Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKONOMI DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

Laporan ini disusun untuk menyelesaikan tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah “Studi Al-
Qur’an dan Hadits”

Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Nur Asnawi, M. Ag

Disusun oleh:

Muhamad Wahyu Hidayatulloh (210502110110)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2023
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Allah Swt. menciptakan berbagai spesies makhluk hidup, termasuk manusia.


Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Mereka diberi kecerdasan dan
kebijaksanaan untuk hidup di dunia. Berbagai macam kegiatan dilakukan manusia untuk
bertahan hidup di dunia, seperti bekerja, melakukan transaksi jual beli, hutang piutang, dll.
Hal ini disebut dengan kegiatan ekonomi. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, timbul berbagai
macam persoalan, sebab kegiatan ini bersifat subyektif.

Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, manusia mengantisipasi terjadinya
konflik kepentingan kegiatan ekonomi dengan membuat peraturan serta norma-norma
dalam masyarakat. Sebagai sebuah sistem, ekonomi tidak luput dari ajaran agama Islam,
dimana adanya kebijakan menjadi alternatif buat kesejahteraan masyarakat.

Sistem perekonomian di Indonesia saat initidak termasuk dalam kategori baik.


Melihat fenomena ekonomi yang terjadi, sudah selayaknya menjadi perhatian dan
diselesaikan tanpa adanya diskriminasi sedikitpun. Pemerintahan merupakan perwujudan
kekuatan untuk meningkatkan transparansi sumber daya ekonomi. Ini menunjukkan betapa
anehnya kondisi ekonomi saat ini.

Oleh karena itu, sistem ekonomi yang kuat dan transparan harus dapat diimbangi
dengan peraturan dan kebijakan yang wajar dan professional untuk mengidentifikasi
sumber daya ekonomi. Al-Qur’an dengan segala ajarannya berfungsi sebagai sumber dan
pedoman prilaku manusia. Karena tindakan dan perilaku ekonomi harus dilakukan dalam
kerangka sistem Al-Qur’an.

PEMBAHASAN

Problematika dan konsep ekonomi islam

Ekonomi adalah ilmu mengenai bagaimana cara manusia dalam memenuhi


kebutuhannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari prinsip-prinsip produksi, distribusi, penggunaan barang dan kekayaan. Ekonomi
juga dapat didefinisikan sebagai penggunaan sumber daya, energi, waktu, dan segala
sesuatu yang dinilai berharga.

Bahasa sering menjadi salah satu malasah dalam proses menimba ilmu, yaitu
bagaimana cara menterjemahkan bahasa asing ke bahasa indonesia. Dalam bahasa
Indonesia “ekonomi” sering diartikan berbeda seperti “economics”, “economic”, dan
“economy”. Menurut John M & Hassan Shadily, “economics” adalah kata benda memiliki
arti ilmu ekonomi, “economic” adalah kata sifat berarti ekonomis atau hemat dalam
produksi, pembangunan, mengelola kekayaan negara, rumah tangga, dan perusahaan, dan
“economy” adalah kata benda yang berarti perekonomian.

Menurut Paul A. Samuelson, ekonomi dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang


cara manusia memanfaatkan sumber daya yang langka dalam proses memproduksi barang
dan jasa untuk didistribusikan pada konsumen.

Negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama islam seharusnya melakukan


tindakan antisipasi seperti membuat peraturan dan kebijakan dalam upaya menjunjung
perekonomian mereka. Sama halnya dengan di Indonesia yang mayoritas penduduknya
adalah beragama islam. Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil)
pada akhir tahun 2021 melakukan pencatatan data demografi agama dan mencatat
sebanyak (86,93%) penduduk Indonesia beragama Islam, (7,47%) beragama Kristen, (3,08%)
beragama Katolik, (1,71%) beragama Hindu, (0,74%) beragama Budha, (0,03%) beragama
Konghucu, serta (0,05%) menganut aliran kepercayaan.

Sebagian masyarakat mengasumsikan bahwa sistem ekonomi Islam diterapkan


hanya dalam perbankan Islam yang berlebel Syarah. Hanya karena perbankan lebih tampak
di muka umum, bukan berarti penerapan sistem ekonomi Islam hanya mencakup perbankan
saja, melainkan dari interaksi dan transaksi seperti jual beli atau perdagangan. Tujuan
integrasi ekonomi berbasis syariah adalah untuk meningkatkan kemampuan pengendalian
sumber daya ekonomi agar dapat berjalan sesuai peraturan negara dan agama.

