Anda di halaman 1dari 18

MOTIVASI KERJA PENYULUH ANTI KORUPSI

(Work Motivation of Anticorruption Instructor)

Cahyo Harry Sancoko¹, Rini Sugiarti2 . Fendy Suhariadi3


1
Magister Psikologi, Universitas Semarang. Semarang, 2Fakultas Psikologi, Universitas
Semarang, Semarang, 3Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, Surabaya
1
harrysancoko@gmail.com , 2riendoe@usm.ac.id 3fendy.suhariadi@psikologi.unair.ac.id

Abstract
This study purpose to determine the work motivation of anticorruption instructor in
conducting education and campaigns to the public. This study uses a qualitative method.
In this study using one variable, Work Motivation. Data collection was carried out through
interviews and document study. From the research conducted, it was found that the work
motivation of the anticorruption instructor in carrying out their activities; self-learning,
awareness of the dangers of corruption, values of integrity, a role model for colleagues
and society, the satisfaction of conducting Anticorruption Counseling, wishes of a good
public servant, assistance and support from colleagues and supervisors, many cases of
corruption, support from the Anti Corruption Learning Center KPK. While the conclusion
of this study is that there are two groups of work motivation for anticorruption instructor;
Internal Motivation and External Motivation
Keywords : Anti-corruption, Anticorruption Instructor, , Integrity, Integrity Values, Work
Motivation
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Motivasi Kerja Penyuluh Antikorupsi dalam
melakukan edukasi dan kampanye kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan
Metode Kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu Motivasi Kerja.
Pengumpulan data dilakukan melalui Wawancara dan Study Dokumen. Dari penelitian
yang dilakukan didapatkan hasil bahwa Motivasi Kerja Penyuluh Antikorupsi dalam
melakukan aktifitasnya antara lain; pembelajaran diri, kesadaran bahaya korupsi,
keinginan menanamkan nilai-nilai integritas, ingin menjadi teladan bagi rekan kerja dan
masyarakat sekitar, kepuasan melakukan Penyuluhan Antikorupsi, keinginan pelayanan
publik yang baik, bantuan dan dukungan dari rekan kerja dan atasan, masih banyaknya
kasus korupsi, dukungan dari Pusat Edukasi Anti Korupsi Komisi Pemberantasan
Korupsi. Sedangkan kesimpulan dari Penelitian ini adalah ada dua kelompok Motivasi
Kerja Penyuluh Antikorupsi yaitu Internal Motivasi dan Eksternal Motivasi.
Kata Kunci : Antikorupsi, Integritas, Motivasi Kerja, Nilai-Nilai Integritas, Penyuluh
Antikorupsi.

Pendahuluan
Korupsi merupakan fenomena yang tak bisa dilepaskan oleh setiap negara yang
ada di dunia. Isu Korupsi masih menjadi suatu hal yang sangat seksi dan sering dijumpai
dalam praktik kehidupan yang ada. Dalam bagian pengantar buku Kapita Selekta dan
Beban Biaya Sosial Korupsi yang diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi dikatakan
tindak pidana korupsi telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perbuatan kotor yang dilakukan para penyelenggara negara dan pejabat negara itu
bahkan lebih besar; yakni terampasnya hak-hak rakyat dan masyarakat luas, hak
menikmati pembangunan, hak hidup layak karena mereka dililit kemiskinan, hak
mendapat pendidikan yang ideal, dan bahkan hak-hak dasar hidup lainnya yang
mestinya didapatkan siapa pun. Tapi karena korupsi yang makin merajalela, semua itu
nyata di depan mata kita. Dan mirisnya, kondisi itu terjadi di negeri kita tercinta:
Indonesia.1 Oleh karena itu Korupsi menjadi musuh bersama selruh negara yang ada di
dunia ini.
Bahkan karena sangat berbahayanya korupsi bagi kelangsungan hidup
masyarakat tindakan pidana korupsi dimasukkan dalam extra ordinary crime atau
kejahatan luarbiasa. Dimasukkan tindak pidana korupsi sebagai salah satu bentuk
kejahatn luarbiasa menjadi peringatan bagi kita bahwa dampak dari tindak pidana
korupsi sangatlah luar biasa.
Korupsi di Indonesia sendiri telah ikut serta dalam perjalanan sejarah di negeri
ini. Semenjak Negara Indonesia belum lahir praktik dari korupsi telah mewarnai sendi-
sendi kehidupan bermasyarakat di negeri ini. Mulai dari jaman kerajaan, jaman
penjajahan, jaman Orde Lama, jaman Orde Baru dan juga dijaman sekarang yang sering
disebut dengan jaman Reformasi ini, korupsi terus berevolusi mengikuti perkembangan
jamannya.
Salah satu hal untuk menilai tingkat korupsi yang terjadi disuatu negara adalah
dengan melihat Indeks Persepsi Korupsi yang ada di Negara tersebut. Indeks Persepsi
Korupsi akan di ukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 100. Berdasarkan penelitian
dari Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia ditahun 2020
sebesar 37. Artinya masih perlu perjuangan yang cukup keras dalam melawan tindakan
korupsi yang ada.
Sebagai upaya dalam melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi yang ada di
Indonsia maka dibentuklah suatu Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
untuk selanjutnya disebut Komisi Pemberantasan Korupsi. Ada 3 strategi yang
dijalankan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi guna melakukan upaya pemberantasan
korupsi, ketiga strategi tersebut adalah
1. Penindakan (Reperedif)
Strategi Represif adalah upaya penindakan hukum untuk menyeret koruptor ke
pengadilan. Hampir sebagian kasus korupsi terungkap berkat adanya pengaduan
masyarakat. Pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber informasi yang
sangat penting untuk diteruskan oleh KPK .
Tujuan dari strategi ini adalah agar orang takut melakukan korupsi.
2. Edukasi dan Kampanye
Edukasi dan kampanye adalah strategi pembelajaran pendidilan Antikorupsi
dengan tujuan membangkitkan kesadarn masyarakat mengenai dampak korupsi ,
mengajak masyarakat untuk terlibat dalam gerkan pemberantasan korupsi serta
membangun perilaku dan budaya anti korupsi. Tidak hanya untuk masyarakat
umum dewasa dan mahasiswa namun juga kepada anak usia dini, taman kanak-
kanak dan juga sekolah-sekolah dasar. Dalam melakukan Edukasi dan Kampanye ini
Komisi Pemeberantasan Korupsi dibantu oleh Penyuluh Antikorupsi.
Guna melakukan pengakuan kompetensi Penyuluh Antikorupsi maka Komisi
Pemberantasan Korupsi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi KPK juga melakukan
Sertifikasi terhadap Penyuluh Anti Korupsi.
Tujuan dari strategi Edukasi dan Kampanye adalah agar masyarakat tidak mau
melakukan korupsi.
1
Komisi Pemberantasan Korupsi , Kapita Selekta dan Beban Biaya Sosial Korupsi, (Jakarta, Direktorat
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi, 2015)
hal VI
3. Perbaikan Sistem
Banyak sistem di Indonesia yang memberikan peluang terjadinya tindak pidana
korupsi. Sistem yang baik bisa meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi.
Maka dari itu diperlukan perbaikan sistem misalnya :
 Mendorong transparansi penyelenggara negara seperti yang dilakukan KPK
menerima laporan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggar Negara) dan
juga menerima laporan Gratifikasi
 Memberikan rekomendasi kepada kementerian dan lembaga terkait untuk
melakukan langkah-langkah perbaikan.
 Memodernisasi pelayanan publik dengan online dan sistem pengawasan yang
terintegrasi agar lebih transparan dan efektif.
Tujuan dari strategi ini adalah agar tidak bisa melakukan korupsi. 2
Sebagai mitra Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan edukasi dan
kampanye tentang korupsi dengan tujuan untuk melakukan pencegahan tindak pidana
korupsi maka Penyuluh Antikorupsi memegang peran penting dalam mensukseskan
grand strategi pemberantasan korupsi. Ibarat memberantas sebuah penyakit, maka
pemberantasan penyakit tidak hanya bisa dilakukan dengan pengobatan atau
melakukan operasi penyembuhan penyakitnya, namun upaya mencegah penyakit itu
timbul merupkan hal yang sangat penting. Disinilah usaha Penyuluh Antikorupsi dalam
melakukan edukasi dan kampanye kepada seluruh elemen masyarakat yang ada di
Indonesia menjadi sangat penting.
