Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“IMPLEMENTASI NILAI DAN PRINSIP DALAM KEBIJAKAN ANTI


KORUPSI DI RUANG LINGKUP PERGURUAN TINGGI NEGERI”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Anti Korupsi
Dosen Pengampu : Dr. Engkus, SE., M.Si

Disusun Oleh :
Nirbitho Satrio Anggono 1208010139
Nuraini Safitri 1208010144
Putri Rizki Cantika Dewi 1208010152

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
IMPLEMENTASI NILAI DAN PRINSIP DALAM KEBIJAKAN ANTI
KORUPSI DI RUANG LINGKUP PERGURUAN TINGGI NEGERI

1
Nirbitho Satrio Anggono, 2Nuraini Safitri, 3Putri Rizki Cantika Dewi
1
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung; tiosatrio21@gmail.com
2
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung; safitrinuraini87@gmail.com
3
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung; putrisalsabilasungkar@gmail.com
------------------------------------------------
Abstrak

Pendidikan anti korupsi menjadi buah manis bagi generasi bangsa Indonesia, akan
tetapi dalam perkembangannya memerlukan segala aspek pendukung, mulai dari
penegakan suatu kebijakan yang dapat membuat seluruh pelaku korupsi memiliki
efek jera. Pendidikan anti korupsi sangat penting dan harus dilakukan baik dari
segi pendidikan formal maupun informal, dengan adanya pendidikan anti korupsi,
diharapkan segala bentuk kasus korupsi kecil hingga besar dapat dikurangi bahkan
dapat terselesaikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
metode studi kepustakaan atau literatur review. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa beberapa pelaku korupsi tidak hanya didapati oleh para
petinggi negara saja, tetapi di lingkup perguruan tinggi pun dapat terjadi tindak
korupsi. Maka dari itu, diperlukannya implementasi nilai dan prinsip dalam
kebijakan anti korupsi di ruang lingkup perguruan tinggi negeri yang bertujuan
untuk meminimalisir serta menghindari terjadinya tindak korupsi.
Kata Kunci: Nilai, Prinsip, Anti Korupsi.

Abstract
Anti-corruption education is a sweet fruit for the Indonesian generation, but in its
development it requires all aspects of support, starting from the enforcement of a
policy that can make all perpetrators of corruption have a deterrent effect. Anti-
corruption education is very important and must be carried out both in terms of
formal and informal education, with anti-corruption education, it is hoped that all
forms of small to large corruption cases can be reduced and even resolved. The
method used in this research is a literature study or literature review method. The
results of the research conducted indicate that some of the perpetrators of
corruption are not only found by state officials, but also in the scope of
universities corruption can occur. Therefore, it is necessary to implement values
and principles in anti-corruption policies within the scope of state universities
that aim to minimize and avoid corruption.
Keywords: Values, Principles, Anti-Corruption.
-----------------------------------------------

2
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini maraknya korupsi seringkali terjadi tidak hanya di ruang
pelayanan public yang dilakukan pejabat setempat melainkan korupsi kini
sudah dan sering terjadi di ruang lingkup perguruan tinggi dimana ruang ini
yang seharusnya menjadi ajang pembekalan untuk mahasiswa yang dapat
menyelesaikan permasalahan di masyarakat, namun dengan adanya perilaku
korupsi malah merusak citra mahasiswa bahkan perguruan tinggi tersebut.
Dilansir dalam (IDN TIMES 2022.) mengenai kasus korupsi sederhana yang
terjadi di ruang pembelajaran mahasiswa adalah
 Titip presensi dan Bolos kuliah
 Menyontek lembar jawaban Milik Teman
 Memalsukan data beasiswa
Dapat dikatakan bahwa kasus korupsi secara kecil kecilan sudah terjadi
sejak dibangku perkuliahan, yang jadi permasalahan kini adalah mampukah
stackeholder hingga mahasiswa itu sendiri mampu menyelesaikan
permasalahan korupsi yang dibilang kecil namun memilki dampak yang
sangat signifikan berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan di bangku
perkuliahan.
Pendidikan anti korupsi serta penanaman nilai nilai prinsip mengenai
korupsi merupakan kunci utama dalam menyelesaikan permasalahan korupsi
yang terbilang sangat kecil di ruang lingkup perguruan tinggi. Peningkatan
kualitas stackeholder serta pembinaan karakter terhadap mahasiswa itu
sendiri merupakan tugas yang harus dilakukan bersama sama dalam
memberantas perilaku yang merugikan masyarakat di masa depan nantinya.
Proses penaman nilai anti korupsi tidak akan terasa dalam waktu yang
dekat, namun seiring dengan berjalannya waktu serta kerjasama dengan
beberapa pihak mampu meningkatkan kualitas dari mahasiswa hingga
stackeholder yang ada di perguruan tinggi itu sendiri, melalui pendidikan anti
korupsi serta pemahaman yang terkait dengan bahayanya korupsi diharapkan
dapat membangun generasi baru yang jauh lebih baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

