Anda di halaman 1dari 4

MODERASI KURIKULUM PENDIDIKAN: MUSIBAH BESAR BAGI

GENERASI DAN BANGSA

Kementerian Agama secara resmi telah memberlakukan kurikulum baru untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab di madrasah melalui Keputusan
Menteri Agama (KMA) No 183 dan 184 tahun 2019, menggantikan KMA Nomor 165 Tahun
2014. Perbedaan di antara ke dua kurikulum ini hanyalah di substansi materi pelajaran.
(cnnindonesia.com).

Sejalan dengan perubahan kurikulum ini, sudah ada 155 buku agama Islam revisi yang
disiapkan oleh kemenag. Ditargetkan pelajaran PAI akan menjadi instrumen kemajuan serta
mempererat kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
meletakkan materi sejarah Khilafah, jihad, dan moderasi beragama secara korelatif dalam
berbagai bentuk perjuangan muslim. (detikNews.com).

Kemenag juga telah menyusun modul yang mengambil tema moderasi beragama dan revolusi
mental. Dua tema yang menjadi strategi pembangunan karakter SDM Indonesia sebagaimana
tercantum dalam RPJMN 2020-2024. Modul digunakan sebagai pedoman untuk membentuk
siswa yang moderat dan memiliki karakter ke Indonesia-an. (Sumber : Modul Membangun
Karakter Moderat, Direktorat KSKK Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag).

Isi modul ini benar benar mencengangkan. Semuanya adalah penanaman konsep-konsep
moderat. Di antaranya adalah toleransi dengan makna kebablasan, pluralisme, kesetaraan dan
antidiskriminasi dll. Bahkan di modul untuk MTs dan MA, dijelaskan juga bahwa salah satu
karakter moderat adalah berakhlakul karimah yang berorientasi pada kemaslahatan dengan
merujuk pada tujuan syariah (maqashid asy-syariah). Jelas ini konsep yang berbahaya.
Dengan konsep inilah Islam ideologis dan Khilafah mereka (kaum moderat) tolak karena
dianggap tidak membawa maslahat, tidak relevan dengan situasi dan kondisi Indonesia yang
plural dan berbahaya bagi NKRI.

===

Moderasi Islam Bukan Ajaran Islam.

Istilah Islam moderat atau moderasi Islam tak pernah dikenal sebelumnya dalam khazanah
tsaqafah Islam ketika Khilafah masih tegak. Moderasi Islam atau Islam moderat hakikatnya
adalah Islam yang mengambil sikap kompromis dan jalan tengah. Islam yang berkompromi
dengan selain Islam. Di tataran akidah, Islam moderat berusaha mengkompromikan akidah
Islam dengan akidah selain Islam. Di tataran syariat, maka mengkompromikan syariat Islam
dengan syariat selain Islam. Sehingga yang dihasilkan jelas bukan Islam yang sebenarnya.
Tapi Islam setengah-setengah. Islam yang dipilih untuk mewujudkan sikap toleransi antar
budaya, antar agama di daerah multikultural.

Dan moderasi kurikulum pendidikan adalah bagian dari program moderasi Islam arahan
Barat. Islam moderat muncul dari sebuah dokumen lembaga think tank AS, RAND
Corporation yang berjudul Civil Democratic Islam, Partners, Resources, and Strategies, yang
ditulis Cheryl Benard pada 2003, dan Building Moderate Muslim Network pada 2007.
Dokumen ini juga menjelaskan bahwa karakter Islam moderat adalah mendukung demokrasi,
pengakuan terhadap HAM (termasuk kesetaraan gender dan kebebasan beragama),
menghormati sumber hukum yang nonsektarian dan menentang terorisme.

Moderasi Islam dibuat sebagai bagian dari rencana busuk Barat untuk men”deideologisasi”
Islam, yaitu menjauhkan umat Islam dari pemahaman Islam sebagai ideologi, yang tidak
hanya merupakan ajaran ritual, namun juga memancarkan berbagai aturan hidup disertai
dengan metode penerapannya. Menjauhkan Islam ideologis berarti memandulkan Islam,
karena hukum-hukum Islam hanya menjadi konsep yang tidak bisa diterapkan. Umat juga
dibuat ragu dengan kebenaran Islam sebagai satu-satunya solusi bagi seluruh permasalahan
umat. Umat akhirnya beralih pada solusi “Barat” dalam seluruh problematikanya.

===

Bahaya Moderasi Kurikulum Pendidikan

Ketika moderasi ini diarahkan ke dunia pendidikan maka tentu lebih berbahaya lagi. Ini
adalah musibah bagi generasi bahkan bagi bangsa ini sendiri. Terlebih, yang disasar adalah
kurikulum yang berkaitan dengan PAI dan Bahasa Arab yang keduanya adalah bagian dari
tsaqafah Islam.

Di dalam kitabnya Ususu Al Ta’liimi fi D

aulah Khilafah, Syekh ‘Atha bin Khalil menjelaskan bahwa tsaqafah adalah pembentuk
kepribadian individu individu umat. Tsaqafah yang akan membentuk aqliyah (pola pikir)
seorang individu, juga perkataan dan perbuatannya. Tsaqafah juga membentuk
kecenderungan seorang individu, yang selanjutnya akan mempengaruhi pola pikir, jiwa dan
perilakunya.

Oleh karena itu Syekh ‘Atha menyatakan bahwa tsaqafah adalah hal yang sangat penting bagi
umat manapun, sehingga penjagaan dan penyebarannya di tengah tengah-tengah umat
termasuk tanggung jawab utama bagi negara. Tidak mengherankan jika pada masa dahulu
Uni Soviet ‘menyusui anak-anaknya’ dengan tsaqafah komunis, dan mencegah penetrasi
pemikiran apapun dari kapitalisme atau Islam ke dalam tsaqafahnya.

