Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

NILAI - NILAI ANTIKORUPSI DAN PRINSIP ANTIKORUPSI

DISUSUN OLEH :

JESISCHA SIPAHUTAR : 032021071

VENI IVOSIANNA NAPITUPULU : 032021093

WINDA LIANA PURBA : 032021094

GANDA PUTRA PARDOSI : 032021067

NAOMI RAYANI SIMAMORA : 032021079

PAULINA SIHOTANG : 032021081

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK


STIKES ST. ELISABETH MEDAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur untuk kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
berkat sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Nilai
Nilai dan Prinsip Antikorupsi.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen Sr.
Imelda Derang, S.Kep.,Ns.,M.Kep pada mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi  Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Nilai dan Prinsip Antikorupsi
bagi para mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKes St. Elisabeth Medan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Sr. Imelda Derang,S.Kep.,Ns.,M.Kep
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi  yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami juga menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, 10 Maret 2022

kelompok 7
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................................i

Daftar Isi ............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan .........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................2

1.3 Tujuan ...........................................................................................................................2

1.4 Manfaat .........................................................................................................................2

BAB II Pembahasan..........................................................................................................3

2.1 Nilai-Nilai Anti Korupsi ...............................................................................................3

2.2 Prinsip Prinsip Anti Korupsi .......................................................................................7

BAB III Penutup................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................13

3.2 Saran .............................................................................................................................13

Daftar Pustaka ..................................................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi kini merupakan permasalahan yang menjadi perbincangan padasemua


kalangan masyarakat. Korupsi dianggap merusakkan sendi kehidupan bermasyarakat
dan bernegara karena sifatnya yang merugikan. perilaku korupsi diIndonesia sudah
merupakan hal yang biasa bahkan sudah membudaya, padahal korupsi merupakan
perilaku yang bertentangan dan melanggar moral serta hukum.Tingginya angka korupsi di
Indonesia membuat pemerintah Indonesia membuat berbagai usaha dalam pencegahan
atau upaya pemberantasan korupsi.

Korupsi adalah salah satu faktor yang menyebabkan suatu kemunduran suatu
Negara sehingga sangat penting untuk menanamkan sifat/sikap anti korupsi sejak dini.
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja.

Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah dengan
memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda sekarang
khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah generasi penerus
yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu.Juga karena generasi muda
sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan disekitarnya. Jadi, kita lebih mudah
mendidik dan memengaruhi generasi mudasupay tidak melakukan tindak pidana korupsi
sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi
pendahulunya. Pada pembelajaran kali ini membahas tentang nilai-nilai dan prinsip-
prinsip antikorupsi sehingga mahasiswa mengetahui bagaimana penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
2. Apa yang dimaksud dengan anti korupsi ?
3. Apa saja nilai-nilai anti korupsi ?
4. Apa saja prinsip prinsi anti korupsi ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan nilai-nilai anti korupsi untuk mengatasi faktor
internal penyebab terjadinya korupsi;
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip anti korupsiyang berpedoman pada
nilai-nilai anti korupsi untuk mengatasi faktor eksternal penyebab terjadinya
korupsi agar korupsi tidak terjadi;
3. Mahasiswa mampu memberikan contoh penerapan prinsip- prinsip dan nilai-nilai
anti korupsi dalam suatuorganisasi/institusi/ masyarakat untuk mencegah terjadinya
korupsi dalam setiap kegiatannya.

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu dapat di jadikan sebagai bahan untuk
mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan kita untuk lebih mendalami tentang
Nilai-nilai dan Prinsip Anti Korupsi.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Nilai-Nilai Anti Korupsi


Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip anti
korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.

 Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
bagi kehidupan mahasiswa,tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya
dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
Nilai kejujuran dalam kehidupan kampus yang diwarnai dengan budaya
akademik sangat-lah diperlukan. Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang
yang berlaku dimana-mana termasuk dalam kehidupan di kampus. Jika
mahasiswa terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup
akademik maupun sosial, maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu
untuk mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai akibatnya mahasiswa akan
selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Hal
ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain karena selalu
merasa curiga terhadap mahasiswa tersebut yang terlihat selalu berbuat curang
atau tidak jujur. Selain itu jika seorang mahasiswa pernah melakukan
kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat memperoleh kembali
kepercayaan dari mahasiswa lainnya.

 Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah
mengindahkan,memperhatikan dan menghiraukan (Sugono : 2008).

