Analisa Pengaruh Alqawaid Alushuliyyah Dan Fiqhiyyah Terhadap Perbedaan Pendapat Dalam Fiqih (Kasus Hukuman Untuk Tindak Pidana Korupsi)
Analisa Pengaruh Alqawaid Alushuliyyah Dan Fiqhiyyah Terhadap Perbedaan Pendapat Dalam Fiqih (Kasus Hukuman Untuk Tindak Pidana Korupsi)
Jumal Ahmad
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl.Kertamukti No.5, Pisangan Barat, Cireundeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
E-mail: ahmadbinhanbal@gmail.com
A. Pendahuluan
Makalah ini bertujuan menalar lebih jauh tentang aturan normatif korupsi di
Indonesia dalam tinjauan Hukum Pidana Islam dengan melihat sisi dalil Al-Quran,
hadits dan penerapan kaidah ushul dan fiqihnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------
B. Pembahasan
1. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari satu kata dalam bahasa Latin yakni corruptio atau
corruptus yang disalin ke berbagai bahasa. Istilah corruptio diserap dalam bahasa
Inggris menjadi corruption atau corrupt, sedangkan dalam bahasa Belanda
terbentuk kata corruptie (korruptie). Dari istilah bahasa Belanda inilah yang
kemudian dipakai oleh orang Indonesia dalam penyebutan istilah korupsi. Secara
harfiah, korupsi ialah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang
menghina atau memfitnah.1
1
Drs. Adami Chazawi, SH, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di
Indonesia, Malang: IKAPI Jatim, 2005, Hal.1. Lihat juga Andi Hamzah, Pemberantasan
Korupsi Melalui Pidana Nasional dan Internasional, Ed. 2 (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 4-5.
2
Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, Edisi VI, West Publishing, St.
Paul Mineosta, 1990
3
Vito Tanzi, Corruption, Governmental Activities and Markets, IMF Working
Paper, Agustus 1994
2
----------------------------------------------------------------------------------------------
4
Robert C. Brooks, Corruption in American Politics and Life, (New York: Dood,
Mead and Company, 1910)
5
Andi Hamzah, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 78
6
JM. Muslimin, Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi dalam Lintasan
Sejarah Indonesia, dalam buku “Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi”, (Jakarta:
CSRC UIN Syarif Hidayatullah, 2006), hal. 138-139
7
Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3
----------------------------------------------------------------------------------------------
Istilah korupsi bukan berasal dari bahasa Arab yang merupakan bahasa
Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama hukum Islam. Meski demikian, para
ulama menemukan beberapa istilah dalam Al-Quran dan Hadits yang pengertian
dan unsurnya terkandung dalam pengertian korupsi. Istilah tersebut adalah: ghulul
(penggelapan), risywah (suap), ghasab (mengambil secara paksa hak/harta orang
lain), sariqah (pencurian), dan khiyânah (pengkhianatan). Berikut ini dalil Al-Quran
dan Hadits yang menjadi landasan hukumnya.
1. Ghulul (Penggelapan)
Ayat Al-Quran yang menyebutkan ghulul adalah Qs. Ali Imran ayat 61.
و َوُى ْل َ يَُْلَ ُنو َن ٍ ٍْ َْ ت ِِبَا َغ َّل يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ِة ُثَّ َُ َو َّك ى ُك َنل
ْ َََْ م َما َك
ِ ْوما َكا َن لِنَِِب أَ ْن ي غُ َّل ومن ي ْغلُل يأ
َ ْ َ ْ َ َ َ ٍّ ََ
“Dan tidak mungkin seorang Nabi berkhianat (dalam urusan harta perang).
Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan dating membawa apa
yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang
sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak didzalimi”.
4
----------------------------------------------------------------------------------------------
b. Hadiah yaitu orang yang mendapatkan hadiah karena jabatan yang melekat
pada dirinya.
2. Risywah (Suap)
Risywah berasal dari bahasa Arab ( )رشا يزشوyaitu upah, hadiah, komisi,
atau suap. Secara terminologi, risywah adalah suatu pemberian yang diberikan
seseorang kepada hakim, petugas atau pejabat tertentu dengan tujuan yang
diinginkan kedua belah pihak, baik pemberi maupun penerima. Risywah melibatkan
8
Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam Perspektif
Fiqik Jinayah, Arsip Disertasi UIN, hal. 84
5
----------------------------------------------------------------------------------------------
tiga unsur utama, yaitu pihak pemberi (al-raashi), pihak penerima (al-murtashi) dan
barang bentuk serta jenis pemberian yang diserahterimakan.
