Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDAMPINGAN DAN KONSELING

Dosen Pembimbing :
Sr. Imelda Derang FSE

Disusun Oleh :
Angel Kristina Ginting : 032021049
Aprianda Sirait : 032021096
Cahaya A. S Hutabarat : 032021054
Jesischa Sipahutar : 032021071
Ririn Verawati Sirait : 032021084
Winda Liana Purba : 032021094
May Fenty Gea : 032021095

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN
TA : 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah telah tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Sr. Imelda Derang yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
hingga selesai.

Makalah ini memberikan penjelasan mengenai Pendampingan dan Koseling . Kami


berharap dengan adanya makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, pentunjuk dan
pedoman bagi pembaca dan seluruh mahasiswa S1 Keperawatan untuk menambah pengetahuan.

Kami menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik
diharapkan demi perbaikan makalah. Karena, keterbatasan dan pengalaman kami. Terimakasih.

Medan, 29 Agustus 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................................................


Kata Pengantar .........................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................

Bab I Pendahuluan .................................................................................................


1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan Malasah .................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................
1.4 Manfaat .................................................................................................
Bab II Pembahasan .................................................................................................
2.1 Istilah Pendampingan dan Konseling Pastoral ....................................
2.2 Pengaruh Luar dan dari Dalam Gereja .................................................
2.3 Lima Fungsi Pokok Pendampingan .....................................................
2.4 Lima Lingkup Pendampingan .............................................................
2.5 Tujuh Faktor Pendukung Pendampingan ............................................
Bab III Penutup ........................................................................................................
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................
3.2 Saran .....................................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad ke-21, gereja sebagai tubuh Kristus yang melayani di dunia ini, dengan dihadapkan
pada tantangan yang tidaklah ringan. Indonesia termasuk kategori tersebut. Era ini menimbulkan
banyak sekali perubahan yang mendasar kaitannya dalam penggunaan sistem teknologi Informasi.1
Era globalisasi pada abad ini membuat tantangan-tantangan pastoral di gereja menjadi semakin
kompleks dan saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya bagi hamba Tuhan
(pendeta, pastor, gembala, penginjil, diaken, tua-tua gereja, konselor dan hamba Tuhan lainnya) dan
jemaat (konseli; anggota gereja). Pesatnya perkembangan teknologi (komunikasi dan berbagai proses
instan) menjadikan persoalan jemaat berada diantara persoalan kemajuan era globalisasi: ekonomi,
budaya, politik, keamanan, sosial, pendidikan dan lainnya tidak heran apabila berbagai strategi
penggembalaan yang dilakukan terhadap persoalan jemaat berubah-ubah dengan pesatnya (dari zaman
gereja mula-mula hingga kini) dan selalu saja ada hal-hal yang kontemporer yang perlu dirumuskan
sesuai dengan konteksnya. (Saputri n.d.)
Pendeta memegang peranan yang sangat penting dalam aspek pelayanan konseling di Rumah
Sakit. Beberapa penelitian yang mengkaji peranan pendeta dalam pelayanan di Rumah Sakit
dilakukan oleh John L. Young, dkk. Mereka mengemukakan bahwa para pastor/pendeta Afrika-
Amerika berbicara langsung tentang berbagai pendekatan yang mereka lakukan untuk menangani
berbagai permasalahan yang berhubungan dengan mental, mulai dari hal yang berfokus pada
pengalaman dan masalah religius sampai pendekatan klinik dan isu psikologis.
Di salah satu rumah sakit di Amerika, yaitu Westchester Division of the New York Hospital,
Weill Cornell Medical Center para pendeta dilibatkan bersama para dokter dan perawat dalam
menetapkan rencana perawatan pasien, terutama mereka yang merupakan jemaat dari gereja yang
dilayani tersebut.2 Pelayanan seorang pendeta dalam menangani konseling dijelaskan oleh Ingeborg
yang memberi istilah Pendeta psikoterapi sebagai seorang ahli kesehatan mental profesional yang
telah mengikuti pendidikan dan pelatihan baik kependetaan maupun psikoterapi.
Keterkaitan antara pelayanan terhadap pasien di rumah sakit, pelayanan konseling yang dilakukan
oleh pendeta dikenal dengan istilah konseling pastoral yang merupakan dimensi pendampingan
pastoral dalam melaksanakan fungsinya yang bersifat memperbaiki yang dibutuhkan ketika orang
mengalami krisis yang merintangi pertumbuhannya
Pada periode post-modern, pendampingan dan konseling ditandai dengan pendekatan multi
budaya, lintas budaya, antar budaya dan antar agama. Misalnya dalam pelayanan kesehatan bagi suku
Aborigin, dikemukakan bahwa kompetensi pemahaman lintas budaya dalam kesehatan memerlukan
integrasi yang efektif dari pengetahuan dan praktik baik pengetahuan tradisional dan kontemporer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Istilah Pendampingan dan Konseling Pastoral ?
2. Apa yang dimaksud dengan Pengaruh Luar dan dari Dalam Gereja ?
3. Apa yang dimaksud dengan Lima Fungsi Pokok Pendampingan ?
4. Apa yang dimaksud dengan Lima Lingkup Pendampingan?
5. Apa yang dimaksud dengan Faktor Pendukung Pendampingan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Istilah Pendampingan dan Konseling Patoral
2. Untuk mengetahui Pengaruh Luar dan dari Dalam Geraja
3. Untuk mengetahui Lima Fungsi Pokok Pendampingan
4. Untuk mengetahui Lima Lingkup Pendampingan
5. Untuk mengetahui Faktor Pendukung Pendampingan

