Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENANGGULANGAN KORUPSI DAN KEMISKINAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan


Dosen Pengampu : Dr. Mohammad Sodiq M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Afiza faizdatul fadilah
2. Cahya arlian pramisti
3. Irvan pehani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-MUSLIHUN
TLOGO KANIGORO BLITAR
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah "Kewarganegaraan" dalam bentuk makalah tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Nabi Muhammad, SAW.

Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang membantu dalam
penyelesaian makalah kami, yaitu kepada orang tua yang tiada henti memberikan doa dan
dukungan kepada kami,sehingga makalah dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
kepada dosen pngampu yang telah membimbing kami dengan setulus hati. Dan pihak-
pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu ,yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.

Waalaikumsalam wr.wb

Blitar, 12, Desember 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………1

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………......2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...3

A. Latar Belakang …………………………………………………………………….3


B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………..........3
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………...4
A. Hakekat korupsi dan upaya penanggulanganya …………………………………...4
B. Kemiskinan dan upaya penanggulangannya ………………………………………8
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………..14
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….14
B. Saran ………………………………………………..................................................14

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...15

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari
kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya. Sedangkan kata
corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap.
Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary) korupsi
didefinisikan sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan
tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan pengertian ringkas
yang dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk
keuntungan pribadi (the abuse of public office for private gain).
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar Kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan. Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat
diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup
(Nugroho, 1995).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya yang dilakukan utuk penanggulangan korupsi?


2. Apa hakikat korupsi?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk penanggulangan kemiskinan?
4. Apa hakikat kemiskinan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui upaya penanggulangan korupsi


2. Mengetahui hakekat korupsi
3. Mengetahui upaya penganggulangan kemiskinan
4. Mengetahui hakikat kemiskinan

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Korupsi Dan Upaya Penanggulangannya

Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari
kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya. Sedangkan kata
corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap.
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi. Masyarakat pada
umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-
tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan
dengan merugikan orang lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi
masyarakat umum adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan
publik untuk keuntungan pribadi.1
Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary) korupsi
didefinisikan sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan
tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan pengertian ringkas
yang dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk
keuntungan pribadi (the abuse of public office for private gain). Pengertian korupsi
menurut para ahli :

1. Asian Development Bank (ADB)


korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta,
dimana mereka dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri
mereka sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk
orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan
dimana mereka ditempatkan. Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa korupsi secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan,
jabatan atau amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan kepentingan
umum.
2. Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan
dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh
bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dapat dikelompokkan; kerugian keuangan
negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Pasal-pasal tersebut
menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana
penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-20).
3. Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
1
Handout Budaya Antikorupsi di Lingkungan Kementerian Keuangan

4
korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal
profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi,
nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.

Dari beberpa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat pada
korupsi.
a. Tindakan mengambil, menyembunyikan, menggelapkan harta negara atau
masyarakat.
b. Melawan norma-norma yang sah dan berlaku.
c. Penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau amanah yang ada pada
dirinya.
d. Demi kepentingan diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga
instansi tertentu.
e. Merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.
Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik
berupa uang maupun barang.
2) Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya
yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya
tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam tertentu.
3) Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan
penipuan (trickery or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi atau
mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan mengambil keuntungan-
keuntungan tertentu.
4) Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara
paksa atau disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang
memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan
regional.
5) Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi
pada tindakan privatisasi sumber daya.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M.
Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (Anwar,
2006:18):
1. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha
kepada penguasa.
2. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan
ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU
yang menguntungkan bagi usaha ekonominya.
3. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan,
pertemanan, dan sebagainya.

5
4. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara
sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah
keuntungan pribadi.
Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan
liar, penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau
hibah) yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang.2
Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General
Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang
umum dikenal, yaitu:
a. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.
b. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah,
menipu dan mencuri.
c. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan
uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak,
menyalahgunakan dana.
d. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi
ampun dan grasi tidak pada tempatnya.
e. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan
memperdaya, memeras.
f. Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu,
menahan secara tidak sah, menjebak.
g. Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti
benalu.
h. Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi.
i. Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi wilayah
pemilihan umum agar bisa unggul.
j. Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan
pribadi; membuat laporan palsu.
k. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat
izin pemrintah.
l. Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan pinjaman
uang.
m. Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan.
n. Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan.
o. Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang tidak
pada tempatnya.
p. Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap.
q. Perkoncoan, menutupi kejahatan.
r. Memata-matai secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi dan pos.

