Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HADIST TENTANG LARANGAN KORUPSI


STUDY HADIST

Dosen Pengampuh :
IWAN AGUS SUPRIONO,M.Pd,Dr

Disusun Oleh Kelompok 11 :


Aurin Cahyarani (12070326455)
Novia Rahmawati Br.Harahap (12070327533)

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt yang atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "LARANGAN KORUPSI" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Study Hadist.Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang “Larangan Korupsi” baik bagi para pembaca maupun
penulis sendiri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Iwan Agus Supriono,M,Pd,Dr. selaku
Dosen mata kuliah Study Hadist .Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna.Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 04 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
1. Pengertian Korupsi...............................................................................................................3
2. Cirri – Ciri Korupsi...............................................................................................................4
3. Penjelasan Hadis Tentang Kecaman Terhadap Pelaku Risywah.........................................4
4. Hadist Tentang Perintah Berlaku Jujur.................................................................................7
5. Hadist Tentang Sikap Nabi Terhadap Jenazah Koruptor...................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang Korupsi di negeri kita saat ini sangat tidak asing lagi dan bahkan
sering disorot oleh media masa, seakan korupsi menjadi makanan yang empuk bagi
para pejabat baik tingkat daerah maupun nasional. kendati sudah ada institusi negara
yang sangat besar yang khusus mengatasi korupsi, namun masih banyak mereka masih
tetap tenang untuk makan uang haram ini. Adapun menurut hukum Islam sudah jelas
itu hukumnya haram dan banyak hadis-hadis Nabi yang menerangkan tentang hal itu.
Terdapat banyak ungkapan yang dapat di pakai untuk menggambarkan pengertian
korupsi, meskipun tidak seutuhnya benar. Akan tetapi tidak terlalu menjauh dari
hakikat dan pengertian korupsi itu sendiri. Ada sebagian yang menggunakan istilah
“ikhtilas” untuk menyebutkan prilaku koruptor, meskipun dalam kamus di temukan
arti aslinya yaitu mencopet atau merampas harta orang lain. Sementara itu terdapat
pengungkapan “Ghulul” dan mengistilahkan “Akhdul Amwal Bil Bathil”, sebagaimana
disebutkan oleh al-Qur’an dalam surat al-baqarah : 188 ‫َوال تَْأ ُكلوا أ ْم َوال ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلبَا ِ ِط ِل َوتُدْلوا‬
ِ ‫بِ َها إلَى ا ْل ُح َّك ِام لِتَْأ ُكلوا فَ ِريقا ً ِ ِمنْ أ ْم َوا ِل النَّا‬
َ‫س بِاِأْْل ْث ِم َوأ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
Artinya:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Defenisi dan Jenis – Jenis Korupsi !


2. Sebutkan dan Jelaskan Ciri – Ciri Korupsi ?
3. Jelaskan Hadis Tentang Kecaman Terhadap Pelaku Risywah !

1
4. Jelaskan hadist Tentang Perintah Berlaku Jujur dan Hadist Tentang Sikap Nabi
Terhadap Jenazah Koruptor !

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Definisi dan Jenis – Jenis Korupsi
2. Untuk Mengetahui Ciri – Ciri Korupsi
3. Penjelasan Hadis Tentang Kecaman Terhadap Pelaku Risywah
4. Hadist Tentang Perintah Berlaku Jujur Hadist Tentang Sikap Nabi Terhadap
Jenazah Koruptor