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai
Pendampingan dan Konseling dalam Pastoral Care.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Istilah Pendampingan dan Konseling Pastoral


Kata Pendampingan Pastoral biasanya terpakai sebagai terjemahan kata Inggris “Pastoral
care”, sendangkan Konseling Pastoral dari kata “ pastoral counseling”. Pendampingan mengecu
kepada segala kegiatan pelayanan pastoral yang dilakukan oleh orang tidak terdidik secara khusus
untuk pelauanan itu secara profesional.
Sedangkan Konseling Pastoral mengacu kepada bentuk spesialisasi pendampingan pastoral yang
dilaksanakan oleh orang yang menerima pendidikan khusus. Bahkan dalam konseling pastoral
terdapat sub-spresialisasi yang memperhatikan salah satu bidang dalam krisis kehidupan, misalya :
konseling pastoral untuk orang lanjut usia, orang berduka cita dan penderita penyakit terminal.
Keduanya sebenarnya merupakan sektor khusus dari bidang pastoral yang disebutkan
“penggembalaan” atau reksa pastoral dan bercirikhas analisis psikologis dan sosiologis. Pelayanan
ini mengacu kepada hubungan antara manusia. Kesetaraan adalah dasar dari hubungan ini.
Tambahan kata pastoral sebagai kata sifar, menunjukkan ciri khasnya yang menggeluti masalah
spiritualitas manusia.

2.1.1 Pengertian Konseling


Untuk mengerti akan konseling pastoral terlebih dahulu penulis akan membahas tentang
apa itu konseling. Rogers (1992:34) Konseling sebagai proses yang mengusahakan
keseimbangan struktur kepribadian konseli, dengan menciptakan rasa aman dalam jalinan
hubungan yang bersifat yang bersifat manusiawi dengan konselor dengan mengusahakan
dan dengan mengusahakan penerimaan pengalaman masa lampau yang menyakitkan,
kemudian mengintegrasikannya ke dalam kepribadian yang telah berubah.
Sedangkan H.B. dan A. C. English mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan
yang bersifat manusiawi yang terjadi karena seseorang ingin dan berusaha membantu orang
lain, agar orang itu mengerti dan dapat menyelesaikan persoalan – persoalan yang berkaitan
dengan adjustment (penyesuaian diri). Dengan itu penulis menyimpulkan bahwa konseling
adalah tindakan individu dalam membantu individu lain, agar individu tersebut dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan biasanya dengan cara berbagi cerita dan konselor
akan menarik kesimpulan apa yang harusnya dilakukan konseli terhadap memecahkan
masalahnya
2.1.2 Pengertian Pastoral
Penggembalaan (Pastoral care, Zielzorg, Seelsorge, Pastoral Work) adalah tugas utama
pendeta berdasarkan keyakinan akan pilihan Allah sendiri (vocation interna, panggilan rohani)
dari Allah untuk menjadi gembala. Seorang gembala menjadi gembala hanya karena
pemilihan Allah. Gembala atau pendeta yang mau memperdulikan, mau melayani dan
mengurus orang lain melalui penggembalaan dan konseling pastoral bukanlah berarti dia
ketinggalan zaman ketimbang gembala yang hanya cari uang dan mengabaikan
penggembalaan dan konseling pastoral. “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran- Nya
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33).
Penggembalaan adalah pelayanan penggembalaan umum yang mencakup kehadiran,
mendengarkan, kehangatan dan dukungan praktis oleh gembala (pendeta,pastoral) sebagai
pendamping. Mereka bisa juga dibantu dalam tugas pendampingan ini oleh para pelayan
Kristen lainnya, termasuk warga jemaat yang sudah terlatih dalam bidang pendampingan
pastoral.