2
Qmfinancial.com. (2019, 12 Desember). 5 Hal untuk Mencegah Korupsi yang dimulai dari Diri Sendiri. Diakses
pada 9 Desember 2022, dari

6
s. Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan, dan hak
istimewa jabatan.
Mencegah korupsi dari diri sendiri
1) Hidup Sesuai Kemampuan
2) Salah satu hal yang mendorong kita melakukan korupsi karena seringnya kita
tidak merasa cukup dan bergaya hidup yang tidak wajar, atau melebihi dari
kemampuan kita. Jangan banyak membandingkan diri sendiri dengan orang
lain.
3) Mengatur Manajemen Waktu
4) Disiplin waktu dalam menjalani kegiatan sehari-hari dapat membuat
perencanaan kegiatan harian akan berjalan dengan baik dan tepat waktu
sehingga dapat mengurangi korupsi dalam hal waktu.
5) Fokus kepada Kinerja dan Tanggung Jawab Pribadi
6) Selesaikan segala pekerjaan dengan baik dan sesuai dengan kesepakatan atau
aturan yang ada. Dengan hal itu, kita tidak akan meleset dari aturan tersebut
sehingga dapat meminimalkan korupsi.
7) Mengatur Pengeluaran
8) Catat pengeluaran sehari-hari dan bedakan pengeluaran tersebut berdasarkan
kebutuhan dan keinginan. Upayakan kebutuhan dapat tercukupi dahulu baru
jika masih ada sisa bisa digunakan untuk keinginan. Hal ini berhubungan
dengan gaya hidup yang sederhana.
9) Selalu Bersyukur
10) Bersyukur apa yang kita miliki dan bersyukur dengan apa yang telah kita raih
hari ini dapat mencegah tindakan korupsi. Apabila kita tidak bersyukur dan
selalu mencari kekurangan atau tidak pernah merasa puas, apabila tidak
diiringi dengan niat yang baik akan membawa kita kedalam perilaku dan
perbuatan yang menyimpang.

7
B. Hakikat Kemiskinan Dan Upaya Penanggulangannya

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk


memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandak dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar Kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan. Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat
diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup
(Nugroho, 1995). 3Pada prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat tidak sekedar
tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan
Kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak
merupakan salah satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di
suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila
memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak
banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004).
Pengertian kemiskinan yang saat ini populer dijadikan studi pembangunan adalah
kemiskinan yang seringkali dijumpai di negara-negara berkembang dan negara-
negara dunia ketiga. Persoalan kemiskinan masyarakat di negara-negara ini tidak
hanya sekedar bentuk ketidakmampuan pendapatan, akan tetapi telah meluas pada
bentuk ketidakberdayaan secara sosial maupun politik (Suryawati,2004).
Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang
diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang
sehingga. memperlebar kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun
kesenjangan pendapatan antar daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006).
Studi pembangunan saat ini tidak hanya memfokuskan kajiannya pada faktor-faktor
yang menyebabkan kemiskinan, akan tetapi juga mulai mengindintifikasikan segala
aspek yang dapat menjadikan miskin.
Definisi mengenai kemiskinan dibentuk berdasarkan identifikasi dan pengukuran
terhadap sekelompok masyarakat/golongan yang selanjutnya disebut miski
(Nugroho,1995). Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki sendiri
definisi seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin. Hal ini dikarenakan
kondisi yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap negara misalnya kondisi
perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi ditentukan
menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu pendapatan
rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan, dan
kondisi kesehatan. Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi
3
K.H Ma’ruf Amin, “Strategi Penanggulangan Kemiskinan”,Masyarakat Ekonomi Syariah, 2021

8
ketidakmampuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang
mampu untuk menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2004: 122). Kemampuan
pendapatan untuk mencukupi kebutuhan pokok berdasarkan standar harga tertentu
adalah rendah sehingga kurang menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada
umumnya. Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan
sebagai suatu kondisi ketidak mampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan
pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas
hidup.