Menurut Syukri Iska, sistem ekonomi Islam adalah konsep antara dua unsur, terdiri
dari harta kekayaan di dunia yang diberikan kepada manusia atas haknya oleh allah yang
berada di muka bumi atas dasar khilafah. Dan diantara aturan dan nilai sistem ekonomi
islam yang dapat disimpulkan ialah:
1. Ekonomi makmur dalam norma-norma islam
2. Kekeluargaan dan memenuhi hak dan kewajiban
3. Penyerahan pendapatan dengan adil
4. Kebebasan individu dalam kepentingan sosial

Masyarakat yang dinamis senantiasa mengikuti perkembangan dan perubahan


zaman. Peraturan dan hukum yang absolut berjumlah banyak dan terperinci akan mengikat
masyarakat dan membuat sebuah dinamika dimana masyarakat harus mengikuti aturan
apakah sistem sosialisme, komunisme atau kapitalisme yang akan digunakan. Karena
alquran tidak menjelaskan harus menggunakan sistem seperti apa. Alquran hanya
menjelaskan ketentuan-ketentuan yang harus diikuti oleh kamu mislim untuk mengatur
perekonomian.

Beberapa ayat yang telah dikumpulkan dapat menjelaskan konsep dan aturan
perekonomian dalam islam dijalankan.

QS. Al-Maidah: 66

ِ ‫ت َأرْ ُجلِ ِهم ۚ ِّم ْنهُ ْم ُأ َّمةٌ ُّم ْقت‬


‫َص َدةٌ ۖ َو َكثِي ٌر ِّم ْنهُ ْم‬ ۟ ُ‫وا ٱلتَّوْ َر ٰىةَ َوٱ ن ِجي َل َومٓا ُأنز َل لَ ْي ِهم ِّمن َّربِّ ِه ْم َأَل َكل‬
ِ ْ‫وا ِمن فَوْ قِ ِه ْم َو ِمن تَح‬ ۟ ‫َولَوْ َأنَّهُ ْم َأقَا ُم‬
‫َ ِ ِإ‬ ‫ِإْل‬
َ‫َسٓا َء َما يَ ْع َملُون‬

Artinya:

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan
(Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan
mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada
golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh
kebanyakan mereka.”

Al-Maidah merupakan golongan surah madaniyah, yang artinya surah yang turun di
kota Madinah. Menurut Tafsiran Kementrian Agama RI, Allah menjelaskan status mereka
terkait dengan ketaatan tersebut, dan apakah mereka, yakni Yahudi dan Nasrani, benar-
benar mengikuti hukum dan petunjuk yang terdapat dalam Taurat dan Injil, dan juga
percaya pada Al-Qur'an yang diberikan kepada Nabi Muhammad, yang berada di antara
mereka atas wahyu yang diberikan oleh tuhannya. Mereka pasti akan diberkati dalam
bentuk rezeki atau makanan yang berasal dari atas mereka, yaitu berupa manna dan salwa'
atau hujan yang dapat menumbuhkan tanaman, dan di bawah kaki mereka dalam bentuk
hasil bumi yang melimpah.

Bahkan di antara mereka masih ada golongan yang jujur dan taat, yaitu mereka yang
selalu mempelajari kitab suci dan tidak fanatik terhadap ajaran imam yang dianggap tidak
layak dan selalu jujur, dan diantara mereka masih sangat banyak yang melakukan kezaliman
dan jauh dari tuntunan kitab suci. Setelah menyatakan keingkaran para ahli kitab, Allah
menjelaskan tugas-tugas Rasulullah dalam ayat ini, salah satunya adalah menyampaikan
ajaran Islam kepada mereka.

Demikian asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh ibnu mardawaih. Ya Rasulullah!


Sampaikanlah kepada para ahli kitab apa yang diturunkan kepadamu, yaitu ajaran Islam
yang diturunkan tuhanmu. Itulah tugas atau kewajibanmu. Jika engkau tidak melakukan apa
yang diperintahkan, itu berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan ketahuilah
bahwa Tuhan akan selalu melindungi dari campur tangan manusia atau niat buruk. Tugasmu
hanyalah menyampaikan ajaran Islam dan jangan memaksa mereka untuk beriman, karena
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir, maka kekufuran mereka bukan
tanggung jawabmu.

