ARTIKEL
Disusun Oleh:
2022
IMPLEMENTASI NILAI – NILAI DAN PRINSIP ANTI KORUPSI
SEBAGAI UPAYA PREVENTIF DALAM MEMBENTUK GENERASI
AGENT OF CHANGE YANG BERKUALITAS TINGGI
1Nurliana Nabilla1), 2Reyhan Aulia Dewi2), 3Rina Fitri Khairani3)
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
1,2,3
Abstrak
Upaya untuk menghentikan korupsi pada dasarnya dapat dicapai dengan memberantas, atau
paling tidak, menguranginya. Tingkat kepercayaan anti-korupsi yang mendarah daging pada
setiap orang mempengaruhi elemen internal. Kejujuran, Kemandirian, Disiplin, tanggung
jawab, ketekunan, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan adalah di antara nilai-nilai anti-
korupsi. Untuk dapat melawan sebab-sebab eksternal dan mencegah korupsi, setiap individu
harus menerapkan nilai - nilai anti korupsi. Setiap orang perlu memiliki pemahaman yang
menyeluruh tentang prinsip-prinsip anti korupsi, yang meliputi akuntabilitas, keterbukaan,
keadilan, kebijakan, dan pengendalian kebijakan dalam suatu organisasi/lembaga/masyarakat,
selain memiliki tujuan anti korupsi.Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menumbuhkan
budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan
aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Metode yang digunakan dalam peneli
tian ini merupakan metode studi kepustakaan atau literatur review. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa Hubungan antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi adalah
keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan, misalnya kejujuran adalah salah satu kualitas yang
sangat penting bagi kehidupan seorang individu. Tanpa kejujuran, inidvidu tersebut tidak
dapat dipercaya dalam interaksi sosial mereka.
Kata Kunci: Nilai , Prinsip , Anti Korupsi
Abstract
Efforts to stop corruption can basically be achieved by eradicating, or at the very least,
reducing it. The level of ingrained anti-corruption beliefs in each person affects the internal
element. Honesty, independence, discipline, responsibility, perseverance, temperance,
courage, and justice are among the anti-corruption values. To be able to fight external
causes and prevent corruption, each individual must apply anti-corruption values. Everyone
needs to have a thorough understanding of anti-corruption principles, which include
accountability, openness, fairness, policy, and policy control in an
organization/institution/society, in addition to having anti-corruption objectives.The purpose
of writing this article is to foster a culture of anti-corruption among students and encourage
students to be able to play an active role in efforts to eradicate corruption in Indonesia. The
method used in this study is a method of literature study or literature review. The results of
this study show that the relationship between anti-corruption principles and values is an
inseparable whole, for example, honesty is one of the very important qualities for student life;
without honesty, students cannot be trusted in their social interactions.
Keywords: Values, Principles, Anti-Corruption
1
I. PENDAHULUAN
Sejak zaman reformasi sampai saat ini, Indonesia sudah melewati berbagai macam
paradigma, seperti sistem politik, ekonomi dan refomasi birokrasi sebagai pokok utama
dari segala aspek yang ada. Budaya korupsi itu sendirinya sebenarnya sudah ada sejak
dulu, yaitu pada masa kerajaan majapahit hingga dilanjut dengan zaman Belanda sampai
saat ini. Korupsi jika diartikan secara istilah merupakan sebuah tindakan penggelapan,
suap yang dilakukan dengan tujuan tertentu baik untuk kepentingan pribadi maupun
instansi/badan, merugikan negara dan pencurian. Tindakan korupsi ini sebenarnya di
istilahkan sebagai sebuah “benalu sosial” karena merusak struktur kepemerintahan serta
menghambat jalannya pembangunan dan pemerintahan secara general.
Di Indonesia, terdapat banyak masalah korupsi yang signifikan. Pemerintah telah
membuat banyak langkah untuk memerangi korupsi, tetapi tampaknya tidak berhasil.
