Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Nilai-nilai dan Prinsip Anti Korupsi)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan


kewarganegaraan

Dosen : Mardalena Hanifah, SH,M.Hum

Disusun oleh:

Sarmauli br simamora

2109112512

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS RIAU

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan kewarganegaraan ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang nilai-nilai dan
prinsip anti korupsi serta upaya pemberantasan korupsi tersebut.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Mardalena Hanifah, SH,M.Hum selaku dosen
Pendidikan kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya senantiasa mengharapkan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah saya di masa yang akan datang.

Pekanbaru , Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………..........i

Daftar Isi………………………………….……………………………….……….ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...…………1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...1

1.3 Tujuan………….………………………………………………………….…...1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….2

2.1. Pengertian The Rule Of Law………………………………………….……….2


2.2. Pengertian Hak Asasi Manusia……………………………………….……......................7
2.3. Penjabaran Hak Asasi Manusia sesuai UUD…………………………..............………11

2.4. Hak dan Kewajiban Warga Negara………………………………………….18

BAB III PENUTUP………………………………………………………...……23

3.1. Kesimpulan……………………………………………………..……………23
3.2. Saran…………………………………………………………………………23

DAFTARPUSTAKA…...……………………………………………………….24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Korupsi yang terjadi di Indonesia pada saat sekarang bukanlah suatu
korupsi yang terjadisecara kebetulan dalam pengelolaan uang negaraoleh
oknum–oknum penyelenggaraan negara/instansi Pemerintah/Badan Usaha Milik
Negara(BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah(BUMD), tetapi sudah
terencana atau direncanakan dengan matang jauh-jauh hari pada tahap proses
perencanaan maupunawal pelaksanaan anggaran.
Secara sederhana korupsi adalah perbuatan menggelapkan dana untuk kepentingan
pribadi /golongan yang dapat merugikan banyak orang. Dalam pemberantasannya
memerlukan upaya yang sangat luar biasa. Korupsi di Indonesia telah memasuki seuruh
bidang-bidang kehidupan sosial dan pemerintahan serta sudah sangat mengakar dalam
kebiasaan hidup, perilaku dan cara berfikir1.
Kejadian diatas menyebabkan perlunya keterlibatan pendidikan dalam upaya
pencegahan korupsi. Salah satu upaya mahasiswa dalam pemberantasan korupsi yaitu
melalui jalur fenol maupun non fenol. Upaya non fenol yang dapat dilakukan yaitu
dengan ilmu pengetahuan tentang korupsi yang diharapkan terbentuk karakter ,watak, dan
perilaku anti korupsi dengan nilai kejujuran, kepedulian, keberanian, kedisiplinan,
tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaan, keadilan. Selain itu menerapkan prinsip anti
korupsi meliputi akuntabilitas, transparansi, kebijakan, kontrol kebijakan yang menjadi
pegangan setiap warga. Sehingga ketika berada di lingkup masyarakat mampu
menghindari korupsi atau memberikan penyuluhan anti korupsi bahkan memberantas
korupsi yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.
Dengan hal itu di harapkan agar masyarakat sadar agar tidak melakukan korupsi ,
dari kalangan mana saja tidak ada yang boleh korupsi agar kehidupan masyarakat menjadi
lebih sejahtera dan makmur serta pemerintahan di dalam negara menjadi lebih baik
sehingga negara menjadi lebih maju.

1.2 Rumusan Masalah

1
Natal Kristiono, “Penanaman Karakter ANti Korupsi Melalui Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi Bagi
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang,” Hibualamo: Seri Ilmu-ilmu Sosial dan
Kependidikan 3, no. 22 (2019): 38–44.
Dari latar belakang yang telah kami uraikan, maka masalah yang harus dibahas:
1. Jelaskan nilai-nilai anti korupsi?
2. Jelaskan prinsip anti narkoba?
3. Bagaimana upaya pemberantasan korupsi melalui jalur penal dan non penal ?
4. Bagaimana peran mahasiswa dalam menjaga diri dan komunitas dari perilaku
koruptif serta membangun gerakan anti korupsi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang nilai-nilai anti korupsi,


2. Untuk memahami prinsip anti narkoba,
3. Untuk mengetahui upaya pemberantasan korupsi melalui jalur penal dan non
penal,
4. Untuk memahami peran mahasiswa dalam menjaga diri dan komunitas dari
perilaku koruptif serta membangun gerakan anti korupsi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nilai-nilai anti korupsi

Penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada siswa sangat penting. Upaya pencegahan
korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini 2 . Hal tersebut
dapat dilakukan di sekolah , tentu ini akan melatih anak atau mencegah anak untuk
melakukan korupsi sejak dini. Nilai-nilai anti korupsi ini diajarkan dengan harapan agar
terciptanya generasi muda yang berintegritas tinggi serta bermoral. Tidak hanya untuk
generasi muda, nilai-nilai anti korupsi juga harus tertanam dalam diri setiap individu tanpa
memandang bulu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan
keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk dapat
dijalankan dengan baik3.

Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat
mengatasi faktor eksternal (lingkungan) agar korupsi tidak dapat terjadi. Untuk mencegah
terjadinya korupsi di suatu sistem, selain memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu
perlu memahami prinsip-prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran,
kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu
kaitan antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan suatu satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.

a. Kejujuran
Kejujuran adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan
mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan
sosialnya4. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap jujur adalah fondasi awal dalam
mencegah tindak pidana korupsi. Setiap orang yang sudah menanamkan nilai

2
Silviana Nur Faizah and Fuquh Rahmat Shaleh, “Penanaman Nilai Anti Korupsi Melalui Sosialisasi,” Jurnal
Pengabdian Masyarakat 1, no. 2 (2018): 116–123,
https://pemas.unisla.ac.id/index.php/JAB/article/download/28/25#:~:text=Contoh perbuatan anti korupsi
yang,dan fakta pada suatu pekerjaan.
3
Nanang T. Puspito Marcella Elwina S. Indah Sri Utari Yusuf Kurniadi et al., Pendidikan ANTI-KORUPSI Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta: Kemendikbud RI [Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia],
2011.
4
Ita Suryani, “PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DI LEMBAGA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PENCEGAHAN KORUPSI Ita,” Jurnal Visi Komunikasi 14, no. 02 (2015): 285–301,
http://publikasi.mercubuana.ac.id/files/journals/16/articles/425/submission/copyedit/425-1086-1-CE.pdf.
kejujuran dalam dirinya akan membuat orang tersebut rasa takut pada dirinya
sendiri apabila harus mencurangi orang lain sehingga terhindar dari perilaku
korupsi. Selain karena merugikan orang lain, melakukan perbuatan yang tidak
jujur dapat menimbulkan keresahan psikis yang dirasakan secara berlarut-larut.
Contoh perbuatan anti korupsi yang mencerminkan nilai kejujuran adalah sebagai
berikut: (1) Mengungkapkan yang sebenarnya terjadi(tidak curang) tanpa
mengurangi maupun melebih-lebihkan. (2)Tidak memanipulasi data dan fakta
pada suatu pekerjaan untuk mencari keuntungan tersendiri.(3) Selalu bersikap arif
dan bijakana dalam mengambil keputusan. (4). Tidak menyontek atau menyalin
pekerjaan orang lain yang tidak seharusnya.
Dalam kehidupan sekolah maupun perguruan tinggi , nilai kejujuran juga
dapat diwujudkan oleh para pelajar, dengan tidak melakukan kecurangan
akademik, seperti tidak berbohong kepada guru maupun dosen, tidak melakukan
plagiarisme karya orang, tidak mencontek saat ujian, serta tidak memalsukan nilai
yang seharusnya. Selain itu para pengajar juga bekerja dengan jujur.
b. Kepeduliaan
Kepedulian berasal dari kata “peduli”, artinya mengindahkan, memperhatikan,
menghiraukan. Kepedulian ialah perihal sangat peduli, sikap mengindahkan
(memprihatinkan). Sebagai generasi penerus bangsa, seorang mahasiswa perlu
memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan, baik lingkungan di kampus
maupun lingkungan di luar kampus yaitu bermasyarakat.
Peduli merupakan sifat yang dapat membuat segala kesulitan dapat dihadapi,
segala keadaan dapat ditanggung bersama, dan keterbatasan pun dapat dicarikan
solusinya5.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian di antaranya
adalah dengan menciptakan suasana kampus sebagai rumah kedua 6. Tempat
mahasiswa berkarya, baik dibidang kurikuler maupun ekstra-kurikuler, tanpa
adanya batasan ruang gerak kepada mahasiswa untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya sebagai manusia. Tempat berinteraksi antara mahasiswa satu
dengan mahasiswa yang lainnya sehingga saling mengenal dan saling belajar
dapat mencapai cita cita.

