Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Anti-Korupsi” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak Maswir, S.Pd. MH selaku dosen Pendidikan Kewarganegaraan atas
bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada kami dalam
pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan dari pembaca sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Pekanbaru, 21 Maret 2018

Kelompok 7

Pendidikan Anti-Korupsi Page IV


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………IV

DAFTAR ISI ……………………………………………………..V

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………2

1.3 Tujuan ………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Korupsi ………………………………………………………...4

2.2 Definisi Pendidikan …………………………………………………10

2.3 Definisi Pendidikan Anti Korupsi …………………………………..11

2.4 Perspektif beberapa bidang tentang Korupsi ………………………….15

2.5 Konsep-konsep Pembelajaran Anti Korupsi ………………………….17

2.6 Nilai-nilai Anti-Korupsi yang harus ditanamkan ……………………..21

2.7 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi …………………………………..22

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………25

Pendidikan Anti-Korupsi Page V


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tiada henti – hentinya, bangsa Indonesia senantiasadihadapkan pada

permasalahan yang cukup pelik seputar dekadensi moral, mulai dari kenakalan

remaja, peredaran narkoba, perkelahian antar siswa atau masyarakat, dan tidak

ketinggalan pula kasus korupsi yang marak terjadi di negeri kita, baik di

lingkungan pemerintahan, legislatif maupun yudikatif. Diakui atau tidak bahwa

permasalahan tersebut telah menjadi penyakit kronis yang sulit untuk

disembuhkan.Akibatnya, kondisi seperti ini yang semakin membuat kepercayaan

masyarakat luntur terhadap pemimpinnya. Ia yang seharusnya bisa menjadi

panutan bagi masyarakatnya, namun kenyataannya tidak demikian.

Melihat kenyataan tersebut, persoalan moral dan etika senantiasa dipengaruhi oleh

lingkungan dan proses kehidupan seseorang dalam memperoleh apa yang ia

didapatkan saat ini. Ketika jabatan serta kepercayaan masyarakat diperoleh

dengan cara yang tidak benar, maka yang terjadi adalah penyimpangan,

penyelewengan dan sebagainya. Oleh karena itu, harus ada solusi yang tepat

dalam menuntaskan masalah tersebut. Tidak ada istilah putus asa dalam

menegakkan kebenaran untuk hal yang tidak benar.Tidak henti-hentinya untuk

menyemaikan nilai kejujuran pada setiap aktifitas sejauh kemampuan diri kita

dalam mengamalkannya. Pada masa yang akan datang, generasi muda saat ini

akan menjadi penerus perjuangan para pendahulunya. Oleh karena itu, perlu

Pendidikan Anti-Korupsi Page 1


adanya perubahan baru dalam menyemaikan kebaikan melalui lembaga

pendidikan. Perlu komitmen kuat dan langkah konkrit dalam menanamkan nilai

kejujuran pada diri setiap tunas bangsa agar terbentuk pribadi mulia, jujur serta

bertanggungjawab dengan segala yang diamanahkan kepada mereka. Dengan

demikian, sekolah memiliki tugas besar dalam merealisasikan hal itu. Semua

dapat berjalan sesuai harapan apabila ada peran nyata dari pihak sekolah,

dukungan pemerintah serta partisipasi aktif masyarakat. Tidak ada istilah jalan

kebaikan itu akan dipersulit, hanya diri kita saja yang membuatnya sulit.

Gagasan terkait pendidikan antikorupsi menjadi senjata apik dalam

menyemaikan nilai antikorupsi pada diri siswa. Memang, gagasan ini sudah lama

muncul, namun hanya beberapa sekolah saja yang memiliki komitmen kuat dalam

memanifestasikan nilai tersebut melalui program-program di sekolah. Melalui

kesempatan inilah, penulis mencoba memberikan penekanan lebih jauh mengenai

pentingnya penanaman nilai antikorupsi di sekolah serta apa saja model yang tepat

dalam upaya menanamkan nilai antikorupsi. Banyak program yang dapat

direalisasikan di sekolah, banyak kegiatan pula yang dapat dilakukan sebagai

upaya penanaman kejujuran pada diri siswa, khususnya di jenjang pendidikan

dasar.