2.1.3 Pengertian Konseling Pastoral


Koseling Pastoral (Pastoral Counseling) adalah suatu lapangan khusus dari
penggembalaan, semacam spesialisasi, karena konseling pastoral hanya kepada orang-orang
yang berkesukaran emosi. Dalam konseling pastoral semakin dibutuhkan kemampuan
pengetahuan kejiwaan manusia, psikoterapi serta psikiatri secara lebih baik. Biasanya dalam
konseling orang yang berkesukaran emosi itulah yang datang, sedangkan dalam
penggembalaaan tidak selamanya orang yang berkesukaran emosi yang datang, tetapi
gembala itu mengunjungi dari kebanyakan merekaorang yang sehat namun juga orang sakit
jasmani maupun rohani secara umum. Konseling pastoral itu juga termasuk satu bagian
khusus dalam penggembalaan (Pastoral Care).
Konseling pastoral juga merupakan suatu dimensi dari penggembalaan. Dalam konseling
pastoral ada upaya memanfaatkan bermacam-macam metode untuk menolong orang agar
dapat mengembangkan kemampuannya untuk menanggulangi masalah-masalahnya atau
krisis-krisis yang merekan hadapi. Dengan konseling tersebut konseli mengalami
penyembuhan dari kehancurannya. Konseling pastoral harus didasarkan atas pilihan iman
yaitu bahwa ada Allah ribadi yang berfikir merasakan dan memilih bertemu dengan manusia
yang berpribadi, merasakan dan dapat melakukan pilihan untuk dirinya.Imanlah yang menjadi
dasar konseling pastoral sehingga dalam pendekatan triolog (bukan dialog seperti pendekatan
konseling sekuler yang menekankan metodologi) dalam pertemuan konselor dengan konseli
disadari bahwa Allah sendiri hadir dalam rohNya memengaruhi konselor dan konseli.
Kesadaran triolog yang menekankan faktor kehadiran Allah menjadi alasan yang meyakinkan
konseli bergerak kesuatu arah agar manusia (konseli) mengenal dirinya dan permasalahannya.
Ia mau bertanggung jawab terhadap Allah, terhadap orang lain, dan terhadap diri dan masa
depannya sendiri dalam terang kebenaran Allah dan firman-Nya
Jadi, konseling pastoral adalah suatu fungsi yang bersifat memperbaiki yang dibutuhkan
seseorang yang sedang mengalami krisis yang merintangi pertumbuhannya. Penggembalaan
dibutuhkan seseorang setiap orang dalam hidupnya tetapi kemungkinan orang mengalami
konseling pastoral ketika mengalamin krisis hebat. Dan dalam pendekatan tersebut
dimanfaatkan bermacam-macam metode dan interdisiplinaritas antara teologia dan ilmu-ilmu
sosial seperti psikologi, psikoterapi dan lain-lain dalam menanggulangi krisiskrisis yang
dihadapi konseli. Tujuan konseling pastoral untuk memperbaiki hubungan seseorag dengan
Allah, dengan diri sendiri, dengan orang lain dan sejarah masa depannya (band. Pasal 5.6. 5.)