5
Eko Handoyo, “Pendidikan Anti Korupsi (Edisi Revisi)” (2013): 256, www.penerbitombak.com.
6
Kurniadi et al., Pendidikan ANTI-KORUPSI Untuk Perguruan Tinggi.
Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan ialah memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk menggalang dana guna memberikan bantuan biaya pendidikan
bagi mahasiswa yang membutuhkan. Dengan adanya kegiatan tersebut, maka
interaksi mahasiswa satu dengan lainnya akan semakin erat. Sikap saling
membantu dan gotong royong sehingga dapat meringankan beban tanggungan
teman yang membutuhkan.
c. Keberanian
Keberanian berasal dari kata berani, yang artinya mempunyai hati yang
mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan
sebagainya. Orang yang berani adalah orang yang mengatakan kebenarannya, jika
benar maka ia mengatakan benar dan sebaliknya tanpa keraguan dalam dirinya.
Dalam mengembangkan sikap keberanian untuk mempertahankan pendirian
dan keyakinan mahasiswa, mahasiswa harus mempertimbangkan berbagai
masalah dengan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang luas dapat menimbulkan
perasaan percaya kepada diri sendiri.
Nilai keberanian dalam kehidupan sekolah dan kampus dapat diwujudkan
dengan berani bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat, berani membela
kebenaran dan keadilan betapa pun pahitnya dan tanpa memandang bulu, dan
berani mengakui kesalahan yang telah diperbuat dan memperbaikinya.
d. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin, artinya tata tertib, ketaatan kepada
peraturan. Kebanyakan kunci sukses seseorang ialah disiplin, dengan hidup
disiplin akan tumbuh sifat pantang mundur, berpegang teguh pada prinsip, dan
sebagainya.
Hidup disiplin tidak berarti harus hidup seperti kehidupan militer yang hidup
di barak bagai robot, tetapi hidup disipilin dipahami siswa atau mahasiswa yaitu
dengan cara mengatur dan mengelola waktu sebaik-baiknya untuk menyelesaikan
tugas dan pekerjaan.
Manfaat dari hidup disiplin adalah dapat mencapai tujuan hidupnya dengan
waktu yang lebih efisien dan efektif serta membuat orang lain percaya dalam
mengelola suatu kepercayaan.
Wujud dari kehidupan disiplin dalam kegiatan di sekolah dan kampus, di
antaranya belajar sesuatu dengan cermat dan teliti, mengerjakan sesuatu dengan
persiapan yang matang, serta menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain itu
kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku mengerjakan
segala sesuatunya tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.
e. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atau
fungsi menerima pembebanan sebagai akibat sikap pihak sendiri atau orang lain.
Tanggung jawab juga berarti menerima segala konskuensi akibat perkataan dan
perbuatan yang dilakukan berdasarkan nilai moral, atau aturan yang berlaku.
Manfaat tanggung jawab bagi pribadi ialah berhati-hati dalam melakukan
tindakan dan menghargai waktu , mutu produktif dan disiplin yang berguna bagi
pengembangan potensi dalam diri. Sedangkan manfaat sosial yang bisa didapat
adalah orang lain lebih mempercayai, menghormati serta menghargai usaha ,
pekerjaan dan diri kita dilingkungan masyarakat serta orang lain tidak bisa
memperlakukan kita semena-mena.
Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan
menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang dapat menyelesaikan
tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan
kepercayaan dari orang lain.
Di dalam perguruan tinggi, mahasiswa juga mempunyai kewajiban yang
menjadi tanggung jawab setiap individu yaitu belajar dengan sungguh-sungguh,
mengerjakan tugas tepat waktu, memelihara amanah ketika mendapat tugas seperti
bekerja dengan maksimal ketika menjadi panitia kegiatan, serta lulus tepat waktu
dengan nilai yang memuaskan.
f. Kerja keras
Kerja keras yaitu melakukan sesuatu secara bersungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan dan target. Seorang pekerja keras muncul dari sosok yang
memiliki motivasi tinggi untuk berubah menjadi lebih baik dan pantang menyerah
dalam segala keadaan. Seseorang yang selalu melakukan tanggung jawab secara
sungguh-sungguh serta melakukan segala sesuatu dengan usaha terbaik dapat
melahirkan pribadi pekerja keras.
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian yang kokoh, keberanian,
pantang mundur dan sebagainya. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan
menjadi tidak berguna tanpa adanya pengetahuan.
Seorang pekerja keras akan selalu beusaha meningkatkan kualitas hasil
kerjanya. Ia mencurahkan seluruh daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik baiknya
g. Kesederhanaan
Gaya hidup mahasiswa menjadi hal yang penting dalam interaksi atau
hubungan dengan orang di sekitarnya. Dengan gaya hidup sederhana,
seseorang dibiasakan untuk tidak hidup boros dan mempertimbangkan
sesuai dengan kemampuannya agar tercukupi dan tidak berlebihan, karena pada
dasarnya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Selain itu seseorang yang
bergaya hidup sederhana juga akan memprioritaskan kebutuhan di atas
keinginannya dan berpegang teguh pada tujuan, tidak tergoda untuk hidup
dengan gelimang harta. Gaya hidup sederhana juga memiliki manfaat di dalam
kehidupan sosial karena dapat mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri,
dengki, tamak, egois, sombong dan yang sikap-sikap negatif lainnya.
Mahasiswa juga dapat menerapkan nilai kesederhanaan dalam kehidupannya
yaitu dengan hidup sesuai dengan kebutuhan dan keadaan, tidak suka pamer
harta, selalu berpenampilan apa adanya dan sebagainya. Gaya hidup mahasiswa
merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan orang lain. Dengan
gaya hidup sederhana, mahasiswa diharapkan untuk tidak hidup boros, hidup
sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya
yang lebih penting. Oleh karena itu mahasiswa harus tahu memilih prioritas untuk
mencapai tujuan, dengan memprioritaskan kebutuhan diatas keinginan semata.
h. Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil yaitu sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai
dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak
melanggar hukum.
Contoh perilaku anti korupsi yang mencerminkan nilai keadilan yaitu: (1)
Memberikan orang lain sesuai hak yang seharusnya diterimanya. (2) Tidak
melakukan tindakan curang dengan mengambilo jatah orang lain. (3) Melakukan
pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawab sebelum mendapatkan hak. (4)
Membuat keputusan tanpa memihak atau hal-hal yang mendukung unsur
nepotisme7.
i. Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri,
artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal. Mandiri
juga merupakan proses pendewasaan diri bagi mahasiswa. Selain itu kemandirian
juga membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang dan percaya pada
kemampuan diri.
Seorang pemimpin seharusnya memiliki jiwa kemandirian karena sebagai
suatu hal yang penting dan harus dimiliki. Jika seorang pemimpin tidak memiliki
kemandirian dalam dirinya, seseorang tidak akan mampu memimpin orang
lain.
Nilai kemandirian dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk mengerjakan
soal ujian secara mandiri, mengerjakan tugas akademik secara mandiri, dan
menyelenggarakan kegiatan kemahasiswaan secara swadana.