ِ لَح
و ِ َّ ب أ ِ اعو َن لِْل َك ِذ
ْ َكالُو َن ل َن ُ َََّس
Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak
memakan yang haram.
Menurut Ibnu Mas'ud dan Ali bin Abi Talib, makna suht adalah suap.
ش يَ ْع ِِن الَّ ِذي َيَْ ِشي بَْي نَ ُه َنا ِ َّ الر ِاشي والْنرَ ِشي و
َ الرائ
ِ
َ َ ْ ُ َ َ َّ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َل
ِ ُ ال لَعن رس
َ ول اللَّو ُ َ َ َ َ ََع ْن ثَ ْوبَا َن ق
Rasulullah melaknat penyuap dan penerima suap dan yang terlibat di dalamnya.
(HR. Ahmad)
Az-Zahabi dalam Kitab Al-Kabair memasukkan suap dalam dosa besar
yang ke-22.9
Ghasab berasal dari kata kerja ( )غصب يغصب غصباyang berarti mengambil
sesuatu secara paksa dan zalim. Secara istilahi, ghasab dapat diartikan sebagai
upaya untuk menguasai hak orang lain secara permusuhan/terang-terangan.
Menurut Nurul Irfan, ghasab adalah mengambil harta atau menguasai hak
orang lain tanpa izin pemiliknya dengan unsur pemaksaan dan terkadang dengan
kekerasan serta dilakukan dengan cara terang-terangan. Karena ada unsur terang-
9
Az-Zahabi, Kitab Al-Kabair, hal. 112
6
----------------------------------------------------------------------------------------------
terangan, maka ghasab berbeda dengan pencurian dimana salah satu unsurnya
adalah pengambilan barang secara sembunyi-sembunyi.10
Ayat Al-Qur‟an yang melarang perbuatan tersebut ada dalam surat An-
Nisa:29 dan Al-Baqarah: 188
اض ِمْن ُك ْل َوَ َ ْقتُلُوا ِ ْْيا أَيَنها الَّ ِذين آمنُوا َ َأْ ُكلُوا أَموالَ ُكل ب ي نَ ُكل بِال
ٍ اط ِل إَِّ أَ ْن َ ُكو َن ِِتَ َارةً َع ْن َ َرَ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
ِ ِ ِ
ً أَْْ ٍُ ََ ُك ْل إ َّن اللَّوَ َكا َن ب ُك ْل َرح
ينا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. An-Nisa’: 29)
ِ اْلُ َّك ِام لِتَأْ ُكلُوا فَ ِري ًقا ِم ْن أ َْم َو ِال الن
ِْ َِّاس ب
اْ ِْث َوأَْْتُ ْل َ ْعلَ ُنو َن ْ اط ِل َوَُ ْدلُوا ِِبَا إِ ََل
ِ ْْوَ َأْ ُكلُوا أَموالَ ُكل ب ي نَ ُكل بِال
َ ْ َْ ْ َ ْ َ
“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan
(janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada hakim, dengan maksud agar
kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal
kamu mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah: 188)
Kedua ayat ini menegaskan bahwa Allah melarang memakan harta antara
satu orang dengan orang lain secara batil, hal tersebut dapat dikategorikan sebagai
perbuatan ghasab karena di dalamnya terdapat unsur merugikan pihak lain. Maka
para ulama sepakat bahwa ghasab merupakan perbuatan yang terlarang dan
diharamkan.
4. Khiyanat (Pengkhianatan)
Kata khianat berasal dari bahasa Arab (خان – يخاى. Asy-Syaukani dalam
kitab Nailul Authar menyebutkan pengertian (خنئنsebagai "من يأخد المنل خفية ويظهر
10
Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam Perspektif
Fiqik Jinayah, Arsip Disertasi UIN, hal. 110
7
----------------------------------------------------------------------------------------------
"" النصا للمنلاartinya orang yang mengambil harta secara sembunyi-sembunyi dan
menampakkan perilaku baiknya terhadap pemilik (harta tersebut)”.
Dalil Al-Quran yang menjadi pijakan sanksi pelaku khianat adalah Surat
Al-Anfal ayat 27.