2.2 Pengaruh Luar dan dari Dalam Gereja


2.2.1 Faktor Ekstern
a. Karya Sosial
Setelah berakhirnya Perang Saudara di Amerika, maka dimulailah masa
modernisasi dan industrialisasi. Proses ini menimbulkan banyak ketimpangan sosial di
Amerika. Kesejahteraan tidak bisa terbagi merata ke seluruh anggota masyarakat.
Munculah masalah urbanisasi yang sangat pesat. Situasi itu mendorong untu menyelidiki
masalah sosial seprti kemiskinan, kondisi kesehtan dan perumahan, secara mendalam
dengan memakai metode ilmiah.
Karya sosial mulai mempelajari maslaah sosial secara sistematis. Begitu pula mulai
dilakukan latihan dan pendidikan yang memadai agar seorang pekerja sosial trampil
secara profesional.
b. Metode Studi Kasus
Pada permulaan abad ke-20, Ricahard C. CABOT, seorang pemula dari Karya
Sosial Klinis maupun Pendidikan Pastoral Klinis, berusaha menyelidiki hubungan antara
kemiskinan, kondisi kesehatan dan kehidupan beragama. Dia juga merintis pendidikan
atau latihan klinis bagi para pekerja sosial, para sukarelawan dan mahasiswa teologi.
Usahanya ini didorong oleh pergumulannya tentang peranan gereja, pendidikan teologi
dalam masyrakat industri yang modern dengan segala ketimpangan s osialnya. Sia
pulalah yang merintis pemakaian studi kasus dalam pendampingan dan konseling
pastoral. Usahanya didorong oleh cita citanya agar pendidikan teologi lebih efektif,
praktis dan trampil menghadapi masalah baru.
c. Psikologi
Pada permulaan perkembangan PKP nampaknya pengaruh konseling dan psiko-
analisis begitu kuat. Penggembalaan pola lama menekankan pengajaran nasehat moral,
pe ngakuan dosa, doa dan pewartaan sabda, sedangkan PKP mengutamakan dinamika
psikologi. Pengalaman keagamaan dihubungkan dengan pengalaman emosional.
Psikologi, konseling dan psiko-analisis, menyadarkan bahwa fungsi penyembuhan tidak
hanya bisa dilakukan melalui sakramen pengakuan dosa dan pengampunan,
penyembuhan dalam iman dan doa, melainkan juga melalui intervensi psikologis.
Kehidupan batiniah (inner life) manusia bukanlah hanya menyangkut dinamika
kepercayaan-spiritual, akan tetapi juga ada aspek emosional-psikologis. Kedua aspek ini
saling kait mengkait dan saling mempengaruhi.
d. Dari pola agraris ke urbanisasi
Modernisasi dan industrialisasi secara besar-besaran di Amerika membentuk
perubahan yang cepat pada penduduk mereka cenderung berpindah-pindah dari satu
daerah ke daerah lain sifat hidup ini menjadi sangat kompetitif hubungan kekerabatan
pola lama makin lama dan menuntut orang mengembangkan pola relasi sosial yang baru.
Calon Pasteur hendaknya memiliki kesadaran yang dilengkapi dengan
keterampilan analisis psikologis yang memampukan mereka menghadapi manusia sejak
zaman dengan segala masalah psikologisnya
e. Filsafar Pragmatisme
Filsafat pragmatisme Pada akhir abad ke 19 William James seorang Amerika
memperkenalkan peta pikir yang kemudian dikenal dengan sebagai pragmatisme ia
tertarik kepada psikologi dan berminat menyelidiki psikologi tentang intelektual manusia
dalam hubungannya dengan pengalaman keagamaan dari penelitian itu akhirnya dia
tertarik kepada filsafat pokok pandangannya tentang kegiatan "cash value" intelektual
merupakan usaha manusia demi memecahkan kesulitan.
Otomatis itu mendorong para psikolog untuk menciptakan psikologi terapan oleh
sebab itu kelahiran psikolog berbagai ragam konseling termasuk PKP dirangsang oleh
aliran pragmatisme oleh sebab itu diutamakan keterampilan pelayanan yang berdaya
guna
2.2.2 Fakor Internal
a. Penyelidikan Alkitab
Sebelum akhir abad ke-19, teologi pastoral dan pastoral care secara khusus
menekankan usaha pengajaran, khotbah, nasehat dan perayaan sakramen. Hubungan
relasional, emo sional dan interpersonal kurang ditekankan. Pelayanan pas toral lebih
ditempatkan pada konteks kelompok besar dari pada menjurus kepada kelompok kecil