2.2 Prinsip Anti korupsi

a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Prinsip
akuntabilitas ialah pilar penting dalam mencegah terjadinya tindakan korupsi. Pada
dasarnya prinsip akuntabitas bertujuan agar kebijakan dan langkah-langkah atau
kinerja yang dijalankan sebuah lembaga dapat dipertanggungjawabkan sehingga
prinsip ini membutuhkan perangkat-perangkat pendukung, baik berupa perundang-
undangan (de jure) maupun dalam bentuk komitmen dan dukungan
masyarakat (de facto), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupunpada level Lembaga8.
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya antara
lain akuntabilitas program akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan,
aakuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik
Wujud prinsip akuntabilitas dapat berbentuk, Undang-Undang Keuangan
Negara dengan adanya kewajiban ganti rugi yang diberlakukan atas mereka yang
karena kelengahan atau kesengajaan telah merugikan negara. Selain itu prinsip
7
Chatrina Darul Rosikah and Dessy Marliana Listianingsih, Pendidikan Anti Korupsi (Jakarta: Sinar Grafika,
2016).
8
BAPPENAS RI, Public Good Governance:Sebuah Paparan Singkat (Jakarta: Bappenas RI, 2002).
akuntabilitas yaitu mengharuskan agar setiap penganggaran biaya dapat disusun
sesuai target atau sasaran.
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas
semua kegiatan yang dilakukan. Selain itu evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung
maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan yang sudah dilakukan
Mahasiswa dapat mulai menerapkan prinsip akuntabilitas dalam progam-
program kegiatan organisasi kehamasiswaan, misalnya dengan membuat
kegiatan kemahasiswaan sesuai aturan yang berlaku di kampus, setiap kegiatan ada
laporannya dan dilakukan evaluasi agar kegiatan berjalan sesuai target. Dengan
demikian, kesesuaian antara aturan dengan pelaksanaan kerja pada diri mahasiswa
dapat semakin ditingkatkan.

