Makalah Hadist
Makalah Hadist
Dosen Pembimbing:
Drs. Ahmad Zuhri, M.A
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
JURUSAN MUAMALAH
Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Larangan Korupsi dan Kolusi”. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Hadits, bapak Drs.
Ahmad Zuhri, M.A yang telah banyak memberikan kepada kami berbagai ilmu tentang Hadits-
Hadits Nabi khusunya kepada mahasiswa muamalah 2b. Semoga apa yang belaiu ajarkan kepada
kami menjadi manfaat dan menjadi amal jariyah bagi beliau di Akherat kelak. Amiin.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai pengertian korupsi dan kolusi , larangan korupsi dan kolusi dan lain
sebagainya. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya teman-teman sekalian. Tak
ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-
saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................. i
1. Kesimpulan .................................................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Korupsi dan kolusi dalam sejarah manusia bukanlah hal baru. Ia lahir bersamaaan dengan
perkembangan hidup manusia itu sendiri. Ketika manusia mulai hidup bermasyarakat, disanalah
awal mula terjadinya korupsi. Penguasaan atas suatu wilayah dan sumber daya alam oleh
segelintir kalangan mendorong mausia untuk saling berebut dan menguasai. Berbagai taktik dan
strategi pun dilaksanakan. Perebutan manusia atas sumber daya alam dan politik inilah awal
mula terjadinya ketidakadilan. Padahal kebutuhan untuk bertahan hidup kian menanjak, tapi
kesempatan untuk memenuhinya semakin terbatas. Sejak saat itu moralitas dikesampingkan.
Orientasi hidup yang mengarah pada keadilan berubah menjadi kehidupan untuk menguasai dan
mengeksploitasi.
2. Rumusan masalah
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
B. Pengertian Kolusi
Kolusi adalah suatu bentuk tindakan persekongkolan atau permufakatan secara rahasia
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, dimana tujuannya adalah untuk melakukan perbuatan
tidak baik demi mendapatkan keuntungan.
Pendapat lain mengatakan arti kolusi adalah suatu bentuk kerja sama ilegal atau
konspirasi rahasia, yang bertujuan untuk menipu atau memperdaya orang lain. Pada umumnya
tindakan kolusi disertai dengan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah atau pihak
tertentu untuk mendapatkan keuntungan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kolusi adalah sikap dan tindakan tidak jujur dan melanggar hukum dengan membuat kesepakatan
rahasia disertai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin untuk kepentingan
seseorang atau kelompok.3
َوْ نMMم تَ ْعلَ ُمMُْااْل ِ ْث ِم َوَأ ْنتMِاس ب ْأ ِ َم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبMْ َوالَ ُكMْأ ُكلُوْ ا َأ ْمMََوالَ ت
ِ َّ َوا ِل النMا ِم ْن َأ ْمMMً ُكلُوْ ا فَ ِر ْيقMَا ِإلَى ْال ُح َّك ِام لِتMMَ ْدلُوْ ا بِهMُ ِل َوتMاط
"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui."
Hadis tentang larangan menyuap:
ي فِي اَ ْل ُح ْك ِم
Mَ اَلرَّا ِش َي َو ْال ُمرْ ت َِشM لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم: هللا عنه قَالMَوع َْن َأبِي ه َُري َْرةَ رضي
3 M. Dawam Rahardjo, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme: Kajian Konseptual dan sosio kultural,
(Yogyakarta: Aditya Media, 1999), hlm. 198.