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Korupsi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin Corruplio atau Corruplus yang artinya :
busuk, buruk, bejad, dapat disuap, menyimpang dari kesucian, perkataan yang
menghtna atau memfitnah. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Corruption, artinya : Korupsi, kecurangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau
perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Selanjutnya dalam literatur
keislaman, istilah Korupsi identik dengan Risywah atau Rasywah yang berarti suap
atau pemberian sesuatu kepada seseorang karena ada maksud menyuap.
Oleh karena itu, Semuel P. Huntington dalam bukunya Political Order in Changing
Societies, menyatakan bahwa dari segi tipologi korupsi dapat dibagi dalam tujuh jenis
yaitu:
• Korupsi transaksional (Tansactive Corruption), yaitu korupsi yang
melibatkan dua pihak. Keduanya sama-sama mendapat keuntungan dan
karenanya sama-sama mengupayakan secara katif terjadinya korupsi.
• Korupsi yang bersifat memeras (Etortive Corruption), yaitu apabila pihak
pertama harus melakukan penyuapan terhadap pihak kedua guna menghindari
hambatan usaha dari pihak kedua itu.
• Korupsi yang bersifat ontogenik (Autogenic Corruption), yaitu hanya
melibatkan orang yang bersangkutan. Misalnya seorang anggota perlemen
mendukung golnya sebuah rancangan undang-undang, semata kerena undang-
undang tersebut akan membawa keuntungan baginya.
• Korupsi defensif (Defensive Corruption), yaitu ketika seseorang
menawarkan uang suap untuk membela dirinya.
• Korupsi yang bersifat investasi (Invenstif Corruption), misalnya
memberikan palayanan barang atau jasa dengan sebaik-baiknya agar nanti
mendapat uang ‘terima kasih’ atas pelayan yang baik tersebut.
• Korupsi yang bersifat nepotisme (Nepotistic Corruption), yaitu
menunjukkan ‘orang-orang saya’ untuk jabatan-jabatan umum

3
kemasyarakatamn, atau bahwa ‘keluarga’ sendiri mendapat perlakuan khusus
dalam banyak hal.
• Korupsi suportif (Supportive Corruption), yaitu korupsi yang tidak
secara langsung melibatkan jasa, uang, atau pemberian apapun. Misalnya,
membiarkan berjalannya sebuah tindakan korupsi dan bersikap masa bodoh
terhadap lingkungan dan situasi yang korup.

2. Cirri – Ciri Korupsi

Husaein Alatas menyatakan dalam bukunya bahwa terdapat ciri-ciri dari korupsi
yaitu:

1. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan;


2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umum;
3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus;
4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-orang yang
berkuasa atau bahwasanya menganggapnya tidak perlu;
5. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak;
6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk kenyataan yang
lain;
7. Adanya usaha untu menutupi perbuatan kurop dalam bentuk-bentuk
pengesahan hukum;
8. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan
korupsi.

Berdasarkan definisi diatas, dipahami bahwa Korupsi adalah salah satu bentuk
pelanggaran hukum, yaitu perbuatan penyalahgunaan wewenang, penyalahgunaan
kekuasaan dan menggunakan kesempatan untuk kepentingan pribadi atau oranglain.

3. Penjelasan Hadis Tentang Kecaman Terhadap Pelaku Risywah


Larangan Menyuap (RISYWAH)
‫ول‬KK‫ ل َعن رس‬: ‫ال‬KKَ‫ض ق‬.‫رةَ ر‬K
َ K‫ه ع َْن ابِى هُ َري‬KK‫حدثنا قتيبة حدثنا ابوا عوانة عن عمربن ابي سلمة عن ابي‬
)‫ (رواه ابو داود) (نيل االوطار‬.‫هللاِ صلى هللا عليهاالسلم ال َّراِ ِشىى ال ُمرْ تَِ ِشى ِفِى ال ُح ْك ِم‬

4
“Menceritakan kepada kami quthaibah, menceritakan kepada kami abu ‘uwanah
dari umar bin abi salamah dari bapaknya dari abi hurairah berkata: melaknat
Rasullah akan orang yang menyuap dan orang yang di suap dalam urusan hokum”.
{riwayat: Abu Daud (Nailul Authar 8:276)

َ ‫صلى هللاُ عَل ْيهُ َو َسل َم ْال َّراِ ِش َي َوال ُمرْ تَِ ِش َي َوال َّراِِئ‬
‫ش يَ ِْعنِى الَِّ ِذيْ يَ ِْم ِش ْي بَ ْينَهُ َما‬ َ ِ‫ ل َعنَ َرسُوْ ُل هللا‬:‫ع َْن ثَوْ بَانَ قَا َل‬
“Dari tsaubana berkata: rasulullah melaknat orang-orang yang menyuap dan
orangorang yang disuap, dan juga orang yang menjadi perantara diantara
keduanya.”
[HR. Ahmad] [Nailul Authar 4: 276]