Praktik korupsi memiliki akar penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Untuk
penyebab luar itu sendiri dapat diakibatkan oleh sebuah sistem atau suatu lingkungan
sekitar. Sementara untuk penyebab terjadinya korupsi yang bersumber dari dalam adalah
apa – apa yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan korupsi. Upaya untuk
menghentikan atau memutuskan rantaian korupsi pada dasarnya dapat dicapai melalui
penyingkiran. Jika cukup sulit, maka setidaknya kita mampu untuk meminimalisirkan
dua variabel yang berkontribusi terhadapnya. Kekuatan nilai-nilai antikorupsi yang
diinternalisasi setiap orang menentukan pengaruh eksternal. Kejujuran, otonomi,
pengendalian diri, tanggung jawab, ketekunan, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan
adalah di antara nilai-nilai antikorupsi. Agar setiap orang dapat mengatasi keadaan
eksternal dan mencegah korupsi, nilai - nilai antikorupsi harus digunakan.
Dari sedikit uraian diatas, maka kira nya perlu dilakukan sebuah kajian secara lebih
dalam tentang implementasi nilai – nilai dan prinsip anti korupsi sebagai upaya preventif
dalam membentuk generasi agent of change yang berkualitas tinggi di kehidupan
pemerintah dan kehidupan masyarakat terutama lingkup universitas karena diingat
bahwa saat ini masih banyak nya pelaku tindakan korupsi yang tidak ada jera – jeranya
sama sekali. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini, yaitu tahu dan paham akan
pengimplementasian dari nilai anti korupsi yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan
sebagai upaya untuk mencegah permasalahan krusial yang datang dari tindakan korupsi
ini secara global, serta paham akan generasi agent of change pada mahasiswa sebagai
budaya anti korupsi di lingkup kampus. Untuk itu, kami tertarik membuat sebuah artikel
yang berkaitan dengan tujuan tersebut dengan judul “Implementasi Nilai – Nilai dan
2
Prinsip Anti Korupsi Sebagai Upaya Preventif Dalam Membentuk Generasi Agent Of
Change Yang Berkualitas Tinggi”.
B. Tinjauan Teoritis
1. Pola Korupsi
Pemalsuan, pemerasan, bisnis orang dalam, sumbangan gelap, penyuapan,
nepotisme, penggelapan, penyalah gunaan wewenang, komisi, pemalsuan dan
sistem favoritism merupakan beberapa pola umum yang digunakan oleh koruptor
dalam melakukan pelanggaran korupsi.
2. Korupsi Dalam Berbagai Perspektif
a) Korupsi Dari Perspektif Budaya
Korupsi dari perspektif budaya dipandang sebagai sesuatu yang
normal. Budaya korupsi telah ada sejak jaman dahulu, misalnya pada masa
pemerintahan raja - raja, rakyat akan membayar upeti dan memberikan
hadiah kepada penguasa mereka. Masyarakat masih sering memberontak
3
dengan cara ini melawan penguasa. Praktek menawarkan uang pelican atau
tips untuk polisi untuk memfasilitasi permintaan layanan. Kebiasaan
masyarakat dimulai dengan nilai-nilai individu yang mengakui aspek unsur
budaya dan sikap masyarakat yang berpotensi mendorong korupsi, seperti
nilai-nilai dalam masyarakat yang mendukung korupsi. Korupsi dapat
disebabkan oleh kebiasaan masyarakat dimulai dengan nilai - nilai individu
yang mengakui aspek unsur budaya dan sikap masyarakat yang berpotensi
mendorong korupsi, seperti nilai-nilai dalam masyarakat yang mendukung
korupsi. Budaya masyarakat dapat berkontribusi terhadap korupsi, misalnya
dengan mengangkat seseorang karena kekayaan mereka di mata orang lain.