b. Transparansi

Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses


kebijakandilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat
diketahui oleh publik. Dengan adanya transparansi, yang berkepentingan bisa tahu
dengan jelas dan rinci apa yang terjadi dalam suatu kegiatan sehingga bisa mencari
solusi jika ada kendala dan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Secara sederhana
transparansi menjadi pintu masuk, sekaligus kontrol bagi seluruh
prosesdinamika struktural kelembagaan. Bentuk transparansi yaitu keterbukaan dan
kejujuran agar dapat meningkatkan kepercayaan.

Dalam prosesnya, terdapat lima proses dalam transparansi, yaitu


penganggaran, penyusunan kegiatan, pembahasan, pengawasan, dan evaluasi.

1. Proses penganggaran
Proses penganggaran bersifat bottom up yaitu dari bawah ke atas,
mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban,
dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan dalam kontrol pengelolaan anggaran oleh masyarakat.
2. Proses penyusunan kegiatan
Proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran
pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja) pada semua tingkatan.
3. Proses Pembahasan
Pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang
berkaitan dengan strategi penggalangan dana dan mekanisme pengelolaan
kegiatan mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial,
dan pertanggungjawaban secara teknis
4. Proses pengawasan
Proses pengawasan dilakukan dalam pelaksanaan program dan
kegiatan yang terkait dengan kepentingan public atau pemenuhan
kebutuhan masyarakat, khususnya kegiatan yang diusulkan oleh
masyarakat sendiri.
5. Proses evaluasi

Pada proses evaluasi dilakukan terhadap penyelenggaraan kegiatan


yangdilakukan secara terbuka. Selain itu evaluasi harus dilakukan
sebagai pertanggungjawaban secara administratif, teknis dan fisik dari
setiap output kerja pembangunan

c. Kewajaran
Prinsip kewajaran (fairness) ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran lainnya. Prinsip kewajaran terdiri atas lima sifat, yaitu
sebagai berikut.
1. Komprehensif dan disiplin
Mempertimbangkan semua aspek,berkesinambungan, taat asas,
prinsip pembebanan, pengeluaran, dan tidak melampaui batas (off budget)
dengan tujuan agar anggaran dapat dimanfaatkan sewajarnya.
2. Fleksibilitas
Tersedianya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
yaitu prinsip tak tersangka, perubahan, pergeseran, dan desentralisasi
manajemen.
3. Terprediksi
Ketetapan dalam perencanaan berdasarkan asas value for money dengan
tujuan untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Adanya
anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari prinsip
kewajaran dalam proses pembangunan.
4. Kejujuran
Dalam prinsip kewajaran kejujuran merupakan bagian utama. Kejujuran
adalah tidak adanya bias perkiraan pendapatan atau pengeluaran yang
disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis.
5. Informatif
Informatif merupakan ciri dari kejujuran. Sistem informasi pelaporan
yang teratur dan informatif adalah dasar penilaian kinerja, kejujuran, dan
proses pengambilan keputusan.
d. Kebijakan
Prinsip kebijakan adalah prinsip antikorupsi yang bertujuan agar mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami tentang kebijakan antikorupsi. Kebijakan berperan
untuk mengatur tata interaksi dalam ranah sosial agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Aspek-aspek
kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur
kebijakan.
Prinsip kebijakan juga dapat mulai diterapkan oleh mahasiswa dalam
kehidupan di kampus. Misalnya, dalam membuat kebijakan atau aturan main tentang
kegiatan kemahasiswaan harus mengindahkan seluruh aturan dan ketentuan yang
berlaku di kampus.
e. Kontrol kebijakan
Kontrol kebijakan adalah upaya agar kebijakan yang dibuat benar-benar
efektif dan menghilangkan semua bentuk korupsi yang ada. Bentuk kontrol kebijakan
ada 3 yaitu berupa partisipasi, evolusi dan reformasi.
1. Kontrol kebijakan berupa partisipasi
Yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan
dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa oposisi.
2. Kontrol kebijakan berupa evolusi
Yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap
lebih layak.
3. Kontrol kebijakan berupa reformasi
Yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai
Setelah memahami prinsip diatas mahasiswa diarahkan agar dapat berperan aktif
dalam melakukan tindakan kontrol kebijakan baik berupa partisipasi, evolusi maupun
reformasi pada kebijakan-kebijakan kehidupan mahasiswa.