َ‫صلى هللاُ عَليِْ ِه َو َسل َم قَا َل َم ْن ا ْستَ ْع َملنَاهُ عَلى َع َم ٍل فَ َر َز ْقنَاهُ ِر ْزقًا فَ َما أخَ َذ بَ ْع َد َذلِك‬ ِ ‫ع َْن ب َُر ْي َدةَ ع َْن أبِيِ ِه ع َْن الن‬
َ ‫ب ِّي‬
‫فَهُ َو‬
]‫ [رواه أبو داود‬.ٌ‫ُغلول‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Buraidah dari ayahnya dari Nabi saw,
beliau bersabda: Barangsiapa yang telah kami angkat sebagai pegawai dalam suatu
jabatan kemudian kami berikan gaji, maka sesuatu yang diterima di luar gaji itu
adalah korupsi.” [HR. Abu Daud] [Nailul Author 4: 232].

Kata suap yang dalam bahasa Arab disebut “Rishwah” atau “Rasyi”, secara bahasa
bermakna “memasang tali, mengambil hati”.Penerima suap, yaitu orang yang
menerima sesuatu dari orang lain baik berupa harta atau uang maupun jasa supaya
mereka melaksanakan permintaan penyuap, padahal tidak dibenarkan oleh syara’, baik
berupa perbuatan atau justru tidak berbuat apa-apa. Pemberi suap, yaitu orang yang
menyerahkan harta atau uang atau jasa untuk mencapai tujuannya. Suapan, yaitu harta
atau uang/barang atau jasa yang diberikan sebagai sarana untuk mendapatkan benda
dan atau sesuatu yang didambakan, diharapkan, atau diterima. Banyak yang
memberikan definisi tentang suap ini sehingga menurut istilah dikenal beberapa
pengertian suap, seperti uraian berikut:
1. Suap adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang dengan syarat orang yang
diberi tersebut dapat menolong orang yang memberi. Maksudnya, sesuatu yang dapat
berupa uang ataupun harta benda yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan
meraih sesuatu yang diinginkan, berkat bantuan orang yang diberi tersebut.

5
2. Suap adalah sesuatu yang diberikan untuk mengeksploitasi barang yang hak
menjadi batil dan sebaliknya. Artinya sesuatu ini diserahkan kepada orang lain supaya
ia ditolong walaupun dalam urusan yang tidak dibenarkan oleh syara’.
3. Suap adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada hakim atau lainnya
supaya orang itu mendapatkan kepastian hukum atau memperoleh keinginannya.
4. Suap adalah sesuatu yang di berikan kepada seseorang agar orang yang diberi itu
memberikan hukuman dengan cara yang batil atau memberi suatu kedudukan atau
suapaya berbuat dzalim.

Menyuap dalam masalah hukum adalah memberikan sesuatu, baik berupa uang
maupun lainnya kepada penegak hukum agar terlepas dari ancaman hukum atau
mendapat hukuman ringan.Perbuatan seperti itu sangat dilarang dalam islam dan
disepakati oleh para ulama sebagai perbuatan haram. Harta yang diterima dari hasil
menyuap tersebut tergolong dalam harta yang diperoleh dengan jalan batil.
Suap menyuap sangat berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat karena akan
merusak berbagai tatanan atas sistem yang berada di masyarakat dan menyebabkan
terjadinya kecerobohan dan kesalahan dalam menetapkan ketetapan hukum sehingga
hukum dapat dipermainkan dengan uang. Akibatnya, terjadi kekacauan dan ketidak
adilan. Dengan suap, banyak para pelanggar yang seharusnya diberi hukuman berat
justru mendapat hukuman ringan, bahkan lolos dari jeratan hukum. Sebaliknya banyak
pelanggar hukum kecil, yang dilakukan oleh orang kecil mendapat hukuman yang
sangat berat karena tidak memiliki uang untuk menyuap para hakim.
Unsur-Unsur Hadits
 Penerima suap, yaitu orang yang menrima sesuatu orang lain baik berupa harta
atau uang maupun jasa supaya mereka melaksanakan permintaan penyuap, padahal
tidak dibenarkan oleh syara’.
 Pemberi suap, yaitu orang yang menyerahkan harta atau uang maupun jasa untuk
mencapai tujuannya.
Macam-Macam Suap
a) Suap untuk membatilkan yang haq atau membenarkan yang batil. Halal itu jelas,
haram itu jelas. Hak itu kekal dan batil itu sirna. Syariat Allah merupakan cahaya yang
menerangi kegelapan yang menyebabkan orang-orang mukmin terpedaya dan para