ول َوََتُوُْوا أ ََماَْاَِ ُك ْل َوأَْْتُ ْل َ ْعلَ ُنو َن َّ ين َآمنُوا َ ََتُوُْوا اللَّوَ َو
َ الر ُس ِ َّ
َ يَاأَيَن َها الذ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (Qs. Al-Anfal: 27)
Ayat ini turun berkenaan Sahabat Nabi bernama Hatib bin Abi Balta‟ah
yang membocorkan rahasia kaum muslimin bersama Rasulullah Saw yang akan
berencana melakukan Fathul Makkah. Sikap dan perbuatan Hatib bin Abi Balta‟ah
dinilai sebagai pengkhianatan terhadap Negara Islam ketika itu.
5. Sariqah
Secara etimologis sariqah berasal dari kata " "سزق – يسزق – سرزااyang berarti
" "أخذ مالــه خفية وجيلةmengambil harta milik seseorang secara sembunyi-sembunyi dan
dengan tipu daya. Sedangkan secara terminologis sariqah adalah mengambil barang
atau harta orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanannya
yang biasa digunakan untuk menyimpan barang atau harta kekayaan tersebut.12
11
Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jilid 8, hal. 5876
12
Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam Perspektif
Fiqik Jinayah, Arsip Disertasi UIN , Hal. 123
8
----------------------------------------------------------------------------------------------
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ الَا ِر ُق و
ٌ الَارقَةُ فَاقْطَ ُعوا أَيْديَ ُه َنا َجَزاءً ِبَا َك َََْا َْ َكاً م َن اللَّو َواللَّوُ َع ِز ٌيز َحك
يل َ َّ َو
“Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa Maha Bijaksana”.
Ayat ini turun untuk menjelaskan hukuman bagi yang mencuri baik bagi
laki-laki maupun perempuan. turunnya ayat ini terkait dengan kisah seorang
perempuan dari kabilah Makhzumiah yang mencuri pada zaman Rasulullah.
Korban pencurian melaporkan kepada Rasulullah, mereka berkata: “Inilah
perempuan yang telah mencuri harta benda kami, dan keluarganya akan
menebusnya”. Beliau bersabda: “Potonglah tangannya”. Keluarga pelaku
menjelaskan, “Kami berani menebus lima ratus dinar”. Nabi Saw bersabda,
“Potonglah tangannya”. Maka dipotonglah tangan kanan perempuan itu. Lalu
pelaku bertanya, “Apakah tobatku masih diterima ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Ya engkau hari ini bersih dari dosamu seperti ketika engkau dilahirkan
oleh ibumu”.
6. Hirabah
Ayat yang menjadi landasn hukum dari Hirabah adalah Al-Quran Surat Al-
Maidah ayat 33.
9
----------------------------------------------------------------------------------------------
Dari makna dhahir nas ayat dan hadits di atas bisa dipahami bahwa segala
bentuk korupsi itu hukumnya haram dengan adanya redaksi yang berbentuk
larangan dan acaman yang menunjukkan keharaman. Selanjutnya kita melihat
keharaman korupsi dalam perspektif kaidah fiqih dan ushul fiqih.
13
Dr. Moh. Mufid, Lc., M.H.I., Kaidah Fiqh Ekonomi Syariah, ebookuid, hal. 10
10
----------------------------------------------------------------------------------------------
masalah fiqih yang luas secara komprehensif dengan cukup memperhatikan kaidah
dasarnya.14
Kaitannya dengan hukum korupsi, ada beberapa kaidah fiqih yang bisa
digunakan untuk menghukumi korupsi:
Kaidah Pertama
Kaidah ini merupakan implementasi dari Qs. Al-Maidah ayat 2 yang secara
umum menganjurkan saling tolong-menolong dalam kebaikan, dan melarang
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dalam Islam mengambil
sesuatu yang bukan haknya adalah perbuatan yang dilarang. Oleh sebab itu, kaidah
ini memberikan batasan bahwa sesuatu yang secara syariat dilarang untuk
mengambilnya, maka ia juga dilarang memberikan barang tersebut kepada orang
lain.
Kaidah Kedua
ٍ
ُص ََل ًحا فَ ُه َو َمْن ِه ٌي َعْنو
َ ُك َنل َ َ َنرف َجَّر فَ ََ ًاْا أَْو َْفْ ِأ
Kaidah Ketiga
“Tidak boleh bagi seseorang menggunakan milik orang lain tanpa izin”. Seorang
koruptor sudah pasti menggunakan milik orng lain tanpa seizin yang berhak.
