Di Susun oleh
YUNUS PIGOME
PUSPITA DA’MAN
RIRIN MO’O
MELISA KAABA
FIRMAN PAWENI
T.A 2018-2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT serta Shalawat salam semoga senantiasa
terlimpahkan atas Nabi besar Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya
serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Tak ada gading yang tak retak, penyusun memohon maaf yang sebesar-
besarnya bila didalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekeliruan dan
kekhilafan. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Semoga
Allah mengampuni dosa kita semua. Amiiin…
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari korupsi.
2. Mengetahui gambaran umum tentang korupsi dan jenis – jenis korupsi.
3. Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
4. Mengetahui kebijakan pemerintah dalam pemberantasan korupsi.
5. Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantasan korupsi.
6. Mengetahui peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi.
7. Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.
8. Mengetahui kendala atau hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia.
9. Mengetahui Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan dalam memberantas
korupsi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an
bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui
Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya
“Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh
Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata. Pada era Orde Baru, muncul
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dengan “Operasi Tertib” yang dilakukan
Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun
dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit
sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan
kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan
faktor eksternal (kesempatan). Niat lebih terkait dengan faktor individu yang
meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dianut, sedangkan kesempatan terkait
dengan sistem yang berlaku. Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada semua individu, Setidaknya ada
sembilan nilai-nilai anti korupsi yang penting
untuk ditanamkan pada semua orang, yaitu :
1. Kejujuran
2. Kepedulian
3. Kemandirian
4. Kedisiplinan
5. Tanggung jawab
6. Kerja Keras,
7. Sederhana,
8. Keberanian, dan
9. Keadilan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
a. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
b. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memiliki sifat takut dalam melakukan korupsi.
d. Jangan menghancurkan orang lain demi kepentingan pribadi.
e. Berusaha bersikap jujur didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
g. Memiliki pendidikan yang kuat apalagi dalam pemberantasan korupsi.
h. Menegakkan hukum secara adil dan konsisten sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan norma-norma lainnya yang berlaku.
i. Adanya penjabaran rumusan perundang-undangan yang jelas, sehingga tidak
menyebabkan kekaburan atau perbedaan persepsi diantara para penegak hukum
dalam menangani kasus korupsi.
j. Semua elemen (aparatur negara, masyarakat, akademisi, wartawan) harus
memiliki idealisme, keberanian untuk mengungkap penyimpangan-penyimpangan
secara objektif, jujur, kritis terhadap tatanan yang ada disertai dengan
keyakinan penuh terhadap prinsip-prinsip keadilan.
k. Melakukan pembinaan mental dan moral manusia melalui khotbah-khotbah,
ceramah atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum. Karena
bagaimana pun juga baiknya suatu sistem, jika memang individu-individu di
dalamnya tidak dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran dan harkat kemanusiaan,
niscaya sistem tersebut akan dapat disalah gunakan, diselewengkan atau
dikorupsi.
DAFTAR PUSTAKA