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah Korupsi itu dan bagaimana sifat dan bentuk-bentuk dari korupsi

tersebut ?

 Apakah yang disebut dengan Pendidikan itu ?

Pendidikan Anti-Korupsi Page 2


 Apakah yang dimaksudkan dengan Pendidikan Anti Korupsi ?

 Bagaimanakah Perspektik bidang pendidikan lain dalam memandang

Korupsi ?

 Adakah Konsep-konsep yang diterapkan dalam Pembelajaran anti

korupsi ?

 Adakah Nilai-nilai Anti-Korupsi yang harus ditanamkan kepada

Individu?

 Apakah ada tujuan dari Pendidikan Anti-Korupsi itu ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Mengetahui apa itu korupsi
2. Mengetahui arti pentingnya “Pendidikan Anti-Korupsi” bagi
kelangsungan Negara melalui generasi-generasi muda bangsa
3. Mengetahui konsep-konsep yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
Anti-Korupsi

Pendidikan Anti-Korupsi Page 3


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Korupsi

2.1.1 Pengertian Korupsi

Dalam Ensiklopedia Indonesia disebut “korupsi” ( dari bahasa Latin :

corruptio = penyuapan; corruptore = merusak ) gejala di mana para pejabat,

badan-badan negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya

penyuapan,pemalsuan serta ketidakberesan lainnya. Adapun arti harfiah dari

korupsi berupa :

a) Kejahatan, kebusukan, dapat di suap, tidak bermoral, kebejatan, dan

ketidakjujuran .

b) Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang

sogok, dan sebagainya.

c) 1. Korup ( busuk; suka menerima uang suap uang/sogok;memeakai

kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya);

2. korupsi (perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan

uang sogok, dan sebagainya);

3. Koruptor ( orang yang korpsi).

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar

mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

Pendidikan Anti-Korupsi Page 4


1. Perbuatan melawan hukum;

2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;

3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;

4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Dengan demikian, korupsi merupakan tindakan yang merugikan

Negara baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan ditinjau dari

berbagai aspek normatif, korupsi merupakan suatu penyimpangan atau

pelanggaran. Di mana norma soisal, norma hukum maupun norma etika pada

umumnya secara tegas menganggap korupsi sebagai tindakan yang buruk.

2.1.2 Sifat Korupsi

Baharuddin Lopa dalam bukunya Kejahatan korupsi dan Penegakan

Hukum membagi korupsi menurut sifatnya dalam 2 bentuk, yaitu sebagai

berikut.

a. Korupsi yang Bermotif Terselubung

Yakni korupsi secara sepintas kelihatannya bermotif

politik, tetapi secara tersembunyi sesungguhnya bermotif

mendapatkan uang semata.

Contoh : seorang pejabat menerima uang suap dengan janji akan

menerima si pemberi suap menjadi pegawai negeri atau diangkat

dalam suatu jabatan. Namun , dalam kenyataannya setelah

menerima suap, pejabat itu tidak mempeduliakan lagi janjinya

Pendidikan Anti-Korupsi Page 5


kepada orang yang memberi suap tersebut. Yang pokok adalah

mendapatkan uang tersebut.

b. Korupsi yang Bermotif Ganda

Yakni seseorang melakukan korupsi secara lahiriah

kelihatannya hanya bermotifkan mendapatkan uang, tetapi

sesungguhnya bermotif lain, yakni kepentingan politik .

Contoh : seseorang yang membujuk dan menyogok seorang pejabat

agar dengan menyalahgunakan kekuasaanya, pejabat itu dalam

mengambil keputusannya memberikan suatu fasilitas pada si

pembujuk itu, meskipun sesungguhnya si pembujuk tidak

memikirkan apakah fasilitas itu akan memberikan hasil kepadanya.

2.1.3 Bentuk-bentuk Korupsi

1. Penyuapan

Merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan

sejumlah pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa

sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya.

Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi

bisa berupa barang berharga, rujukan hak-hak istimewa,

keuntungan ataupun janji tindakan, suara atau pengaruh seseorang

dalam sebuah jabatan public.

Pendidikan Anti-Korupsi Page 6


2. Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau

penggelembungan (froud).

Merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan

pencurian uang, properti, atau barang berharga. Oleh seseorang

yang diberi amanat untuk menjaga dan mengurus uang, properti

atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu kepada

praktik penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau

barang secara suka rela.

3. Pemerasan (Extorion)

Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau

penampilan informasi yang menghancurkan guna membujuk

seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini pemangku jabatan

dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan.

4. Nepotisme (nepotism)

Kata nepotisme berasal dari kata Latin “nepos” yang berarti

“nephew”. Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat

berdasarkan pertimbagan hubunga, bukan karena kemamuannya.

2.1.4 Faktor Penyebab Korupsi

1. Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam

diri, yang dapat dirinci menjadi:

a. Aspek Perilaku Individu :

1. Sifat tamak/rakus manusia. Korupsi, bukan kejahatan kecil-

kecilan karena mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah

Pendidikan Anti-Korupsi Page 7


kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi

serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur

penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri

sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.

2. Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat

cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu

bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak

yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.

3. Gaya hidup yang konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar

sering mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku

konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai

akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai

tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan

tindakan itu adalah dengan korupsi.

b. Aspek Sosial :

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga.

Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah

yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi

dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits

pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan

dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia

menyalahgunakan kekuasaannya.

Pendidikan Anti-Korupsi Page 8


2. Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh

faktor di luar diri pelaku.

a. Aspek ekonomi

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang

kehidupan ada kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak

dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang

untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan

korupsi.

b. Aspek Politis

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu

proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar

bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial

tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang

melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga

yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang

dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan

politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi

menyebabkan perilaku korupsi.

c. Aspek Organisasi

Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan. Posisi pemimpin

dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh

penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi

keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat

Pendidikan Anti-Korupsi Page 9


korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil

kesempatan yang sama dengan atasannya.Tidak adanya kultur

organisasi yang benar. Kultur organisasi biasanya punya pengaruh

kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola

dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif

mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan

negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

150 2012
100 2013
2014
50 2015
0 2016
Grafik Peringkat Indonesia di 2017
dunia dalam kasus Korupsi

2.2 Definisi Pendidikan

Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU

SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

Pendidikan Anti-Korupsi Page 10


spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional

Indonesia) menjelaskan tentang Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun

segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai

manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan

dan kebahagiaan setinggi-tingginya .Dari definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang

diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai

kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas

hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

2.3 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti

korupsi. Dalam proses tersebut, maka Pendidikan Antikorupsi bukan

sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan(kognitif) namun juga

menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran

moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap

penyimpangan perilaku korupsi.

2.3.1 Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :

1. Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka

Pendidikan Anti-Korupsi Page 11


masalah tidakbisa diselesaikan hanya melalui penegakan hukum.

2. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju

pembebasan permanen agar manusia menjadi sadar (disadarkan)

tentang penindasan yang menimpanya, dan perlu melakukan aksi-

aksi budaya yang membebaskannya.

3. Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah

jalur penyelenggaraan Pendidikan Anti korupsi selama ini tidak

ada.

2.3.2 Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :

1. Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di

wilayah nusantara, bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa

VOC dan pemerintahan Hindia Belanda.

2. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah

sampai pada titik kulminasi yang akut tidak hanya mewabah di

kultur dan struktur birokrasi pemerintah juga menjadi fenomena

multi dimensional telah menggerogoti sendi-sendi kehidupan

sosial dan kultural.

3. Pergeseran pola hidup masyarakat yang tadinya menjunjung tinggi

nilai-nilai spiritual mulai bergeser pada nilai-nilai materialistis

dan konsumerisme.