Orang-orang yang mengadopsi mentalitas ini sering tidak kritis terhadap
keadaan, seperti bagaimana kekayaan diperoleh.
b) Korupsi Dari Perspektif Agama
Kurangnya keyakinan agama, kurangnya penghargaan terhadap
keimanan kemuliaan, kurangnya kontrol diri dan perilaku tidak etis di tempat
kerja, dan kepribadian satu-satunya yang egois adalah contoh dari perspektif
agama.
c) Korupsi Dari Perspektif Hukum
Korupsi adalah tindakan yang dianggap bertentangan dengan prinsip -
prinsip masyarakat, yaitu keadilan dan dapat secara langsung atau tidak
langsung merugikan ekonomi atau menyebabkan kerugian negara dalam hal
kegiatan material. Korupsi harus dibedakan dari kejahatan khusus karena
merupakan kejahatan luar biasa yang tidak dapat ditangani dengan cara
konvensional. Terlepas dari sifat atau bentuknya, tindakan kriminal adalah
tindakan yang merusak pelaksanaan sistem dalam masyarakat yang dianggap
baik dan adil, terutama yang merugikan ekonomi dan Keuangan Negara,
menguntungkan individu, orang lain, atau perusahaan. Hubungan antara
pertimbangan hukum dan moral cukup kompleks mengingat keberadaan dan
karakter tindakan korupsi individu, oleh karena itu secara teoritis aturan
hukum sistem hukum pidana terutama akan menentukan rasio dari setiap
undang-undang yang diberlakukan untuk memerangi korupsi.
4
III. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode studi kepustakaan atau l
iterature review. merupakan metode studi kepustakaan atau literatur review. Literatur re
view itu sendiri merupakan tinjauan komprehensif mengenai penelitian yang sudah dilaks
anakan terkait topik tertentu untuk menunjukkan pada pembaca mengenai apa yang suda
h diketahui mengenai topik tersebut dan apa saja yang tidak diketahui untuk memperoleh
alasan dari penelitian yang telah dilaksanakan atau untuk ide penelitian berikutnya (Sholi
hah, 2020). Sedangkan studi kepustakaan adalah referensi - referensi yang tersedia dan b
isa didapatkan dari berbagai jenis sumber, seperti buku, jurnal, dokumentasi, pustaka, ma
upun internet. Menurut (Sholihah, 2020), metode studi kepustakaan merupakan suatu ran
gkaian aktivitas yang berkaitan dengan cara mengumpulkan data pustaka, cara membaca
dan mencatat, dan mengelola bahan penulisan. Oleh karena itu, gaya penulisan yang digu
nakan dalam penulisan ini yaitu studi kepustakaan yang difokuskan pada hasil penulisan
dari artikel-artikel ilmiah serta buku referensi yang terkait dengan topik pada tulisan ini.
5
terus-menerus mencurigai mahasiswa yang tampaknya berbohong atau curang.
Selain itu, akan sulit untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari mahasiswa
lain jika ia pernah menipu atau berbohong. Di sisi lain, jika ditetapkan bahwa
seorang mahasiswa tidak pernah berbohong atau melakukan penipuan, mereka
tidak akan menghadapi konsekuensi dari perbuatan keji mereka sendiri. Sejak
saat ini, setiap mahasiswa harus dengan tegas menjunjung tinggi prinsip
kejujuran untuk menumbuhkan dan membentuk karakter mulia di masing-
masing dari mereka. mahasiswa dapat memahami nilai kejujuran di kampus
dengan berpantang dari penipuan akademik. Ini mungkin termasuk, antara lain
menahan diri dari plagiarisme dan pemalsuan kelas. Pentingnya kejujuran juga
dapat ditunjukkan dalam kegiatan kemahasiswaan, seperti membuat laporan
keuangan yang jujur tentang kegiatan komite.
2. Kepedulian
Menurut (Sugono, 2008) Peduli didefinisikan sebagai memperdulikan.
Kemampuan mahasiswa untuk peduli terhadap orang lain sangat penting untuk
keberhasilan mereka di lingkungan pendidikan dan di dunia yang lebih luas.
Seorang mahasiswa harus memperhatikan atau peduli terhadap lingkungan
kesehariannya, baik itu di lingkungan kampus sebagai internal maupun
lingkungan di luar institusi sebagai eksternal, agar menjadi calon pemimpin
masa depan.