6
pelaku kejahatan tertutupi dan terlindungi. Maka, setiap yang dijadikan sarana untuk
menolong kebatilan atas kebenaran itu haram hukumnya.
b) Suap untuk mempertahankan kebenaran dan mencegah kebatilan serta
kedzaliman. Secara naluri, manusia memiliki keinginan untuk berintraksi sosial,
berusaha berbuat baik. Akan tetapi, terkadang manusia khilaf sehingga terjerumus ke
dalam kemaksiatan dan berbuat dzalim terhadap sesamanya, menghalangi jalan hidup
orang lain sehingga orang itu tidak memperoleh hak-haknya. Akhirnya, untuk
menyingkirkan rintangan dan meraih hak-haknya terpaksai harus menyuap.
Suapmenyuap dalam hal ini (dilakukan secara terpaksa), menurut Abdullah bin Abd.
Muhsin suap menyuap dalam kasus tersebut bisa ditolerir (dibolehkan). Namun ia
harus bersabar terlebih dahulu sampai Allah membuka jalan baginya.

4. Hadist Tentang Perintah Berlaku Jujur

Kejujuran berasal dari kata “jujur”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
jujur berarti tidak bohong, tidak curang/khianat, sedangkan kejujuran bermakna sifat
atau keadaan jujur, ketulusan dan kelurusan hati. Ada ungkapan lain yang sepadan
dengan kata kejujuran yakni kebenaran, integritas, kelurusan (hati), kepolosan,
keterbukaan, keterusterangan, ketulusan, kredibilitas, moral, validitas.
Jujur dalam bahasa Inggris dipahami dengan kata honestly. Kata honest berasal dari
bahasa Latin Honestus (Honorable) atau Honos (honour) yang artinya kehormatan,
kemurnian, reputasi. Sedangkan jujur dalam bahasa Arab berasal dari kata shadaqa,
yashduqu, shidiq/shidqan yang berarti benar. Ada dua kata yang sering dikaitkan
dengan kata shidiq yaitu al-Shãdiq dan al-Shiddîq. AlShãdiqartinya orang yang jujur,
orang kepercayaan atau teman dekat, sedangkan al-Shiddîq berarti orang yang benar-
benar jujur, juga berarti orang yang selalu percaya. Lawan kata al-Shãdiq adalah al-
Kãzib artinya dusta, yaitu mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan.
Jujur dan benar merupakan pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang
munafik, sebagaimana pada ayat di atas. Memiliki sifat jujur dan benar merupakan
salah satu kriteria orang yang bertaqwa, sebagaimana Allah ungkapkan pada Q.S. Al-
Baqarah/2 ayat 177 berikut:

7
َ ‫ره َو‬KK‫ربَّ ِ َم ْن آ َمنَ برالل‬KK‫ركن ال‬
‫الي وْ رم‬ َّ ‫رر رب َول‬KK‫رررق َوال َم ْغ‬K‫ َل ال َم ْش‬K‫وهَ ُك ْم قرب‬KK‫وا و ُج‬KK‫أن ت َول‬
ْ ِ َّ‫رب‬K‫ْس ال‬
َ ‫لي‬
َ Kُ‫بره َذروي الق‬KK‫ا َل عَلى ُح‬KK‫بريينَ وآتى ال َم‬KK‫ا رب َوالن‬KK‫ئر َكرة َوال ركت‬KKَ‫ْْالرخرر َوال َمل‬
َ‫اكرينَ َوابن‬K‫ا َمى َوال َم َس‬KK‫رب َواليت‬K
‫دُوا‬KKKَ‫ردره ْم إر َذا عَاه‬KKKْ‫ونَ بر َعه‬KKK‫اةَ َوال ُموف‬KKK‫لَةَ َوآتى الز ََّك‬KKK‫الص‬
َّ ‫ا َم‬KKK‫ا رب َوأق‬KKK‫رف الرق‬ َّ ‫بريرل َو‬KKK‫الس‬
ِ ‫ائرلرينَ َو‬KKK‫الس‬ َّ
َ‫ت قُون‬
َّ ‫ك هُ ُم ال ُم‬
َ ‫صدَقوا َوأولئر‬
َ َ‫ك الرذين‬
َ ‫رف البأ َسارء َوالضَّرارء ورحينَ البَأ رس أولئر‬
ِ َ‫َوالصَّابرررين‬