Pendidikan Anti-Korupsi Page 12


2.3.3 Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dikalangan Generasi Muda dalam

Mencegah Terjadinya Tindak Korupsi

Pendidikan adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke

jalan yang benar. Jadi, sistem pendidikan sangat memengaruhi

perilaku generasi muda ke depannya. Termasuk juga pendidikan anti

korupsi dini. Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir besar,

termasuk koruptor sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat

merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak. Pedidikan

merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi

yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal

pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik

dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam

pendidikan karakter bangsa di Indonesia. Pendidikan anti korupsi

sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak pidana korupsi.

Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi lainnya menangkapi

para koruptor, maka pendidikan anti korupsi juga penting guna

mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya pelajaran akhlak dan

moral. Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya

kriminalitas.

Begitu halnya pendidikan anti korupsi memiliki nilai penting

guna mencegah aksi korupsi. Maka dari itu, sebagai wanita,

pemelihara bangsa dan penelur generasi penerus bangsa, sudah pasti

harus mampu memberikan sumbangsih dalam hal pemberantasan

Pendidikan Anti-Korupsi Page 13


korupsi. Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan

korupsi uang. Namun sisi korupsi dapat merambah dalam segala hal

bidang kehidupan. Misalnya tenaga, jasa, materi, dan sebagainya.

Seperti yang dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa

pendidikan dan pembudayaan antikorupsi akan masuk ke kurikulum

pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi mulai tahun 2012.

Pemerintah akan memulai proyek percontohan pendidikan

antikorupsi di pendidikan tinggi. Jika hal tersebut dapat terealisasi

dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa optimis di masa

depan kasus korupsi bisa diminimalisir.

2.3.4 Hambatan Dan Upaya Yang Dilakakukan Dalam Penerapan

Pendidikan Anti Korupsi

Dibawah ini adalah beberapa hambatan yang akan dihadapi, yaitu:

1. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung

setengah-setengah.

2. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk

perbaikan birokrasi yang cenderung terjebak perbaikan

renumerasi tanpa membenahi struktur dan kultur.

3. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas

atau pengontrol, sehingga tidak ada check and balance.

Pendidikan Anti-Korupsi Page 14


4. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki

tindakan korupsi pada sistem politik dan sistem administrasi

Indonesia.

5. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara,

sehingga dari contoh-contoh kasus yang terjadi para pelaku

korupsi begitu gampang mengelak dari tuduhan yang

diajukan oleh jaksa.

6. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa,

masyarakat, dan rasti yang semakin canggih.

7. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri

dalam menjalankan amanah yang diemban.

2.4 Perspektif beberapa bidang pendidikan dalam memandang korupsi

Korupsi dan anti-korupsi itu sendiri merupakan sebuah fenomena

yang kompleks, bisa dilihat dari berbagai perspektif yang pada hakikatnya

saling melengkapi seperti sebuah puzzle. Kepingan-kepingan perspektif

tersebut kemudian dieksplorasi dalam bermacam bentuk Pendidikan.

Berikut adalah beberapa pengalaman praktik yang sudah terjadi di

Indonesia:

1. Perspektif hukum memandang bahwa korupsi merupakan

kejahatan (crime), koruptor adalah penjahat dan oleh karenanya

yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menindak para

Pendidikan Anti-Korupsi Page 15


koruptor dengan jerat-jerat hukum serta memberantas korupsi

dengan memperkuat perangkat hukum seperti undang-undang

dan aparat hukum. Perspektif ini kemudian melahirkan

matakuliah semacam Hukum Pidana Korupsi pada sejumlah

Fakultas Hukum.

2. Perspektif Politik memandang bahwa korupsi cenderung terjadi

di ranah politik, khususnya korupsi besar (grand corruption)

dilakukan oleh para politisi yang menyalahgunakan kekuasaan

mereka dalam birokrasi. Perspektif ini kemudian melahirkan

matakuliah semacam Korupsi Birokrasi atau Korupsi Politik

pada sejumlah Fakultas Ilmu Politik.

