0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut merangkum konsep sosiologi korupsi menurut Pierre Bourdieu, termasuk konsep habitus, modal, dan ranah. Korupsi dijelaskan sebagai fenomena sosial yang merugikan masyarakat dan sulit diatasi karena sudah menjadi budaya negatif. Bourdieu menjelaskan bahwa perilaku koruptif sudah menjadi kebiasaan (habitus) yang sulit dihilangkan akibat jaringan pelindung di antara para pelakunya.
Dokumen tersebut merangkum konsep sosiologi korupsi menurut Pierre Bourdieu, termasuk konsep habitus, modal, dan ranah. Korupsi dijelaskan sebagai fenomena sosial yang merugikan masyarakat dan sulit diatasi karena sudah menjadi budaya negatif. Bourdieu menjelaskan bahwa perilaku koruptif sudah menjadi kebiasaan (habitus) yang sulit dihilangkan akibat jaringan pelindung di antara para pelakunya.
Dokumen tersebut merangkum konsep sosiologi korupsi menurut Pierre Bourdieu, termasuk konsep habitus, modal, dan ranah. Korupsi dijelaskan sebagai fenomena sosial yang merugikan masyarakat dan sulit diatasi karena sudah menjadi budaya negatif. Bourdieu menjelaskan bahwa perilaku koruptif sudah menjadi kebiasaan (habitus) yang sulit dihilangkan akibat jaringan pelindung di antara para pelakunya.
NIM: 1198030195 Kelas: Sosiologi 5 E Mata Kuliah: Sosiologi Korupsi
Korupsi Dalam Perspektif Sosiologi
Korupsi dalam kacamata sosiologi korupsi yaitu fenomena sosial yang
terjadi hampir di seluruh sektor kehidupan masyarakat dan mendapat perhatian dari semua pihak. Berbagai dampak korupsi yang merugikan masyarakat diantaranya melanggengkan kemiskinan, meningkatkan jumlah pengangguran, meningkatkan hutang luar negeri, penyebab kerusakan alam dan berdampak pada bidang kehidupan sosial-budaya yaitu menimbulkan “biaya sosial” yang tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya ketidaksesuaian harapan masyarakat untuk hidup lebih baik karena harus terhalangi oleh adanya fenomena korupsi. Hingga saat ini korupsi menjadi salah satu masalah sosial yang sulit untuk diselesaikan. Fenomena yang marak terjadi di masyarakat terkhusus di Indonesia karena kasus korupsi seperti ini sudah menjadi budaya yang negatif di masyarakat, selain itu hukuman yang diberikan juga tidak setimpal dengan perbuatannya padahal kasus korupsi termasuk ke dalam extra ordinary crime, dan belum ada ketegasan dari negara untuk memberantas korupsi padahal fenomena ini bisa dikatakan serius, itulah yang menyebabkan beberapa masyarakat umum menganggap hal yang biasa dan bahkan lumrah budaya korupsi ini. Kebiasaan berperilaku koruptif itu biasanya terdapat potensi untuk melakukan tindakan tersebut, seperti seorang koruptor mempunyai wewenang kekuasaan. Koruptor dan para pembantu dalam melaksanakan aksi korupsi merupakan individu atau kelompok yang tidak lain bagian dari masyarakat itu sendiri ketika salah satu dari masyarakat melakukan korupsi yang tidak lain adalah orang yang ditunjuk dan memiliki kewenangan dan menyalahgunakan kewenangan tersebut untuk kepentingan pribadi maka selain melanggar norma dan aturan secara hukum para aktor dan kelompok tersebut mengganggu kestabilan masyarakat dan kehidupan sosial baik secara perlahan ataupun secara cepat dan besar atau kecil dampaknya. Pierre Bourdieu dalam pemikirannya menjelaskan konsep (Habitus x Modal) + Ranah = Praktek. Adanya perilaku yang sudah menjadi kebiasaan para penjabat untuk melakukan perilaku menyimpang, perilaku melawan nilai dan norma dalam masyarakat, yaitu perilakubusuk disebut korupsi. Perilaku korupsi ini seakan menjadi hal yang biasa karena memang dari dulu apalagi eranya orde baru yang sudah mendarah daging sampai sekarang perilaku korupsi melibatkan elit politik yang juga saling melindungi. Disinilah efek jera itu tidak ada, sehingga penjabat yang