Ayat ini berhubungan dengan hadits Nabi yang diriwayatkan Zaid bin Labid yaitu:

!ِ‫ال قُ ْلنَا يَا َرسُوْ َل هللا‬ َ َ‫ب ْال ِع ْل ِم ق‬


ِ ‫ك ِع ْن َد اَ َوا ِن ِذهَا‬ َ ِ‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َش ْيًئا فَقَا َل َو ٰذل‬ َ ‫ال َذ َك َر النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ع َْن ِزيَا ِد ْب ِن لَبِ ْي ٌد ق‬
‫ اِ ْن‬،‫ك يَا ا ْبنَ اُ َّم لَبِ ْي ٍد‬
َ ‫ك اُ ُّم‬ َ َ‫َو َك ْيفَ يَ ْذهَبُ ْال ِع ْل ُم َونَحْ نُ نَ ْق َرُأ ْالقُرْ ٰانَ َونُ ْق ِرُئهُ اَ ْبنَا َءنَا َويُ ْق ِرُؤ هُ اَ ْبنَاُؤ نَا اَ ْبنَا َءهُ ْم اِلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة؟ ق‬
َ ‫ ثَ ِكلَ ْت‬:‫ال‬
‫صا َرى يَ ْق َرءُوْ نَ التَّوْ َراةَ َو ْا ِال ْن ِجي َْل َوالَ يَ ْنتَفِعُوْ نَ ِم َّما فِ ْي ِه َما بِ َش ْي ٍء‬ َ َّ‫ْس ٰه ِذ ِه ْاليَهُوْ ُد َوالن‬ َ ‫ك ِم ْن اَ ْفقَ ِه َر ُج ٍل بِ ْال َم ِد ْينَ ِة اَ َولَي‬َ ‫ت َالَ َرا‬ ُ ‫ُك ْن‬

(‫)رواه أحمد‬

Artinya:

Dari Ziad bin Labid, ia berkata, “Nabi Muhammad saw, membicarakan sesuatu lalu
beliau berkata, “Hal demikian itu adalah pada waktu ilmu pengetahuan telah lenyap.
Ziad berkata, “Kami (para sahabat) berkata “Wahai Rasulullah bagaimanakah ilmu
pengetahuan bisa lenyap, sedangkan kami membaca Al-Qur’an dan kami
membacakannya pula kepada anak-anak kami dan anak-anak kami itu
membacakannya pula kepada anak-anak mereka sampai hari Kiamat.” Rasulullah.
saw menjawab, “Celakalah engkau hai anak Ibnu Labid, jika aku mengetahui engkau
adalah orang-orang yang paling banyak ilmunya di antara penduduk Medinah,
tidakkah orang-orang Yahudi dan Nasrani itu membaca Taurat dan Injil, sedangkan
mereka tidak mendapat manfaatnya sedikit pun.” (Riwayat Ahmad)

Jelaslah dari hadis ini bahwa kaum Muslimin yang tidak mengamalkan petunjuk
agamanya, mereka serupa dengan orang Yahudi dan Nasrani.

Dari tafsiran QS. Al-Maidah: 66, maka dapat ambil kesimpulan bahwa prinsip seorang
indiviidu, kelompok, maupun masyarakat pada umumnya dalam melaksanakan kegiatan
ekonomi tidak boleh terlepas dari sifat jujur, tidak menyimpang dari kebenaran ajaran Islam
dan beretika.

Implementasi konsep tersebut dalam kehidupan masyarakat di Indonesia antara lain,


pengendalian harta dengan melakukan pembayaran zakat, infaq, sedekah, wajaf maka harta
akan mengalir sehingga keseimbangan ekonomi dan sosial dapat tercapai.

QS. At-Taubah: 42

ْ ‫ك َو ٰلَ ِك ۢن بَ ُعد‬
َ‫َت َعلَ ْي ِه ُم ٱل ُّشقَّةُ ۚ َو َسيَحْ لِفُونَ بِٱهَّلل ِ لَ ِو ٱ ْستَطَ ْعنَا لَ َخ َرجْ نَا َم َع ُك ْم يُ ْهلِ ُكون‬ َ ‫صدًا ٱَّلتَّبَعُو‬
ِ ‫لَوْ َكانَ َع َرضًا قَ ِريبًا َو َسفَرًا قَا‬
َ‫َأنفُ َسهُ ْم َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم ِإنَّهُ ْم لَ ٰ َك ِذبُون‬

Artinya:

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh
dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi
tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah
dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-
samamu". Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa
sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.”

Surah at-Taubah merupakan golongan surah madaniyah, yaitu surah yang turun di
kota Madinah. Pada ayat ini belum ditemukan adanya asbabun nuzul. Menurut Tafsir
Kementerian Agama RI, ayat ini mengacu pada orang-orang munafik yang menolak pergi ke
perang Tabuk. Jika yang kamu katakan pada orang munafik, ada keuntungan duniawi yang
jelas dan mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu sulit,
ditambah suasana yang tidak terlalu panas, mereka pasti akan mengikutimu meskipun tidak
dengan sepenuh hati. Namun, mereka akan menolak untuk berperang jika tujuan
tempatnya terlalu jauh.