14
Dr. Moh. Mufid, Lc., M.H.I., Kaidah Fiqh Ekonomi Syariah, ebookuid, hal. 13
11
----------------------------------------------------------------------------------------------
Kaidah Keempat
ِال َغ ِيه ٍ ِ ِ
ْ َ اجةُ َ ََ َنق يَ َحد أَ ْن يَأْ ُخ َذ َم
َ َاْل
ْ
Kaidah Kelima
Tidak boleh bagi seseorang mengambil harta orang lain tanpa ada sebab syari’
yang membolehkannya.”
Kaidah Keenam
ِ ْْنال بِال
اط ِل َحَر ٌام ِ َأَ ْكل ال
َ ُ
Mengkonsumsi harta yang berasal dari pendapatan yang dilarang oleh syariat
Islam adalah haram hukumnya.
Membelanjakan harta dari hasil korupsi, kolusi, merampok, menipu, upah perbuatan
zina, keuntungan berdagang barang haram dan lain semisalnya adalah haram untuk
memakannya
12
----------------------------------------------------------------------------------------------
15
Asmawi, Relevansi Teori Maslahat dengan UU Pemberantasan Korupsi, Jurnal
Syariah dan Hukum, Vol. 1, Nomor 2, Januari 2010, hal. 96-97
13
----------------------------------------------------------------------------------------------
Qs. Ali Imran ayat 61 berbicara tentang ghulul, analogi korupsi dengan
ghulul adalah cukup dekat dengan alasan-alasan: Korupsi adalah penyalahgunaan
harta negara, perusahaan, atau masyarakat. Ghulul juga merupakan penyalahgunaan
harta negara, karena memang pemasukan harta negara pada zaman Nabi SAW
adalah ghonimah. Adapun saat ini permasalahan uang negara berkembang tidak
hanya pada ghonimah, tetapi semua bentuk uang negara. Korupsi dilakukan oleh
pejabat yang terkait, demikian juga ghulul merupakan pengkhianatan jabatan oleh
pejabat yang terkait.16
Dari sisi penggelapan harta publik, korupsi sangat dekat dengan ghulul.
Surat Al-Baqarah ayat 188 secara umum menyebutkan bahwa Allah SWT melarang
16
Fazzan, Korupsi di Indonesia dalam Perspektif Hukum Pidana Islam, Jurnal
Ilmiah Islam Futura, Vol. 14. No. 2, Februari 2015, hal. 155
17
Muhammad Yūsuf al-Qardāwī, al-Halāl wa al-Harām fī al-Islām (Beirut:
al-Maktab al-Islāmī, 1994), 230.
14
----------------------------------------------------------------------------------------------
untuk memakan harta orang lain secara batil. Dan hal tersebut dapat dikategorikan
sebagai perbuatan ghasab karena di dalamnya terdapat unsur merugikan pihak lain.
Korupsi adalah salah satu bentuk pengambilan harta orang lain yang bersifat
khusus. Dalil umum di atas adalah cocok untuk memasukkan korupsi sebagai salah
satu bentuk khusus dari pengambilan harta orang lain.
15
----------------------------------------------------------------------------------------------
diambil melalui korupsi jauh lebih banyak daripada melalui qath'u at-thariq. Dan 3,
dampak yang ditimbulkan oleh korupsi jauh lebih massif daripada yang ditimbulkan
oleh qath'u at-thariq.18
1. Hukuman mati atau tembak mati, apabila korupsi ini dilakukan dalam
jumlah yang besar (as-sariqah al-kubra) yang dapat mengakibatkan
terganggunya stabilitas negara dan citra bangsa serta hilangnya
kesempatan hidup bagi sebagian rakyat, seperti korupsi dana dalam jumlah
puluhan milyar rupiah dan seterusnya.
Hukuman mati yang diberlakukan untuk kasus-kasus tertentu, semisal
korupsi, termasuk kategori hukuman ta`zìr yang disebut dengan „al-qatl al-
siyàsì’, yaitu hukuman mati yang tidak diatur oleh al-Quran dan Sunnah,
tetapi diserahkan kepada penguasa atau negara, baik pelaksanaan ataupun
tatacara eksekusinya.19
Hukuman maksimal (mati) tersebut boleh diberlakukan oleh suatu negara
jika dipandang sebagai upaya efektif menjaga ketertiban dan kemaslahatan
masyarakat.20
2. Hukuman potong tangan dan kaki secara silang, apabila korupsi dilakukan
dalam jumlah sedikit yang hanya mengakibatkan kerugian material
keuangan negara, seperti korupsi dalam jumlah ratusan juta rupiah.