3
A. Tinjauan Penelitian Sejenis yang Relevan
Tinjauan penelitian yang sejenis yang relevan merupakan uraian
mengenai hasil kaji penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh
para peneliti yang memiliki relevansi permasalahan mengenai kajian
yang diteliti. Maka, penelitian ini dilakukan bukan untuk menduplikat
penelitian sebelumnya melainkan mengembangkan dari penelitian
sebelumnya. Sehingga perlu adanya pembaharuan dan tidak boleh
berupa pengulangan dari penelitian sebelumnya. Setelah menganalisis
mengenai pembahasan seputar implementasi nilai dan prinsip dalam
kebijakan anti korupsi di ruang lingkup perguruan tinggi negeri dari
penelusuran sumber kepustakaan, berikut beberapa penelitian yang
dijadikan rujukan, diantaranya:
Pertama, Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi Di Lembaga
Pendidikan Perguruan Tinggi Sebagai Upaya Preventif Pencegahan
Korupsi yang ditulis oleh Ita Suryani. Tujuan dari penelitian ini ialah
untuk mengetahui upaya preventif apa saja yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa utnuk memberantas tindak korupsi. Adapun jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
(Muhadjir, 1989) dengan analisis deskriptif (Sutopo, 2001). Hasil
penelitian ini mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa untuk memberantas korupsi, antara lain: kegiatan sosialisasi,
kampanye, seminar atau perkuliahan. Pendidikan anti korupsi
mempunyai nilai tersendiri bagi mahasiswa yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai anti korupsi. guna
menumbuhkan budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa serta
mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Krista Surbakti dan
Krismawanta Surbakti yang meneliti mengenai Analisis Kebijakan
Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi. Tujuan dari
dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk memahami dan

4
menganalisis peran pendidikan anti korupsi dalam menumbuhkan nilai
dan prinsip anti korupsi sejak dini. Adapun hasil yang diperoleh adalah
pendidikan anti korupsi itu sendiri akan menjadi bekal bagi mahasiswa
untuk berlaku jujur dalam bekerja yang bertujuan ketika nantinya
menduduki posisi strategis dalam suatu institusi atau organisasi tidak
melakukan tindak korupsi, karena sudah dibekali dengan nilai dan
prinsip anti korupsi. Disebutkan bahwa orang yang berpendidikan tinggi
rentan terhadap godaan korupsi karena biasanya menduduki posisi yang
strategis di suatu institusi atau organisasi. Peneliti sebelumnya
menggunakan pendekatan normative. Pendekatan normative mengkaji
tentang konsep legis positivis yang menyatakan bahwa hukum identik
dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diimplementasikan oleh
lembaga-lembaga atau pejabat yang berwenang. Selain daripada itu,
konsep memandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat
otonom, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat.
B. Tinjauan Teoretis
a. Konsep Korupsi
Korupsi dapat diistilahkan sebagai “kejahatan, kebusukan,
penyuapan, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran”
(Poerwadarminta, 1978). Definisi lainnya, “suatu perbuatan buruk
seperti, penggelapan uang, penyogokan uang, dan lain-lain”
(Poerwadarminta, 1976). Selanjutnya menurut (Ali, 1993), istilah
korupsi terbagi menjadi 3 yakni:
1. Korup artinya busuk, orang yang suka menerima uang
suap/sogok, menggunakan kekuasaan untuk kepentingan
pribadi.
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti, penggelapan uang
dan penerimaan uang sogok.
3. Koruptor artinya orang yang melakukan tindak korupsi.
Dengan begitu, arti kata korupsi ialah sesuatu yang busuk,
jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan
korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan

5
keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatan.
Subekti dan Tjitrosoedibio mendefinisikan korupsi sebagai
perbuatan curang, serta tindak pidana yang dapat merugikan
keuangan negara (Tjitrosoedibio, 1973).
Sedangkan Baharudin Lopa mengutip pendapat David M.
Chalmers, menyatakan bahwa istilah korupsi terdapat ke dalam
berbagai bidang, yaitu bidang ekonomi, dan bidang kepentingan
umum. Hal ini diambil dari definisi yang berbunyi “Financial
Manipulations And Deliction Injurious To The Economy Are Often
Labeled Corrupt” (Hartanti, 2008).
b. Konsep Nilai Anti Korupsi
Terdapat 9 nilai-nilai anti korupsi yang harus diterapkan
dalam diri sendiri, berikut diantaranya:
1. Kejujuran
Sugono mendefinisikan kata kejujuran sebagai jujur dan
tidak berbohong atau menipu. Kejujuran merupakan kualitas
yang sangat penting dalam kehidupan siswa dan tanpa
kejujuran siswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan
sosialnya (Sugono, 2008).
Nilai integritas dalam kehidupan kampus yang dibentuk
oleh budaya akademik sangat dibutuhkan. Nilai kejujuran
ibarat mata uang yang berlaku di mana-mana, termasuk
kehidupan kampus. Jika seorang siswa ditemukan tidak jujur,
baik secara akademis maupun sosial, orang lain akan selalu
mempertanyakan apakah mereka dapat mempercayai siswa
tersebut. Akibatnya, siswa selalu berjuang untuk membentuk
hubungan dengan orang lain. Sejak saat itu, semua murid