3
Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam kehidupan di
kampus dan dimasyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan, seorang
mahasiswa perlumemiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik
lingkungan di dalamkampus maupun lingkungan di luar kampus.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian diantaranya


adalah dengan menciptakan suasana kampus sebagai rumah kedua.Hal ini
dimaksudkan agar kampus menjadi tempat untuk mahasiswa berkarya, baik
kurikuler maupun ekstra-kurikuler, tanpa adanya batasan ruang gerak.
Selain itu dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya sebagai manusia yang utuh dengan
berbagai kegiatan di kampus, Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
meningkatkaninteraksi antara mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lainnya
sehinggahubungan saling mengenal dan saling belajar dapat dicapai lebih
dalam.

 Kemandirian
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk
masadepannya dimana mahasiswa tersebut harus mengatur kehidupannya
danorang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak
mungkinorang yang tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan
mampumengatur hidup orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut
mahasiswadituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan
usahanya sendiridan bukan orang lain (Supardi : 2004).

 Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik
akademik maupun sosial mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak
berarti harus hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin
bagi mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk

4
dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam
lingkup akademik maupun sosial kampus.

 Tanggung jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh
dituntut,dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).

Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah


perbuatanyang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung
jawab tersebut berupa perwujudan kesadaran akan kewajiban menerina
danmenyelesaikan semua masalah yang telah di lakukan. Tanggung jawab
juga merupakan suatu pengabdian dan pengorbanan. Maksudnya pengabdian
adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai
perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari
semuaitu dilakukan dengan ikhlas

 Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas,
daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan,
tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur.
Adalah penting sekali bahwa kemauan mahasiswa harus berkembang ke
taraf yang lebih tinggi karena harus menguasai diri sepenuhnya lebih dulu
untuk bias menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh dengan harapan
dan percaya, maka akan menjadi lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaannya.
Jika interaksi antara individu mahasiswa dapat dicapai bersama dengan usaha
kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan semakin optimum.

 Kesederhanaan
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi
dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlud
ikembangkan sejak mahasiswa me-ngenyam masa pendidikannya.

5
Dengangaya hidup sederhana, setiap mahasiswa dibiasakan untuk tidak
hidup boros,hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutu-hannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata,
padahaltidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan sebaliknya.
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, mahasiswa dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup sederhana
inimerupakan parameter penting dalam menjalin hubungan antara
sesamamahasiswa karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan
kesenjangansosial, iri, dengki, tamak, egois, dan yang sikap-sikap negatif
lainnya lainnya.Prinsip hidup sederhana juga menghindari seseorang dari
keinginan yang ber-lebihan.

 Keberanian
Untuk mengembangkan sikap keberanian demi mempertahankan
pendiriandan keyakinan mahasiswa, terutama sekali mahasiswa
harusmempertimbangkan berbagai masalah dengan sebaik-baiknya.
Pengetahuan yang mendalam menimbulkan perasaan percaya kepada diri
sendiri. Jika mahasiswa menguasai masalah yang dia hadapi, dia pun akan
menguasai dirisendiri. Di mana pun dan dalam kondisi apa pun sering kali
harus diambil keputusan yang cepat dan harus dilaksanakan dengan cepat pula.
Salah satukesempatan terbaik untuk membentuk suatu pendapat atau penilaian
yang sebaik-baiknya adalah dalam kesunyian di mana dia bisa berpikir tanpa
diganggu.

 Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa
perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan
danmengambil keputusan secara adil dan benar.Di dalam kehidupan sehari-
hari, pemikiran-pemikiran sebagai dasar pertimbangan untuk menghasilkan
keputusan akan terus berkembang seiringdengan pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki seseorang.

6
Dalam masa perkuliahan setiap mahasiswa perlu didorong untuk mencari
pengalaman dan pengetahuan melalui interaksinya dengan sesama mahasiswa
lainnya.
Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat semakin bijaksana dalam
mengambilkeputusan dimana permasalahannya semakin lama semakin
kompleks ataurumit untuk diselesaikan (Kurniadi et al., 2017)

2.2 Prinsip-Prinsip Anti Korupsi

Prinsip-Prinsip Antikorupsi merupakan langkah-langkah antisipasifyang


harus dilakukan agar laju pergerakan korupsi dapat dibendung bahkan diberantas.
Prinsip-Prinsip Antikorupsi pada dasarnya terkait dengan semua aspek kegiatan
publikyang menurut adanya integritas, Objektivitas, kejujuran, keterbukaan, tanggung
gugat, dan melaksakan kepentingan publik diatas kepentingan individu.