Ayat di atas menyatakan sifat orang yang bertaqwa adalah orang yang jujur dan
benar, benar dalam arti sesuai dalam sikap, ucapan, dan perbuatannya. Ia senantiasa
melakukan kebajikan yaitu beriman kepada Allah, hari Kiamat, para Malaikat, Kitab
Suci, para Nabi, bersedekah, menyantuni anak yatim, orang miskin, musafir dan para
peminta-minta, memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
menepati janji apabila ia berjanji, bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan.

Allah menyatakan akan memberikan anugerah bagi yang mukmin yang benar dan
menjatuhkan sanksi bagi yang munafik, sebagaimana termasuk pada Q.S. AlAhzãb/33
َ K‫رن َشا َء َأوْ ي ت‬
ayat 24 beriku : ‫وب‬K َ ‫ي هللاُ الصَّاردقرينَ بر رص ْدقرره ْم َوي َع ِّذ‬
ْ ‫ب ال ُمنا فررقينَ إ‬ َ ‫لريجْ رز‬
‫إرن هللاَ َكانَ َغفُورا‬
َّ ‫عَليْره ْم‬
‫ررحي ًما‬

Pada ayat tersebut dapat dipahami bahwa orang yang menjalani hidupnya dengan
berbohong, pada akhirnya menjadi orang yang munafik. Sebab, landasan iman adalah
jujur, sedangkan landasan kemunafikan adalah dusta, karena itu, iman dan dusta tidak
mungkin menyatu.
Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bersikap jujur, sebaliknya
Allah sangat murka kepada hamba-Nya yang berdusta, lebih-lebih yang mendustakan
Dia dan segala nikmat-Nya. sebagaimana dalam Q.S. alRahmãn/55 ayat 13 : ِّ‫ف برأي‬
‫آلَرء رب ُك َما ت َك ِّذبارن‬
Ibnu Asyur menyatakan, sebagaimana dikutip Quraish Shihab, bahwa ayat tersebut
ditujukan kepada manusia, karena ada manusia yang taat dan ada manusia yang
durhaka kepada segala nikmat Allah. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat ini
ditujukan kepada manusia dan jin, karena baik manusia maupun jin, ada yang taat dan
ada yang durhaka. Ayat ini juga merupakan sindiran kepada kaum musyrikin.

8
Ayat tersebut terulang dalam surah Al-Rahmân sebanyak 31 kali. Pengulangan
tersebut menurut sebagian mufasir menyatakan penegasan akan keagungan nikmat
Allah dan menggugah kesadaran bersyukur bagi yang mengambil manfaat dari
menerima nikmat Allah serta mengecam bagi yang tidak bersyukur sambil
mengisyaratkan bahwa sikapnya tersebut telah melampaui batas.
Selain ayat-ayat Alquran di atas, Nabi Muhammad Saw dalam hadishadisnya juga
banyak menjelaskan tentang anjuran berbuat jujur dan larangan berbohong. Beliau
sangat menganjurkan bersikap jujur, karena kejujuran merupakan pangkal kebaikan
dan akan membawa pelakunya masuk surga sebagaimana disebutkan dalam hadis
berikut:

َ K‫ ٌع ق‬K‫ةَ َووكري‬K‫َح َّدث نَا ُُم َّم ُد بنُ َعبْرد اللره ب رن نُُ ٍْْي َح َّدث نا أبو ُم َعاروي‬
‫و‬KK‫ا أب‬KK‫ َّدث ن‬K‫ا األ ْع َمشُ ح و َح‬KK‫ َّدث ن‬K‫ال َح‬K
‫ه‬KK‫لى هللا علي‬KK‫ره ص‬KK‫و ُل الل‬K‫رس‬ َ K‫ره ق‬KK‫ق ع َْن َعبْرد الل‬
ُ ‫ا َل‬KK‫ال ق‬K ٍ ‫ب َح َّدث نا أبو ُم َعارويةَ َح َّدث نا األ ْع َمشُ ع َْن َشرقي‬ ٍ ‫ُكري‬
‫ ُل‬K‫ي ْهردى إر َل ْْالنرة َو َما ي زا ُل ال ر ُج‬ َّ ‫ق ي ْهردى إر َل الربِّ ِ َو‬
َ ِ َّ‫إرن الرب‬ َ ‫ص ْد‬ َّ
ِّ ‫فرإن ال‬ ‫ص ْدرق‬ِّ ‫ عَل ْي ُك ْم برال‬: ‫وسلم‬
ََّّ ‫ق ح‬
َ ‫ردى‬KK‫ي ْه‬
‫إرل‬ َ K‫رإن ال َك‬K
َ ‫رذب‬K َّ K‫ب ف‬ َ ‫رذ‬KK‫ا ُك ْم َوال َك‬KK‫دِّيقًا َوإري‬K ‫ره رص‬KK‫ َد الل‬K‫تب رع ْن‬
َ ‫ت ي ْك‬ َ َ ‫ ْد‬K ‫الص‬
ِّ ‫ رى‬K‫تح‬ َ ‫ي‬ َ ‫ق َو‬ ُ ‫ ُد‬K ‫يص‬
ْ
َ َّّ ‫رذب َح‬ َّ ‫ْالفُجُورر َو‬
‫تب رع ْن َد اللره‬َ ‫ت ي ْك‬ َ ‫إرن الفُجُو َر ي ْهردى إر َل النارر َو َما ي زا ُل الر ُج ُل ي ْكرذبُ َوي ت َحرى ال َك‬
11‫َك َّذابا‬

Imam Al-Nawawi menyatakan bahwa kata al-birru pada hadis tersebut berarti satu
kata yang mencakup semua jenis kebaikan, walaupun ada juga yang mengatakan al-
birr itu adalah surga, b oleh juga keduanya yaitu amal shaleh dan surga. Sedangkan
kebohongan (al-kãdzib) dapat menyeret kedalam al-fujûr yaitu satu kata yang
mencakup semua jenis kejahatan, sehingga melenceng dari kebenaran dan akhirnya
mendorong untuk berbuat maksiat.
Para Ulama menjelaskan, sebagaimana dikutip Imam Al-Nawawi, hadis tersebut
menganjurkan agar senantiasa berlaku jujur dan mengecam kebohongan dan
menggampangkan kata-kata dusta. Karena orang yang mudah berbohong, pasti sering
melakukan kebohongan, akhirnya terkenal sebagai seorang pembohong dan Allah
menetapkannya sebagai seorang pembohong. Status orang yang jujur atau pembohong
disini bermakna adalah bisa jadi Allah Swt ingin menunjukkan kepada semua
makhluk-Nya khususnya manusia tentang orang tersebut di kalangan penduduk langit,
atau Allah Swt ingin menancapkan ke dalam hati-hati mereka di dunia ini dengan cara

9
cinta atau benci, sehingga mulutmulut mereka mengucapkan apa adanya dari keadaan
mereka.