6
harus menjunjung tinggi prinsip kejujuran untuk
mengembangkan dan membentuk akhlak mulia mereka.
2. Kepedulian
Menurut Sugono, kata 'simpati' berarti memperhatikan,
memperhatikan, dan mengabaikan (Sugono, 2008). Nilai
peduli sangat penting bagi mahasiswa dalam kehidupan di
kampus dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa
depan, mahasiswa harus peduli dengan lingkungannya, baik
di dalam kampus maupun di luar kampus.
Misalnya mengawasi proses belajar mengajar di
kampus, mengelola sumber daya di kampus secara efektif dan
efisien, dan mengembangkan di kampus. Mahasiswa juga
memiliki kewajiban peduli terhadap lingkungan luar kampus,
kemajuan alumni, dan kualitas produk akademik yang
dihasilkan universitas.
Contoh lain yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menggalang dana untuk memberikan hibah mahasiswa
kepada mahasiswa yang membutuhkan. Tindakan ini
menciptakan interaksi yang lebih dekat antar siswa.
3. Kemandirian
Istilah mandiri bagi mahasiswa diartikan sebagai proses
pendewasaan yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain
untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini
penting untuk masa depannya dimana mahasiswa harus
mengatur kehidupannya dan orang-orang yang berada di
bawah tanggung jawabnya, sebab tidak mungkin orang yang
tidak mandiri akan mampu mengatur hidup orang lain.
Dengan kemandirian yang dimiliki oleh tiap-tiap mahasiswa,
maka akan dapat mengerjakan semua tanggung jawab dengan
usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi, 2004).
4. Kedisiplinan

7
Sugono mendefinisikan kata disiplin sebagai ketaatan
pada aturan (Sugono, 2008). Mahasiswa perlu menjalani
kehidupan yang disiplin ketika berhadapan dengan kehidupan
kampus baik secara akademis maupun sosial. Hidup disiplin
bukan berarti harus hidup seperti model militer, tapi disiplin
seorang mahasiswa berarti mereka mampu menyelesaikan
tugasnya baik dalam bidang akademik maupun sosial
kampus. Atur dan kelola waktu Anda sebaik mungkin.
Keuntungan dari kehidupan yang disiplin adalah membantu
siswa mencapai tujuan hidup mereka dengan lebih efisien.
Saat ini, perilaku dan kebiasaan buruk/negatif siswa
cenderung mengarah pada perilaku kriminal yang melanggar
hukum. Kenakalan siswa masuk akal jika dipraktikkan dalam
rangka mencari jati diri dan tidak merugikan orang lain.
Peran guru dalam mengkomunikasikan nilai-nilai mata
pelajaran. Memimpin, berbuat baik, menjadi panutan/teladan,
sabar dan pengertian. Pengajar harus mampu melatih siswa
dengan penuh kasih sayang, terutama kedisiplinan diri.
Dalam melakukannya, instruktur harus berhati-hati dan:
a) Penggunaan penegakan aturan akademik sebagai sarana
dan sarana penegakan disiplin.
b) Menerapkan reward and punishment secara adil, segera
dan transparan (Siswandi, 2009).
5. Tanggung Jawab
Sugono mengintrpretasikan kata tanggung jawab
sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
(Sugono, 2008).
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari
sebuah perbuatan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak
disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan
kesadaran akan kewajiban menerina dan menyelesaikan
semua masalah yang telah di lakukan.

8
Mahasiswa mempunyai banyak kewajiban yang harus
dipertanggungjawabkan. Misalnya tugas-tugas yang
diberikan oleh dosen, tanggung jawab untuk belajar,
tanggung jawab untuk menyelesaikan perkuliahan sampai
lulus, tanggung jawab menjaga diri sendiri. Sebagai seorang
mahasiswa kita sudah dilatih oleh orang tua untuk lebih
mandiri dalam menjaga diri kita sendiri, karena dalam
perkulihan kita diajarkan untuk melakukan apa-apa sendiri.
Oleh sebab itu orang tua sudah tidak bisa mengontrol aktifitas
keseharian anak-anaknya. Jadi sebagai mahasiswa harus bisa
bertanggung jawab dalam menjaga dirinya sendiri.
6. Kerja Keras
Kerja keras didasarkan pada kemauan. Kata "kehendak"
menciptakan asosiasi dengan tekad, ketekunan, ketekunan,
tujuan yang jelas, kelayakan, tekad, pengendalian diri,
keberanian, keberanian, tekad, energi, kekuatan, kejantanan,
dan kekejaman. Sangat penting untuk mengembangkan
kemauan siswa ke tingkat yang lebih tinggi, karena untuk
dapat mendominasi orang lain, seseorang harus terlebih
dahulu menguasai dirinya sepenuhnya. Setiap kali seseorang
penuh dengan harapan dan keyakinan, dia lebih kuat dalam
menjalankan pekerjaannya.
Hasil lebih optimal bila interaksi antar individu siswa
dapat dicapai dengan kerja keras. Penting untuk berusaha
mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan. Tapi tanpa ilmu,
sekeras apapun kamu berusaha, percuma saja. Di kampus,
mahasiswa memiliki berbagai macam ilmu. Di sini, guru
berperan penting dalam memastikan bahwa kerja keras dan
bimbingan setiap siswa tidak sia-sia.
7. Sederhana
Gaya hidup seorang mahasiswa penting untuk
interaksinya dengan masyarakat sekitar. Pola hidup sederhana