Mereka bahkan membuat pembenaran alasan agar tidak pergi ke medan perang,
mereka bersumpah atas nama Allah tanpa merasa bersalah, sebenarnya bohong, jika kami
bisa, kami akan pergi bersamamu. Padahal sumpah palsu mereka untuk tidak ikut perang
menyebabkan kehancuran mereka sendiri karena kebohongan yang tersembunyi,
sementara Tuhan mengetahui bahwa mereka adalah pembohong sejati. Inilah salah satu ciri
orang munafik yang tidak mau menderita saat memenuhi perintah Allah.

Orang munafik sangat pandai mencari alasan untuk tidak berperang. Akhirnya, beliau
mengizinkan mereka untuk tidak berpartisipasi dalam perang, dan ayat ini memberikan
teguran halus kepadanya. Allah memaafkanmu, ya Rasul, mengapa engkau memberi izin
kepada mereka untuk tidak ikut dalam perang, sebelum engkau menyadari bahwa mereka
benar-benar memiliki hambatan sehingga dapat dimengerti untuk tidak berperang, dan
sebelum engkau mengetahui mereka yang berbohong dengan membuat alasan yang tidak
benar dan mengarangnya.

Menurut Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, ayat ini diturunkan mengenai sikap
orang-orang munafik yang enggan pergi ke perang tabuk. Kira-kira apa yang engkau katakan
kepada orang munafik, menurut perkiraan mereka, ada keuntungan duniawi yang jelas dan
mudah didapat serta perjalanannya tidak sesingkat itu dan tidak sulit, ditambah udaranya
yang tidak terlalu panas, tentu mereka akan mengikuti kalian walaupun tidak dengan
sepenuh hati. Namun, mereka akan enggan berperang jika tujuan tampaknya terlalu jauh
bagi mereka. Bahkan untuk membangun alasan agar ketidakberangkatan mereka ke medan
perang dianggap benar, mereka tanpa merasa bersalah akan bersumpah dengan nama
Allah, meskipun bohong, jika kami ingin kami menemani kami.

Padahal sumpah palsu mereka untuk tidak ikut perang telah musnah dengan
sendirinya, karena gudang yang tertutup tertutup padahal Allah tahu bahwa mereka benar-
benar pendusta. Inilah salah satu ciri orang munafik, yaitu tidak siap menderita dalam
menjalankan perintah Allah. Orang-orang munafik sangat pandai membuat alasan untuk
diizinkan tidak membatalkan. Akhirnya, dia mengumumkan mereka untuk tidak bergabung
dalam pertarungan, jadi syair ini memberinya peringatan halus. Allah memaafkanmu wahai
nabi, mengapa engkau memberi izin kepada mereka untuk tidak marah, sebelum menjadi
jelas bagimu orang-orang yang benar-benar dicegah sehingga dapat dimengerti untuk tidak
berperang dan sebelum kamu menemukan orang-orang yang berbohong dengan membuat
alasan tidak benar dan dibuat-buat

Penafsiran di atas dapat diartikan bahwa dalam menjalankan perekonomian harus


sesuai dengan konsep etika bisnis Islam yaitu baik dan benar. Menurut Islam, kebenaran
adalah ruh keimanan, yang merupakan simbol utama orang beriman dan para nabi. Islam
menempatkan kebenaran di atas segalanya. Sehingga kebenaran itu menjadi dasar dan
ukuran tiang penyangga dan kemantapan suatu agama. Sebaliknya dusta atau tipu muslihat
merupakan bagian dari sifat munafik. Apa yang menyebabkan bencana terbesar di pasar
saat ini adalah penyebaran penipuan.

Oleh karena itu, untuk menjalankan bisnis yang terpenting adalah harus dilandasi
dengan kejujuran yang diridhoi oleh Allah SWT. dalam mengelola bisnis yang baik dan
menguntungkan. Oleh sebab itu, salah satu sifat yang sangat mendasar yang harus dimiliki
oleh para pedagang adalah kebenaran agar kegiatan bisnis yang dilakukan dapat diridhai
oleh Allah SWT.

QS. An-Nahl: 9

َ‫يل َو ِم ْنهَا َجٓاِئ ٌر ۚ َولَوْ َشٓا َء لَهَ َد ٰى ُك ْم َأجْ َم ِعين‬


ِ ِ‫َو َعلَى ٱهَّلل ِ قَصْ ُد ٱل َّسب‬

Artinya:

“Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada
yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu
semuanya (kepada jalan yang benar).”