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi


sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau
ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan
kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan
oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa
kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi
pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar.

Skema Terbentuknya Kemiskinan


Skema terbentuknya kemiskinan yang didasarkan pada konsep yang dikemukakan
oleh Chambers menerangkan bagaimana kondisi yang disebut miskin di sebagian
besar negara-negara berkembang dan dunia ketiga adalah kondisi yang disebut
memiskinkan. Kondisi yang sebagian besar ditemukan bahwa kemiskinan selalu
diukur/diketahui berdasarkan rendahnya kemampuan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok berupa pangan, kesehatan, perumahan atau pemukiman,
dan pendidikan. Rendahnya kemampuan pendapatan diartikan pula sebagai
rendahnya daya beli atau kemampuan untuk mengkonsumsi. Kemampuan pendapatan
yang relatif terbatas atau rendah menyebabkan daya beli seseorang atau sekelompok
orang terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok menjadi rendah. Konsumsi ini
terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi dan kesehatan standar.
4
Akibatnya, kemampuan untuk mencapai standar kesejahteraan menjadi rendah
seperti:
1. Ketersediaan pangan tidak sesuai atau tidak mencukupi standar gizi
yangdisyaratkan sehingga beresiko mengalami mal gizi atau kondisi gizi rendah
yang selanjutnya sangat rentan terhadap resiko penyaki menular.

4
H Wini,”Landasan Teori kemiskinan”, E-Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta,2010,hlm 21

9
2. Kesehatan relatif kurang terjamin sehingga rentan terhadap serangan penyakit dan
kemampuan untuk menutupi penyakit juga relatif terbatas sehingga sangat rentan
terhadap resiko kematian
3. Perumahan atau pemukiman yang kurang/tidak layak huni sebagai akibat
keterbatasan pendapatan untuk memiliki/mendapatkan lahan untuk tempat tinggal
atau mendapatkan tempat tinggal yang layak. Kondisi ini akan berdampak
mengganggu kesehatan.
4. Taraf pendidikan yang rendah. Kondisi ini disebabkan karena keterbatasan
pendapatan untuk mendapatkan pendidikan yang diinginkan atau sesuai dengan
standar pendidikan. Kondisi-kondisi akibat keterbatasan atau rendahnya
pendapatan di atas menyebabkan terbentuknya status kesehatan masyarakat yang
dikatakan rendah (morbiditas) atau berada dalam kondisi gizi rendah. Kondisi
seperti ini sangat rentan terhadap serangan penyakit dan kekurangan gizi yang
selanjutnya disertai tingginya tingkat kematian (mortalitas). Angka mortalitas
yang tinggi dan keadaan kesehatan masyarakat yang rendah akan berdampak pada
partisipasi sosial yang rendah, ketidakhadiran yang semakin tinggi, kecerdasan
yang rendah, dan ketrampilan yang relatif rendah.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing keadaan yang disebabkan ole
adanya mortalitas maupun morbiditas yang tinggi :
a. Tingkat Partisipasi Sosial Yang Rendah
Kondisi kesehatan maupun gizi yang rendah menyebabkan ketahanan fisik atau
modal fisik yang diperlukan untuk partisipasi sosial menjadi rendah. Hal ini
dikarenakan kesehatan yang terganggu tidak dapat menunjang partisipasi secara
penuh baik di lingkungan kemasyarakatan maupun di lingkungan kerja. Sebagian
besar golongan masyarakat miskin relative jarang terlibat secara aktif dalam aktivitas
sosial.
b. Absensi Meningkat
Faktor kualitas kesehatan yang rendah tidak mendukung adanya aspek kehadiran
dalam aktivitas kemasyarakatan baik di lingkungan sosial, pendidikan, maupun
pekerjaan. Akibatnya, ketidakhadiran atau absensi dalam segala aktivitas menjadi
semakin meningkat sehingga tidak memiliki kesempatan untuk berperan secara aktif
dalam lingkungan sosial tersebut.
c. Tingkat Kecerdasan Yang Rendah
Faktor gizi buruk ataupun kualitas kesehatan yang rendah akan berdampak pada
menurunnya kualitas intelektual. Seperti diketahui bahwa kinerja otak manusia yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah memerlukan gizi yang memadai atau
ideal. Kekurangan gizi termasuk faktor yang paling utama terhadap adanya
penurunan kualitas intelektual.
d. Ketrampilan Yang Rendah