9
harus dikembangkan agar siswa menikmati pendidikannya.
Dengan pola hidup yang sederhana, semua siswa dibiasakan
untuk tidak hidup sia-sia, hidup sesuai dengan
kemampuannya dan mampu memenuhi segala kebutuhannya.
Kebutuhan sering disamakan dengan keinginan belaka,
Kebutuhan tidak selalu sesuai dengan keinginan, dan
sebaliknya.
Dengan menerapkan Prinsip Hidup Sederhana, siswa
didorong untuk mendahulukan kebutuhan di atas keinginan.
Prinsip hidup sederhana ini menjadi parameter penting dalam
membangun hubungan antar sesama mahasiswa karena
mengatasi masalah kesenjangan sosial, iri hati, iri hati,
keserakahan, egoisme, dan sikap negatif lainnya. Prinsip
hidup yang sederhana juga melindungi seseorang dari
keinginan yang berlebihan.
8. Keberanian
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak
mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan dan
kekecewaan. Meskipun demikian, untuk menumbuhkan sikap
keberanian, mahasiswa dituntut untuk tetap berpegang teguh
pada tujuan. Terkadang mahasiswa tetap diberikan pekerjaan-
pekerjaan yang sukar untuk menambahkan sikap
keberaniannya. Kebanyakan kesukaran dan kesulitan yang
paling hebat lenyap karena kepercayan kepada diri sendiri.
Mahasiswa memerlukan keberanian untuk mencapai
kesuksesan. Tentu saja keberanian mahasiswa akan semakin
matang diiringi dengan keyakinannya.
Untuk mengembangkan sikap keberanian demi
mempertahankan pendirian dan keyakinan mahasiswa,
terutama sekali mahasiswa harus mempertimbangkan
berbagai masalah dengan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang
mendalam menimbulkan perasaan percaya kepada diri

10
sendiri. Jika mahasiswa menguasai masalah yang dia hadapi,
dia pun akan menguasai diri sendiri. Di mana pun dan dalam
kondisi apa pun sering kali harus diambil keputusan yang
cepat dan harus dilaksanakan dengan cepat pula. Salah satu
peluang terbaik untuk membentuk opini dan membuat
keputusan sebaik mungkin adalah tempat yang tenang di
mana Anda dapat berpikir tanpa gangguan.
Keyakinan sangat penting karena siswa harus terus
mempertahankannya untuk meningkatkan kualitas lainnya.
Ketika siswa percaya pada dirinya sendiri, itu terlihat dalam
setiap tindakan siswa. Siswa harus menyadari perilaku, sikap
dan nilai-nilai yang membentuk kepribadian mereka. Karena
mahasiswa berada di lingkungan kampus di mana mereka
terus-menerus berinteraksi dengan mahasiswa lain,
pengetahuan tentang kepribadian dan keterampilan itu sendiri
harus dikaitkan dengan pengetahuan tentang lingkungan.
Dalam lingkungan ini, mahasiswa mendapatkan udara
kreativitas dan inovasi yang menambah nilai selama
perkuliahan (Sjaifudin, 2002).
9. Keadilan
Menurut arti kata, fairness adalah persamaan,
kewajaran, kewajaran. Karakter adil ini harus ditanamkan
dalam diri mahasiswa sejak perkuliahan, agar mahasiswa
belajar berpikir dan mengambil keputusan secara adil dan
tepat.Pengalaman dan pengetahuan yang Anda miliki akan
terus berkembang sebagai dasar pengambilan keputusan.
Selama perkuliahan, setiap mahasiswa harus didorong untuk
mencari pengalaman dan pengetahuan melalui interaksi
dengan mahasiswa lainnya. Oleh karena itu siswa diharapkan
untuk membuat keputusan yang lebih cerdas karena masalah
menjadi lebih kompleks dan solusi menjadi lebih kompleks.

11
III. METODE PENELITIAN
Menurut (Moleong, 2005), pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu
pendekatan penelitian dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau
gambar daripada angka-angka. Data ini dapat berasal dari wawancara, catatan
lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau catatan, dan
dokumen lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif untuk mendeskripsikan dan memahami adanya peristiwa-peristiwa
dalam masyarakat yang dianggap penyimpangan sosial.
Dicirikan oleh deskripsi kualitatif, pendekatan ini bertujuan untuk
menyelidiki dan mengklarifikasi keberadaan fenomena yang terjadi secara
sosial. Suatu fenomena atau kenyataan dalam masyarakat yang jika ada dapat
dijadikan sebagai tata cara pemecahan masalah yang diteliti. Masalah yang
diteliti didasarkan pada fakta-fakta yang ada dan terjadi di masyarakat.
Studi ini didasarkan pada studi kasus yang disajikan dalam studi
sebelumnya terkait dengan judul yang diusulkan, yaitu implementasi
kebijakan penerapan nilai dan prinsip antikorupsi dalam kerangka pendidikan
tinggi, dan data yang disertakan. universitas tempat data dikumpulkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Kasus Korupsi di Indonesia
Seperti yang sudah disampaikan pada pembahasan sebelumnya
mengenai pengertian korupsi dan macam macam nilai prinsip dalam
pendidikan anti korupsi, dapat dikatakan bahwa korupsi merupakan
perilaku amoral yang dilakukan seorang individu untuk menguntungkan
dirinya sendiri, secara singkat perilaku korupsi dapat merugikan individu
lainnya. Baru baru ini kasus korupsi tidak hanya terjadi di ruang kerja
pejabat public pemerintahan melaikan kasus korupsi bias saja terjadi di
bangku sekolah hingga perkuliahan, dimana ruang tersebut yang menjadi
gerbang awal dalam memberantas korupsi, namun yang menjadi catatan
adalah kasus korupsi yang besar harus mampu dimulai dan diselesaikan
dari kasus korupsi yang kecil.