An-Nahl merupakan golongan surah Makiyah, yaitu surah yang turun di kota
Makkah. Pada ayat ini belum ditemukan adanya asbabun nuzul. Menurut ahli Tafsir
Kementrian Agama RI, Setelah menjelaskan tanda-tanda yang menunjukkan betapa
agungnya Dia Sang Pencipta dan Maha Kuasa, Allah selanjutnya menjelaskan bahwa Dia
pulalah yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar. Oleh karena itu, dialah yang berhak
disembah, dan merupakan hak Allah yang maha mengetahui dan memberikan petunjuk,
untuk menjelaskan jalan yang lurus, yaitu iman yang harus dianut manusia untuk
mengantarkannya pada kebahagiaan. dunia ini dan akhirat. Dan juga hak Allah untuk
menjelaskan bahwa di antaranya ada jalan yang menyimpang, berliku-liku, dan berkelok-
kelok yaitu kekafiran yang harus dihindari karena menjerumuskan manusia ke dalam jurang
kesengsaraan di dunia dan akhirat.

Dan jika dia diharuskan untuk membuat semua manusia mengikuti jalan yang lurus,
maka tidak ada halangan baginya untuk melakukannya karena Allah Maha Kuasa, dan dalam
keadaan seperti itu Dia pasti akan membimbing kalian semua ke jalan yang lurus itu. Ayat-
ayat berikut menjelaskan berbagai kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia. Dialah
yang menurunkan air hujan dari langit untuk kamu gunakan untuk memenuhi
kebutuhanmu. Sebagian menjadi minuman untuk Anda dan hewan peliharaan Anda, dan
sebagian lagi dapat Anda gunakan untuk menyirami tanaman Anda, yaitu pada tanaman
hijau yang Anda beri makan ternak Anda sehingga mereka dapat makan dan menghasilkan
produk yang Anda butuhkan, seperti susu, daging, dan bulu.

Menurut ahli Tafsir Al-Muyassar Kementrian Agama Arabia, Adalah tanggung jawab
Allah untuk menjelaskan jalan yang lurus untuk membimbing kalian, yaitu Islam. Dan di
antara jalan-jalan tersebut terdapat gang-gang bengkok yang tidak mengarah pada petunjuk
apapun, yaitu ajaran yang bertentangan dengan Islam, dari berbagai bentuk ideologi dan
kepercayaan. Dan jika Allah telah berkehendak untuk memberikan hidayah, Dia akan
memberikan kalian semua hidayah kepada Iman.

Allah swt menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang bermanfaat bagi kemaslahatan jiwa


manusia, agar mereka mengenal dan bersyukur kepada Pencipta alam semesta dan nikmat
yang maha luas ini. Allah menjelaskan bahwa Dialah yang memiliki otoritas tertinggi untuk
membimbing manusia melalui wahyu kepada utusan-Nya dan memerintahkan mereka
untuk menaatinya. Ini bertujuan untuk membawa orang kepada kebenaran.

Barang siapa yang mengikuti hidayah tersebut berarti akan mendapatkan


kebahagiaan yang sangat bermanfaat baginya. Namun, siapa pun yang mengambil jalan
sesat, akibatnya akan diderita dan dirasakan sendiri.

Allah berfirman:
ّ ٰ ‫ق بِ ُك ْم ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه ٰۗذلِ ُك ْم َو‬
َ‫صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ن‬ َ ‫ص َرا ِط ْي ُم ْستَقِ ْي ًما فَاتَّبِعُوْ هُ َۚواَل تَتَّبِعُوا ال ُّسب َُل فَتَفَ َّر‬
ِ ‫َواَ َّن ٰه َذا‬

Artinya:

Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan
(yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia
memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa. (Al-An’am/6: 153)

Dan firman-nya:

‫اِ َّن َعلَ ْينَا لَ ْله ُٰد ۖى‬

Artinya:

“Sesungguhnya Kamilah yang memberi petunjuk”. (Al-Lail/92: 12)

Jalan lurus yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan hanyalah


agama Islam, yaitu agama yang hanif, ditahbiskan oleh Allah dan diturunkan-Nya kepada
Nabi Muhammad, dan sesuai dengan fitrah manusia.