3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi seseorang dapat dilihat sebagai tahap pendewasaan
mereka, di mana mereka berhenti bergantung pada orang lain untuk memenuhi
kewajibannya. Ini penting karena tidak mungkin seseorang yang tidak mampu
mengatur dirinya sendiri untuk dapat mengendalikan kehidupan orang lain. Di
masa depan, seorang mahasiswa harus mengatur hidupnya sendiri dan
kehidupan orang lain yang menjadi tanggung jawabnya. Mahasiswa yang
menunjukkan kemandirian diharapkan untuk menyelesaikan semua tugas atas
inisiatif mereka sendiri dan tanpa bantuan (Supardi, 2004).
Pengimplementasian nilai anti korupsi “kemandirian” ini dapat dilakukan
melalui pengerjaan soal ujian juga tugas – tugas akademik yang dilaksanakan
secara sendiri dalam artian tidak dibantu oleh orang lain, serta penyelenggaraan
kegiatan bersifat kemahasiswaan yang dilakukan secara swadana.
4. Kedisiplinan
6
Menurut (Sugono, 2008) kata “disiplin” ini diartikan sebagai taat atau
patuh terhadap aturan yang berlaku. Baik mahasiswa akademik maupun sosial
di kampus harus mampu menjaga kedisiplinan dalam kehidupan sehari-harinya.
Menjalani kehidupan yang disiplin tidak memerlukan tinggal di barak militer
dalam pola militer; sebaliknya, menjalani kehidupan yang disiplin bagi seorang
mahasiswa berarti mampu merencanakan dan mengatur waktu mereka secara
efektif untuk menyelesaikan tugas pada aspek akademik dan sosial kehidupan
kampus. Keuntungan dari menjalani kehidupan yang disiplin adalah bahwa
seorang mahasiswa dapat mencapai tujuan hidup mereka lebih cepat. Yang lain
mulai percaya dalam mengelola kepercayaan ketika ada disiplin. Manfaat
disiplin dapat dilihat, antara lain, dalam kapasitas seseorang untuk manajemen
waktu yang efektif, kepatuhan terhadap semua hukum dan peraturan yang
berlaku di kampus, penyelesaian tugas sesuai jadwal, dan perhatian terhadap
pekerjaan seseorang.
5. Tanggung jawab
Menurut (Sugono, 2008) jika secara definisi, kata “tanggung jawab” ini
dapat diartikan sebagai kewajiban dalam hal membawa segala sesuatu,
sedangkan secara Kamus merupakan sebuah peran atau amanah yang jika tidak
dipenuhi atau terjadi sesuatu maka orang tersebut dapat disalahkan bahkan
dituntut. Tanggung jawab mahasiswa adalah konsep penting yang harus mereka
junjung tinggi. Pengimplementasian nilai “tanggung jawab” ini dapat dilakukan
melalui pembelajaran, lulus dari suatu institusi akademik dengan tepat waktu
dan hasil yang memuaskan, penyelesaian tugas akademik dan menjujung tinggi
komitmen yang dibuat.
6. Kerja Keras
Kemauan adalah landasan kerja keras. Seseorang yang sudah memiliki
kemauan dan tujuan yang ingin dicapai, pastinya akan bersungguh – sungguh
dan bekerja keras dalam mencapai hasil yang diinginkannya.
Pengimplementasian nilai “kerja keras” ini dapat dilakukan melalui pengerjaan
suatu pekerjaan dengan mementingkan proses yang telah dilaluinya bukan
semata – mata mementingkan hasil yang didapat, mau berproses dalam artian
tidak menerima hasil nya saja, dan sungguh – sungguh dalam mengerjakan
tugas perkuliahan.