Barat juga ‘mendidik anak-anaknya’ dengan tsaqafahnya, yaitu kapitalisme, yang berdiri di
atas dasar pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Mereka menjadikan hidupnya
berdiri dan didasarkan atas tsaqafah tersebut; menciptakan berbagai peperangan dan akan
senantiasa menciptakan peperangan untuk mencegah penetrasi tsaqafah Islam ke dalam
akidah dan tsaqafahnya.

Daulah Islam (Khilafah Islamiyah), pun melakukan hal yang sama, yaitu serius menanamkan
tsaqafah Islam ke dalam diri ‘anak-anaknya’, mencegah siapa saja yang menyerukan
pemikiran selain yang didasarkan pada akidah Islam di dalam negeri dan mengemban
tsaqafah Islam ke negara-negara dan bangsa-bangsa lain melalui dakwah dan jihad. Dan
pendidikan adalah metode untuk menjaga tsaqafah umat di dalam hati ‘anak-anaknya”,
termasuk di dalam tulisan buku-bukunya; baik pendidikan itu diatur secara formal maupun
informal.

Demikianlah pentingnya pendidikan bagi sebuah bangsa, sebuah negara. Bagaimana dengan
Indonesia? Barat tentu sangat berkepentingan agar pendidikan di Indonesia diarahkan pada
kurikulum Barat yang akan melahirkan generasi moderat yang hakikatnya adalah generasi
sekuler dan liberal. Generasi muda dengan segala potensinya; fisik yang prima, kekuatan
pikiran, idealisme, rasa keingintahuan yang besar, serta kelak akan menjadi generasi penerus
dan calon pengganti pendahulunya, dibaca oleh Barat sebagai ancaman yang akan
membahayakan eksistensi Barat dan ideologinya jika generasi muda muslim ini bangkit
dengan ideologi Islamnya. Barat begitu berambisi untuk menyasar generasi muda muslim
untuk membajak potensi sebagai penerus tongkat estafet kebesaran Islam.

Dengan melalui moderasi, para anak bangsa ini didesain agar memiliki kepribadian Islam ala
Barat hingga menjadikan Barat sebagai kiblat semua sikap dan perilakunya. Beragama
dengan cara Barat, menjalankan Islam pun sesuai dengan arahan barat. Berislam dengan
mengambil sebagian syariatnya yang dianggap tidak membahayakan Barat.

Lalu apa yang dihasilkan? Kita lihat, betapa dekadensi moral sudah sedemikian parah
memapar generasi. Pergaulan bebas, narkoba, LGBTQ, inses, praktik aborsi, pornografi-
pornoaksi, atau budaya kekerasan, nampak kian lekat dalam kehidupan masyarakat hari ini.

===

Generasi Terbaik Hanya Lahir dari Sistem Terbaik

Bagaimana kondisi umat Islam ketika pendidikan dilandaskan pada akidah Islam dan syariat
Islam kafah diterapkan dalam sistem Islam yaitu Khilafah? Sungguh Luar biasa. Sejarah
peradaban dunia benar-benar telah mencatat kesuksesan sistem Islam dalam mencetak profil
generasi terbaik. Yakni generasi emas penakluk dunia yang menebar rahmat bagi seluruh
alam.

Dr. Musthafa As Siba’i dalam kitab Min Rawa’i Hadhratina memuat perkataan sejumlah
tokoh dalam mengomentari tentang peradaban Islam maupun barat. Di antaranya
Montgomery Watt dalam bukunya membuat sebuah pengakuan, “Cukup beralasan jika kita
menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri.
Tanpa dukungan Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa.”

Generasi emas Islam ini diketahui memiliki karakter yang sangat agung, yang dikenal dengan
istilah kepribadian Islam. Kepribadian inilah yang secara otomatis akan menuntun mereka
sekaligus mengasah kecerdasan dan skill mereka agar sukses menjalani kehidupan sesuai
tuntutan Penciptanya. Bah

wa mereka hidup hanya untuk kemuliaan Islam dan untuk menebar rahmat Islam ke seluruh
alam. Betapa di masa itu, umat tampil menjadi pioner peradaban. Dan di saat yang sama,
generasi mereka tampil sebagai prototipe generasi terbaik sebagaimana yang disebutkan
dalam Al-Qur'an.

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran: 110)

Indonesia dengan mayoritas penduduknya yang muslim seharusnya sangat memperhatikan


mau diarahkan ke mana kurikulum pendidikan generasi ini. Apakah hendak mencetak
generasi moderat sesuai arahan Barat ataukah generasi islam ideologis sesuai arahan Allah
subhanahu wa ta'ala? Sungguh pilihan yang mudah bagi orang yang beriman. Dan pilihan
logis bagi orang orang yang berakal. Musibah ataukah rahmat? Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman

ِ ‫صةً ۖ َوٱ ْعلَ ُم ٓو ۟ا أَ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد ْٱل ِعقَا‬


‫ب‬ ۟ ‫صيبَ َّن ٱلَّ ِذينَ ظَلَ ُم‬
َّ ‫وا ِمن ُك ْم خَٓا‬ ۟ ُ‫َوٱتَّق‬
ِ ُ‫وا فِ ْتنَةً اَّل ت‬

“Dan peliharalah dirimu dari pada fitnah (siksaan) yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya” (QS
Al Anfal [8]: 25).

Anda mungkin juga menyukai