atau perorangan. Pendekatan pribadi, pada umumnya disangkutpautkan de ngan lingkup
takhayul dan usaha penyembuhan , Pokok pembicaraan berkisar pada dosa dan rasa
bersalah serta pengampunan. Dalam pola ini pengusiran setan merupakan terapi yang
dominan. Doa dan pembacaan ayat Alkitab ditempatkan dalam kerangka penyembuhan
itu.
 Penelitian psikologi agama
Faktor lain yaitu adanya riset berjumlah banyak tentang hubungan antara
psikologi dan kehidupan religius dengan munculnya psikologi agama setelah
perang dunia 1 banyak pastor tentara kembali ke Amerika umumnya mereka
kemudian tidak berkarya di jemaat melainkan di rumah sakit ataupun lingkup
yang lain sebenarnya banyak gereja dibentuk untuk melatih para pendeta atau
paling tidak untuk mempelajari dan mencari pola pendekatan baru
bagaimanapun mereka juga membutuhkan pendidikan dan latihan untuk
memperoleh keterampilan dan pengetahuan secara akademis dan ilmiah itulah
sebabnya latihan klinis pendampingan dan konseling pastel dituntut untuk
situasi pada zaman itu
 Profesi pendeta-pastor
Dengan berkembangnya psikologi, konseling, psikiatri dan karya sosial, maka
banyak orang berpaling dari tangan para pastor ke sektor profesi sekuler.
Dirasakan bahwa penge tahuan dan ketrampilan para pastor tidak cukup untuk
menolong pada saat kritis. Namun mereka sendiri takut ke hilangan kedudukan
istimewa serta status sosialnya dan khawatir akan kehilangan pengaruh serta
anggota jemaat. Oleh sebab itu era baru yang mereka hadapi memang penuh
persaingan, tantangan, akan tetapi sekaligus juga kesem patan baru. Maka
banyak pendeta tertarik mengembangkan pola pendekatan baru dalam pelayanan
pastoral, dengan tidak segan mempelajari bidang psikologi, psikoterapi dan
konseling sekuler untuk mengembangkan PKP.
2.3 Lima Fungsi Pokok Pendampingan
John Foskett and David Lyall, berpendapat bahwa pendampingan pastoral adalah merupakan
karakteristik dari kehidupan gereja. 9 Pendampingan pastoral menjaga umat kristiani untuk tetap
berada pada jalur tradisi kristiani, dalam kehidupannya bermasyarakat dan bergereja. Sampai saat
ini masih banyak pendapat tentang definisi pendampingan pastoral. Dalam tulisan ini, penulis
memetik dari apa yang dikemukakan oleh William A.
Clebsch dan Charles R. Jaekle dalam bukunya ―Pastoral Care In Historical Perspective‖ (1967),
mengatakan bahwa pendampingan pastoral (“pastoral care”) adalah dilakukan oleh “representative
Christian” dan memiliki 5 fungsi:
 Penyembuhan (“healing”) merupakan fungsi pendampingan pastoral yang bertujuan
untuk menuntun atau membimbing orang yang dalam kondisi kesehatan mental spiritual
yang buruk dan memulihkannya pada kondisi yang baik seperti semula.
 Penopangan(“sustaining”) merupakan fungsi pendampingan pastoral yang bertujuan
untuk menolong dengan memberi dukungan pada orang yang mengalami masalah yang
mendalam, di mana orang tersebut tidak dapat segera ke luar dari masalah tersebut,
sehingga orang tersebut dapat dengan tekun menghadapi masalahnya.
 Penuntunan (“guiding”) merupakan fungsi pendampingan pastoral yang bertujuan
untuk memberi bantuan kepada orang yang sedang dihadapkan pada beberapa alternatif
pilihan yang harus diambil, sebagai keputusan yang penting dalam hidupnya.
 Rekonsiliasi (“reconciling”) merupakan fungsi pendampingan pastoral yang bertujuan
untuk mendamaikan hubungan yang terputus atau konflik antara sesama manusia, atau
hubungan antara manusia dengan Allah, sehingga terjadi hubungan yang harmonis
kembali.
 Clinebell menambah satu fungsi pendampingan pastoral, yaitu fungsi mengasuh
(“Nurturing”), artinya fungsi pendampingan pastoral yang bertujuan untuk
memberdayakan seseorang untuk dapat mengembangkan ―keillahiannya‖ di dalam
perjalanan hidupnya, baik di dalam suka maupun duka (Anon n.d.)