 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik
dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level
budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga (Bappenas :
2002).
Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat,
publik, maupun interaksi antara ketiga sektor. Akuntabilitas publik secara
tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan
mengarahkan perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk
dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal
(Dubnik : 2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang paling
fundamental merujuk kepada kemampuan menjawab kepada seseorang terkait
dengan kinerja yang diharapkan (Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan
jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan
pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005). Akuntabilitas publik
memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah

7
akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan,
akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik
(Puslitbang, 2001).

Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan


dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas
kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah
kegiatan.

Sebagai bentuk perwujudan prinsip akuntabilitas, Undang-undang


Keuangan Negara juga menyebutkan adanya kewajiban ganti rugi yang
diberikan atas meraka yang karena kelengahan atau kesengajaan telah
merugikan Negara. Prinsip akuntabilitas pada sisi lain juga mengharusakan
agar setiap penganggaran setiap biaya dapat disusun sesuai target atau sasaran.

 Transparansi

Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.


Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik
(Prasojo : 2007).

Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi


seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling
sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan
kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para
mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa
kini dan masa mendatang (Kurniawan : 2010).

8
Dalam prosesnya,terdapat lima proses dalam transparansi,yaitu penganggaran,
penyusunan kegiatan, pembahasan, pengawasan, dan evaluasi.
1. Proses penganggaran
Proses penganggaran bersifat dari bawah ke atas (bottom up), mulai dari
perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban, dan penilaian
(evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan control pengelolaan anggaran oleh masyarakat.
2. Proses penyusunan kegiatan
Proses penyusunan kegiatan terkait dengan proses pembahasan tentang
sumbersumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja) pada semua tingkatan.
3. Proses pembahasan
Proses pembahasan adalah pembahasan tentang pembuatan rancangan
peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan dana kegiatan
dalam penetapan retribusi, pajak, serta aturan lain yang terkait dengan
penganggaran pemerintah.
4. Proses pengawasan
Proses pengawasan tentang tata cara dan mekanisme pengelolaan kegiatan
mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan
pertanggungjawaban secara teknis. Proses pengawasan dilakukan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan yang terkait dengan kepentingan public
atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kegiatan yang
diusulkan oleh masyarakat sendiri.
5. Proses evaluasi
Proses evaluasi dilakukan terhadap penyelenggaraan kegiatan yang
dilakukan secara terbuka. Evaluasi harus dilakukan sebagai
pertanggungjawaban secara administrative, teknis dan fisik dari setiap
output kerja pembangunan.

 Kewajaran

Prinsip kewajaran (fairness) dimaksudkan untuk mencegah adanya


ketidakwajaran dalam penganggaran, dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya. Prinsip kewajaran terdiri atas lima sifat yaitu sebagai
berikut.
1. Komprehensif dan disiplin
Mempertimbangkan semua aspek, berkesinambungan, taat asas,
prinsip pembebanan, pengeluaran, dan tidak melampaui batas (off
budget). Hal ini dimaksudkan agar anggaran dapat dimanfaatkan
sewajarnya
2. Fleksibilitas
Tersedia kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas
(prinsip tak tersangka, perubahan, pergeseran, dan desentralisasi
manajemen).
3. Terprediksi
Ketetapan dalam perencanaan berdasarkan asas value for money
dengan tujuan untuk menghindari deficit dalam tahun anggaran
berjalan. Adanya anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari
prinsip kewajaran dalam proses pembangunan
4. Kejujuran
Merupakan bagian utama dari prinsip kewajaran. Kejujuran adalah
tidak adanya bias perkiraan penerimaan atau pengeluaran yang
disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis.
5. Informatif
Informatif merupakan ciri dari kejujuran. Sistem informasi pelaporan
yang teratur dan informatif adalah dasar penilaian kinerja, kejujuran,
dan proses pengambilan keputusan. Pemerintah yang informative
merupakan pemerintah yang telah besikap wajar dan jujur dan tidak
menutup-nutupi hal yang memang seharusnya disampaikan.
 Kebijakan

Prinsip kebijakan adalah prinsip antikorupsi keempat yang dimaksudkan


agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang antikorupsi.
Kebijakan berperan untuk mengatur tata, interaksi dalam ranah sosial agar
tidak terjad, masyarakat. Penyimpangan yang dapat merugikan negara dan
masyarakat.

10
Kebijakan antikorupsi tidak selalu identik dengan undang-undang
antikorupsi, akan tetapi bisa juga berupa undang-undang kebebasan untuk
mengakses informasi, desentralisasi, anti monopoli, maupun undang-undang
lainnya yang memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mengendalikan
kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh pejabat.