10
Pada prinsipnya, ketrampilan merupakan salah satu bentuk dari adanya kreativitas.
Aktivitas ini harus ditunjang dengan kondisi kesehatan yang mencukupi dan tentunya
adalah kualitas intelektual yang memadai. Masyarakat yang mengalami kekurangan
gizi ataupun rentan terhadap gangguan kesehatan relatif sulit untuk mengembangkan
ketrampilannya. Hal ini dikarenakan dukungan kesehatan untuk menjunjang
pengembangan kreativitas kerja relatif rendah sehingga tidak memiliki banyak
kesempatan untuk meningkatkan kualitas ketrampilannya.
Bentuk dan jenis kemiskinan
Dimensi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers memberikan penjelasan
mengenai bentuk persoalan dalam kemiskinan dan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kondisi yang disebut memiskinkan. Konsep kemiskinan tersebut
memperluas pandangan ilmu sosial terhadap kemiskinan yang tidak hanya sekedar
kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan pokok,
akan tetapi juga kondisi ketidakberdayaan sebagai akibat rendahnya kualitas
kesehatan dan pendidikan, rendahnya perlakuan hukum, kerentanan terhadap tindak
kejahatan (kriminal), resiko mendapatkan perlakuan negatif secara politik, dan
terutama ketidakberdayaan dalam meningkatkan kualitas kesejahteraannya sendiri.
Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan
multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat bentuk
kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2004):
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau
sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan,
dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis
kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk
kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk
kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau
mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya
pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau
ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah
tertinggal.
3. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya
sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya

11
atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata
cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak
pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.
4. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya
akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial
budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukun adanya pembebasan
kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur
diskriminatif..
Penanggulangan kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan pemerintah Daerah yang
dilakukan secara sistematis, terancam dan bersinergi dengan dunia usaha dan
masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan
derajat kesejahteraan rakyat. 5
Pemerintah menggunakan dua strategi utama penanggulangan kemiskinan.
Pertama, mengurangi beban pengeluaran kelompok miskin dan rentan melalui
program perlindungan sosial dan subsidi. Kedua, melakukan pemberdayaan dalam
rangka peningkatan produktivitas kelompok miskin dan rentan untuk meningkatkan
kapasitas ekonominya. Penyusunan berbagai program dan kegiatan merujuk pada
sejumlah studi empirik berbasis bukti. Sifat kemiskinan yang multidimensional
berarti bahwa kemiskinan berhubungan erat dengan faktor sosial-ekonomi lain
seperti tingkat dan kualitas pendidikan, kondisi kesehatan, dan jenis pekerjaan. James
Heckman, ekonom peraih Nobel pada tahun 2000 menekankan pentingnya intervensi
pendidikan pada kelompok usia dini yang memberikan imbal hasil lebih tinggi
dibandingkan intervensi kepada kelompok usia dewasa. Untuk itu pemerintah
meluncurkan Program Keluarga Harapan (PKH), Program Indonesia Pintar (PIP),
Program Percepatan Pencegahan Anak Kerdil/Stunting, serta memperluas akses
pendidikan untuk memutus rantai kemiskinan dan mencegah kemiskinan antar
generasi. UU sendiri telah mewajibkan pemerintah mengalokasikan 20 persen APBN
untuk pendidikan.