3
Kata suap yang dalam bahasa Arab disebut “Rishwah” atau “Rasyi”, secara bahasa
bermakna “memasang tali, mengambil hati”.Penerima suap, yaitu orang yang menerima sesuatu
dari orang lain baik berupa harta atau uang maupun jasa supaya mereka melaksanakan
permintaan penyuap, padahal tidak dibenarkan oleh syara’, baik berupa perbuatan atau justru
tidak berbuat apa-apa. Pemberi suap, yaitu orang yang menyerahkan harta atau uang atau jasa
untuk mencapai tujuannya. Suapan, yaitu harta atau uang/barang atau jasa yang diberikan
sebagai sarana untuk mendapatkan benda dan atau sesuatu yang didambakan, diharapkan, atau
diterima. Banyak yang memberikan definisi tentang suap ini sehingga menurut istilah dikenal
beberapa pengertian suap, seperti uraian berikut4:
1. Suap adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang dengan syarat orang yang diberi tersebut
dapat menolong orang yang memberi. Maksudnya, sesuatu yang dapat berupa uang ataupun harta
benda yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan meraih sesuatu yang diinginkan, berkat
bantuan orang yang diberi tersebut.
2. Suap adalah sesuatu yang diberikan untuk mengeksploitasi barang yang hak menjadi batil dan
sebaliknya. Artinya sesuatu ini diserahkan kepada orang lain supaya ia ditolong walaupun dalam
urusan yang tidak dibenarkan oleh syara’.
3. Suap adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada hakim atau lainnya supaya orang itu
mendapatkan kepastian hukum atau memperoleh keinginannya.
4. suap adalah sesuatu yang di berikan kepada seseorang agar orang yang diberi itu memberikan
hukuman dengan cara yang batil atau memberi suatu kedudukan atau suapaya berbuat dzalim
Korupsi adalah suatu jenis perampasan terhadap harta kekayaan rakyat dan negara dengan
cara memanfaatkan jabatan demi memperkaya diri. Dibantah atau tidak, korupsi memang
dirasakan keberadaannya oleh masyarakat. Ibarat penyakit, korupsi dikatakan telah menyebar
luas ke seantero negeri. Terlepas dari itu semua, korupsi apa pun jenisnya merupakan perbuatan
yang haram.
Menyuap dalam masalah hukum adalah memberikan sesuatu, baik berupa uang maupun
lainnya kepada petugas hukum agar terlepas dari ancaman hukum atau mendapat hukuman
ringan.Perbuatan seperti itu sangat dilarang dalam islam dan disepakati oleh para ulama sebagai
perbuatan haram. Harta yang diterima dari hasil menyuap tersebut tergolong dalam harta yang
diperoleh melalui jalan batil
5 Bahresy Salim, Tarjamah Riyadhus Shalihin. (PT. Al-Ma’arif, Bandung 1986), hlm. 29
5
Di riwayatkan abu Hurairah Ra, tuturnya Rasulullah saw bersabda: tukar menukar
hadiahlah, niscaya kalian saling mencintai.6
َ Mَ ُل ِح ْينَ فM ا َءهُ ْال َعا ِمMصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اِ ْستَ ْع َم َل عَا ِمالً فَ َج
ر َغM َ ِي َأ َّن َرسُوْ َل هللا ِ ْث َأبِ ْي ُح َم ْي ِد الس
ِّ َّاع ِد ُ َح ِدي
Mَ ْرMَكَ َوُأ ِّمكَ فَنَظMMت َأبِ ْي
دَىMْت َأيُه ِ دْتَ فِى بَ ْيM َأفَالَ قَ َع:ُهMَ فَقَا َل ل.ي لِ ْي َ ل هللاِ هـ َذا لَ ُك ْم وهـ َذا ُأ ْه ِدMَ ْارسُو
َ َ ي:ال َ َِم ْن َع َملِ ِه فَق