2.3 Upaya pemberantasan korupsi

Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) oleh
karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Ada yang mengatakan
bahwa menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi adalah upaya yang paling tepat untuk
memberantas korupsi sehingga bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap
sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas korupsi. Selain itu ada juga yang
mengatakan bahwa bekal pendidikan (termasuk Pendidikan Agama) memegang peranan yang
sangat penting untuk mencegah korupsi.

Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, mengatakan bahwa Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dirumuskan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas
Tindak Pidana Korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan,penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di siding pengadilan dengan peran
serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku..

Dalam strategi pemberantasan korupsi memerlukan prinsip transparansi dan bebas


konflik kepentingan. Selain itu strategi pemberantasan korupsi harus dilakukan secara adil,
dan tidak ada istilah “tebang pilih” dalam memberantas korupsi9.

Menurut Barda Nawawi Arief, upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal
lebih menitikberatkan pada sifat repressive (penumpasan/penindasan/pemberantasan) sesudah
kejahatan terjadi, sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif
(pencegahan).

Menurut G. Peter Hoefnagels kebijakan penanggulangan kejahatan dibedakan sebagai


berikut.

1. kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law application);

2. kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);

9
Achmad Badjuri, “Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai Lembaga Anti Korupsi Di Indonesia,”
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 18, no. 1 (2011): 84–96.
3.kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and punishment / mass
media) (atau media lainnya seperti penyuluhan, pendidikan dll : tambahan dari penulis).

Melihat pembedaan tersebut, secara garis besar upaya penanggulangan kejahatan


dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni yang pertama melalui jalur penal (dengan menggunakan
hukum pidana) dan dua jenis terakhir dapat dikelompokkan jalur non-penal (diselesaikan di
luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-penal berupa pencegahan).

Upaya pemberantasan korupsi – yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu jalur
fenol(penindakan), dan non fenol (pencegahan).

1. Upaya pemberantasan korupsi jalur penal


Upaya penal dengan memanggil atau menggunakan hukum pidana atau
dengan menghukum atau memberi pidana atau memberikan penderitaan atau nestapa
bagi pelaku korupsi.
Cara penal adalah cara yang ditempuh melalui jalur hukum dimulai dari
perangkat hukumnya berupa peraturan perundang-undangan; aparat penegak
hukumnya mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan adanya lembaga super
body yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia10
Jalur penal ini berupa kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law
application), bersifat represif atau penumpasan/pemberantasan setelah kejahatannya
terjadi, dan termasuk upaya preventif/pencegahan secara luas.
Kebijakan penal adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya
mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan
secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat undang-
undang, tetapi juga kepada pengadilan yang menerapkan undang-undang dan juga
kepada penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan
Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi melalui sarana penal memiliki
‘keterbatasan’ dan mengandung beberapa ‘kelemahan’ (sisi negatif ) sehingga
fungsinya seharusnya hanya digunakan secara ‘subsidair’. Sehingga membutuhkan
berbagai pertimbangan sebagai berikut (Nawawi Arief : 1998) adalah :
1. Secara dogmatis, sanksi pidana ialah jenis sanksi yang paling tajam dalam
bidang hukum, sehingga harus digunakan sebagai ultimum remedium (cara
terakhir dalam hukum);
10
BAPPENAS RI, Public Good Governance:Sebuah Paparan Singkat.
2. Secara fungsional/pragmatis, operasionalisasi dan aplikasinya menuntut
biaya yang tinggi;
3. Sanksi pidana memiliki sifat kontradiktif/paradoksal yang mengadung efek
sampingan yang negative dan dapat terlihat dari kondisi overload
Lembaga Pemasyarakatan;
4. Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya
menyembuhkan gejala(kurieren am symptom), ia hanya merupakan
pengobatan simptomatik bukan pengobatan kausatif karena sebab-sebab
kejahatan demikian kompleks dan berada di luar jangkauan hukum pidana
yaitu kesadaran diri manusia untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi;
5. Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub sistem) dari sarana
kontrol sosial lainnya yang tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai
masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat kompleks, oleh
karena itu masih butuh cara lain untuk memberantas tindak pidana korupsi;
6. Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individual/personal; tidak
bersifat struktural atau fungsional;
7. Efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak faktor dan masih
sering diperdebatkan oleh para ahli.