12
(CNBC News Indonesia n.d.-a) menyebutkan bahwa di Indonesia
setidaknya pernah terjadi 3 kasus korupsi terbesar yang merugikan
Negara Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Berikut merupakan contoh
contoh kasus korupsi terbesar yang terjadi di Indonesia :
 Kasus Korupsi Surya Darmadi
 Kasus Korupsi Asabri
 Kasus Korupsi Jiwasraya
Masing masing dari kasus tersebut berdampak rugi bagi Negara
Indonesia, taksiran kerugian Negara dapat dikatakan rugi besar dan
dalam sumber yang sama disebutkan pula bahwa kasus terbesar itu
melibakan banyak pihak.
Dalam (Kompas.Com/KasusKorupsi.-a) disebutkan juga sebagai
pengantar berita penindakan korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
hokum yang terjadi sepanjang tahun 2021. Potensi nilai suap yang terjadi
memiliki nominal sebesar Rp. 212,5 Miliar, berdasarkan penilaian yang
diberikan bahwa penyelesaian korupsi di Indonesia memiliki peringkat
D (Buruk) karena hanya 24 Persen kasus dapat terselesaikan.
B. Prinsip Anti Korupsi
Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk
mencegah faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas
prinsip-prinsip anti korupsi yaitu:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah konsistensi antara aturan dan cara kerja.
Semua lembaga mengikuti aturan main baik dalam bentuk adat (de
facto) maupun konstitusional (undang-undang), baik pada tataran
budaya (person-to-person) maupun pada tataran kelembagaan
(Bappenas, 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam
perekonomian, masyarakat, sektor publik dan interaksi antar ketiga
sektor tersebut.
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat
untuk mengawasi dan mengarahkan tindakan administrasi publik
dengan memaksakan suatu tugas (akuntabilitas) untuk dapat

13
memberikan jawaban kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik,
2005). Selain itu, dalam pengertian yang paling mendasar,
akuntabilitas publik mengacu pada kemampuan untuk merespon
seseorang mengenai kinerja yang diharapkan (Pierre, 2007). Orang
yang diberi jawaban ini harus menjadi orang yang sah untuk
memantau dan mengharapkan kinerja (Prasojo, 2005).
Akuntabilitas publik menyajikan pola yang berbeda dalam
mekanismenya, termasuk akuntabilitas program, akuntabilitas
proses, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas hasil, akuntabilitas
hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001). Dalam
praktiknya, akuntabilitas harus diukur dan dipertimbangkan
melalui mekanisme pelaporan dan akuntabilitas atas semua
kegiatan yang dilakukan. Mengevaluasi kinerja pengelolaan, proses
implementasi, dan dampak serta manfaat langsung dan jangka
panjang yang diperoleh masyarakat dari kegiatan mereka.
Dalam konteks pernyataan ini, mata kuliah ini memainkan
peran kunci dalam memperkuat akuntabilitas, terutama dalam
konteks pengembangan sumber daya manusia. Dengan demikian,
mahasiswa menjadi sasaran pelaku akuntabilitas saat ini dan masa
depan sebagai bagian dari civitas akademika calon pemilik.
Dengan harapan lebih meningkatkan keselarasan atau konsistensi
antara aturan dan pelaksanaan pekerjaan bagi siswa.
2. Transparansi
Prinsip kunci antikorupsi lainnya adalah transparansi. Prinsip
transparansi menjadi penting karena pemberantasan korupsi
dimulai dengan transparansi, dan semua proses politik perlu dibuka
agar segala bentuk pelanggaran menjadi pengetahuan publik
(Prasojo, 2007). Lebih dari itu, transparansi merupakan pintu
gerbang sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk
menjaga rasa saling percaya (trust). Karena kepercayaan,

14
keterbukaan, dan integritas ini merupakan aset awal yang sangat
berharga dalam memungkinkan siswa untuk melanjutkan tantangan
dan tanggung jawab mereka sekarang dan di masa depan,
(Kurniawan, 2010) dibagi menjadi lima bidang: proses persiapan
penanggulangan, proses diskusi, proses pemantauan, dan proses
evaluasi. Proses penganggaran bersifat bottom-up dan dimulai
dengan perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan
evaluasi kinerja anggaran.
Dalam proses penyusunan suatu kegiatan atau proyek
pembangunan, hal ini terkait dengan pembahasan sumber dana
(anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas perkembangan regulasi terkait
strategi pendanaan (kolektif), mekanisme pengelolaan proyek
mulai dari pelaksanaan lelang, pekerjaan teknis, pelaporan
keuangan, dan pertanggungjawaban teknis. Proses pengawasan
dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan relevan
dengan kepentingan publik, terutama proyek yang diajukan oleh
masyarakat itu sendiri. Proses penting lainnya adalah proses
evaluasi. Proses evaluasi ini berlaku untuk pelaksanaan proyek.
Pelaksanaan proyek dilakukan secara terbuka, tidak hanya
mengambil tanggung jawab administratif, tetapi juga teknis dan
fisik atas hasil pekerjaan pembangunan.
Ini adalah panduan untuk membantu siswa berbuat lebih baik.
Setelah membahas prinsip ini, mahasiswa diharapkan mampu
menerapkan prinsip transparansi dalam kehidupan sehari-hari, baik
sebagai individu maupun sebagai bagian dari
masyarakat/organisasi/lembaga.
3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip imparsialitas. Asas
fairness atau kewajaran bertujuan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (penyimpangan) dalam penganggaran, baik berupa
markup maupun penyimpangan lainnya. Prinsip keadilan ini