3. Perspektif Sosiologi memandang bahwa korupsi adalah sebuah

masalah sosial, masalah institusional dan masalah struktural.

Korupsi terjadi di semua sektor dan dilakukan oleh sebagian

besar lapisan masyarakat, maka dianggap sebagai penyakit

sosial. Perspektif ini kemudian melahirkan antara lain

matakuliah Sosiologi Korupsi di sejumlah Program Studi

Sosiologi atau Fakultas Ilmu Sosial.

4. Perspektif agama memandang bahwa korupsi terjadi sebagai

dampak dari lemahnya nilai-nilai agama dalam diri individu,

dan oleh karenanya upaya yang harus dilakukan adalah

memperkokoh internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam diri

individu dan masyarakat untuk mencegah tindak korupsi kecil

Pendidikan Anti-Korupsi Page 16


(petty corruption), apalagi korupsi besar (grand corruption).

Perspektif ini kemudian melahirkan antara lain matakuliah

Korupsi dan Agama pada sejumlah Fakultas Falsafah dan

Agama.

2.5 Konsep-konsep yang diterapkan dalam Pembelajaran anti korupsi

Berikut adalah beberapa konsep pembelajaran yang dapat dijadikan

wacana dalam Penerapan Pendidikan Anti-korupsi :

1. Mengidentifikasi Pendekatan Korupsi

Sejauh gerakan melawan korupsi dijalankan di berbagai belahan

dunia, bisa diidentifikasi 4 (empat) pendekatan yang paling banyak

diadopsi oleh berbagai kalangan (Wijayanto, 2010) yaitu:

a. Pendekatan Pengacara (Lawyer approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah memberantas

dan mencegah korupsi melalui penegakan hukum, dengan aturan-

aturan hukum yang berpotensi menutup celah-celah tindak

koruptif serta aparat hukum yang lebih bertanggungjawab.

Pendekatan ini biasanya berdampak cepat (quick impact) berupa

pembongkaran kasus dan penangkapan para koruptor, namun

memerlukan biaya besar (high costly), meskipun di Indonesia

misalnya, tantangan terbesar justru berasal dari para aparat hukum

(kepolisian dan pengadilan) itu sendiri.

Pendidikan Anti-Korupsi Page 17


b. Pendekatan bisnis (Business Approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah mencegah

terjadinya korupsi melalui pemberian insentif bagi karyawan

melalui kompetisi dalam kinerja. Dengan kompetisi yang sehat

dan insentif yang optimal maka diharapkan orang tidak perlu

melakukan korupsi untuk mendapatkan keuntungan.

c. Pendekatan Pasar atau Ekonomi (Makket ok Economist

Approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah menciptakan

kompetisi antar agen (sesama pegawai pemerintah misalnya) dan

sesama klien sehingga semua berlomba menunjukkan kinerja yang

baik (tidak korup) supaya dipilih pelayanannya.

d. Pendekatan Budaya (Cultural Approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah membangun

dan memperkuat sikap anti-korupsi individu melalui pendidikan

dalam berbagai cara dan bentuk. Pendekatan ini cenderung

membutuhkan waktu yang lama untuk melihat keberhasilannya,

biaya tidak besar (low costly), namun hasilnya akan berdampak

jangka panjang (long lasting).

Keempat pendekatan diatas dapat dilakukan oleh pihak manapun

baik dari sektor pemerintah, sektor swasta, organisasi maupun unit-unit

masyarakat lainnya. Selama ini tiga pendekatan pertama yaitu pendekatan

hukum, pendekatan bisnis dan pendekatan pasar lebih banyak diterapkan

Pendidikan Anti-Korupsi Page 18


karena dianggap paling tepat untuk menangani kasus- kasus korupsi yang

sudah terjadi dan mencegah korupsi selanjutnya. Tetapi di Indonesia

misalnya, meskipun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan aparat

pemerintah sudah berhasil menuntaskan berbagai kasus korupsi besar,

berbagai instansi sudah melakukan upaya hukum dan lingkungan kerja

yang lebih berintegritas, kenyataannya masih saja banyak terjadi kasus-

kasus korupsi. Lebih memprihatinkan adalah begitu mudahnya korupsi

skala kecil (petty corruption) dilakukan oleh individu-individu di dalam

masyarakat, karena sesungguhnya korupsi besar berasal dari korupsi kecil.