:ا َلMMَ ثُ َّم ق،ُصالَ ِة فَتَ َشهَّ َد َوَأ ْثنَى َعلَى هللاِ بِ َما ه َُو َأ ْهلُه َ ِك َأ ْم الَ ؟ ثُ َّم قَا َم َرسُوْ ُل هللا
َّ صلَّى هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ِشيَّةً بَ ْع َد ال َ َل
ِه َوُأ ِّم ِهMْت َأبِي َ ِدM هـ َذا ِم ْن َع َملِ ُك ْم َوهـ َذا ُأ ْه:ُوْ لMُ فَيَقMتَ ْع ِملُهُ فَيَْأتِـ ْينَاM ِل ن َْسM فَ َما بَا ُل ْال َعا ِم،َُأ َّما بَ ْعد
ِ َد فِ ْي بَ ْيMي لِ ْي َأفَالَ قَ َع
هُ َعلَىMُ ِة يَحْ ِملMوْ َم ْالقِيَا َمMMَ ِه يMِ ا َء بMر هَلْ يُ ْهدَى لَهُ َأ ْم الَ؟ فَ َو الَّ ِذيْ نَ ْفسُ ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه الَيَ ُغلُّ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْنهَا َشيْـًأ ِإالَّ َجMَ َفَنَظ
ُ ْد بَلَّ ْغMََت َشاةً َجا َء بِهَا تَ ْي َع ُر فَق
َ Mَت فَق
الM ْ َت بَقَ َرةً َجا َء بِهَا ُخوْ ا ٌر َوِإ ْن َكان ْ ُعنُقِ ِه ِإ ْن َكانَ بَ ِع ْيرًا َجا َء بِ ِه لَهُ ُرغَا ٌء َوِإ ْن َكان
َ ِوْ ُل هللاMMMMM َع َر ُسMMMMَ ثُ َّم َرف: ٍدMMMMْوْ ُح َميMMMMَُأب
َ ر ِإلَى ُع ْفMُ MMMMُ َدهُ َحتَّى ِإنَّا لَنَ ْنظMMMMMَلَّ َم يMMMM ِه َو َسMMMMْلَّى هللاِ َعلَيMMMMص
ر ِة ِإ ْبطَيْهMMMMM
Abu Humaidi Assa’idy r.a. berkata, “Rasulullah saw. mengangkat seorang pegawai untuk
menerima sedekah/zakat kemudian sesudah selesai, ia datang kepada Nabi saw. dan berkata,
“Ini untukmu dan yang ini untuk hadiah yang diberikan orang padaku.” Maka Nabi saw.
bersabda kepadanya, “Mengapakah anda tidak duduk saja di rumah ayah atau ibu anda apakah
di beri hadiah atau tidak (oleh orang)?” Kemudian sesudah shalat, Nabi saw. berdiri, setelah
tasyahud dan memuji Allah selayaknya, lalu bersabda. “Amma ba’du, mengapakah seorang
pegawai yang diserahi amal, kemudian ia datang lalu berkata, “Ini hasil untuk kamu dan ini aku
berikan hadiah, mengapa ia tidak duduk saja di rumah ayah atau ibunya untuk menunggu
apakah ia diberi hadiah atau tidak?. Demi Allah yang jiwa Muhamad di tangan-Nya tiada
seorang yang menyembunyikan sesuatu (korupsi), melainkan ia akan menghadap di hari kiamat
memikul di atas lehernya. Jika berupa onta bersuara, atau lembu yang menguak atau kambing
yang mengembik, maka sungguh aku telah menyampaikan.” Abu Humaidi berkata, “kemudian
Nabi saw., mengangkat kedua tangannya sehingga aku dapat melihat putih kedua ketiaknya.”
(Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam kitab ‘Aiman dan Nadzar,’bab’ Bagaimana cara Nabi saw.
6 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-lu’lu’ wal Marjan Mutiara hadits sahih Bukhari dan Muslim, (Jakarta:
Ummul Qura, 2013),hlm. 121.
6
bersumpah,’)7
Oleh karena itu, Islam melarang seorag pejabat atau petugas Negara dalam posisi apapun untuk
menerima atau memperleh hadiah dari siapapun karena hal itu tidaklah layak dan dapat
menimbulkan fitna.Disamping sudah mendapatkan gaji dari negara , alasan pemberan hadiah
tersebut berkat kedudukannya. Bila ia tidak memiliki kududukan atau jabatan ,belum tengtu
orang-orang tersebut akan memberinya hadiah. Sebagaimana dalam hadis diatas bahwa jika ia
hanya tidak menjabat dan hanya diam dirumah, tidak ada seorangpun yang memberi hadiah
kepadanya.