15
dicirikan oleh lima elemen kunci. Dengan kata lain, inklusif,
disiplin, fleksibel, dapat diprediksi, jujur, dan informatif.
Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan semua
aspek, berkelanjutan, berpegang pada prinsip, prinsip beban,
prinsip pengeluaran, tidak melebihi batas (non anggaran), fleksibel
dan berarti memiliki pedoman khusus untuk mencapai efisiensi dan
efektivitas. Prediktabilitas artinya perencanaan dilakukan sesuai
dengan prinsip kinerja harga untuk menghindari defisit pada tahun
anggaran berjalan. Anggaran yang dapat diprediksi mencerminkan
prinsip keadilan dalam proses perencanaan pembangunan. Kualitas
penting lainnya adalah kejujuran. Kejujuran berarti tidak ada bias
yang disengaja dalam perkiraan pendapatan dan pengeluaran kita
yang timbul dari pertimbangan teknis atau politik. Kejujuran
adalah bagian mendasar dari prinsip keadilan. Fitur terakhir dari
prinsip keadilan sangat membantu. Tujuan dari fitur ini adalah
untuk menyediakan sistem informasi pelaporan yang tertib dan
informatif. Kualitas yang bermanfaat ini digunakan sebagai dasar
untuk mengevaluasi kinerja, kejujuran, dan proses pengambilan
keputusan, dan sifat ini adalah ciri dari kehati-hatian.
Ini dapat digunakan sebagai tanda untuk membantu Anda
mengelola aspek (penganggaran, pengajaran, sistem pembelajaran,
dalam organisasi, dll.) dengan lebih hati-hati. Selain itu, siswa juga
diharapkan memiliki kualitas moral yang lebih baik setelah diskusi
ini, dan kejujuran merupakan bagian integral dari prinsip ini.
4. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan prinsip ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini
membantu mengatur tata cara interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan bangsa atau masyarakat.
Kebijakan anti korupsi ini mungkin tidak selalu sama dengan
undang-undang anti korupsi, tetapi mungkin didasarkan pada akses

16
bebas ke undang-undang informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang antimonopoli, atau promosi pengetahuan publik
dan kontrol atas kinerja. Penggunaan APBN oleh penyelenggara
negara.
Aspek kebijakan terdiri dari konten kebijakan, pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan dan budaya kebijakan. Suatu
kebijakan antikorupsi efektif bila mengandung unsur-unsur yang
terkait dengan isu korupsi, dan kualitas isi kebijakan tergantung
pada kualitas dan kejujuran pembuatnya. Kebijakan yang
diberlakukan akan berhasil bila didukung oleh penegak kebijakan
seperti polisi, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan. Keberadaan kebijakan berkaitan dengan nilai,
pemahaman, sikap, persepsi dan persepsi masyarakat terhadap
undang-undang atau undang-undang antikorupsi. Apalagi budaya
politik ini menentukan derajat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.
5. Kontrol Kebijakan
Prinsip utama anti korupsi adalah kontrol politik.
Pengendalian kebijakan adalah upaya untuk memastikan bahwa
kebijakan yang ada benar-benar efektif dan menghilangkan segala
bentuk korupsi. Kebijakan ini mencakup badan pengawas
Indonesia, badan penilaian diri, reformasi sistem pengawasan
Indonesia, dan masalah pengawasan Indonesia. Bentuk kontrol
politik berupa partisipasi, evolusi dan reformasi.
Kontrol kebijakan berbentuk partisipasi. pengendalian
kebijakan dengan ikut serta dalam perumusan dan implementasi
kebijakan, dan pengendalian kebijakan sebaliknya, dengan
menawarkan opsi kebijakan baru yang dianggap lebih praktis.
Kontrol politik berbentuk revolusi, tetapi kontrol dengan
mengubah kebijakan dianggap tidak tepat. Setelah memahami
prinsip yang terakhir ini, mahasiswa diharapkan dapat berperan
aktif dalam menegakkan langkah-langkah kontrol politik berupa

17
partisipasi politik, pengembangan dan reformasi kehidupan
mahasiswa. Bagian dari masyarakat, organisasi, atau lembaga itu.
C. Upaya Pemberatasan Korupsi
Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, telah dan sedang
dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Pelaporan Harta Kekayaan
Mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan harta kekayaan
yang dimiliki.
2. Akses Publik
Memberi hak pada masyarakat untuk mendapatkan akses
terhadap informasi (access to information).
3. Monitoring dan Evaluasi
Untuk mencari cara untuk menemukan solusi memberantas
korupsi.
4. Kerjasama Internasional
Dengan negara lain maupun dengan International NGOs.
Sebagai contoh saja, ditingkat internasional, Transparency
Internasional (TI) misalnya membuat program National Integrity
Systems. OECD membuat program the Ethics Infrastructure dan
World Bank.
5. Mendesain Ulang Pelayanan Publik
Terutama di daerah yang berhubungan langsung dengan bakti
sosial sehari-hari. Tujuannya untuk memudahkan masyarakat luas
mendapatkan pelayanan publik yang profesional, berkualitas dan
tepat waktu tanpa dikenakan biaya tambahan atau ilegal. Tindakan
prioritas dimaksudkan untuk: (b) meningkatkan kinerja lembaga
publik; (c) meningkatkan kinerja badan pelayanan publik; (d)
memperkuat pengawasan layanan publik, dengan tindakan prioritas
yang dilampirkan pada matriks.
6. Memperkuat Transparansi, Pengawasan dan Sanksi
Tujuannya adalah untuk meningkatkan akuntabilitas
pemerintah dalam pengelolaan sumber daya pemerintah dan