7. Sederhana
7
Gaya hidup sederhana wajib dibentuk kepada setiap individu agar mereka
terbiasa untuk tidak menjalani kehidupan yang mewah, tidak menyiakan apa
pun, hidup sesuai dengan kemampuannya dalam memenuhi segala kebutuhan
pribadinya. Kebutuhan sering keliru dikaitkan dengan keinginan saja, namun hal
ini tidak selalu terjadi. Mahasiswa didorong untuk menempatkan kebutuhan
sebelum keinginan dengan menggunakan prinsip-prinsip kehidupan dasar
karena prinsip ini akan membantu mereka mengatasi masalah dengan
ketidakadilan sosial, iri hati, keserakahan, keegoisan, dan sikap yang tidak
diinginkan lainnya. Hal – hal tersebut adalah faktor penting dalam membangun
prinsip hidup yang lebih baik dan mencegah seseorang untuk terlibat secara
berlebihan dalam kehidupan kita.
8. Keberanian
Untuk membangun sikap keberanian, percaya diri adalah hasil dari
pemahaman yang mendalam. Contohnya adalah keberanian dalam membuat
keputusan, di mana pun mereka dibutuhkan, dan mereka harus segera bertindak
juga karena seorang mahasiswa harus secara konsisten menjaga kepercayaan
diri mereka untuk meningkatkan atribut lainnya, kepercayaan diri sangat
diperlukan. Jika memiliki kepercayaan diri, ia akan menunjukkan dalam setiap
aspek perilaku mereka. Seorang mahasiswa dapat mempelajari pentingnya
keberanian dalam kehidupan di dalam dan di luar kampus karena hal tersebut
dapat membuat keberanian untuk berbicara kebenaran dan mendukungnya,
memiliki keberanian untuk menerima tanggung jawab, dan sebagainya.
9. Keadilan
Menurut definisi kata, adil berarti memiliki bobot yang sama dan tidak
memihak. Agar seorang mahasiswa mampu belajar berpikir kritis dan membuat
keputusan etis, karakter yang adil ini perlu dipupuk bagi mereka dimulai dengan
jam kuliah.Dengan lebih banyak pengalaman dan informasi, kemampuan
seseorang untuk berpikir sebagai dasar untuk berpikir sambil membuat penilaian
akan terus maju dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap mahasiswa harus termotivasi sepanjang kelas untuk berinteraksi
dengan mahasiswa lain untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. Oleh
karena itu seorang mahasiswa diharapkan untuk membuat kesimpulan informasi
yang lebih baik ketika masalah menjadi lebih kompleks atau sulit untuk
dipecahkan. Setiap mahasiswa dapat menumbuhkan rasa keadilan dalam
8
kehidupan sehari-hari mereka, baik di dalam maupun di luar kampus. Hal ini
dapat dicapai, antara lain, dengan terus memuji teman-teman yang unggul dan
menawarkan saran dan dukungan kepada mereka yang gagal. Hal ini juga dapat
dicapai dengan menghindari memilih teman berdasarkan latar belakang sosial.
9
masa depan (Kurniawan, 2010). Proses penganggaran, proses perencanaan
kegiatan, proses diskusi, proses pemantauan, dan proses penilaian adalah lima
divisi dari proses yang berhubungan dengan transparansi. Perencanaan,
pelaksanaan, laporan akuntabilitas, dan tinjauan kinerja anggaran adalah bagian
dari proses penganggaran bottom-up. Ketika merencanakan kegiatan atau proyek
pembangunan, berbicara tentang sumber pendanaan anggaran dan alokasi
anggaran adalah langkah yang diperlukan (anggaran).
3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness
atau kewajaran. Konsep kewajaran dimaksudkan untuk mencegah manipulasi
anggaran (ketidakwajaran), termasuk markup dan penyimpangan lainnya. Lima
karakteristik utama dari konsep keadilan ini adalah kelengkapan dan disiplin,
fleksibilitas, prediktabilitas, kejujuran, dan keinformatifan. Seorang mahasiswa
dapat mulai menerapkan konsep kewajaran dalam kehidupan kampusnya,
misalnya rencana yang masuk akal untuk kegiatan mahasiswa ketika harus dibuat
sambil membuat anggaran. Mirip dengan itu, laporan pertanggungjawaban harus
dibuat dengan akuntabilitas yang lengkap..