Dengan demikian, hadiah yang diberikan kepada para pejabat atau yang berwenan, kecil
atau besar wewenangnya apabila sebelumya tidak bisa terima dinilai sebagai sogokan
terselubung. Dengan kata lain, hadiah yang diberikan kepada seseorang pejabat sebenarnya
bukanlah hak nya. Disamping itu, niat orang-orang memberikan hadiah kepada para pejabat atau
7 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-lu’lu’ wal Marjan Mutiara hadits sahih Bukhari dan Muslim, (Jakarta:
Ummul Qura, 2013). h. 122
7
para pegawai, dipastikan tidak didorong dan didasasrkan pada keikhlasan sehingga perbuatan
mereka akan sisi-sia dihadapan Allah SWT.8
Selain itu, seorag pejabat yang menerima hadiah dari orang, berarti dia mendekatkan
dirinya pada perbuatan kolusi dan nepotisme.dalam pelaksanaan kewajiban khususnya, misalnya
dalam pengaturan tender, penempatan pegawai, dan lain-lain,bukan lagi didasarkan pada aturan
yang ada,namun didasarkan pada apa yang diberikan orang kepadanya dan seberapa dekat
Hubungannya dengan orang tersebut.
Ia akan mempermudah berbagai urusan orang yang memberinya hadiah dan tidak
memperdulikan urusan orang yang tidak dia kenal dan tidak pernah memberinya hadiah apapun.
Dengan demikian, akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Apalagi kalau ia menempatkan
bawahannya berdasarkan dengan uang yang diterimanya hal ini akan menyebabkan adanya
orang-orang yang tidak pantas menduduki tempat tersebut karena tidak sesuai dengan
Kemampuan dan kualitasnya.
Dengan demikian, sangatlah pantas kalau Rasulullah Saw melarang seorang pegawai atau
seorang petugas negara untuk menerima hadiah karena menimbulkan kemudaratan walaupun
Pada asalnya menerima hadiah itu dianjurkan
Korupsi baik terhadap umum maupun milik Negara yang dianggap sebagai perbuatan
salah/curang diharamkan dalam Islam dan diancam dengan adzab akhirat. Hal ini sebagaimana
yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 161
ْ ت َوهُ ْم الَ ي
َوْ نMMُظلَ ُم ٍ لُّ نَ ْفMM ُكMوفَّىM
ْ َبMا َك َسMMس َم ِ ْأMَلْ يMMًُ َّل َو َم ْن يَ ْغلMانَ النَّبِ ُّي َأ ْن يَ ُغMMا َكMMَو َم
َ Mُ ِة ثُ َّم تMوْ َم ْالقِيَا َمMMَ َّل يMا َغMMت بِ َم
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa
yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang
membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan
tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”
Islam melarang perbuatan tersebut, bahkan menggolongkannya sebagai salah satu dosa
8 Rahcmat syafe’i, Al-Hadis Aqidah Akhlaq Sosial dan Hukum,(Bandung: CV, Pustaka Setia,2003), h.
159-161
8
besar, yang dikhianati oleh Allah dan Rasulnya. Karena perbuatan tersebut tidak hanya
melecehkan hukum, tetapi lebih jauh lagi melecehkan hak seseorang untuk mendapatkan
perlakuan yang sama di depan hukum. Oleh karena itu, seorang hakim hendaklah tidak
menerima pemberian apapun dari pihak manapun selain gajinya sebagai hakim.
Untuk mengurangi perbuatan suap-menyuap dalam masalah hukum, jabatan hakim lebih utama
diberikan kepada mereka yang berkecukupan karena kemiskinan seorang hakim akan mudah
membawa dirinya untuk berusaha mendapatkan sesuatu yang bukan haknya.