Dari tafsiran diatas menunjukkan bahwa islam menganjurkan bahwa bisnis


perdagangan haruslah mer moral dan beretika. dalam praktek perdagangan yang paling
mendasar dalam kegiatan bisnis adalah suka sama suka. Rasulullah saw. Melarang segala
macam bisnis usaha yang aktifitas bisnisnya dilakukan dengan cara yang bathil atau
diperoleh dengan jalan yang tidak baik, oleh karena itu sesuatu yang diperoleh dengan cara
yang bathil dapat merugikan orang lain dan bisnisnya itu sendiri.

QS. At-Taubah: 111

‫اِ َّن هّٰللا َ ا ْشت َٰرى ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ اَ ْنفُ َسهُ ْم َواَ ْم َوالَهُ ْم بِا َ َّن لَهُ ُم ْال َجنَّ ۗةَ يُقَاتِلُوْ نَ فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ فَيَ ْقتُلُوْ نَ َويُ ْقتَلُوْ نَ َو ْعدًا َعلَ ْي ِه َحقًّا فِى التَّوْ ٰرى ِة‬
َ ِ‫ه ِمنَ هّٰللا ِ فَا ْستَ ْب ِشرُوْ ا بِبَي ِْع ُك ُم الَّ ِذيْ بَايَ ْعتُ ْم بِ ٖ ۗه َو ٰذل‬qٖ‫َوااْل ِ ْن ِج ْي ِل َو ْالقُرْ ٰا ۗ ِن َو َم ْن اَوْ ٰفى بِ َع ْه ِد‬
‫ك هُ َو ْالفَوْ ُز ْال َع ِظ ْي ُم‬

Artinya:

Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah;
sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
demikian itulah kemenangan yang agung (QS. At-Taubah: 111)

Sebab turunnya ayat:

‫يَ ْعنِي لَ ْيلَةَ العقب ِة‬- ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ لِ َرس‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬ َ ‫ قَا َل َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َر َو‬:ُ‫ب القُ َرظي َو َغ ْي ُره‬
ِ ‫ َر‬،َ‫احة‬ ٍ ‫قَا َل ُم َح َّم ُد بْنُ َك ْع‬
‫ َوَأ ْشت َِرطُ لِنَ ْف ِسي َأ ْن تَ ْمنَعُونِي ِم َّما‬،‫ “َأ ْشت َِرطُ لِ َربِّي َأ ْن تَ ْعبُدُوهُ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا‬:‫ك َما ِشْئتَ !فَقَا َل‬ َ ‫ك َولِنَ ْف ِس‬ َ ِّ‫ط لِ َرب‬ ْ ‫ ا ْشت َِر‬:-

َ ‫}ِإ َّن هَّللا‬:‫ت‬ ْ َ‫ فَنَزَ ل‬،ُ‫ اَل نُقِيل َواَل نَ ْستَقِيل‬،ُ‫ َربِح البيع‬:‫ قَالُوا‬.”ُ‫ “ ْال َجنَّة‬:‫ك؟ قَا َل‬ َ ِ‫ فَ َما لَنَا ِإ َذا فَ َع ْلنَا َذل‬:‫ قَالُوا‬.”‫تَ ْمنَعُونَ ِم ْنهُ َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْم َوالَ ُك ْم‬
َ‫ا ْشتَ َرى ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َأ ْنفُ َسهُ ْم َوَأ ْم َوالَهُ ْم{ اآْل يَة‬.

Artinya:

Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi dan lain-lainnya mengatakan bahwa Abdullah ibnu
Rawwahah r.a. pernah berkata kepada Rasulullah Saw. dalam malam ‘Aqabah,
“Berilah persyaratan bagi Tuhanmu dan bagi dirimu sesuka hatimu.” Maka Rasulullah
Saw. menjawab melalui sabdanya: Aku memberikan syarat bagi Tuhanku, hendaklah
kalian menyembah-Nya dan janganlah kalian mempersekutukan Dia dengan sesuatu
pun. Dan aku memberikan syarat bagi diriku, hendaklah kalian membelaku
sebagaimana kalian membela diri dan harta benda kalian sendiri. Mereka (para
sahabat) bertanya, “Apakah yang akan kami peroleh jika kami mengerjakan hal
tersebut?” Rasulullah Saw. menjawab, “Surga.” Mereka berkata, “Jual beli yang
menguntungkan, kami tidak akan mundur dan tidak akan mengundurkan diri.” Lalu
turunlah firman-Nya: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin,
diri. (At-Taubah: 111), hingga akhir ayat.

Menurut ahli Tafsir Kementrian Agama RI, Ayat ini memperingatkan bencana
perbuatan dosa, yaitu barangsiapa melakukan dosa dan mengira bahwa pekerjaan itu akan
bermanfaat baginya pasti akan mengalami sebaliknya.