18
sumber daya manusia, serta memberikan akses informasi dan
kesempatan bagi masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam
perekonomian.
Tindakan Prioritas dimaksudkan untuk: (a) memperbaiki
sistem pengelolaan keuangan pemerintah; (b) Penyempurnaan
sistem pengadaan publik/pengadaan barang dan jasa (c)
Penyempurnaan sistem manajemen kepegawaian lembaga negara
dengan kegiatan prioritas.
7. Meningkatkan Pemberdayaan Perangkat-Perangkat Pendukung
Tujuannya untuk menegakkan prinsip “rule of law”,
memperkuat budaya hukum dan memperkuat masyarakat dalam
proses antikorupsi. Tindakan prioritas dimaksudkan untuk: (a)
melengkapi bahan hukum pendukung; (b) menempatkan penjahat
korup di penjara tampaknya bukan merupakan pencegah atau cara
yang paling efektif untuk membasmi korupsi. Selain itu, dari segi
praktik Lapas akan menjadi tempat narapidana koruptor dapat
memperoleh pelayanan dan fasilitas yang sama seperti di luar
Lapas dengan membayar sejumlah uang. Fasilitas pemasyarakatan
membedakan fasilitas. Maka lahirlah istilah lembaga
pemasyarakatan dengan fasilitas dan pelayanan yang mewah.
Mengingat situasi ini, kita harus memikirkan cara lain untuk
membuat orang merasa malu dan membuat mereka berpikir
panjang dan keras tentang korupsi.
Hal ini dapat dicapai antara lain dengan menerbitkan
putusan-putusan yang berkekuatan hukum tetap dalam perkara
korupsi melalui media massa. Ketentuan ini dimaksudkan tidak
hanya untuk menginformasikan kepada masyarakat, tetapi juga
sebagai sanksi moral terhadap pelaku tindak pidana
korupsi.Seharusnya juga ditambah sanksi berupa perampasan hak
terdakwa dalam perkara korupsi. Hal ini sangat penting untuk
diketahui bahwa pemegang jabatan adalah orang yang bermoral
dan berintegritas tinggi.

19
Penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi harus
terintegrasi dan terkoordinasi dengan satu tujuan: pemberantasan
korupsi. Aparat penegak hukum harus dipilih dan memiliki
integritas yang tinggi. Saatnya untuk mengakhiri munculnya ego
departemen atau institusi dalam penegakan hukum. Negara juga
perlu memikirkan bagaimana membuat tingkat kesejahteraan
penegakan hukum menjadi lebih baik, tidak lebih buruk, dan
bagaimana penegakan hukum yang bersih. Jika sapu yang
digunakan untuk membersihkan adalah sapu yang kotor,
bagaimana cara membersihkannya.
D. Penanaman Nilai Anti Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi di
Perguruan Tinggi
Dalam (Ludigdo 2018) mengenai keterlibatan mahasiswa dalam
pemberantasan korupsi tidak hanya dalam pendidikan yang berkualiatas,
melainkan penegakan hokum bagi aparat penegak hokum tidak jauh dari
tindakan pemberantasan, suatu kebijakan anti korupsi sudah dirancang
dengan baik, namun dalam upaya penegakannya masih terbilang jauh
dari kata “mampu” maka sama saja perilaku anti korupsi tidak mampu
bergerak secara maksimal.
Penelitian yang sama dilakuan bahwa dalam lingkungan
universitas kasus korupsi yang terjadi adalah kasus yang dilakukan
dalam bidang infrastruktur dimana bangunan menjadi ajang gengsi
dalam branding kampus. Namun dibalik itu semua, perilaku korupsi
secara kecil hingga besar sudah terjadi sejak pimpinan kampus
melakukan pengeluaran anggaran yang terbatas dan memaksimalkan
segala cara dalam mewujudkan keinginan tersebut, sehingga dari
kejadian tersebut kalangan pengajar bersedia menaikan intensif harga
pendidikan bahkan rela membayar lebih untuk mewujudkan
pembangunan dengan gengsi yang tinggi.
Dari kasus tersebut ambisi dari seorang pemimpin dikalangan
universitas setidaknya menghasilkan perilaku korupsi, dalam penelitian

20
yang sama dilakukan sebelumnya setidaknya ada enam cara korupsi
diruang lingkup perguruan tinggi :
 Melakukan penyalahgunaan terhadap kontrak supplai
infrastruktur
 Menahan pembangunan untuk memeras lebih biaya suuap
 Menyalahgunakan kekuasaan terhadap kontraktor atau
vendor yang diberikan kepada keluarga terdekat
 Menyediakan pembayaran pelayanan yang tidak seharusnya
diberikan
 Anggaran biaya yang dibebankan bersifat illegal
 Penyalahgunaan biaya sumbangan yang diberikan

Poin berikutnya adalah dapatkan sector universitas maupun lahan


yang menjadi tempat mahasiswa atau agent of change ditempa
menghasilkan individu yang memahami anti korupsi, dalam artikel
skripsi serta penelitian yang dilakukan oleh (Syairah 2020) dicantumkan
bahwa pendidikan anti korupsi serta pendidikan kewarganegaraan
memliki peran penting dalam transfer ilmu serta moral yang dilakukan
oleh tenaga pendidik kepada penerima pendidikan. Dalam UU RI No 20
Tahun 2003 mengenai system pendidikan nasional pada pasal 3 yang
mencantumkan bahwa pendidikan nasional berfungsi dalam
mengembangkan peradaban bangsa dan mencerdaskan suatu kehidupan,
selain itu juga tidak terlepas dari aspek spiritualitas terhadap tuhan.
Dari hasil penelitian tersebut ada beberapa poin aspek yang
disampaikan oleh informan yakni
 Penegasan kebijakan yang dikeluarkan antara pemerintah
dengan kampus mengenai kebijakan pendidikan wajib anti
korupsi dan kewarganegaraan
 Dukungan pihak kampus kepada tenaga pendidik mengenai
pentingnya pendidikan anti kroupsi yang diberikan

21
Adapun beberapa kendala yang dihadapi dalam mewujudkan keinginan aspek
dalam pendidikan anti korupsi serta pendidikan kewarganegaraan, tergolong
menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal.