4. Kebijakan
Konsep kebijakan yaitu prinsip anti korupsi keempat. Tujuan dari prinsip
ini adalah untuk membantu mahasiswa belajar tentang memahami kebijakan anti
korupsi. Kebijakan anti korupsi ini dapat berupa undang-undang yang
memungkinkan akses informasi, desentralisasi, larangan monopoli, dan langkah-
langkah lainnya yang memudahkan masyarakat umum untuk memantau
bagaimana pejabat negara menggunakan anggaran negara dan menjalankan
tugasnya. Namun, langkah-langkah ini tidak selalu identik dengan undang –
undang anti – korupsi. Adapun aspek-aspek yang terkandung dalam sebuah
kebijakan itu ialah isi dari kebijakan itu apa, siapa yang membuat kebijakan
tersebut, pelaksaan atau pengimplementasian dari kebijakannya itu bagaimana
dan kultur – kultur yang mengiringi kebijakan tersebut seperti apa. Diketahui
bahwa nilai anti korupsi melalui kebijakan ini dapat efektf jika terdapat unsur –
unsur terkait dengan persoalan korupsi di dalamnya. Kualitas suatu kebijakan itu
dapat dilihat atau dinilai dari integritas dan kualitas pembuat kebijakan. Sebagus
apapun sebuah kebijakan, jika tidak didukung oleh pihak – pihak terkait maka
hasilnya akan nihil. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari aparat
10
kepolisian, pengacara, pengadilan, kejaksaan dan juga lembaga masyarakat.
Eksistensi dari adanya kebijakan tersebut berhubungan dengan nilai, sikap,
pandangan, pemahaman serta kesadaran masyarakat terhadap undang – undang
anti korupsi. Terlebih, tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya memberantas
tindakan korupsi pun ditentukan oleh tingkat kebijakan ini. Prinsip ini bisa
diimplementasikan oleh mahasiswa melalui kehidupan kampusnya, seperti
dengan membuat sebuah aturan atau kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
kemahasiswaan sehingga seluruh masyarakat kampus perlu mengikuti dan taat
terhadap peraturan yang berlaku tersebut.
5. Kontrol Kebijakan
Prinsip terakhir dari anti korupsi ini ialah prinsip kontrol kebijakan. Upaya
untuk membuat kebijakan yang benar-benar efektif dan dapat menyingkirkan
semua tindakan korupsi disebut sebagai kontrol kebijakan. Lembaga-lembaga
pengawasan di Indonesia, organisasi yang mengevaluasi diri, reformasi sistem
pengawasan di Indonesia, dan masalah-masalah dengan pengawasan di Indonesia
semuanya akan tercakup dalam prinsip ini. kebijakan yang dikendalikan oleh
keterlibatan, perubahan, dan reformasi. Kontrol kebijakan melalui partisipasi
melibatkan mengambil bagian dalam pengembangan dan implementasi kebijakan,
sedangkan kontrol kebijakan melalui oposisi melibatkan penyajian alternatif
kebijakan yang segar dan lebih bisa diterapkan. Sementara itu, revolusi dalam
pengendalian kebijakan menggantikan kebijakan yang dianggap tidak tepat untuk
mempertahankan kontrol. Mahasiswa diinstruksikan untuk berpartisipasi aktif
dalam pertumbuhan dan reformasi kebijakan kehidupannya, di mana peran
mahasiswa adalah sebagai individu dan sebagai komponen masyarakat,
organisasi, dan institusi. Seorang mahasiswa dapat menggunakan konsep kontrol
kebijakan dalam kehidupannya di kampus, seperti memantau tindakan mahasiswa
di seluruh proses, mulai dari perencanaan hingga pelaporan program kegiatan.