Pekerjaannya akan mendatangkan malapetaka dan penderitaan baginya, tanpa


manfaat sedikit pun. Perbuatan busuk perlahan atau cepat tercium oleh masyarakat.
Pengadilan akan mengungkapkan keburukannya di depan umum dan menghukumnya. Ini
adalah penghinaan terhadap dirinya sendiri dan penderitaan dunia. Di akhirat ia akan
kembali mengalami azab Allah.
Allah dengan ilmu-Nya yang luas telah menetapkan perbuatan-perbuatan yang
dilarang, dan dengan kebijaksanaan-Nya telah menentukan siksaan bagi orang-orang yang
melakukannya. Manusialah yang menghancurkan dirinya sendiri ketika dia melanggar
batasan yang ditetapkan oleh Tuhan.

Menurut tafsir Ibnu Katsir, Allah SWT. menginformasikan bahwa Dia membeli dari
hamba-hamba-Nya yang beriman, diri mereka sendiri dan harta mereka yang telah mereka
korbankan di jalan Allah dengan surga. Ini termasuk kasih karunia dan belas kasihan dan
kebajikan-Nya terhadap mereka. Karena sesungguhnya Allah telah menerima apa yang telah
dikorbankan oleh hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya, lalu menukarnya dengan
pahala yang ada pada-Nya dari karunia-Nya. Al-Hasan Al-Basri dan Qatadah berkata,
“Mereka yang berjihad di jalan Allah, demi Allah, telah berjual beli kepada Allah, lalu Allah
memahalkan harganya.”

Syamr ibnu Atiyyah mengatakan, “Tiada seorang muslim pun melainkan pada
lehernya terkalungkan baiat kepada Allah yang harus ia tunaikan atau ia mati dalam
keadaan tidak menunaikannya.” Kemudian Syamr bin Atiyyah membaca ayat ini. Oleh
karena itu dikatakan bahwa barang siapa yang bertekun di jalan Allah berarti dia telah
berbai'at kepada Allah. Dengan kata lain, Dia menerima transaksi dan akan memenuhi
pahala.

Dari tafsiran ayat ini, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dalam menjalankan
bisnis atau jual beli, manusia diharuskan menerapkan konsep etika islam yaitu tanggung
jawab. Segala macam aktivitas usaha harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,
dengan bertanggung jawab maka pengusaha akan dapat menerima manfaat yang baik
seperti naiknya kepercayaan pelanggan terhadap jasa dan usaha yang telah diberikan.

QS. al-Baqarah: 275

ُ ‫الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ ال ِّربَا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ ۚ ٰ َذلِكَ بَِأنَّهُ ْم قَالُوا ِإنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ بَا ۗ َوَأ َح َّل هَّللا‬
ٰ ‫ُأ‬
‫ار ۖ هُ ْم فِيهَا‬ ِ َّ‫ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا ۚ فَ َم ْن َجا َءهُ َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنتَهَ ٰى فَلَهُ َما َسلَفَ َوَأ ْم ُرهُ ِإلَى هَّللا ِ ۖ َو َم ْن عَا َد فَ ولَِئكَ َأصْ َحابُ الن‬
َ‫خَ الِ ُدون‬

Artinya:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

QS. al Baqarah merupakan golongan surah makiyah, karena surah ini diturunkan di
kota Makkah. Ditafsir oleh Quraish Shihab, bahwa orang yang melakukan praktek riba,
usaha, perbuatan dan segala keadaan akan mengalami kegalauan, jiwanya tidak tenteram.
Perumpamaannya seperti orang yang pikirannya telah dirusak oleh setan sehingga diganggu
oleh kegilaan yang dideritanya. Mereka melakukan itu, karena menganggap jual beli sama
dengan riba: keduanya mengandung unsur tukar dan bisnis. Keduanya halal. Allah
membantah tuduhan mereka dengan menjelaskan bahwa urusan halal dan haram bukanlah
urusan mereka. Dan persamaan yang menurut mereka tidak benar. Allah menghalalkan
praktek jual beli dan mengharamkan praktek riba. Barang siapa yang telah mencapai
larangan riba lalu meninggalkannya, maka baginya riba yang diambilnya sebelum turun
larangan itu, tanpa mengembalikannya. Dan urusan itu terserah ampunan Allah. Dan orang-
orang yang mengulang riba setelah diharamkan, mereka adalah penghuni neraka dan kekal
di dalamnya selama-lamanya.