2. Intensi Perilaku Anti-Korupsi

Pada dasarnya korupsi merupakan perilaku yang dimunculkan oleh

individu secara sadar dan disengaja. Secara psikologis terdapat beberapa

komponen yang menyebabkan perilaku tersebut muncul. Setiap perilaku

yang dilakukan secara sadar berasal dari potensi perilaku (perilaku yang

belum terwujud secara nyata), yang diistilahkan dengan intensi (Wade dan

Tavris: 2007). Potensi intensi perilaku tersebut adalah sikap, yang terdiri

dari tiga faktor yaitu kognisi, afeksi dan psikomotor, di mana ketiganya

bersinergi membentuk suatu perilaku tertentu (Azwar: 2006). Dengan

demikian, perilaku korupsi/anti-korupsi yang dimunculkan oleh individu

didasari oleh adanya intensi perilaku korupsi/anti-korupsi yang

didalamnya terjadi sinergi tiga faktor kognisi, afeksi dan psikomotorik.

Metode Pendidikan anti-korupsi hendaknya memberikan sinergi yang

seimbang antara ketiga komponen tersebut, sehingga benar-benar dapat

Pendidikan Anti-Korupsi Page 19


berfungsi untuk memperkuat potensi perilaku anti-korupsi mahasiswa.

Pada dasarnya potensi anti-korupsi ada pada diri setiap individu, dan

adalah tugas Civitas Akademika untuk memperkuatnya.

3. Teori Planned Behavior (Fishbein dan Aczen: 1975)

Masih terkait dengan intensi perilaku anti-korupsi, terdapat 3 (tiga)

komponen utama pembentuk intensi perilaku yaitu (Fishbein dan Ajzen:

1975):

1. Attitude toward behavior (ATB): yang dipengaruhi oleh behavioral

belief, yaitu evaluasi positif ataupun negatif terhadap suatu

perilaku tertentu - tercermin dalam kata-kata seperti, benar-salah,

setuju-tidak setuju, baik-buruk, dll. Evaluasi negatif terhadap

perilaku korupsi dan evaluasi positif terhadap antikorupsi akan

meningkatkan intensi (potensi) untuk berperilaku anti-korupsi.

2. Subjective norms (SN): yang dipengaruhi oleh subjective norms di

sekeliling individu yang mengharapkan si individu sebaiknya

berperilaku tertentu atau tidak. Misal norma agama (bagi individu

beragama), norma sosial, norma keluarga, atau ketika orang- orang

yang penting bagi individu atau cenderung dipatuhi oleh individu

menganggap perilaku anti-korupsi sebagai hal positif, maka akan

meningkatkan intensi (potensi) berperilaku anti-korupsi.

3. Control belief (CB): yang dipengaruhi oleh perceived behavior

control, yaitu acuan kesulitan dan kemudahan untuk memunculkan

Pendidikan Anti-Korupsi Page 20


suatu perilaku. Ini berkaitan dengan sumber dan kesempatan untuk

mewujudkan perilaku tersebut. Misalnya lingkungan disekeliling

individu yang korup atau kesempatan korupsi yang besar/mudah

akan meningkatkan intensi individu untuk melakukan perilaku

korupsi, dan sebaliknya.

