kamis,06 07.30 - Belajar mandiri Dilakukan
Mei 2021 11.00 mengenai Prinsip melalui Ning
Prinsip Anti Baya serta
Korupsi Menonton

25
Youtube yang ada
di ning baya
13.00 - Belajar mandiri Dilakukan
17.00 mengenai Prinsip melalui Ning
Prinsip Anti Baya serta
Korupsi Menonton
Youtube yang ada
di ning baya
4. Jumat, 07 07.30 - Belajar mandiri Dilakukan
Mei 2021 11.00 mengenai melalui Ning
Hukuman Baya serta
Koruptor yang Menonton
ada di Indonesia Youtube yang ada
di ning baya
13.00 - Belajar mandiri Dilakukan
17.00 mengenai melalui Ning
Hukuman Baya serta
Koruptor yang Menonton
ada di Indonesia Youtube yang ada
di ning baya

26
B. DOKUMENTASI

Gambar 2.1.

27
Gambar 2.2.

28
Gambar 2.3.

29

Anda mungkin juga menyukai