NIM : 202201134
Kelas : 1C
A. PENGERI'IAN KORUPSI
Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah
menyalahgunakan kewenangan, jabatan, atau amanah (trust) secara melawan hukum untuk
memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat
merugikan kepentingan umum.
Korupsi didorong oleh dua motivasi. Pertama, motivasi intrinsik, yaitu adanya
dorongan memperoleh kepuasan yang ditimbulkan oleh tindakan korupsi (Chaplin: 2002,
h.259). Kedua, motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan korupsi dari luar diri pelaku yang tidak
menjadi bagian melekat dari perilaku itu sendiri. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
diri seorang pemegang amanah yang mendorong melakukan penyalahgunaan kekuasaan demi
keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Sedangkan faktor eksternal adalah sistem
pemerintahan atau kepemimpinan yang tidak seimbang sehingga dapat memberikan
kesempatan kepada pemegang amanah untuk melakukan korupsi.
Menurut M. Arnien Rais, ada empat jenis korupsi. Pertama, korupsi ekstortif. Kedua,
korupsi manipulatif, Ketiga, korupsi nepotistik, keempat, korupsi subversif.
D. MODUS OPERASI, PELAKU, DAN TEMPAT KORUPSI
Bidang atau bagian yang sering menjadi lahan berkembangnya korupsi dan suap
antara lain: Pertama, pelayanan umum (public service). Korupsi seringkali terjadi pada saat
pengurusan surat-surat penting di tempat-tempat pelayanan publik. Kedua, penjualan.
Ketiga, distribusi/gudang. Keempat, pembelian. Kelima, peningkatan sumber daya manusia
(SDM).
A. DAMPAK EKONOMI
2. Diskriminasi Kebijakan
Dengan birokrasi pemerintahan yang korup, maka pajak tidak dikembalikan kepada
rakyat dalam bentuk pembangunan tetapi dipakai untuk menumpuk kekayaan pribadi pejabat
beserta kroninya.
Karena birokrasi yang korup, maka pemilik modal luar negeri mengalami berbagai
hambatan untuk berinvestasi di dalam negeri.
Aktivitas ekonomi yang dibangun oleh sebuah sistem yang korup akan berdampak
pada tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh para pelaku ekonomi.
Misal pada proses pemilihan umum (nasional, daerah, legidatif, eksekutif) tidak dapat
terhindar dari money politics, penggelembungan suara, dan penggandaan kertas suara, maka
pemilu tersebut akan menghasilkan orang-orang (anggota DPR, DPD, DPRD, presiden, wakil
presiden, gubernur, bupati, walikota, dan sebagainya) yang secara legitimasi, moralitas, dan
kualitas djpertanyakan. Korupsi juga membuat sektor pertahanan dan keamanan menjadi
rapuh.
Korupsi telah menyisakan sebuah proses yang tidak transparan kepada publik :
UU No.20 Tahun 2001 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dari KKN, dan UU No.
31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
F. MORAL MASYARAKAT
Adalah sesuatu yang diserahkan kepada orang lain disertai dengan rasa aman dari
pemberinya, karena kepercayaannya bahwa apa yang diamanatkan itu akan man dan
dipelihara dengan baik, serta keberadaannya aman di tangan yang diberi amanat itu.
2. Keadilan
Amanah adalah sumber keadilan, dan keadilan adalah sumber keamanan dan kebahagaiaan.
Korupsi adalah tindakan yang bertentangan dengan norma masyarakat, agama, moral dan
hukum dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang
mengakibatkan rusaknya tatanan yang sudah disepakati yang berakibat pada hilangnya hak-
hak orang lain, korporasi atau negara yang semestinya diperoleh. Berapa istilah sebagai
bentuk ekspresi yang mengandung unsur-unsur korupsi:
Dalam masyarakat kuno di India dan Yunani kuno, para pejabat yang korup yang
menerima suap dari orang-orang desa harus diusir dari kerajaan dan harta kekayaan mereka
disita. Penyuapan terhadap hakim, di zaman Romawi ketika terjadinya perubahan atas
kekuasaan peradilan (sekitar abad pertama SM), yaitu ketika kekuasaan peradilan dialihkan
ke tangan senat yang diisi oleh para ksatria Romawi.
2. Masa Islam
a. Masa Rasulullah
Hilangnya sehelai beludru merah yang merupakan bagian dari harta rampasan perang
(Badar) yang diperoleh dari kaum musyrik.
b. Masa Sahabat
Pada masa sahabat Umar ibn Khathab pernah terjadi pemalsuan stempel bait al-mal untuk
mengambil sebagian harta bait al-mal yang dilakukan oleh Muz'in ibn Za'idah. Umar
menghukumnya dengan hukuman jilid seratus kali dan penjara satu tahun. Masa Tabi’in
Allah hanya akan secara otomatis mengampuni kesalahan hamba-Nya jika dosa itu semata-
mata berhubungan dengan hak Allah.
Syarat pengampunan dosa yang berkaitan dengan hak manusia (adamy) yang hanya bisa
diampuni jika hak orang lain itu telah dipenuhi sebagaimana mestinya.
Sesungguhnya harta pada ayat tersebut adalah harta yang diperoleh dengan cara yang halal
dan dalam zatnya harta itu memang halal.
anggapan ini sangat keliru, karena doa ini berdasarkan asumsi bahwa si pemohon atau
pencari rezeki tidak mengetahui asal muasal harta yang akan diperolehnya.