Kelima fungsi ini dalam praktek saling berhubungan. Mungkin suatu watku kita hanya
menggunakan satu atau dua fungsi saja. Akan tetapi di lain kesempatan kita menggunakan seluruh
skala fungsi itu untuk menangani satu kasus. Fungsi fungsi itu dapat digunakan secara terpisah
maupun bersama sama sesuai kasus yang dihadapi dalam proses pertolongan (intervensi ).
Selanjutnya, dalam kaitannya dengan pendampingan pastoral, Don S. Browning dalam
bukunya “The Moral Context of Pastoral Care‖” memberikan penekanan pada aspek moral, di
mana ia menekankan adanya suatu ciri yang melekat pada pendampingan pastoral dibanding
dengan pendampingan atau pelayanan yang “non kristiani‖”, yaitu bahwa pendampingan pastoral
membawa misi untuk memperbaiki ―moral‖ dari pihakpihak yang dilayani. Pendapat ini sesuai
dengan John T. McNeill yang mengatakan bahwa seorang praktisi “counselor of soul‖” akan
membawa kebenaran bagi Allah dan memberi pertimbangan pada manusia, dan meluruskan jalan
untuk tindakan-tindakan yang benar

2.4 Lima Lingkup Pendampingan


 Individu
yaitu pihak yang didampingi hanya terdiri atas seorang individu jadi seorang pendamping
hanya menghadapi seorang pribadi Aspek Pendidikan
 Pasangan
Mendampingi berupa pasangan misalnya sepasang orang yang berpacaran bertunangan suami
istri teman akrab jelas yang didampingi bukan hanya satu orang melainkan dua orang
 Keluarga
Harga sebagai suatu sistem yang utuh sasaran pelayanan di situ adalah ibu ayah dan anak-
anak sebagai satu kesatuan pada umumnya orang yang dilayani lebih dari dua orang dan
harus diingat pula bahwa bapak dan ibu itu serentak berfungsi sebagai suami dan istri
 Kelompok
Pihak yang menerima layanan pendampingan pastel itu terdiri atas kelompok yang dengan
sengaja dibentuk demi pertolongan kepada seseorang agar dapat berfungsi secara maksimal
misalnya jemaat dapat membentuk kelompok untuk melatih orang tertentu yang mengalami
perasaan rendah diri yang mendalam atau seseorang yang pemalu atau tidak mempunyai
keterampilan sosial sering group yang telah disebutkan di atas juga terjadi dalam kelompok
 Masyarakat
Pihak yang menerima layanan pendampingan pastoral bukanlah kelompok bentukan
melainkan kelompok alamiah sebagai bagian dari masyarakat tertentu sehingga kelompok ini
mengambil setting dalam kehidupan masyarakat yang sesungguhnya misalnya sebuah
kampung terkena bencana tanah longsor yang menewaskan beberapa warga maka seluruh
kampung itu mengalami proses berduka cita
2.5 Tujuh Faktor Pendukung Pendampingan