Riba yang dimaksud dalam ayat ini adalah riba jahiliah. Prakteknya berupa
pembebanan tambahan atas utang yang diberikan sebagai imbalan penundaan
pembayaran. Sedikit atau banyak hukumnya tetap haram. Imam Ahmad mengatakan, "Tidak
seorang Muslim pun berhak mengingkarinya." Kebalikannya adalah riba dalam jual beli.
Dalam sebuah sabda Rasulullah saw. ditegaskan, "Gandum ditukar dengan gandum yang
sejenis dengan kontan, begitu pula emas dengan emas, perak dengan perak, kurma dengan
kurma, yang sejenis dan dibayar kontan. Barangsiapa menambah atau minta ditambah
sesungguhnya ia telah melakukan riba."
Para ahli fikih sepakat bahwa hukum penambahan dalam pertukaran barang sejenis
adalah haram. Mereka mengizinkan penambahan jika jenisnya berbeda, tetapi dilarang
menunda pembayaran. Mereka berselisih tentang hal-hal yang disebutkan di atas. Pendapat
yang paling bisa diterima, semuanya adalah figur dengan makanan yang bisa disimpan.
Dalam kasus riba ala jahiliyah, para ahli hukum sepakat bahwa hal itu diharamkan. Mereka
yang mengingkarinya berarti mereka telah kafir. Riba membuat pihak yang terlibat
mengalami depresi atau gangguan mental akibat terlalu fokus pada uang yang dipinjamkan
atau diambil. Pemberi pinjaman gelisah karena jiwanya bebas dari pekerjaan. Sedangkan
mereka yang terlilit hutang dihantui perasaan cemas dan khawatir tidak mampu
melunasinya. Pakar medis menyimpulkan bahwa tekanan darah tinggi dan serangan jantung
adalah hasil dari banyak praktek riba.

Larangan riba dalam Al-Qur'an dan agama samawi lainnya merupakan aturan dalam perilaku
ekonomi. Hal ini sesuai dengan pendapat para filosof yang mengatakan bahwa uang tidak
dapat menghasilkan uang. Ekonom mendefinisikan beberapa cara menghasilkan uang. Di
antara cara produktif adalah bekerja di beberapa bidang usaha seperti industri, pertanian
dan perdagangan. Dan yang tidak produktif adalah riba atau riba, karena tidak ada
resikonya. Pinjaman dengan bunga tidak akan pernah merugi, bahkan selalu menghasilkan.
Bunga adalah hasil dari nilai pinjaman. Jika alasan penghasilannya adalah pinjaman, maka
berarti bisnisnya melalui perantara orang lain, tentunya tidak akan rugi. Banyaknya praktik
riba juga menimbulkan dominasi modal dalam suatu sektor usaha. Dengan begitu, akan
mudah terjadi kekosongan dan pengangguran yang berujung pada kehancuran dan
kemalasan.

Sejarah mencatat bahwa Nabi dibesarkan di pusat kota yang dibangun oleh para pedagang.
Mereka menjual rempah-rempah dan logam kuno. Bisnis ekonomi dan perdagangan ini
merupakan tradisi masyarakat Arab 15 abad yang lalu. Hal ini dilakukan Nabi sebagai
panutan Islam dengan memberikan contoh penerapan seperangkat aturan dan ketentuan
yang terkandung dalam Alquran ke dalam sistem ekonomi Islam.

Seperangkat sistem ekonomi berbasis syariah bukanlah sesuatu yang baru di muka
bumi ini. Perkembangan zaman menunjukkan bahwa pembangunan industri secara nyata
diharapkan dapat terwujud sebagai salah satu cara pengentasan kemiskinan dan
kesejahteraan masyarakat yang optimal. Hal ini dibuktikan oleh negara-negara Timur
Tengah dan Asia yang telah mampu menjalankan ekonomi berbasis syariah.

Penutup

Kesimpulan

Setelah menelusuri berbagai ayat yang terkait dalam konsep perekonomian, maka dapat
ditarik kesimpulan: (1) Kejujuran merupakan salah satu konsep dalam etika ekonomi islam
yang harus diterapkan dalam kegiatan perekonomian. (2) Allah SWT. akan memberikan
jalannya bagi manusia yang melakukan kegiatan usaha dengan cara yang baik. (3) sebuah
tanggung jawab akan menciptakan dua hal, yaitu kepercayaan dan kehancuran. (4) pemilik
harta yang mutlak hanyalah Allah Swt. Namun Alquran juga memberikan pengakuan
terhadap hak milik manusia. (5) perekonomian yang seimbang tercapai apabila manusia
hidup dengan sederhana dan tidak kikir.

Anda mungkin juga menyukai