Di bidang kesehatan, pemerintah menjalankan Program Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN), salah satu program kesehatan berbasis asuransi sosial terbesar di
dunia, dan memperbaiki akses masyarakat ke fasilitas kesehatan. Bagi mereka yang
miskin dan rentan iuran JKN ditanggung pemerintah. Terkait strategi kedua,
pemerintah mendorong peningkatan produktivitas kelompok miskin dan rentan yang

5
Perda No.03 mengenai tentang menanggulangan kemiskinan, jdihn.go.id, 2019

12
antara lain lewat pemberdayaan UMKM. Ini karena banyak rumah tangga miskin dan
rentan bekerja di sektor ini. Upaya ini dilakukan melalui tiga pilar.
Pilar Pertama, peningkatan kapasitas usaha dan kompetensi UMKM melalui
pelatihan, pendampingan, pengembangan kapasitas teknis dan mutu produk, serta
dukungan adopsi teknologi dan digitalisasi UMKM.
Pilar kedua, mendorong lembaga keuangan agar lebih ramah pada UMKM. Dari
sisi regulasi, pemerintah secara bertahap akan meningkatkan kewajiban porsi kredit
perbankan untuk UMKM dari 20 persen saat ini menjadi 30 persen di 2024.
Pemerintah melakukan perluasan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan
memperkenalkan skema KUR Super Mikro, memperbaiki dan meningkatkan
efektivitas pembiayaan Ultra Mikro (UMi), dan pembiayaan koperasi melalui
Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB). Pemerintah juga mendukung PT
Permodalan Nasional Madani untuk melakukan perluasan Program Mekaar yang
menyasar perempuan dari keluarga miskin dan rentan. Selain itu, pemerintah juga
mendukung pengembangan Bank Wakaf Mikro, Baitul Maal wa Tamwil (BMT),
serta Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) untuk menjangkau usaha mikro
dan kecil.
Pilar ketiga, perbaikan ekosistem pendukung UMKM mulai dari peningkatan
kemudahan berusaha, penyederhanaan prosedur dan proses perizinan, dukungan
standardisasi dan sertifikasi produk termasuk sertifikasi halal, dukungan
pengembangan kawasan industri, serta pemanfaatan infrastruktur publik seperti
bandara hingga rest area untuk dapat dimanfaatkan oleh UMK. Terakhir, demi
memastikan berbagai program itu mencapai mereka yang benar-benar membutuhkan,
pemerintah telah memiliki sistem penetapan sasaran nasional melalui basis data
terpadu (BDT) sejak 2012. Basis data yang mencakup data sosio-ekonomi 40 persen
rumah tangga termiskin ini membantu pemerintah menetapkan sasaran program
perlindungan sosial. Hingga saat ini, basis data itu telah menjadi bagian kelembagaan
yang penting di bawah Kementerian Sosial, yang kemudian dikenal sebagai Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari
kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya. Sedangkan
kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau
disuap. Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.
Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada
serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka
mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling
mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandak dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar Kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan. Kondisi masyarakat yang disebut miskin
dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar
hidup (Nugroho, 1995).
Korupsi dapat memperburuk kemiskinan dengan menghambat pembangunan,
mengurangi akses ke layanan publik, dan menciptakan ketidaksetaraan.
Penanggulangan korupsi dapat membantu mengurangi kemiskinan dengan
memastikan efisiensi penggunaan sumber daya dan meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan dasar

B. Saran
Kami berharap pembaca dapat menemukan suatu pemahaman dan kesimpulan
dari makalah ini. Kami selaku penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan. Saran dan kritikan dari pembaca yang mendukung mungkin akan
sangat membantu bagi penyempurnaan makalah ini

14
DAFTAR PUSTAKA

Handout Budaya Antikorupsi di Lingkungan Kementerian Keuangan


Qmfinancial.com. (2019, 12 Desember). 5 Hal untuk Mencegah Korupsi yang
dimulai dari Diri Sendiri. Diakses pada 9 Desember 2022, dari
https://qmfinancial.com/2019/12/mencegah-korupsi-dari-diri-sendiri/
K.H Ma’ruf Amin, “Strategi Penanggulangan Kemiskinan”,Masyarakat Ekonomi
Syariah, 2021
Perda No.03 mengenai tentang menanggulangan kemiskinan, jdihn.go.id, 2019
H Wini,”Landasan Teori kemiskinan”, E-Journal Universitas Atma Jaya
Yogyakarta,2010,hlm 21

15

Anda mungkin juga menyukai