V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian literature review yang dilakukan, temun
temuan kasus korupsi di Indonesia menyebabkan potensi kerugian yang
menimbulkan kemiskinan hingga menganggu system perekonomian
Negara. Pendidikan anti korupsi menjadi program utama yang harus
dilakukan secara masif khususnya di lingkungan perguruan tinggi.
Pendidikan anti korupsi dapat berjalan dengan baik jika kebijakan
serta poin poin akuntabilitas dapat terpenuhi, selain itu juga nilai dan
prinsip anti korupsi tidak hanya dilakukan oleh para mahasiswa di
perguruan tinggi melainkan para stackeholder dan pejabat penegak
kebijakan yang mampu menegakan bersama sama.
B. Saran Rekomendasi
Pendidikan anti korupsi dinilai menjadi salah satu strategi
pemberantasan korupsi karena dapat menciptakan ekosistem budaya anti
korupsi dalam membangun karakter generasi muda. Mahasiswa sebagai
generasi muda memiliki karakteristik intelektualitas, jiwa muda, dan
idealisme. Dengan karakteristik tersebut peran mahasiswa sebagai Agent
of Change, diharapkan mampu untuk menyuarakan kepentingan rakyat,
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan menjadi watchdog
bagi lembaga-lembaga dan penegak hukum.

22
DAFTAR PUSTAKA

Afkar, T. (2018 ). Analisis Penerapan Prinsip Sistem Keuangan Syariah Dalam


Nilai-Nilai Anti Korupsi: Kedisiplinan, Tanggung Jawab, Kerja Keras.
Prosiding Conference on Economic & Business Adi Buana University of
Surabaya. Surabaya: CEBA.
Aslam, N. (n.d.). Pencegahan Korupsi di Sektor BUMN dalam Perspektif
Pelayanan Publik di Indonesia. Jurnal Antikorupsi, Vol. 7, No. 2 , 359-372.
Atnan, N. (2014). Fenomena Korupsi Pejabat Publik di Jawa Barat. JKMP, Vol. 2,
No. 2, Edisi September, 103-220.
Aziz, H. (2016). Mengintegrasikan Nilai-Nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan
Agama Islam, Vol. XIII, No. 1, Edisi Juni.
Fazzan. (2015). Korupsi di Indonesia dalam Perspektif Hukum Pidana Islam.
Jurnal Ilmiah Islam Futura, Vol. 14. No. 2, Edisi Februari , 146-165.
Hapsari, M. A. (2020). Konsep Internalisasi Integritas dan Nilai-Nilai Pancasila
dalam Sistem Hukum sebagai Upaya Penanggulangan Korupsi. Media
Syari’ah, Vol. 22, No. 2.
Hasanah, S. U. (2018). Kebijakan Perguruan Tinggi dalam Menerapkan
Pendidikan Anti Korupsi. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2,
No. 1, Edisi Juni , 1-13.
Nanggala, A. (2002). INTERNALISASI NILAI-NILAI ANTI KORUPSI
MELALUI . Jurnal Global Citizen, Vol. 9, No. 1.
Setiadi, W. (2018). Korupsi di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan
Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi). Jurnal Legislasi Indonesia, Vol.
15 No. 3, Edisi November, 249-2602.
Surbakti, K. (2021). Analisis Kebijakan Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan
Tinggi. Justiqa, Vol. 03, No. 01, Edisi Februari.
Suryani, I. (2015). Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi di Lembaga Pendidikan
Perguruan Tinggi Sebagai Upaya Preventif Pencegahan Korupsi. Jurnal
Visi Komunikasi, Vol. 14, No. 02, Edisi November, 285-301.
Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. (2011). Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Hukum
Kepegawaian.
Anon. n.d.-a. “ICW: Ada 553 Penindakan Kasus Korupsi 2021, Potensi Kerugian
Negara Rp 29,4 Triliun.” Retrieved October 16, 2022
(https://nasional.kompas.com/read/2022/04/18/12231061/icw-ada-553-
penindakan-kasus-korupsi-2021-potensi-kerugian-negara-rp-294).
Anon. n.d.-b. “Ini Daftar 3 Kasus Korupsi Terbesar RI, Nyaris Samai BLBI -
Halaman 2.” Retrieved October 16, 2022
(https://www.cnbcindonesia.com/market/20220817183001-17-364517/ini-
daftar-3-kasus-korupsi-terbesar-ri-nyaris-samai-blbi/2).
Anon. n.d.-c. “Wajib Waspada! Ini 5 Korupsi Yang Sering Dilakukan Mahasiswa
Di Kampus.” Retrieved October 16, 2022
(https://www.idntimes.com/life/education/gustyan/korupsi-mahasiswa-di-
kampus-c1c2).

23
Ludigdo, Unti. 2018. “Korupsi Di Perguruan Tinggi.” Jurnal Transformative
4(1):1–12.

24

Anda mungkin juga menyukai