5. Hadist Tentang Sikap Nabi Terhadap Jenazah Koruptor


Korupsi merupakan salah satu kejahatan yang sangat dibenci oleh Nabi Muhammad
Saw. Bahkan, Rasulullah mengibaratkan koruptor seperti halnya mayat. Hal ini
berdasarkan hadits nabi yang bersumber dari Abdullah bin Mughirah bin Abdi Burdah
al-Kinani.
‫ه‬KK‫دعولهم وان‬KK‫ا ئلهم ي‬KK‫اس فى قب‬KK‫عن عبد هللا المغيرة بن أبي بردة الكناني انه بلغه أن رسول هللا صل هللا عليه وسلم أتى الن‬
‫بر‬KK‫ترك قبيلة من القبائل قال وان القبيلة وجدوافي بردعة رجل منهم عقد جزع غلوال فأتاهم رسول هللا صل هللا عليه وسلم فك‬
)‫عليهم كما يكبر على الميت (رواه مالك‬

‘An ‘abdillahibnil mughiratibni ai burdatal kinaniyyi annahu balahahu anna


rasulallahi shallallahu ‘alaihi wasallama atan nasa fi qaba’ilihim yad’u lahum wa
annahu taraka qabilatanminal qabaili qala, wainnal qabilata wajadu fi barda’ati
rajulin minhum iqdajaz’in ghululan fa atahum rasulullahi shallallahu ‘alaihi
wasallama fakabbara ‘alaihim kama yukabbiru ‘alal mayyiti (rawahumaliku).

Artinya:

Bersumber dari Abdullah bin Mughirah bin Abdi Burdah al-Kinani. Ia


menyampaikan bahwa Rasulullah Saw mendatangi orang-orang pada kabilah mereka.
Rasul mendoakan mereka. Ketika tinggal satu kabilah yang tersisa, beliau berkata,

“Sesungguhnya kabilah ini terdapat ini terdapat ikatan batu akik (marjan) di
pelana milik seseorang dari mereka yang merupakan hasil korupsi.” Kemudian
Rasulullah Saw mendatangi kabilah ini dan bertakbir atas mereka sebagai mana
takbir atas mayit. (HR. Malik).

Dikutip dari buku “Agar Anda Terhindar dari Jerat Korupsi”, Syarwani
menjelaskan, dari hadits tersebut dapat diketahui betapa mengejutkannya perlakukan
nabi pada seorang koruptor. Koruptor tidak dianggap nabi sebagai orang hidup, tapi
disamakan dengan mayat.

Menurut  Syarwani, perlakuan nabi ini semakin menunjukkan kebencian beliau


terhadap tindakan korupsi. Karena itu, umat Islam tidak memiliki jalan lain selain
menjauhi serta memberantas korupsi, sesuai kemampuan yang dimiliki.

10
11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dilarang, karena korupsi
merusak mental atau akhlak suatu bangsa yang bisa dikenakan tindak pidana
sebagaimana hukumannnya. Untuk menanggulanginya, harus memahami dan
kemudian merealisasikannya dalam perbuatan.
Dapat diuraikan bahwa korupsi merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukan
pada suatu bentuk pelanggaran hukum dan dapat disebut sebagai penyakit dalam
pembangunan bangsa dan negara.
Kata suap yang dalam bahasa Arab disebut “Rishwah” atau “Rasyi”, secara bahasa
bermakna “memasang tali, ngemong, mengambil hati”
Adapun macam-macam suap adalah :
• Suap untuk membatilkan yang haq atau membenarkan yang batil.
• Suap untuk mempertahankan kebenaran dan mencegah kebatilan serta
kedzalima.

B. Saran

Penulis banyak berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khusus pada
penulis.Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2021, Desember 13). Perilaku Jujur dalam Islam: Pengertian, Dalil, Macam
Sifat dan Hikmah. Dipetik Oktober 04, 2021, dari Gramedia. go:
https://www.gramedia.com/literasi/perilakujujur/#:~:text=%E2%80%9CDari%20Abu
%20Bakar%20Ash%2DShiddiq,%2C%20dan%20keduanya%20di%20neraka
%E2%80%9D
Dea. (2020). Larangan Korupsi dan Kolusi. Academic. co. id, 2-7.
Hafil, M. (2020, Desember 10). Nabi Muhammad Ibaratkan Koruptor Seperti Mayat.
Dipetik Oktober 04, 2022, dari Republika. co. id:
https://www.republika.co.id/berita/ql3ibm430/nabi-muhammad-ibaratkan-koruptor-
seperti-mayat

13

Anda mungkin juga menyukai