3. Dipenjarakan sampai ia tobat, apabila korupsi dilakukan dalam jumlah yang
sangat sedikit, seperti dalam jumlah jutaan atau puluhan juta. Korupsi untuk
hukuman yang paling ringan ini hanya ditoleransi karena kebutuhan hidup.
Walaupun begitu, hukuman penjaranya bisa saja seumur hidup bila hakim
18
PBNU, NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan Fiqih, (Jakarta, Cet I, 2006),
hal. 108-112
19
Hukuman maksimal (mati) tersebut boleh diberlakukan oleh suatu negara jika
dipandang sebagai upaya efektif menjaga ketertiban dan kemaslahatan masyarakat. Khaeron
Sirin, “Eksekusi Mati Trio Bom Bali”, Koran Tempo, 25 Nopember 2008.
20
Khaeron Sirin, “Eksekusi Mati Trio Bom Bali”, Koran Tempo, tanggal 26
Nopember 2008.
16
----------------------------------------------------------------------------------------------
melihat bahwa sepantasnya pelaku korupsi dalam jumlah kecil ini diganjar
seperti itu.
Jika dilihat pada rumusan pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) undang-undang no.
31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, undang-undang
tentang pemberantasan korupsi di Indonesia sudah sangat berani, khususnya dengan
adanya tuntutan hukuman mati bagi pelaku korupsi yang dilakukan dalam keadaan
tertentu, yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu Negara dalam
keadaan bahaya sesuai undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana
nasional sebagai pengulangan tindak pidana korupsi atau pada waktu Negara dalam
keadaan krisis ekonomi dan moneter.22
Menurut penulis pertama Abdul Aziz Amir, hukuman Ta‟zir ada 11 macam
yaitu: 1). Hukuman mati, 2). Hukuman jilid, 3). Hukuman penahanan, 4). Hukuman
pembuangan, 5). Hukuman ganti rugi, 6). Hukuman publikasi dan pemanggilan
paksa untuk hadir di majelis persidangan, 7). Hukuman berupa nasehat, 8).
Hukuman berupa pencelaan, 9). Hukuman berupa pengucilan, 10). Hukuman
pemecatan dan 11). Hukuman berupa penyiaran.
21
Muhammad Hasbi As-Shidqy, Pidana Mati dalam Syariat Islam, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 1998), hal. 49-50
22
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, hal. 115
17
----------------------------------------------------------------------------------------------
Maka, Dalam hukum Islam, hukuman tindak pidana korupsi bisa dalam
bentuk ta‟zir (hukuman yang dianggap setimpal dan menjerakan menurut ijtihad
hakim) dan bisa dianalogikan dengan tindak pencurian, walaupun tidak sama persis.
Ini karena pencurian adalah pengambilan secara sembunyi-sembunyi terhadap harta
yang disimpan rapi yang bukan di bawah wewenangnya. Berdasarkan hukum Islam,
hukumannya tergantung pada jumlah uang yang dikorup dan akibatnya pada rakyat
secara umum. Jika jumlah yang dikorupsi di bawah nilai 86 gram emas, maka
dihukum ta‟zir, sedangkan jika sebanding dengan nilai itu atau lebih, hukumanya
adalah potong tangan.
23
Disertasi UIN, hal. 139
18
----------------------------------------------------------------------------------------------
dimana yang diakibatkan korupsi lebih besar daripada kerusakan pencurian biasa
yang bersifat individual.
Para penafsir liberal mungkin tidak setuju dengan hukuman potong tangan
yang literal dan skriptural. Akan tetapi, intinya tindak pidana korupsi harus
dihukum dengan hukuman berat agar jera. Sebagai contoh Umar bin Khatab pernah
menjatuhkan hukuman cambuk sebanyak 100 kali dan penjara satu tahun kepada
Mu‟iz bin Abdullah karena telah melakukan tindak pemalsuan stempel kas negara
(Baitul Mal) kemudian mengambil harta negara tersebut.