Menurut beberapa pendapat tersebut dapat memperlihatkan bahwa hukum


pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan melainkan salah satu
cara saja untuk memberantas korupsi karena pada dasarnya o rang melakukan
kejahatan dan mungkin mengulanginya lagi tanpa mempermasalahkan dengan ada
tidaknya Undang-Undang atau pidana yang dijatuhkan pada pelaku.

2. Upaya pemberantasan korupsi jalur non penal

Tujuan upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur non-penal adalah


menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan dalam hal ini
korupsi, yakni berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi baik politik,
ekonomi maupun sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan
atau menumbuhsuburkan kejahatan.
Upaya ini adalah kebijakan pencegahan (preventif) tanpa hukum pidana
(prevention without punishment), kebijakan untuk mempengaruhi pandangan
masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing
views of society in crime and punishment) atau media lainnya seperti penyuluhan,
pendidikan, dan sebagainya. Dengan adanya muatan kurikulum anti korupsi di
sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dapat mencegah terjadinya
tindak pidana korupsi karena dengan adanya benteng berupa karakter anti koruptif
maka dapat mencegah seseorang melakukan korupsi meskipun berada dalam
lingkungan yang terbiasa dengan perilaku koruptif.
2.4 Peran mahasiswa dalam memberantas tindak pidana korupsi
Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini belum menunjukkan
hasil maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya angka Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.
Berdasarkan UU No.30 tahun 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dirumuskan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana korupsi - melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan - dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari undang-
undang tersebut menyiratkan bahwa peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam
upaya pemberantasan korupsi. Dengan demikian dalam strategi pemberantasan
korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta
masyarakat.
1. Pencegahan
Seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif. Dan
kegiatan Anti-korupsi yang sifatnya preventif.
2. Penindakan
Seluruh upaya yang dilakukan untuk menanggulangi atau memberantas terjadinya
tindak pidana korupsi. Penindakan ini disebut sebagai kegiatan Kontra Korupsi yang
sifatnya represif
3. Peran serta masyarakat.
Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi kemasyarakatan,
atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi
Pelaku tindak pidana korupsi sebenarnya sadar akan tindakan yang
dilakukannya merupakan perbuatan melanggar hukum, karena korupsi adalah tindak
pidana yang dilakukan dengan sengaja. Pelaku korupsi bukan orang sembarangan
karena mereka mempunyai akses untuk melakukan korupsi tersebut, dengan
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan-kesempatan atau sarana yang ada
padanya11

Upaya memberantas korupsi tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab


institusi penegak hukum atau pemerintah saja. Melainkan tanggung jawab bersama
seluruh konponen bangsa. Tentu saja melibatkan semua pemangku kepentingan yang
terkait yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Sebagai generasi penerus bangsa,
mahasiswa merupakan salah satu bagian penting dari masyarakat, sangat diharapkan
dapat berperan aktif. Berikut peran mahasiswa dan memberantas tindak pidana
korupsi

1. Menjaga diri dan komunitas mahasiswa bersih dari korupsi dan perilaku
koruptif
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan kesadaran dari
dalam diri setiap manusia untuk melakukan suatu gerakan anti korupsi di
masyarakat dengan tujuan untuk menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di
masyarakat sehingga diharapkan dapat mencegah munculnya perilaku
koruptif.
Upaya perbaikan perilaku manusia dapat dimulai dengan menanamkan
nilai nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif seperti
kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kerja
keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Penanaman nilai-nilai ini
kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan
dengan kebutuhan, bisa memberikan penyuluhan atau seminar. Penanaman
nilai-nilai ini juga penting dilakukan kepada mahasiswa.

Pada dasarnya korupsi itu terjadi jika ada pertemuan antara tiga
faktor utama, yaitu: niat, kesempatan dan kewenangan. Niat adalah unsur
setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu manusia, misalnya
perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang dan hal ini sudah
direncanakan dari jauh hari. Sedangkan kesempatan lebih terkait dengan
sistem yang ada atau kata lain ada suatu kondisi yang memungkinkan

11
Astika Nurul Hidayah, “Analisis Aspek Hukum Tindak Pidana Korupsi Dalam Rangka Pendidikan Anti Korupsi,”
jurnal kosmik hukum (2017): 1–23.
untuk melakukan tidak baik. Sementara itu, kewenangan yang dimiliki
seseorang akan secara langsung memperkuat kesempatan yang tersedia.