Kebijakan antikorupsi dapat dilihat dalam ernpat aspek berikut :


1. Isi kebijakan
lsi atau konten merupakan komponen penting dan sebuah kebijakan
antikorupsi akan menjadi efektif apabila rnengandung unsur-unsur
yang terkait dengan perrnasalahan korupsi sebagai fokus dari kegiatan
tersebut.
2. Pembuat kebijakan
Pembuat kebijakan adalah hal Yang terkait dengan erat dengan
kebijakan antikorupsi isi kebijakan setidaknya merupakan cermin
kualitas dan integritas pembuatnya dan pembuat kebijakan juga akan
menentukan kualitas dari isi kebijakan tersebut
3. Penegakan kebijakan
Kebijakan yang telah dirumuskan akan berfungsi apabila didukung
oleh aktor penegak kebijakan. yaitu Kepolisian, Pengadilan, Pengacara
dan LembagaPermasyarakatan Kebijakan hanya akan menjadi
instrumen kekuasaan apabila penegak kebijakan tidak memiliki
komitmen untuk meletakan kebijakan tersebut sebagai aturan yang
mengikat bagi semua. di mana hal tersebut justru akan menimbulkan
kesenjangan, ketidakadilan dan bentuk penyimpangan lainnya.
4. Kultur kebijakan
Keberadaan suatu kebijakan memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap
hukum undang undang antikorupsi.

 Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan adalah upaya agar kebijakan yang dibuat benar-benar


efektif dan menghapus semua bentuk korupsi.
11

Sedikitnya terdapat tiga model atau bentuk kontrol terhadap kebijakan


pemeritah, yaitu berupa:
1. Partisipasi ; Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan
kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan
pelaksanaannya
2. Evolusi ;Kontrol kebijaakan berupa evolusi yaitu mengontrol
dengan menawarkan anternatif kebijakan baru yang dianggap lebih
layak.
3. Reformasi ;Kontrol kebijakan berupa reformasi yaitu mengontrol
dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai
12

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Korupsi sebagai sebuah bentuk konsepsi mengalami pemaknaan yang beragam.


Mulai pemaknaan yang bersifat etimologis, terminologis, sampai levelisasi korupsi.
Sebagai sebuah penyimpangan, korupsi tidak hanya berlangsung pada ranah
kekuasaan untuk mencari keuntungan materi juga dalam bentuk penyimpangan
kepercayaan yang ada pada setiap orang. Korupsi bukan hanya milik pemerintah,
tapi juga sektor swasta bahkan lembaga pendidikan. Korupsi tidak hanya
berlangsung pada level struktural, tapi juga kultural.
Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi
tersebut. Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi
tertanam dalam diri setiap individu.
Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.
Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat
mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi.
Untuk mencegah terjadinya factor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti
korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti
korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran,kebijakan, dan kontrol kebijakan
dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara
prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah


pengetahuan dan wawasan tentang Nilai Nilai Anti Korupsi dan Prinsip Anti
Korupsi. Dan makalah kami ini dapat dijadikan referensi bagi penulis selanjutnya.
Diharapkan para pembaca bisa memberikan kami kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah
kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS RI (2002), Public Good Governance: Sebuah Paparan Singkat, Jakarta:


Bappenas RI

Dubnick, Melvin (2005), Accountability and the Promise of Performance, Public Performance


and Management Review (PPMR), 28 (3), March 2005

Kurniawan (2010), Akuntabilitas Publik: Sejarah, Pengertian, Dimensi dan Sejenisnya,


Jakarta.

Pierre, Jon (2007), Handbook of Public Administration, London : SAGE Publication Ltd.


Prasojo, Eko, Teguh Kurniawan, Defny Holidin (2007), Refomasi dan Inovasi Birokrasi: Studi
di Kabupaten Sragen, Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI dan Yappika – CIDA.

Prasojo, Eko (2005), Demokrasi di Negeri Mimpi: Catatan Kritis Pemilu 2004 dan Good
Governance, Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.

Puslitbang BPKP (2001), Evaluasi Perkembangan Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah,


Jakarta: BPKP

Siswandi (2009), Mengembangkan Disiplin Siswa, artikel


dari http://www.nazwadzulfa.wordpress. com.

Sjaifudin, Hetifah (2002), Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance, Jakarta.

Sugono, Dendy (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa


Departemen Pendidikan Nasional
14

Anda mungkin juga menyukai