Meski terkesan kurang “menarik” atau kurang “atraktif”, namun sejatinya
pencegahan merupakan terapi yang cukup ampuh dalam pemberantasan korupsi.
Pemberantasan korupsi melalui pencegahan lebih bersifat “jangka panjang”, karena
antara lain terkait dengan penanaman nilai-nilai antikorupsi dan pembentukan
karakter. Hal ini berbeda dengan upaya penindakan, yang lebih bersifat shock therapy
dan penumbuhan efek jera.3
Dalam menjalankan aktifitas sehari-harinya Penyuluh Antikorupsi mempunyai
latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Teramasuk didalamnya juga ada yang
berprofesi sebagai guru dan dosen. Peran guru yang sekaligus sebagai Penyuluh
Antikorupsi menjadi hal yang cukup penting dalam menanamkan Nilia-Nilai
Antikorupsi kepada siswanya, dengan pendidkan Antikorupsi sejak dini diharapkan
Nilai-Nilai Antikorupsi ini bisa menyatu dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Jika
pendidikan yang dibangun oleh sekolah bebas dari tindak korupsi maka dapat
dipastikan siswa akan meneladani sikap dari pendidik mereka, begitupun sebaliknya
jika pendidik dan tenaga kependidikan banyak melakukan tindak korupsi maka di
antara siswa pun akan ada yang mengikuti perbuatan tindak korupsi. 4 Apapun profesi
yang mereka jalani sebagai Penyuluh Antikorupsi tentunya harus memeiliki konsep dan
strategi dalam melakukan edukasi dan kampanye pencegahan korupsi. Dalam Journal of
Development and Social Change, Vol. 1, No. 2, Oktober 2018, Ahmad Zuber Mengatakan
Pemikiran mengenai pendidikan berkarakter menjadi sangat penting di tengah upaya
penyelenggaraan pendidikan anti-korupsi. Kurikulum pendidikan anti-korupsi
merupakan konsep yang ditawarkan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi. 5
Penanaman nilai-nilai Antikorupsi yakni Berani, Jujur, Mandiri, Peduli, Adil, Disiplin,
2
https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/3-strategi-pemberantasan-korupsi
3
Komisi Pemberantasan Korupsi, Pengantar Kelembagaan Anti Korupsi (Jakarta, Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi, 2015) hal 64
4
Nadri Taza, Helmi Aziz , Mengintegrasikan Nilai-Nilai Antikorupsi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah Menengah Atas, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 1, Juni 2016
Kerjakeras, Tanggungjawab dan Sederhana haruslah segera ditanamkan kepada siswa
dalam penyelenggaraan pendidikan Antikorupsi. Ada 10 Soft Skill yang mempengaruhi
peluang kesuksesan karir seorang siswa yang cerdas berbakat, yakni pembelajaran
yang berkelanjutan, orientasi yang benar dan pemikiran futuristik, usaha dan tanggung
jawab, pekerja keras, aktif mengajukan pertanyaan, antusias, manajemen diri, getaran
positif kepada tim atau teman sekelas, empati, dan menghormati orang lain.6 Dari ke 10
Soft Skill tersebut diantaranaya adalah merupakan Nilai-Nilai Antikorupsi.
Selain itu perkembangan teknologipun dimanfaatkan oleh Penyuluh Antikorupsi
dalam memberikan edukasi dan kampanye terhadap masyarakat. Dengan menggunakan
hasil dari perkembangan tekonologi missal dengan menggunakan media sosial akan
semakin memperluas jangakauan dari penyuluhan yang dilakukan, dan ini tentu akan
menambah kepuasan kerja dari Penyuluh Antikorupsi. Dalam sebuah penelitian
dikatakan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara sarana
pendukung teknologi informasi terhadap kepuasan kerja.7 Dengan adanya Penyuluh
Antikorupsi ini diharapkan tentunya bisa menaikkan nilai Indeks Persepsi Korupsi di
Indonesia. Peningkatan Indeks Persepsi Korupsi ini sangat penting bagi negara
Indonesia. Banyak berbagai jurnal yang mengupas betapa pentingnya Persepsi Korupsi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Aiaz Rajasa dalam dalam Jurnal EKSEKUTIF
Volume 11 yang terbit di tahun 2014 mengatakan bahwa adanya hubungan positif yang
kuat antara tingkat pembangunan manusia dan persepsi korupsi di negara-negara
anggota APEC.8 Indonesia sebagai salah satu negara APEC yaitu negara-negara anggota
kerjasama ekonomi asia – pasific tentunya harus meningkatkan Indeks Persepsi
Korupsi dengan harapan nantinya juga berpengaruh terhadap pemabangunan
manusianya. Sedangkan untuk di Negara-Negara yang berada di Asia Tenggara juga
diperoleh adanya pengaruh korupsi dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap
pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara selama 18 tahun periode
penelitian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial korupsi dan Indeks Pembangunan
Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-
negara di Asia Tenggara.9
Guna meningkatkan pendapatan negara Pajak memegang salah satu peranan
penting guna menunjang pemasukan negara. Persepsi Korupsi masyarakat mempunyai
dampak dalam mempenagaruhi pembayaran pajak masyarakat. Persepsi korupsi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
karyawan.10 Hal ini dituliskan oleh Arif Fajar Wibisono dan Yudha Catur Kusuma N
dalam Jurnal Riset Manajemen Vol 4 No 2 Juli 2017 yang berjudul Analisis Persepsi
Korupsi Pajak dan Iklim Organisasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Karyawan, Pernyataan ini juga didukung oleh Rika Kartika, Ulfi Jefri, dan Fuzi Suhartati

5
Ahmad Zuber, Strategi Entikorupsi Melalui Pendekatan Pendidikan Formal Dan KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) Journal of Development and Social Change, Vol. 1, No. 2, Oktober 2018: P.178-190 p-ISSN 2614-5766,
https: //jurnal.uns.ac.id/jodasc
6
Rini Sugiarti , Fendy Suhariadi dan Erwin Erlangga, The Chance of Gifted Intelligent Students’ Success in
Career, Indian Journal of Public Health Research & Development, Jilid 9 Terbitan 9 Tahun 2018
7
Harjanto, Kesi Widjajanti dan L. Rini Sugiarti Sarana TeknologiI Dan Budaya Organisai Terhadap Kepuasan
Kerja Dimediasi Sistem Informasi, Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Jilid 13 Terbitan 3, tahun 2020
8
Aiaz Rajasa, Analisis Hubungan Tingkat Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Persepsi Korupsi Pada
Negara-Negara Anggota APEC, Jurnal Eksekutif Vol 11 Juni tahun 2014
9
Muhammad Fajar, Zul Azhar , Indeks Persepsi Korupsi Dan Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Negara-Negara Asia Tenggara, EcoGen Volume 1 Nomor 3 September Tahun 2018
10
Arif Fajar Wibisono dan Yudha Catur Kusuma N, Analisis Persepsi Korupsi Pajak dan Iklim Organisasi
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Ornag Pribadi Karyawan, Jurnal Riset Manajemen Vol 4 No 2 Juli tahun 2017
dalam Jurnal yang berjudul Pengaruh Persepsi Korupsi Dan Kualitas Pelayanan Fiskus
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Cilegon yang di terbitkan di Jurnal Rekaman Vol 4 No 1 Februari 2020 yang menyatakan
bahwa persepsi korupsi berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Persepsi korupsi berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Persepsi korupsi dan kualitas pelayanan fiskus berpengaruh signifikan secara bersama-
sama terhadap kepatuhan wajib pajak.11
Persepsi Potensi Korupsi juga mempengaruhi daya saing dan kemudahan dalam
dunia usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi potensi korupsi memiliki
hubungan kuat dengan persepsi daya saing dan kemudahan berusaha, tetapi belum
memiliki hubungan dengan pertumbuhan ekonomi.12
Dalam menanamkan Nilai-Nilai Antikorupsi kepada masyarakat tentunya
Penyuluh Antikorupsi memiliki Motivasi dalam melakukan pekerjaannya. Motivasi
Kerja dari Penyuluh Anti Korupsi ini menjadi hal menarik untuk di teliti. Mengingat
sebagai Penyuluh Antikorupsi yang mendapat sertifikasi dari LSP KPK, Penyuluh
Antikorupsi bukanlah secara langsung menjadi pegawai Komisi Pemberantasan
Korupsi.