2.6 Nilai-nilai anti Korupsi yang harus ditanam

No Nilai Indikator

1 Jujur

2 Disiplin
berpegang teguh pada aturan yang ada dalam semua kegiatan

-tugas secara
3 Tanggung jawab
tuntas dengan hasil terbaik

hasil yang terbaik,


4 Kerja keras
kecurangan

5 Sederhana
pamer dan tidak ria

dari orang lain,


6 Mandiri -menyuru atau menggunakan
kewenangannya untuk menyuruh orang lain untuk sesuatu yang
mampu dikerjakan sendiri

Pendidikan Anti-Korupsi Page 21


7 Adil

8 Berani

aturan yang berlaku,


9 Peduli
disiplin, kejujuran, dan tanggung jawab

2.7 Tujuan Pendidikan Anti Korupsi

Program pendidikan anti korupsi bertujuan untuk memberikan

pemahaman yang sama dan terpadu serta terbimbing dalam rangka

menekan kerugian negara yang disebabkan oleh tindakan korupsi.

Kemudian harapannya berdampak pada adanya respon atau tanggapan

balik dari rakyat untuk bisa menyuarakan kearifannya mengenai

penyimpangan korupsi.

Di samping itu juga bertujuan untuk membentuk kesadaran publik

terhadap setiap kegiatan yang mengarah kepada adanya tindakan korupsi

oleh para penguasa atau pengambil kebijakan yang tidak mempedulika

rakyat. Menurut Azyumardi Azra (dalam Suara Karya Online edisi 30

Agustus 2006) perlunya penanaman nilai anti korupsi di lembaga

pendidikan ialah agar siswa lulus dan kelak sudah terjun di masyarakat

Pendidikan Anti-Korupsi Page 22


dapat membedakan mana yang termasuk korupsi dan mana yang bukan

sehingga mampu menghindarinya.

Memerangi korupsi melalui pendayagunaan jalur pendidikan

formal sebagai suatu bagian menangani korupsi merupakan salah satu

strategi yang diharapkan cukup signifikan, mengingat masyarakat terdidik

inilah yang perannya dimasyarakat cukup dominan. Mereka tidak cukup

hanya dibekali pengetahuan dan kemampuan bagaimana melakukan

sesuatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat, tetapi yang lebih utama

dalah bagaimana menggunakan ilmu dan cara-cara tersebut dengan benar,

tanpa harus melakukan korupsi, bahkan termasuk kiat-kiat utnuk melawan

korupsi, dorongan atau motivasi untuk aktif berperan dalam upaya

memerangi atau memberantas korupsi. Isi atau Materi Pendidikan Anti

Korupsi (PAK).

Pendidikan Anti-Korupsi Page 23


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Pentingnya penanaman Pendidikan Anti Korupsi kepada pelajar

b. Pentingnya menerapkan niai-nilai Anti-Korupsi kepada para pelajar

c. Indonesia masih terperangkap dalam negara terkorup didunia

d. Secara umum korupsi disebabkan oleh tekanan Ekonomi

3.2 Saran

Dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, khususnya dalam dunia

politik, perlu adanya upaya yang sinergis dan berkesinambungan, dengan

melibatkan semua pihak yang menjadi pelaku politik khususnya partai politik,

organisasi kemasyarakatan dan pemerintah karena korupsi bukan hanya tugas dari

tenaga pendidik saja.

Pendidikan Anti-Korupsi Page 24


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin dan Harjan Syuhada, Al-Qur’an Hadist, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2017), h. 127-130

https://jonikawijaya.wordpress.com/makalah/makalah-ulumul-hadits-pembagian-

hadits/

https://makalahnih.blogspot.co.id/2014/06/pembagian-hadits-ulumul-hadits.html

Depdiknas.2009. Pembinaan Pendidikan Anti Korupsi Melalui Pendidikan

Kewarganegaraan.Jakarta: Depdiknas

Sumiarti. 2007. Pendidikan Anti Korupsi. Jurnal INSANIA. STAIN Purwokerto.

Vol. 12|No. 2|Mei-Ags 2007

Pendidikan Anti-Korupsi Page 25


Pendidikan anti korupsi

Oleh:

Aprialdi Kusuma Siregar (11782101616)

Desi Kumala Sari (11780223721)

Sofya Lena (11782200262)

Dosen Pengampu:

Maswir, S.Pd., MH

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

PEKANBARU

2017
Pendidikan Anti-Korupsi Page 25

Anda mungkin juga menyukai