Memberantas Korupsi
Kwik Kian Gie salah satu ahli ekonomi ode lama menyebutkan tiga cara
memberantas korupsi yaitu: Pertama Konsep Carrot and Stick. Carrot: Pendapata
neto untuk pegawai negeri baik sipil maupun TNI, Polri yang mencukupi untuk
hidup dengan standar sesuai pendidikan, pengetahuan, kemepimpinan, pangkat dan
martabatnya. Stick adalah bila semua sudah dipenuhi dan masih berani korupsi
hukumannya tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan sedikit pun untuk
melakukan korupsi. Kedua Sistem Penggajian. Menurut Kwik Kian Gie, sistem
penggajian harus dibenahi sesuai dengan merit system yakni mereka yang tingkat
pekerjaan serta tanggung jawabnya lebih berat harus berpendapatan neto lebih
19
----------------------------------------------------------------------------------------------
besar. dan Ketiga Reformasi Birokrasi. Bila birokrasi disusun sesuai kebutuhan
untuk mencapai tujuan optimal, jumlah pegawai dapat diperkecil, termasuk biaya
listrik, gaji, alat kantor dan lain-lain, dampaknya tersedia sebagian dana untuk
menaikkan pendapatan bersih untuk gaji pokok pegawai.24
Cara Kwik Kian Gie di atas pernah diterapkan Khalifah Umar bin Khattab
ra. pada masa pemerintahannya yang dikenal dengan kebijakan “ta’dibul-
muwazhaf bil muqasamah-fil-amwal”; untuk menanggulangi tindak pidana korupsi,
yaitu: (1) Memberi gaji yang cukup bagi biaya hidup karyawan dan keluarganya;
(2) Dilakukan wajib daftar kekayaan bagi para pegawai. Kekayaan de facto pegawai
disbanding dengan kekayaan de jure pegawai sesuai dengan daftar kekayaan. Selisih
lebih kekayaan itu, yang separohnya disita, dimiliki oleh negara.25
24
Kwik Kia Gie, Pikiran yang Terkorupsi, (Kompas, Cet. I, 2006), hal. 32-35
25
26
Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, Fikih Antikouprsi Perspektif Ulama
Muhammadiyah, (Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP), Cet. 1, Jakarta, 2006), hal.
124-125
20
----------------------------------------------------------------------------------------------
jawab dalam menjalankan tugas sekolah dan rumah, amanah dalam menjaga
kepercayaan teman dan orang tua perlu dilakukan untuk melawan sifat curang.27
A. Penutup
27
PBNU, NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan Fiqih, (Tim Kerja Gerakan
Nasional Antikorupsi PBNU, Jakarta, Cet I, 2006), hal. 147
21
----------------------------------------------------------------------------------------------
Lampiran:
Fatwa MUI tentang Suap (Risywah), Korupsi (Ghulul) dan Hadiah kepada
Pejabat
Menimbang:
Memperhatikan:
Mengingat:
Firman Allah Swt, hadis Rasulullah Saw. dan kaidah fiqhiyah (sesuatu yang haram
mengambilnya, haram pula memberikannya)
22
----------------------------------------------------------------------------------------------
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Pertama: Pengertian
Kedua: Hukum
23
----------------------------------------------------------------------------------------------
Jika antara pemberi hadiah dan pejabat tidak ada atau tidak akan
ada urusan apa-apa, maka memberikan dan menerima hadiah
tersebut tidak haram;
Jika antara pemberi hadiah dan pejabat terdapat urusan (perkara),
maka bagi pejabat haram menerima hadiah tersebut; sedangkan
bagi pemberi, haram memberikannya apabila perberian dimaksud
bertujuan untuk meluluskan sesuatu yang batil (bukan haknya);
Jika antara pemberi hadiah dan pejabat ada sesuatu urusan, baik
sebelum maupun sesudah pemberian hadiah dan pemberiannya itu
tidak bertujuan untuk sesuatu yang batil, maka halal (tidak haram)
bagi pemberi memberikan hadiah itu, tetapi bagi pejabat haram
menerimanya.
Ketiga: Seruan
28
Situs MUI http://mui.or.id/wp-content/uploads/2014/11/23.-Risywah-suap-
Ghulul-korupsi-dan-hadiah-kepada-pejab1.pdf diakses 19 November 2017
24
----------------------------------------------------------------------------------------------
Bahan Rujukan:
Buku
Jurnal
25