korupsi tidak akan takut dengan hukuman yang tidak memberikan efek jera bagi para koruptor. Perilaku korupsi inilah yang sudah menjadi kebiasaan atau Habitus yang mendarah daging, sehingga tidak bisa hilangkan, karena sistem jaringan yang sudah terbentuk dan saling melindungi antar jaringan tersebut. Menurut Bourdieu, agen-agen sosial baik pada masyarakat tradisional dan modern bukanlah agen yang bersikap sebagai mesin (automata) yang bergerak seperti jam. Pada praktik ritual atau relasi sosial, individu-individu menjalankan prinsip-prinsip (sosial-budaya) yang terbatinkan dan menjadi habitus. Habitus adalah pembatinan nilai-nilai sosial-budaya yang beragam dan rasa permainan yang melahirkan berbagai macam bentuk gerakan yang disesuaikan dengan permainan yang sedang dilakukan. Menurut, Bourdieu, modal adalah sekumpulan sumber kekuatan dan kekuasaan yang benar-benar dapat digunakan. Istilah modal ini dikaitkan erat dengan hubungan-hubungan kekuatan dan kekuasaan dalam masyarakat itu sendiri. Ia merincikan sumber modal itu ada empat yaitu: modal sosial, modal ekonomi, modal budaya, dan modal simbolik. Modal sosial atau jaringan sosial yang dimiliki pelaku (individu atau kelompok) dalam hubungannya dengan pihak lain yang memiliki kuasa. Nah, disinilah modal sosial yang bisa kita lihat pada jaringan pelaku korupsi, dimana banyak aktor yang terlibat dan melakukan kesepakatan dalam aktivitas busuk tersebut. Modal ekonomi meliputi alat-alat produksi, seperti, mesin, tanah, buruh, dan materi (pendapatan dan benda-benda), serta modal uang. Modal ekonomi sekaligus juga berarti modal yang secara langsung bisa ditukar bisa didaku atau dipatenkan sebagai hak milik individu. Nah, disinilah perilaku korupsi bisa kita lihat bagaimana adanya kemampuan finansial untuk si pelaku korupsi dalam memberikan suap kepada pihak lain, yang bertujuan untuk melancarkan niat jahatnya. Modal budaya/kultural, Modal budaya adalah keseluruhan kualifikasi intelektual yang bisa diproduksi melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga. Modal budaya mengimplisitkan suatu proses pembelajaran sehingga tidak bisa begitu saja diberikan kepada orang lain. Pada kasus korupsi yang sudah kita singgung perihal perilaku korupsi yang sudah menjadi hal yang biasa atau lumrah oleh orang, sehingga tindakan korupsi yang ada sudah menjadi rahasia umum, karena mental yang tidak ada. Modal simbolik adalah segala bentuk prestise, status, otoritas dan legitimasi yang terakumulasi. Pada kasus korupsi kita akan melihat bahwa seseorang yang melakukan korupsi mempunyai kedudukan atau status yang tinggi. Status sosial yang dimiliki inilah bagi pelaku korupsi yang mana dimanfaatkan untuk dapat melegitimasi tindakannya, karena adanya power yang dimiliki pelaku korupsi tersebut. Ranah/Arena, dalam pemikiran Bordiue, seseorang harus dapat memahami ranah atau dimana lingkungan atau medan yang mereka hadapi, baik secara individu maupun dalam cakupan kelompok mereka. Menurut, Bourdieu, ranah didefinisikan sebagai sebuah jaringan atau konfigurasi, hubungan-hubungan akjektif antarberbagai posisi. Arena atau disebut juga Field yaitu medan, arena atau ranah merupakan ruang sebagai tempat para aktor/agen sosial saling bersaing untuk mendapatkan berbagai sumber daya material ataupun kekuatan (power) simbolis.Menurut saya sosiologi korupsi wajib dipelajari karena untuk pengetahuan dan wawasan kita bahwa kasus korupsi bukan hal yang mudah ditangani karena masih ada segelintir masyarakat yang menganggap bahwa korupsi ini hal yang remeh padahal kenyataannya banyak pihak di rugikan terutama rakyat kecil. Kedepannya sebagai mahasiswa dalam mempelajari sosiologi korupsi ini dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kasus korupsi yang semakin hari semakin marak.