Sebenarnya, suap menyuap tidak hanya dilarang dalam masalah hukum saja, tetapi dalam
berbagaia aktkivitas dan kegiatan. Dalam beberapa hadis lainnya, suap menyuap tidak
dikhsuskan terhadap masalah hukum saja.
Korupsi yang dilakukan oleh penguasa akibat penyalahgunaan kekuasaan akan berakibat, antara
lain:9
Ekonomi berfunsi sebagai faktor terpenting bagi masyarakat. apabila korupsi sudah
masuk pada perekonomian negara mana mungkin bisa makmur masyaraktnya jikalau semua
proses ekonomi dijalankan oleh oknum yang korup. Hasil dari dampak korupsi terhadp ekonomi
yakni,
9
Dari dampak sosial dan Kmiskinan Rakyat akan menybabkan
Para wakil rakyat sudah tidak dapat dipercaya sebagai pelindung rakyat, karna mereka hanya
memikirkan anak buah mereka jika salah satu dari mereka melakukan tindak korupsi dengan
kekuatan politiknya mereka akan melakukan berbagai cara untuk menyelamatkannya.
Peraturan perundang undangan tidak lagi berlaku karna, kebanyakan para pejabat tinggi,
pemegang kekuasaan atau hakim sering kali dijumpai bahwa mereka mudah sekali terbawa oleh
hawa nafsu mereka. dan juga sering kali semua permasalahan selalu diselesaikan dengan
korupsi.10
korupsii terhadap penegak hukum dapat melemahkan suatu pemerintahan. bahwasanya setiap
pejabat atau pemegang kekusaan memiliki peran penting dalam membangun suatu negara,
apabila pejabat sudah melalaikan kewajibannya maka yang akan terjadi yakni,
11
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Korupsi merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dilarang, karena korupsi merusak
mental atau akhlak suatu bangsa yang bisa dikenakan tindak pidanan sebagaimana hukumnnnya.
Untuk menanggulanginya, harus memahami dan kemudian merealisasikannya dalam perbuatan.
Kata suap yang dalam bahasa Arab disebut “Rishwah” atau “Rasyi”, secara bahasa bermakna
“memasang tali”
Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya. Tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Menyuap dalam masalah hukum adalah
memberikan sesuatu, baik berupa uang maupun lainnya kepada penegak hukum agar terlepas
dariancamanhukumataumendapathukumanringan.
Kolusi adalah sogok menyogok, kolusi dapat terjadi apabila diawali dengan
persekongkolan. Demikian juga, praktek sogok menyogok terjadi karena persekongkolan antara
yang memberi suap dan yang menerima suap. Hadiah adalah sesuatu yang di berikan orang
kepada orang lain untuk menjalin ke akraban dan menunjukan kasih sayang kepadanya.
Rasulullah saw. Menganjurkan kepada kita agar kita memberi hadiah karna Rasulullah sendiri
berkenan menerima hadiah dari para sahabat, dan juga memerintahkan kepada sahabat agar
berkenan menerima hadiah dari orang lain, ngemong, mengambil hati”
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi.. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna,
masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik nya yang bersifat
membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Salim Bahresy, Tarjamah Riyadhus Shalihin. (PT. Al-Ma’arif, Bandung 1986), hlm. 29
Abdul Baqi Muhammad Fuad, Al-lu’lu’ wal Marjan Mutiara hadits sahih Bukhari dan Muslim,
(Jakarta: Ummul Qura, 2013),hlm. 121
Abdul Baqi Fuad, Al-lu’lu’ wal Marjan Mutiara hadits sahih Bukhari dan Muslim, (Jakarta:
Ummul Qura, 2013). h. 122
Syafe’i Rahcmat, Al-Hadis Aqidah Akhlaq Sosial dan Hukum,(Bandung: CV, Pustaka
Setia,2003), h. 159-161
13