11
termasuk acara sosialisasi, kampanye, seminar, dan ceramah. Tujuan pendidikan anti
korupsi bagi siswa adalah untuk memberi mereka pengetahuan yang cukup tentang
bagaimana sistem berfungsi. Tujuan jangka panjang adalah untuk menginspirasi
mahasiswa untuk mengadopsi budaya anti korupsi dan untuk mengambil peran aktif
dalam inisiatif untuk memerangi korupsi di Indonesia. Menurut perintah Menteri
Pendidikan, yang menyatakan bahwa setiap universitas harus menawarkan program
pendidikan anti korupsi sebagai kursus yang diperlukan, pilihan, dan sisipan. Tujuan
anti korupsi adalah untuk menempatkan lebih fokus pada pembentukan karakter
anti-korupsi di setiap siswa dan untuk memperkuat semangat dan kapasitas mereka
sebagai agen perubahan bagi masyarakat dan negara yang bebas dari ancaman
korupsi. memperoleh pengetahuan tentang teknik yang dapat digunakan dalam mata
kuliah anti korupsi.
12
menyebabkan mereka terlibat dalam kegiatan berisiko seperti seks bebas dan
penggunaan narkoba, serta berbagai kejahatan.
13
lembaga pemerintah juga penegakan hukum. Ada empat lokasi di mana mahasiswa
terlibat dalam gerakan anti-korupsi, yaitu di rumah, di universitas, di lingkungan,
dan di tingkat lokal/nasional. Dengan demikian, pembelajar harus memahami
konsep korupsi dan anti korupsi serta memiliki cita-cita anti korupsi.
Nilai - nilai dan prinsip semacam ini harus dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain, seorang mahasiswa harus dapat menunjukkan bahwa
dia jujur secara moral. Sementara baik di tingkat lokal maupun nasional, keterlibatan
mahasiswa dalam gerakan antikorupsi berupaya untuk mencegah perilaku koruptif
dan korupsi yang sangat besar dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa atau
kelompok mahasiswa dapat melakukan hal yang sama untuk mengawasi lingkungan
di masyarakat sekitar. Mahasiswa yang memiliki kompetensi ini otomatis berpotensi
sebagai pemimpin baik dalam lingkup lokal maupun nasional sebagai gerakan massa
anti korupsi. Mahaiswa dapat mengirimkan perilaku anti-korupsi ke komunitas yang
lebih besar dengan memulai kegiatan terstruktur di kampus, kemudian memperluas
fokus mereka untuk memasukkan area yang lebih luas. inisiatif anti korupsi yang
direncanakan dan dilaksanakan.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Nilai – Nilai Dan Prinsip Anti Korupsi menjadi kekuatan utama dalam
gerakan anti korupsi. Nilai - nilai dan prinsip semacam ini harus dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, seorang mahasiswa harus dapat
menunjukkan bahwa dia jujur secara moral memiliki kompetensi dan potensi untuk
memimpin dalam gerakan mssa anti korupsi. Mahasiswa berperan sebagai Agent of
Change atau individu yang harus mampu menunjukkan visi nya untuk kehidupan
mereka yang lebih baik di masa yang akan datang, baik itu untuk diri sendiri ataupun
untuk lingkungan tempat tinggalnya saat ini. Partisipasi aktif mahasiswa dalam
inisiatif pembangunan masyarakat sebagai budaya anti korupsi yang semakin
tumbuh ini diantisipasi akan semakin terkonsentrasi pada upaya untuk memerangi
korupsi.
B. Saran
Nilai dan prinsip semacam ini perlu di sosialisasikan lebih lanjut kepada para
mahasiswa sebagai wujud gerakan anti korupsi. Mahasiswa mempunyai peranan
yang cukup besar dan penting dalam kehidupan negara sehingga mampu menjadi
14
salah satu upaya dalam memerangi tindakan korupsi terkhusus dalam lingkup
kampus. Adanya nilai dan prinsip yang baik tidak akan mampu meminimalisir
bahkan memberantas tindakan korupsi jika tidak dibarengi dengan
pengimplementasian yang baik pula.
15
REFERENSI
16