 Suasana perjumpaan
Itu sebaiknya disahkan tentang mungkin agar perjumpaan dapat berlangsung secara efektif
agar yang didampingi dapat berjumpa secara eksistensial dengan mendampingi dan secara
bebas dapat mengungkapkan diri
 Tempat perjumpaan
Sehingga kedua belah pihak dapat berjumpa secara bebas
 Waktu
Dipisah dengan waktu yang tepat tanpa paksaan disediakan oleh kedua belah pihak supaya
merasa enak kunjungan pendampingan yang mendadak kurang efektif pada umumnya apabila
kita memang tidak mempunyai waktu sebaiknya penjumlahan itu ditunda atau diserahkan
kepada orang kompeten lain yang longgar waktunya
 Sarana perjumpaan
Sebaiknya perjumpaan itu juga menggunakan sarana yang cocok dengan situasi dan kondisi
gunakanlah Alkitab buku nyanyian atau sebagainya
 Keahlian
Hal yang sangat penting bagi pendampingan yang menjadi penolong yang efektif oleh sebab
itu kesempatan pelatihan yang bisa menambahkan keahlian itu perlu diperhatikan
 Lembaga pendukung
Sebaiknya dilakukan dengan kerangka pertanggungjawaban yang jelas oleh sebab itu
khususnya untuk pelayanan pendampingan profesional perlu adanya instansi pendukung
 Lembaga konsultasi dan rujukan
Mewujudkan kerja tim karena kekomplekan masalah manusia dan keterbatasan setiap pihak
pendamping silakan menggunakan sumber daya setempat dalam rangka menciptakan jaringan
kerjasama
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seiring perkembangan zaman, hidup manusia semakin kompleks dan tantangan semakin
beragam, salah satunya dalam konteks pelayanan pastoral konseling dalam gereja meresakan hall
tersebut. Oleh karena itu, pastoral gereja harus lebih kritis dalam menanggapi perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat agar pastoral gereja tetap unggul dan relevan dalam usahanya melayani
umat.
Pastoral adalah tindakan penggembalaan yang menekankan pada pelayanan yang berkata-kata
tentang Allah dan manusia yang mengalami masalah. Objek pelayanannya adalah menyelamatkan
manusia yang sudah menjadi anggota Allah. Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua
individu, yaitu konselor yang dipimpin Roh Kudus berusaha untuk menolong atau membimbing
dalam mengaplikasikan kebenaran sabda Tuhan atas persoalanpersoalan hidup, dan konseli yang
membutuhkan penerapan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. Pastoral konseling adalah
tindakan yang dilakukan oleh gembala atau konselor dengan pimpinan Roh Kudus dalam
membimbing dan menolong jemaat atau klien yang membutuhkan pertolongan untuk keluar dari
permasalahanyang terjadi di dalam kehidupan.
Konselor, Alkitab dan konseli adalah unsur pastoral konseling. Gereja adalah persekutuan orang-
orang percaya kepada Kristus baik yang disatu tempat maupun keseluruhan persekutuan Kristen.
Gereja sebagai saranakesaksian. Tugas pelayanan gereja meliputi: koinonia, marturia dan diakonia,
sertaditambah dengan pelayanan konseling. Gereja yang sehat dan ingin bertumbuh wajib
melakukan pelayanan tersebut.

3.2 Saran

Kebutuhan akan pendampingan pastoral dan konseling dewasa ini semakin terasa di berbagai
sektor kemasyarakatan, baik masyarakat kristiani maupun bukan kristiani. Krisis ekonomi, sosial,
politik,yang berakibat pada krisis bidang-bidang lain, termasuk kesehatan, pendidikan, maupun
moral, menjadikan krisis total negara Indonesia, sadar atau tidak sadar telah memicu kebutuhan
masyarakat akan pendampingan pastoral dan konseling. suatu tindakan nyata dan merespon apa
yang telah terjadi di masyarakat tersebut di atas. Sangatlah jelas, bahwa mereka memerlukan
pendampingan pastoral dan konseling untuk menyembuhkan, menopang, menuntun, merekonsiliasi,
dan menolong: hati, jiwa, emosi, maupun pikiran yang sedang sakit, yang terpuruk, yang merintih
tanpa daya,hatinya berteriak mengharapkan datang nya pertolongan.
DAFTAR PUSTAKA

Anon. n.d. “View of PASTORAL KONSELING: DESKRIPSI UMUM DALAM TEORI DAN
PRAKTIK.” Retrieved August 28, 2022 (https://journal.stt-abdiel.ac.id/JA/article/view/63/49).

Saputri, Jelitha. n.d. “Pastoral Konseling Sebagai Strategi Penggembalaan Untuk Menuju Gereja Yang
Bertumbuh.” doi: 10.31219/OSF.IO/NDJ5F.

Ernesater A, Holmstrom & Engstrom, (2009), Telenurses’ experience of working with computerized
decision support : supporting, inhibiting and quality improving. Diakses melalui
http://id.search.yahoo.com.Te lenurses Tanggal 11 Nopember 2012Heil, M., Hazel, A. and Smith, J.
(2008). The mechanics of airway closure. RespiratoryPhysiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-
221. Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of airway closure. RespiratoryPhysiology
& Neurobiology, 163(1-3), pp.214-221.Cara kerja pernapasan manusia ternyata bisa kita
pelajari menggunakan ilmu fisika.
Dalam ilmu fisika setidaknya ada tiga hukum yang menjelaskan tentang pernapasan yaitu,
Hukum Dalton, Hukum Boyle, dan Hukum Laplac

Anda mungkin juga menyukai