Bahkan tak jarang kita jumpai para Penyuluh Antikorupsi ini dalam
melaksanakan edukasi dan kampanye pencegahan korupsi sering menggunakan dana
pribadi. Maka menjadi hal yang sangat menarik untuk meneliti lebih dalam Motivasi
Kerja Penyuluh Antikorupsi dalam melakukan Edukasi dan Kampanye Mitigasi Korupsi.
Dalam KBBI Penyuluh diartikan sebagai Pemberi penerangan; penunjuk jalan;
orang yang menyuluh.13
Penyuluh juga diartikan orang yang memiliki peran , tugas atau profesi yang
memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat. 14
Antikorupsi sendiri dapat dikatakan sebagai sikap atau perilaku untuk tidak
mendukung tindakan atau perbuatan yang bisa merugikan keuangan negara. Atau
dengan kata lain Antikorupsi merupakan sikap atau perilaku untuk menentang adanya
korupsi.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa Penyuluh Antikorupsi adalah orang yang
memiliki peran, tugas atau profesi yang memberikan pendidikan, bimbingan dan
penerangan kepada masyarakat agar masyarakat memiliki sikap dan perilaku untuk
tidak mendukung dan tidak berbuat sesuatu yang merugikan keuangan negara.
Dalam upaya mendukung percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia agar
lebih efektf, profesional, dan berdampak, KPK membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP) yang bersifat indenpenden. LSP KPK bertujuan meningkatkan kompetensi para
pemangku kepentingan di bidang antikorupsi melalui penyelenggaraan sertifikasi
kompetensi.15
Salah satu kegiatan LSP KPK dalam memberikan penguatan terhadap Penyuluh
Antikorupsi adalah dengan diadakannya Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi. Adanya
sertifikasi Penyuluh Antikorupsi ini untuk menstandardkan kompetensi yang dimiliki
11
Rika Kartika, Ulfi Hefri, Fauzi Sutarti , Pengaruh Persepsi Korupsi dan Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cilegon, Jurnal Rekaman Vol 4 No 1
Februari tahun 2020
12
Posma Sarigunna Johnson Kennedy, Hubungan Persepsi Potensi Korupsi , Daya Saing dan Kemudahan
Berusaha Serta Dampaknya Pada Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Analisa Data Dari Survey Persepsi Korupsi)
Ikraith – Humaniora, Vol 1 No. 2 November Tahun 2017
13
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penyuluh
14
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-penyuluh/
15
https://kpk.indonesia-kompeten.com/sejarah-lsp
oleh Penyuluh Antikorupsi dalam meberikan edukasi dan kampanye berkenaan dengan
upaya pencegahan korupsi. Naum bukan berarti Penyuluh Antikorupsi yang belum
tersertifikasi oleh LSP KPK dianggap tidak mampu melakukan edukasi serta kampanye
pencegahan korupsi kepada masyarakat. Karena sampai dengan saat ini tidak semua
Penyuluh Antikorupsi ikut melakukan sertifikasi di LSP KPK.
Dalam melakukan sertifikasi kepada Penyuluh Antikorupsi LSP KPK memiliki 2
jalur, yakni jalur Pendidikan dan Pelatihan serta jalur Pengalaman. Melalui kriteri dan
proses yang sudah ditentukan oleh LSP KPK dan tentunya sesuai dengan Standard
Kompetensi Kerja Nasional Indoneisa (SKKNI) penyuluh antikorupsi yang ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 303 Tahun
2016 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori
Aktivitas Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok Aktivitas Profesional, Ilmiah,
dan Teknis Lainnya Bidang Penyuluhan pada Jabatan Kerja Penyuluh Antikorupsi.
Motivasi sering, diartikan dengan istilah dorongan, yang berarti tenaga yang
menggerakkan jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif merupakan “driving
force” seseorang, untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Setiap orang mempunyai motif diri yang tentu bisa berbeda antara orang yang satu
dengan yang lainnya.16
Motivasi merupakan proses didalam diri seseorang yang dihipotesiskan sebagai
penjelasan mengenai perilaku seseorang namun tidak diukur dan diamati secara
langsung. Motif atau motivasi dipakai untuk menunjukkan suatu keadaan dalam diri
seseorang yang berasal dari adanya suatu kebutuhan, dan motif inilah yang
mengaktifkan atau membangkitkan perilaku yang biasanya tertuju pada pemenuhan
kebutuhan tadi.17
Secara sederhana dapat dibedakan dua bentuk motivasi kerja. Kedua bentuk tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Motivasi Intrinsik. Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari
dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya
atau manfaat/makna pekerjaan yang dilaksanakannya. Dcngan kata lain motivasi
ini bersumber dari pekerjaan yang dikerjakan, baik karena mampu memenuhi
kebutuhan, atau menyenangkan, atau memungkinkan mencapai suatu tujuan,
maupun karena memberikan harapan tertentu yang positif di masa depan.
Misalnya pekerja yang bekerja secara berdedikasi semata-mata karena merasa
memperoleh kesempatan untuk mengaktualisasikan atau mewujudkan realisasi
dirinya secara maksimal.
2. Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari
luar diri pekerja sebagai individu, bcrupa suatu kondisi yang mengharuskannya
melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam
bekerja karena upah/gaji yang tinggi, jahatan/posisi yang terhormat atau
memiliki kekuasaan yang bcsar, pujian, hukuman dan lain-lain. 18
Robbins (2008) menjelaskan bahwa kepuasan kerja seseorang dapat diukur melalui
lima indikator yang diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Kepuasan dengan gaji, yaitu upah yang didapatkan oleh seseorang telah sesuai
dengan upaya/usaha yang sudah dilakukan dan sesuai dengan upah yang
semestinya diterima oleh orang lain pada posisi kerja yang sama.

16
Priyono Marnis, Manajemen Sumber Daya Manusia, Zifatama Publisher,, 2008 hal 265
17
Dr, Arie Arum Wardani, Psikologi Kesehatan Bu 1, Percetakan Galangpress,2011 hal 217
18
Priyono Marnis, Manajemen Sumber Daya Manusia, Zifatama Publisher,, 2008 hal 283 - 284
2. Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri, yaitu dimana pekerjaan yang dilakukan
dapat memberikan kesempatan seseorang untuk mempelajari dan memperoleh
suatu tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk
pekerjaan yang menarik.
3. Kepuasan dengan promosi, yaitu memberikan kesempatan bagi setiap karyawan
dengan kesempatan yang sama agar dapat meraih atau mencapai jabatan
tertentu yang lebih tinggi.
4. Kepuasan dengan sikap atasan, yaitu sejauh mana sikap atasan mau memberikan
kesempatan berupa bantuan secara teknis dan mendukung pekerjaan bawahan.
5. Kepuasan dengan rekan kerja, yaitu rekan kerja dapat memberikan bantuan
secara teknis dan mampu secara sosial menjalin hubungan baik.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apa dan Bagaimana Motivasi
Kerja Penyuluh Antikorupsi. Dengan latar belakang yang berbeda-beda tentunya
Penyuluh Antikorupsi mempunyai Motivasi yang beragam dalam menjalankan
aktifitasnya melakukan Penyuluhan Korupsi Kepada Masyarakat.

Metode
Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif, dimana dalam penelitian ini
menghasilkan dan megolah data yang sifatnya Diskriptif dari transkrip dan rekaman
wawancara. Dengan menggunakan Metode Penelitian Kualitatif ini nantinya diharapkan
dapat ditemukan data-data yang lebih mendalam yang terkadang tidak dapat dicapai
dengan menggunaan metode-metode statistik atau cara lain dengan penghitungan
kuantifikasi.
Penelitian ini menggunakan strategi pendekatan Fenomenologi yaitu model atau
desain dalam penelitian kulitatif yang bertujuan membuat deskripsi tentang kesadaran
dan pengalaman yang ada dalam diri individu tentang suatu fenomena. Model penelitian
fenomenologi memfokuskan penelitiannya pada cara-cara individu berinteraksi dengan
dunia fenomena. Penelitian Fenomenolog adalah model dalam penelitian kualitatif yang
melakukan eksplorasi secara rinci dan mendalam pengalaman hidup personal seeorang
dalam upaya membuat deskripsi cara seseorang memberi makna terhadap dunia
personal dan dunia sosialnya.19
Dalam penelitian Kualitatif ini peran peneliti adalah sebagai perencana pelitian,
Pengumpul Data, Penganalisis Data hingga akhirnya sebagai Pencetus Penelitian. Pada
penelitian kualitatif Peneliti atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul
data utama, atau dengan kata lain peneliti adalah hal kunci untuk melakukan penelitian.
Selain berperan sebagai Pengumpul Data, Penganalisis Data hingga akhirnya sebagai
Pencetus Penelitian, peneliti juga menempatkan dirinya sebagai teman dan rekan
diskusi dari sujek yang dijadikan informan. Dengan menempatkan diri sebagi teman
dan rekan diskusi dari subjek yang dijadikan informan diharapkan nantinya subjek yang
dijadikan informan bisa lebih terbuka dan lebih detail dalam mengungkap fenomena
yang diteliti. Semakin percaya dan terbuka subjek yang dijadikan informan kepada
peneliti maka akan didapatkan informasi yang jujur sesuai dengan apa yang dirasakan
dan dialami oleh subjek yang menjadi informan tersebut.
Dalam penelitian kali ini Wawancara dilakukan secara Langsung atau face to face
dan juga dengan menggunakan media berupa Telepone. Wawancara dilakukan oleh
peneliti dengan panduan Pedoman Umum yang terlebih dahulu dibuat oleh Peneliti.
Pedoman umum ini berisikan isu-isu dari tema yang dibahas guna menjawab rumusan
19
Fattah Hanueawan dan Fendi Suhariadi, Filsafat Ilmu Psikologi, PT Remaja Roesdakarya , 2019
masalah yang ada. Guna mendapat gambaran yang lebih luas dan detail dari
permasalahn yang dibahas Peneliti sengaja tidak melakukan batasan pertanyaan yang
akan diajukan, pertanyaan dalam wawancara bisa berkembang namun dengan tetap
pada isu-isu yang ada dalam tema yang dibahas.
Wawancara dilakukan pada Subjek Utama yaitu subjek yang menjadi Pusat
untuk menggali informasi. Wawancara ini akan diproses dengan transkrip dan dianalisa
sehingga menjadi hasil penelitian.
Selama proses penelitian, Peneliti juga melakukan Study Dokumentasi. Hal ini
dilakukan dengan mengumpulkan Jurnal yang berkaitan dengan Permasalahan dalam
Penelitian ini serta Dokumen Publik lainnya seperti Artikel di Media, Berita dari Koran,
atau Laporan-Laporan dari Organisasi baik itu Organisasi Pemerintah ataupun
Organisasi Non Pemerintah.
Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah Penyuluh Antikorupsi
yang telah mendapatkan Sertifikasi dari LSP KPK, dan tentunya bersedia untuk menjadi
sumber data dari penelitian ini.
Informan yang akan di jadikan sumber data nantinya akan mewakili karakteristik dari
Penyuluh Antikorupsi itu sendiri, yakni
 Informan terdiri dari laki-laki dan perempuan
 Informan memeliki latar belakang Pekerjaan yang berbeda-beda
 Informan telah mendapaktak sertifikasi sebagi Penyuluh Antikorupsi oleh LSP
KPK
Tahapan Analisis Data dilakukan oleh peneliti setlah peneliti mengumpulkan
semua data-data yang diper0leh dari Wawancara dan Study Dokumentasi. Data-data
yang ada perlu untuk dilakukan reduksi data yang disesuaikan dengan rumusan
permasalahan yang telah ada, sehingga data-data yang ada tidak melenceng jauh dari
penelitian yang dilakukan. Setelah dilakukan Reduksi data maka langkah selanjutnya
adalah dilakukan penyajian data. Data yang sudah ada akan diproses dan dikemas
dalam bentuk deskriptif sehingga bisa menjawab secara sistematis dan logis masalah
yang telah dirumuskan dalam penelitian.

Hasil
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana metode
pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara dilakukan secara
langsung dan juga memalui media telepon.
Sebanyak 5 informan dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Informan yang dipilh ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda antara lain
 Informan pertama, seorang mahasiswa, jenis kelamin laki-laki, telah
memperoleh sertifikasi dari LSP KPK ditahun 2020
 Informan kedua, seorang Ibu Rumah Tangga, jenis kelamin perempuan, telah
memperoleh sertifikasi dari LSP KPK ditahun 2020
 Informan ketiga, seorang Pegawai Negeri Sipil, jenis kelamin laki-laki, telah
memperoleh sertifikasi dari LSP KPK ditahun 2020
 Informan keempat, seorang Pegawai Negeri Sipil, jenis kelamin perempuan, telah
memperoleh sertifikasi dari LSP KPK ditahun 2019
 Informan kelima, seorang pegawai swasta, jenis kelamin laki-laki, telah
memperolrh sertifikasi dari LSP KPK ditahun 2020
Ada 7 isu yang dipertanyakan kepada informan guna memperoleh infomasi yang
nantinya bisa menjabarkan motivasi kerja Penyuluh Antikorupsi.
Isu pertama mengenai Latar belakang atau kenapa ingin menjadi Penyuluh
Antikorupsi; Informan pertama menjawab bahwa menjadi Penyuluh Antikorupsi
merupakan salah satu cara dia guna belajar dari realita kehidupan sehari-hari terutama
dalam hal tindak pidana korupsi dan bagaimana melakukan pemberantasan korupsi
terutama melalui Edukasi dan Kampanye. Informan Kedua menyatakan bahwa dengan
menjadi Penyulih Antikorupsi minimal dia bisa menanamkan nilai-nilai Antikorupsi
kepada anak yang dimilikinya serta berupaya untuk menjaga keluarganya dari tindakan
dan perilaku korupsi. Informan Ketiga menyatkan bahwa sebagai Pegawai Negeri Sipil
godaan untuk melakukan tindakan korupsi sangantlah besar, dengan menjadi penyuluh
Antimorupsi dia berharap bisa menjadi pagar bagi dirinya untuk tidak ikut serta
melakukan tindakan korupsi. Informan Keempat menyatakan bahwa menjaga agar
negeri ini tidak terus dihantui dengan tindakan korupsi memerlukan upaya bersama.
Untuk itu pilihan menjadi penyuluh Antikorupsi adalah salah satu cara yang dia lakukan
guna mengambil peran bersama pemberantasan korupsi dinegeri ini. Informan Kelima
menyatakan bahwa keinginan dia menjadi Penyuluh Antikorupsi berawal dari
pengalaman pribadi yang dialaminya ketika mengakses pelanan publik. Pengalaman
buruk yang dialaminya ketika mendapatkan perlakukan dari oknum Pegawai Negeri
Sipil ketika akan mengakses pelayanan publik ini akhrnya membawa dia menjadi
penyuluh Antikorupsi, dengan harapan bisa ikut berperan dalam menanamkan nilai-
nilai Antikorupsi kepada masyarakat.
Isu Kedua mengenai Tujuan Menjadi Penyuluh Antikorupsi; Informan Pertama
menyatakan sebagai Mahasiswa sudah menjadi kewajibannya untuk ikut serta
melakukan pendidikan kepada masyarakat mengenai bahaya korupsi. Dengan
mengertinya masyarakat terhadap bahaya korupsi nantinya diharapkan masyarakat
bisa sadar untuk todak ikut serta dalam tindakan dan perilaku korupsi. Informan Kedua
menyatakan bahwa menjadi kewajiban dia sebagai ibu untuk memberikan pendidikan
karakter yang baik kepada anak-anaknya, Dengan manjadi Penyuluh Antikorupsi ini dia
bertujuan agar bisa menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada anaknya dan kepada
anak-anak lain, sehingga mereka bisa menjadi generasi penerus yang mempunyai
mental Antikorupsi. Informan Ketiga mnenyatakan bahwa dengan manjadi Penyuluh
Antikorupsi dia bisa menjaga dirinya untuk tidak melakukan tindakan korupsi serta
bisa menyebarkan nilai-nilai antikorupsi kepada rekan kerjanya. Informan Keempat
menyatakan bahwa tujuan dia menjadi Penyuluh Antikoruosi adalah untuk menjadi
bagian dari gerakan bersama memberikan penyadaran kepada masyarakat umum
tentang bahaya korupsi dan pentingnya nilai-nilai Antikorupsi. Informan Kelima
menyatakan bahwa dengan menjadi Penyuluh Antikorupsi dia mempunyai tujuan bisa
memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya untuk peduli terhadap
isu korupsi ini, sehingga masyarakat sadar akan bahaya korupsi. Disamping itu dengan
menjadi Penyuluh Antikorupsi dia bertujuan untuk menyebarkan Nilai-Nilai anati
korupsi kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga masyarakat bisa melakukan
Konttrol terhadap kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah.
Isu Ketiga mengenai Arti penting menjadi Penyuluh Anti Korupsi / Makna
menjadi Penyuluh Antikorupsi; Informan Pertama menyatakan bahwa menjadi
Penyuluh Antikorupsi berarti menjadi bagian dari orang-orang yang sadar akan
pentingnya menyadarkan masyarakat tentang bahaya korupsi bagi negeri ini. Informan
Kedua menyatakan bahwa makan menjadi Penyuluh Antikorupsi adalah ketika apa yang
dia lakukan bisa menjadi sedikit atau banyak untuk menjadiakan anak-anak mempunyai
nilai-nilai integritas, sehingga bisa menjadi generasi yang Antikorupsi. Informan Ketiga
menyatakan bahwa ketika Pegawai Negeri Sipil menjadi pribadi yang mampu
mengaktualisasikan nilai-nilai integritas maka negeri ini akan selangkah lebih dekat
menuju kesejahteraan, dan dia bangga menjadi salah satu dari kelompok yang terus
mengupayakan penyadaran kepada Pegawai Negeri Sipil tentang nilai-nilai integritas
tersebut. Informan Keempat menyatakan bahwa dengan menjadi Penyuluh Antikorupsi
dia sudah ikut mengambil bagian dalam penyadaran kepada masyarakat tentang
pentingya upaya bersama memberntas korupsi. Informan Kelima menyatakan bahwa
menjadi Penyuluh Antikorupsi adalah tindak lanjut dari tidak bagusnya pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah kepada warganya disebabkan oleh perilaku dan tindakan
korupsi yang marak di negeri ini. Untuk itu dengan menjadi penyuluh antikorupsi dia
akan berusaha untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi kapada masyarakat, dan ini
menjadia kepuasan tersendiri bagi dirinya ketika masyarakat mengerti dan paham
tentang pentingnya nilai-nilai itegritas dalam kehidupan sehari-hari yang dijalani.
Isu Keempat, Kepuasan dengan gaji, yaitu upah yang didapatkan oleh seseorang
telah sesuai dengan upaya/usaha yang sudah dilakukan dan sesuai dengan upah yang
semestinya diterima oleh orang lain pada posisi kerja yang sama; Informan Pertama
menyatakan bahwa menjadi Penyuluh Antikorupsi tidak mendapatkan upah oleh
Negara. Namun bila negara memberikan perhatian dengan adanya insentif untuk
Penyuluh Antikorupsi yang telah mendapatkan Sertifikasi oleh LSP KPK tentunya
semakin memacu apa yang saat ini dia lakukan. Informan Kedua menyatakan bahwa
menjadi Penyuluh Antikorupsi berawal dari niat Ikhlas karena memang tidak ada gaji
bulanan resmi yang diberikan oleh Negara secara langsung kepada Penyuluh
Antikorupsi. Informan Ketiga menyatakan bahwa tidak ada gaji khusus sebagai
Penyuluh Antikorupsi. Sebagai Pegawai Negeri Sipil dia mendapatkan Gaji dari status
dia sebagai Pegawai Negeri Sipil pada umumnya, namun kadang bila mendapatkan
tugas untuk memberikan Penyuluhan Antikorupsi terkadang dia mendapatkan uang
transportasi. Informan Keempat menyatakan bahwa selama ini dia tidak pernah
mendapat gaji secara khusu sebagai Penyuluh Antikorupsi Informan Kelima
menyatakan bahwa dari awal dia sudah mengetahui kalau samapai dengan saat ini tidak
ada gaji khusus sebagai Penyuluh Antikorupsi.
Isu Kelima Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri, yaitu dimana pekerjaan yang
dilakukan dapat memberikan kesempatan seseorang untuk mempelajari dan
memperoleh suatu tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk
pekerjaan yang menarik ini; Informan Pertama menyatakan bahwa selama ini dia puas
dengan apa yang dilakukannya sebagai Penyuluh Antikorupsi. Informan Kedua
menyatakan bahwa dirinya bersyukur bisa manjadi Penyuluh Antikorupsi, sehingga
bisa menanamkan niai-nilai antikorupsi kepada keluarga pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Tantangan dari pekerjaan ini adalah mengubah persepsi
masyarakat bahwa korupsi sudah terlalu susah untuk diberantas. Untuk itu dia lebih
memilih memberikan penanaman nilai-nilai antkorupsi kepada anak-anak dengan
harapan ketika sudah menjadi dewasa nantinya bisa menjadi pribadi yang memiliki
mental antikorupsi. Informan Ketiga menyatakn bahwa sampai dengan saat ini dia
merasa puas bisa memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya korupsi
dan menanamkan nilai-nilai Integritas kepada masyarakat dan rekan-rekan kerjanya.
Informan Keempat menyatakan bahwa untuk pekerjaan yang dilakukan sebagai
Penyuluh Antikorupsi dia puas melakukan itu semua, namun dampak darai Pemyuluhan
yang dia lakukan dia belum puas. Informan Kelima menyatakan bahwa kepuasan dalam
menjalankan aktifitasnya sebagai Penyuluh Antikorupsi relatif, artinya terkadang dia
puas dengan apa yang telah dia lakukan namun kadang masih kurang puas dari keadaan
dimasyarakat yang masih sering dia jumpai perilaku dan tindakan korupsi.
Isu Keenam Kepuasan dengan promosi, yaitu memberikan kesempatan bagi
setiap karyawan dengan kesempatan yang sama agar dapat meraih atau mencapai
jabatan tertentu yang lebih tinggi. Informan Pertama menyatakan sebagai saat ini
sebagai mahasiswa tentunya aktifitas dia sebagai Penyuluh Antikorupsi tidaklah
memberikan pengaruh terhadap jenjang jabatan bagi dirinya. Informan Kedua
menyatakan bahwa sebagai Ibu Rumah Tangga tentunya tidak memberi pengaruh
aktifitas dia sebagai Penyuluh Antikorupsi dengan jenjang jabatan yang ada pada
dirinya. Informan Ketiga menyatakan bahwa status dia sebagai Penyuluh Antikorupsi
tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap jenjang jabatan pada pekerjaan
yang dimilikinya, namun aktifitas dia yang saat ini memberikan Penyuluhan Antikorupsi
kepada masyarakat dan rekan-rekan kerjanya membuat dia dikenal oleh atasan dan ini
secara tidak langsung memberikan dampak kepada jenjang jabatan pada perkerjaannya.
Informan Keempat menyatakan bahwa menjadi Penyuluh Antikorupsi tidaklah
memberikan pengaruh kepada jenjang jabatan yang ada pada pekerjaan yang
dimilikinya saat ini. Informan Kelima menyatakan bahwa apa yang dia lakukan sebagai
Penyuluh Antikorupsi dalam memberikan edukasi dan kampanye kepada masyarakat
tidak mempengaruhi jenjang jabatan yang ada pada pekerjaan yang dilakukannya.
Isu Ketujuh Kepuasan dengan sikap atasan, yaitu sejauh mana sikap atasan mau
memberikan kesempatan berupa bantuan secara teknis dan mendukung pekerjaan
bawahan; Informan Pertama menyatakan bahwa saat ini dia tidak memiliki atasan
karena status dia sebagai mahasiswa. Informan kedua menyatakan bahwa sebagai ibu
rumah tangga dia tidak memeiliki atasan dalam hirarki pekerjaan, namun kalau suami
boleh dikatakan sebagai atasan saat ini suaminya sangat mendukung apa yang dia
lakukan, karena suaminya juga Penyuluh Antikorupsi. Informan Ketiga menyatakan
bahwa saat ini atasan memberikan kesempatan kepada dirinya untuk melakukan
aktifitasnya sebagai Penyuluh Antikorupsi, namun dukungan penuh seperti program
khusus guna melakukan Penyuluhan Antikorupsi dari instansi dimana saat ini dia
bekerja belum ada. Informan Keempat menyatakan sikap atasan terhadap aktifitas dia
sebagai Penyuluh Antikorupsi saat ini biasa-biasa saja, artinya adanya dukungan khusus
tidak ada dan hambatan juga tidak ada. Informan Kelima mnyatakan bahwa atasannya
bersikap biasa saja dengan apa yang dia lakukan sebagai Penyuluh Antikorupsi, saat dia
melakukan aktfitas Penyuluhan Antikorupsi kepada masyarakat dengan memilih di hari
yang bukan merupakan hari kerja. Sehingga tidak terjadi permasalahan ditempat dia
bekerja.
Isu Kedelapan Kepuasan dengan rekan kerja, yaitu rekan kerja dapat
memberikan bantuan secara teknis dan mampu secara sosial menjalin hubungan baik;
Informan Pertama menyatakan bahwa rekan-rekannya sesama Penyuluh Antikorupsi
selalu saling memberikan support dalam melakukan Edukasi dan Kampanye kepada
masyarakat. Melalui komunitas yang dibangun bersama rekan-rekan sesama Penyuluh
Antikorupsi saling memberikan masukan dan koreksi terhadap kegiatan yang
dilakukan. Begitu juga dengan rekan-rekan sesama mahasiswa, mereka juga
memberikan bantuan kepada dia ketika memerlukan bantuan guna melakukan kegiatan
Penyuluhan Antikorupsi Informan Kedua menyatakan bahwa rekan-rekan sesama
Penyuluh Antikorupsi memebrikan dukungan kepada dia dengan apa yang dia lakukan
sebagai Penyuluh Antikorupsi. Dukungan ini berupa materi-materi Penyuluhan
Antikorupsi dan saling membrikan semangat dalam melakukan Penyuluhan kepada
masyarakata. Dari KPK sendiri melalui Pusat Edukasi Antikorupsi memebrikan
dukungan kepada setiap Penyuluh Antikorupsi dalam melakukan Edukasi dan
Kampanye kepada masyarakat tentang bahaya korupsi. Informan Ketiga menyatakan
bahwa untuk rekan kerja sebagai Pegawai Negeri Sipil kadang memberikan bantuan
kapada dia dalam melakukan Penyuluhan Antikorupsi, namun tidak semuanya
memandang bahwa apa yang dilakukannya itu penting, ada kalanya dia juga mendapat
pandangan yang kurang baik atau terkesan sinis dari rekan kerjanya sesama Pegawai
Negeri Sipil. Namun kalau untuk sesama Penyuluh Antikorupsi, semua saling
mendukung dan memberi support. Informan Keempat menyatakan bahwa sesama
Penyuluh Antikorupsi saling memerikan support dan bantuan dalam melakukan
Penyuluhan Antikorupsi kepada masyarakat. Untuk rekan kerja sesama Pegawai Negeri
Sipil biasa-biasa saja. Informan Kelima Menyatakan bahwa untuk rekan kerja dimana
dia bekerja saat ini sering membantu dia dalam melakukan kegiatan yang dilakukannya
dalam memeberikan Penyuluhan Antkorupsi kepada masyarakat. Sering rekan kerjanya
menemaninya ketika melakukan penyuluhan kepada masyarakat atau kepada anak-
anak sekolah. Untuk sesama Penyuuh Antikorupsi tentunya saling mendukung dan
mensupport, sering berbagai materi dalam memberikan penyuluhan dan saling
memberikan solusi bila ada permasalahan ketika melakukan Penyuluhan Antikorupsi
Isu Kesembilan Motivasi Melakukan Penyuluha Antikorupsi ; Informan Pertama
menyatakan bahwa Motivasi dia melakukan Penyuluhan Antikorupsi adalah adanya
harapan negara ini bisa lebih baik lagi kedepannya, karena dia yakin bila tindakan
korupsi bisa dicegah maka potensi negara ini untuk maju sangatlah luar biasa. Dan ini
tentunya akan menjadikan negara ini bisa semakin memperhatikan kesejahteraan
warganya. Informan Kedua menyatakan bahwa dia akan berusaha terus untuk
melakukan Penyuluhan Antikorupsi terutama dalam hal menanamkan Nilai-Nilai
Intergritas yang merupakan Nilai-Nilai Antikorupsi yaiyu Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin,
Tanggung Jawab, Kerjakeras, Sederhana, Berani dan Adil kepada anak-anak sebagai
generasi penerus bangsa sebagai upaya bersama sehingga kedepan anak-anak ini bisa
memeiliki mental dan perilaku yang baik. Selain itu Nilai-Nilai Integritas itu sendiri juga
menjadi Motivasi bagi dia sebagai Penyuluh Antikorupsi untuk selalu melakukan
Edukasi dan Kampanye kepada masyarakat. Informan Ketiga menyatakan bahwa
keinginan untuk melihat Pegawai Negeri Sipil melakukan pekerjaannya dengan baik
dan mempunyai Integritas adalah motivasi bagi dia dalam menjalankan aktifitasnya
sebagai Penyuluh Antikorupsi Informan Keempat menyatakan bahwa kesejahteraan
masyarakat bisa dicapai bila korupsi bisa diberantas dinegeri ini, untuk itu dia terus
termotivasi melakukan Peyuluhan Kepada masyarakat tentang Antikorupsi Informan
Kelima menyatakan bahwa keinginan adanya pelayanan publik yang mudah dan
berkualitas bagi warga negara, tercukupinya fasilitas sosial yang dibutuhkan oleh
masyarakat adalah hal yang menjadi impiannya, dan itu semua salah satunya bisa
terjadi bila kita bisa memberantas perilaku dan tindakan korupsi yang ada di negeri ini.
Untuk itu proses penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya korupsi dan
penenaman nilai-nilai itegritas harus dilakukan secara bersama-sama. Selain itu sebagai
Penyuluh Antikorupsi yang telah paham akan 9 nilai integritas yaitu Berani, Jujur,
Mandiri, Peduli, Adil, Disiplin Kerjakeras, Tanggung Jawab dan Sederhana menjadi
cermin bagi dirinya untuk terus melakukan Penyuluhan Antikorupsi.
Dari data yang dikumpulkan dari informan, maka selanjutnya dilakukan Analisis
data yang ada tersebut. Pengelompokan jawaban dari isu yang disampaikan kepada
informan akan memudahkan dalam menarik pernyataan yang diberikan oleh masing-
masing informan.
Dari sembilan isu yang disampaikan kepada informan, pernyataan dari informan dapat
dilihat seperti pada table dibawah ini :
Tabel 1
Pengelompokan pernyataan Informan dari isu yang disampaikan
Isu yang disampaikan Pengelompokan Pernyataan
 Pembelajaran Diri
 Pemberantasan Korupsi
 Penanaman Nilai-Nilai
Antikorupsi/Nilai-Nilai
Latar belakang atau kenapa ingin menjadi Penyuluh Integritas
Antikorupsi  Contoh bagi Rekan Kerja
dan Masyarakat
 Pengalaman Buruknya
Pelayanan Publik akibat
Perilaku Korupsi
 Melaukan Edukasi dan
Kampanye Bahya Korupsi
 Menyebarkan Nilai-Nilai
Antikorupsi/Nilai-Nilai
Tujuan Menjadi Penyuluh Antikorupsi
Integritas
 Agar tidak ikut dalam
melakukan tindakan
korupsi
 Menjadi bagian dari
gerakan Edukasi bahaya
Arti penting menjadi Penyuluh Anti Korupsi / Makna korupsi
menjadi Penyuluh Antikorupsi  Menyebarkan Nilai-Nilai
Antikorupsi/Nilai-Nilai
Integritas
Kepuasan dengan gaji, yaitu upah yang didapatkan  Tidak ada gaji
oleh seseorang telah sesuai dengan upaya/usaha
yang sudah dilakukan dan sesuai dengan upah yang
semestinya diterima oleh orang lain pada posisi
kerja yang sama.
Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri, yaitu  Puas dengan aktifitas
dimana pekerjaan yang dilakukan dapat yang dilakukan sebagai
memberikan kesempatan seseorang untuk Penyuluh Antikorupsi
mempelajari dan memperoleh suatu tanggung jawab  Belum puas dengan
dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk dampak dari kegiatan
pekerjaan yang menarik ini penyuluhan antikorupsi
 Tidak ada pengaruh
Kepuasan dengan promosi, yaitu memberikan dengan promosi pada
kesempatan bagi setiap karyawan dengan jabatan tertentu
kesempatan yang sama agar dapat meraih atau  Secara tidak langsung
mencapai jabatan tertentu yang lebih tinggi memberikan pengaruh
terhadap promosi jabatan
Kepuasan dengan sikap atasan, yaitu sejauh mana  Atasan bersikap biasa
sikap atasan mau memberikan kesempatan berupa saja
bantuan secara teknis dan mendukung pekerjaan  Belum puas dengan sikap
bawahan atasan
 Atasan membrikan
kesempatan untuk
melakukan aktifitas
sebagai Penyuluh
Antikorupsi
 Rekan kerja bersikap
biasa saja
Kepuasan dengan rekan kerja, yaitu rekan kerja  Rekan kerja membantu
dapat memberikan bantuan secara teknis dan dalam aktifitas sebagai
mampu secara sosial menjalin hubungan baik Penyuluh Antikorupsi
 Adanya sikap sinis dari
rekan kerja
 Pemberantasan Korupsi
 Nilai-Nilai
Antikorupsi/Nilai-Nilai
Integritas bisa tertanam
Motivasi Melakukan Penyuluha Antikorupsi pada masyarakat dan
generasi penerus
 Pelayanan Publik yang
mudah dan berkualitas
bagi masyarakat

Diskusi
Dalam menjalankan aktifitasnya sebagai Penyuluh Antikorupsi, berdasarkan
analisa data yang ada maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Dengan menjadi Penyuluh Antikorupsi maka akan bisa melakukan pembelajaran
terhadap diri sendiri sehingga bisa menghindarkan dari perilaku korupsi
Lingkungan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Lingkungan yang terbiasa dalam melakukan tindakan dan perilaku korupsi tentu
sedikit banyak akan mempengaruhi seseorang dalam menjalani aktifitasnya. Dalam
beberapa jenis pekerjaan lingkungan yang ada sangat memnungkinkan seseorang
untuk melakukan tindakan korupsi.
Pengetahuan yang dimiliki sebagai Penyuluh Antikorupsi tentunya akan
mempengaruhi Penyuluh Antikorupsi tersebut dalam menjalani aktifitas
kesehariannya. Dalam menjalankan pekerjaan misalnya, dengan pengetahuan yang
dimilikinya Penyuluh Antikorupsi tentu akan lebih berhati-hati dalam berperilaku.
Nilai-Nilai Itegritas sebagai cerminan perilaku yang dipegang seorang Penyuluh
Antkorupsi akan menjadi pagar bagi dirinya sehingga tidak terperosok dalam
tindakan korupsi.
 Kesadaran akan bahaya korupsi sehingga muncul keinginan untuk menjadi bagian
dari gerakan pemberantasan korupsi
Informasi dari berbagai media yang ada tentang kasus-kasus korupsi menjadi
bahan renungan bagi masyarakat umum khususnya para Penyuluh Antikorupsi.
Nilai Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia yang masih dikatakan belum baik
menjadi cermin bahwa tindakan korupsi di Indonesia masih banyak terjadi.
Dampak dari adanya pratek korupsi ini tentunya akan mempengaruhi perjalanan
masyarakat yang ada di Indonesia. Berbagai sektor kehidupan seharai-hari tidak
terlepas dari temuan kasus-kasus korupsi. Bila situasi ini terus dibiarkan tentunya
akan semakin berdamapak yang tidak baik bagi perkembangan bangsa dan negara
Indonesia.
Berawal dari kesadaran akan dampak dari korupsi ini, menjadikan Penyuluh
Antikorupsi untuk bertekat mengambil peran dari proses pemberantasan korupsi
di Indonesia. Dengan kemempuan dan kesempatan yang dimiliknya Penyuluh
Antikorupsi melakukan edukasi dan kampanye dari bahaya korupsi kepada
masyarakat umum, dengan tujuan semakin banyak masyarakat yang sadar dan
peduli bahayanya tindakan korupsi. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang
sadar akan bahaya korupsi, nantinya diharapkan akan semakin besarlah jumlah
orang-orang yang ikut mengabil bagian dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia.
 Keinginan dari dalam diri untuk menanamkan Nilai-Nilai Integritas/Nilai-Nilai
Antikorupsi kepada masyarakat.
Ada 9 (sembilan) Nilai-Nilai Integritas yang juga dijadikan sebagai Nilai-Nilai
Antikorupsi, yakni ; Berani, Jujur, Mandiri, Peduli, Adil, Disiplin, Kerja Keras,
Tanggung Jawab dan Sederhana.
Dengan menyebarkan Nili-Nilai ini kepada masyarakat dan diharapkan antinya bisa
tertanam dalam perilaku keseharian yang ada maka akan tercipta masyarakat yang
tidak melakukan tindakan dan perilaku korupsi.
Penyuluh Antikorupsi sadar bahwa proses untuk menanamkan Nilai-Nilai
Integritas.Nilai-Nilai Antikorupsi ini memerlukan waktu yang tidak singkat, maka
ini menjadi salah satu motivasi mereka untuk terus melakukan edukasi dan
kamapanya kepada masyarakat terutama kepada Anak-Anak yang merupakan
generasi penerus bangsa ini.
 Ingin menjadi teladan atau contoh bagi rekan kerja dan masyarakat pada umumnya
dalam berperilaku sesuai dengan Nilai-Nilai Integritas.
Dengan menjadi Penyuluh Antikorupsi maka kesadaran untuk berperilaku sesuia
dengan Nilai-Integritas atau Nilai-Nilai Antikorupsi dalam menjalankan aktifitas
keseharian, tentunya akan menjadi contoh atau teladan bagi rekan kerja atau
masyarakat pada umumnya.
Dengan memberikan contoh yang baik berupa perilaku yang sesuai dengan Nilai-
Nilai Integritas diharapkan lingkungan dimana dia berada bisa menjadi sebuah
lingkungan yang manusianya bisa menerpakan Nilai-Nilai Integritas dalam
kesehariannya.
 Kepuasan dari apa yang dilakukannya sebagai Penyuluh Antikorupsi
Kepuasan dalam menjalankan aktifitas merupakan hal yang mempengaruhi
motivasi seseorang dalam menjalankan aktifitasnya. Bagi para Penyuluh
Antikorupsi mereka mempunyai kepuasan tersendiri ketika melakukan aktifitasnya
sebagai Penyuluh Antikorupsi. Keyakinan yang dimiliki oleh Penyuluh Antikorupsi
bahwa dalam menjalankan aktifitasnya mereka sedang melakukan pekerjaan yang
mempunyai dampak kebaikan kepada masyarakat menjadikan mereka puas dalam
melakukan Penyuluhan Antikorupsi kepada Masyarakat.
 Keinginan Pelayan Publik yang baik dan berkualitas
Masih banyaknya Pelayanan Publik yang tidak baik dan seringanya terjadi tindakan
korupsi pada aktifitas Pelayanan Publik menjadi salah satu hal yang mneyebabkan
Penyuluh Antikorupsi ini termotivasi dalam melakukan aktifitasnya. Perilaku
oknum Pejabat dan oknum Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanan pekerjaannya
sebagai pelayan publik yang sering melakukan tidnakan korupsi dalah hal yang
tidak baik dan tidak pantas dilakukan. Untuk itu Penyuluh Antikoruopsi berusaha
untuk memberikan Edukasi dan Kampanye kepada masyarakat dan tentunya
termasukd didalamnya adalah Pegawai Negeri Sipil bahwa Pelayanan Publik adalah
hak dari warga negara, untuk itu kegiatan Pelayanan Publik haruslah berjalan
dengan baik dan jauh dari tindakan korupsi.
 Bantuan dan Support dari atasan dan rekan kerja
Support dan dukungan dari orang-orang yang ada disekitar kita tentunya akan
membuat kita semakin termotivasi dalam menjalankan aktifitas kita. Begitu juga
dengan aktifitas Penyuluh Antikorupsi, adanya dukungan dan bantian dari orang-
orang yanga da disekitar mereka tentunya akan menjadi motivasi untuk terus
memberikan Penyuluhan Antikorupsi kepada masyarakat.
Dalam menjalankan kegitannya Penyuluh Antikorupsi sering menadapat bantuan
dan support dari rekan kerja serta atasan dimana dia bekerja. Namun tak jarang
juga dijumpai adanya rekan kerja yang sinis dan atasan yang tidak bekerjasama
kepada Penyuluh Antikorupsi. Sedikit banyak adanya sikap negatif dari rekan kerja
dan atasan dimana dia bekerja ini tentunya mempunyai pengaruh terhadap
motivasi Penyulh Antikorupsi dalam menjalankan kegiatannya. Namun adanya
dukungan dan bantuan dari sesama Penyuluh Antikorupsi serta keinginan untuk
menjadikan lingkungan dimana dia beraktifitas bisa memiliki sikap yang sama guna
melakukan pemberantasan korupsi menjadi motivasi bagai Penyuluh Antikorupsi.
Selain adanya dukungan dari sesama Penyuluh Antikorupsi, dukungan dari Komisi
Pemberanatasan Korupsi melalui Pusat Edukasi Anti Korupsi KPK menjadi motivasi
untuk mereka dalam melakukan eduakasi dan kampanye kepada masyarakat.
 Gaji dan Pengaruh Jabatan
Sebagai Penyuluh Antikorupsi, mereka sadar bahwa tidak ada gaji khusus sebagai
Penyuluh Antikorupsi. Dari awal para Penyuluh Antikorupsi ini mengetahui bahwa
mereka tidak mendapat gaji khusus dari statusnya sebagai Penyuluh Antikorupsi.
Menjadi menarik disini adalah biasanya orang melakukan sebuah pekerjaan
mengharapkan gaji atau pendapatan, namun bagi Penyuluh Antikorupsi dari awal
mereka sadar bahwa menjadi Penyuluh Antikorupsi tidak mendapatkan gaji resmi
dari pemerintah. Meskipun status mereka sudah mendapat sertifikasi dari LSP KPK.
Dalam hal jabatan ditempat kerja, status mereka sebagai Penyuluh Antikorupsi
tidaklah memberikan efek secara langsung guna peningkatan karir mereka
ditempat kerja. Namun dijumpai juga status sebagai Penyuluh Antikorupsi
menjadikan atasan dimana mereka bekerja lebih memperhatikan Penyuluh
Antikorupsi tersebut.
Kesimpulan
Dalam menjalankan aktifitasnya, Penyuluh Antikorupsi memiliki motivasi ketika
melakukan Penyuluhan Anti Korupsi kepada masyarakat.
Motivasi yang ada pada Penyukuh Antikorupsi dapat dibagi menjadia dua kelompok
A. Internal Motivasi
Yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri Penyuluh Anti Korupsi, yang termasuk
didalam hal ini antara lain :
 Dengan menjadi Penyuluh Antikorupsi maka akan bisa melakukan
pembelajaran terhadap diri sendiri sehingga bisa menghindarkan dari perilaku
korupsi.
 Kesadaran akan bahaya korupsi sehingga muncul keinginan untuk menjadi
bagian dari gerakan pemberantasan korupsi
 Keinginan dari dalam diri untuk menanamkan Nilai-Nilai Integritas/Nilai-Nilai
Antikorupsi kepada masyarakat.
 Ingin menjadi teladan atau contoh bagi rekan kerja dan masyarakat pada
umumnya dalam berperilaku sesuai dengan Nilai-Nilai Integritas.
 Kepuasan dari apa yang dilakukannya sebagai Penyuluh Antikorupsi
B. Eksternal Motivasi
Yaitu motivasi yang muncul pada Penyuluh Antikorupsi karena adanya pengaruh
dari luar diri Penyuluh Antikorupsi. Adapun yang termasuk didalam Eksternal
Motivasia antara lain :
 Keinginan Pelayan Publik yang baik dan berkualitas
 Bantuan dan Support dari atasan dan rekan kerja
 Banyaknya kasus korupsi yang terjadi di lingkungan masyarakat dimana
Penyuluh Antikoruosi tersebut berada.
 Adanya relasi yang bisa dibangun ketika menjalankan aktifitas sebagaia
Penyuluh Antikorupsi
 Dukungan Komisi Pemberantasan Korupsi melalui Pusat Eduakasi Antikorupsi.
Saran
Sebagaimana dijelaskan dalam latar belakang, pembahasan dan kesimpulan
bahwa Penyuluh Antikorupsi adalah status yang unik. Mereka menyadari bahwa dalam
menjalanakan pekerjaannya sebagai Penyuluh Antikorupsi mereka tidak akan
mendapatkan Gaji atau Pendapatan secara resmi oleh pemerintah, meskipun mereka
sudah mendapatkan sertifikasi dari LSP Komisi Pemberrantasan Korupsi.
Untuk itu penelitian lebih banayak lagi mengenai Penyuluh Antikorupsi ini
menjadi hal yang menarik dan perlu untuk dikembangkan terus. Peran mereka sebagai
Penggiat Antikorupsi guna ikut serta menciptakan masyarakat yang antikorupsi
sangatlah perlu diapreasi. Dengan adanya penelitian-penelitian lain guna mendalami
para Penyuluh Antikorupsi adalah sebagai bagian dari apresiasi kita terhadap apa yang
telah mereka kerjakan dalam memberikan edukasi dan kampanye kepada masyarakat.

Kepustakaan
Ahmad Zuber, 2018, Strategi Entikorupsi Melalui Pendekatan Pendidikan Formal Dan
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Journal of Development and Social Change,
Vol. 1, No. 2
Aiaz Rajasa, 2014, Analisis Hubungan Tingkat Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat
Persepsi Korupsi Pada Negara-Negara Anggota APEC, Jurnal Eksekutif Vol 11
Arie Arum Wardani, 2011, Psikologi Kesehatan Buku 1, Percetakan Galangpress
Arif Fajar Wibisono dan Yudha Catur Kusuma N, 2017, Analisis Persepsi Korupsi Pajak
dan Iklim Organisasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan,
Jurnal Riset Manajemen Vol 4 No 2
Fattah Hanueawan dan Fendi Suhariadi, 2019, Filsafat Ilmu Psikologi, PT Remaja
Roesdakarya
Harjanto, Kesi Widjajanti dan L . Rini Sugiarti, 2020, Sarana TeknologiI Dan Budaya
Organisai Terhadap Kepuasan Kerja Dimediasi Sistem Informasi, Jurnal Riset
Ekonomi dan Bisnis, Jilid 13 Terbitan 3
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-penyuluh/
https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/3-strategi-
pemberantasan-korupsi
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penyuluh
https://kpk.indonesia-kompeten.com/sejarah-lsp
Komisi Pemberantasan Korupsi , 2015, Kapita Selekta dan Beban Biaya Sosial Korupsi,
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan
Komisi Pemberantasan Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi, 2015, Pengantar Kelembagaan Anti Korupsi,Direktorat
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi
Pemberantasan Korupsi
Muhammad Fajar, Zul Azhar , 2018, Indeks Persepsi Korupsi Dan Pembangunan
Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-Negara Asia Tenggara,
EcoGen Volume 1 Nomor 3
Nadri Taza, Helmi Aziz, 2016, Mengintegrasikan Nilai-Nilai Antikorupsi Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas, Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 1
Posma Sarigunna Johnson Kennedy, 2017, Hubungan Persepsi Potensi Korupsi , Daya
Saing dan Kemudahan Berusaha Serta Dampaknya Pada Pertumbuhan Ekonomi
Daerah (Analisa Data Dari Survey Persepsi Korupsi) Ikraith – Humaniora, Vol 1
No. 2
Priyono Marnis, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Zifatama Publisher
Rika Kartika, Ulfi Hefri, Fauzi Sutarti , 2020, Pengaruh Persepsi Korupsi dan Kualitas
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Cilegon, Jurnal Rekaman Vol 4 No 1
Rini Sugiarti , Fendy Suhariadi dan Erwin Erlangga, 2018, The Chance of Gifted
Intelligent Students’ Success in Career, Indian Journal of Public Health Research &
Development, Jilid 9 Terbitan 9

Anda mungkin juga menyukai