Dengan menggunakan kekuasaannya pada suatu organisasi atau kumpulan.


Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi tidak diikuti oleh kewenangan,
maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi jika
ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan, dan kewenangan tidak ada dan tidak
bertemu. Sehingga upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya untuk
menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor tersebut.

Perilaku Individu, yang kurang baik seperti sifat tamak/rakus, moral yang
kurang kuat; cenderung mudah tergoda untuk korupsi, gaya hidup yang konsumtif
tidak diimbangi dengan pendapatan. Oleh karena itu setiap masyarakat harus
berpegang teguh pada pendirian untuk tidak melakukan korupsi, salah satu cara
dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Setiap individu harus menerapkan nilai-nilai anti korupsi di dalam kehidupan


dengan tujuan untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi.
Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, Selain memiliki nilai-nilai anti korupsi,
setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti korupsi yaitu
akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam suatu
organisasi/institusi/masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa hubungan antara prinsip-
prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.

Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan berbagai cara antara


lain melalui kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar, perkuliahan, pendidikan anti
korupsi dan kegiatan lainnnya yang terus menerus menginisiasi, mendorong,
meningkatkan gerakan anti Korupsi yang lebih massif.

2. Membangun dan memelihara gerakan anti korupsi


Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa diharapkan dapat
tampil di depan menjadi motor penggerak. Dengan kompetensi dasar yang
dimiliki oleh mahasiswa, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis,
dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu
menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan
yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara
dan penegak hukum.
Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan
motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa harus
berperan aktif, mahasiswa juga perlu dibekali dengan pengetahuan yang
cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak
kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus dapat
memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya anti
korupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat
berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia12

Gerakan anti-korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh


komponen bangsa untuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif.
Dengan kata lain gerakan anti -korupsi adalah suatu gerakan yang
memperbaiki perilaku individu (manusia) dan sistem untuk mencegah
terjadinya perilaku koruptif. Diyakini bahwa upaya perbaikan sistem
(sistem hukum dan kelembagaan serta norma) dan perbaikan perilaku
manusia (moral dan kesejahteraan) dapat menghilangkan, atau setidaknya
memperkecil peluang bagi berkembangnya korupsi di negeri ini.

Salah satu upaya pemberantasan tindak pidana korupsi adalah


peran serta masyarakat melalui suatu Gerakan Anti Korupsi di Masyarakat.
Gerakan anti korupsi tersebut harus didukung oleh semua lapisan
masyarakat seperti mahasiswa, LSM, dan pers baik media cetak maupun
elektronik, tokoh-tokoh masyarakat, pemuda, dan organisasi massa
lainnya. Gerakan ini adalah upaya bersama yang bertujuan untuk
menumbuhkan upaya budaya Anti Korupsi di Masyarakat.
Peran serta masyarakat yang baik harus terus dibangun, masyarakat
perlu pemahaman terkait nilai-nilai integritas dan penanaman semangat
antikorupsi dalam dirinya serta pengetahuan mengenai bentuk- bentuk
tindak pidana korupsi yang ada. Sehingga apabila mereka telah mengerti

12
Suryani, “PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DI LEMBAGA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI
UPAYA PREVENTIF PENCEGAHAN KORUPSI Ita.”
dan memahami, mereka bisa melakukan tindakan preventif terhadap tindak
pidana korupsi yang akan terjadi.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di
lingkungan kampus, di masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional.
Lingkungan keluarga dipercaya dapat menjadi tolok ukur yang pertama
dan utama bagi mahasiswa untuk menguji apakah proses internalisasi anti
korupsi di dalam diri mereka sudah terjadi, awal pembentukan karakter
anti korupsi. Keterlibatanmahasiswa dalam gerakan anti korupsi di
lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan dari status mahasiswa sebagai
peserta didik yang mempunyai kewajiban ikut menjalankan visi dan misi
kampusnya agar Tindakan korupsi tidak terjadi. Kampus menjadi salah
tempat menimba ilmu anti korupsi. Sedangkan keterlibatan mahasiswa
dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat lokal/nasional
terkait dengan status mahasiswa sebagai seorang warga negara yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya.
Mahasiswa diharapkan menjadi agen perubahan dalam lingkungan
masyarakat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai