OPINI
REPUBLIKA
tajuk
ALI RAMA
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
MAKHLANI
Penasihat Konsorsium Ekonomi Islam (KEI)
Keempat,
menjaga
keturunan
(nasl). Keturunan di sini bisa diartikan
sebagai keberlanjutan. Pembangunan
ekonomi, misalnya, tidak boleh hanya
mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi
semata tanpa mempertimbangkan kesinambungan pembangunan. Semua
kekayaan alam dikuras sampai habis tanpa memikirkan generasi-generasi selanjutnya. Oleh karena itu, kebijakan
pembangunan
semestinya
lebih mengedepankan keberlanjutan
pembangunan supaya generasi selanjutnya tidak mengalami kehabisan sumber ekonomi.
Kelima,
perlindungan
harta
(mal). Harta adalah sama pentingnya
dibandingkan empat item sebelumnya
yang perlu dilindungi dan dikembangkan
menurut maqashid syariah. Rasulullah
bersabda, Tidak ada salahnya kekayaan
bagi mereka yang bertakwa kepada
Allah. (al Bukhari).
Harta adalah titipan Allah yang butuh untuk dikembangkan dan digunakan
demi mengurangi kemiskinan, memenuhi
kebutuhan manusia, membuat kehidupan
lebih nyaman, dan mendorong distribusi
pendapatan dan kekayaan secara
merata dan adil. Kebijakan demi
mengembangkan kehidupan ekonomi
orang-orang yang tidak mampu adalah
termasuk dari kewajiban agama.
Hal yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan harta demi mencapai
maqashid syariah adalah melalui pendidikan keuangan (nancial education)
bagi setiap individu. Setiap individu perlu diajari bagaimana mengelola sumber
dan pengeluaran pendapatan, inilah yang
jarang diajarkan di lembaga-lembaga
pendidikan negeri ini. Setiap individu
perlu diajarkan bagaimana menciptakan
peluang yang bisa memberikan penghasilan keuangan.
Pendidikan keuangan akan membuat anak didik berorientasi menciptakan lapangan pekerjaan, atau dengan kata lain mengembangkan harta
melalui penciptaan peluang bisnis yang
baru. Inilah sebenarnya cara yang paling
efektif dalam menanggulangi kemiskinan
dibandingkan hanya mengandalkan
program
pengentasan
kemiskinan
dari pemerintah ataupun program
zakat, infak, dan sedekah yang juga
persentasenya hanya sekitar 2,5 persen
per individu. Wallahualam bissawab.
Mempelajari khilaah
Disadari atau tidak, khilaah sering
kali memicu perpecahan di kalangan
umat Islam. Sayangnya, mata pelajaran
agama Islam yang di dalamnya terdapat
materi akidah dan kih sering kali hanya
terpaku pada satu pendapat atau mazhab.
Siswa didik kadang hanya dijejali dengan
pendapat-pendapat dari mazab yang
dianut oleh sang guru. Aspek khilaah
Pemimpin Redaksi:
Nasihin Masha.
Wakil Pemimpin Redaksi:
Arys Hilman Nugraha.
Redaktur Pelaksana Koran:
Elba Damhuri.
Redaktur Pelaksana Newsroom:
Maman Sudiaman.
Redaktur Pelaksana Online:
M Irwan Ariefyanto.
Redaktur Senior:
Anif Punto Utomo.
Wakil Redaktur Pelaksana:
Irfan Junaidi, Syahruddin El-Fikri,
Kumara Dewatasari.
Asisten Redaktur Pelaksana:
Firkah Fansuri, Heri Ruslan, Johar Arief,
Joko Sadewo, Nur Hasan Murtiaji, Subroto.
Sekretaris Redaksi:
Fachrul Ratzi.
Kepala Quality Control dan Bahasa:
Rakhmat Hadi Sucipto.
Kepala Perwakilan Jawa Barat:
Rachmat Santosa Basarah .
Kepala Perwakilan DIY - Jateng & Jatim:
Haryadi B Susanto.
ahun silam, 2011, World Economic Forum (WEF) melansir peringkat daya saing global. Hasilnya, peringkat Indonesia turun
dua tingkat dibanding sebelumnya. Tahun ini, lembaga yang
sama melakukan survei serupa, hasilnya lebih memprihatinkan lagi,
Indonesia merosot lebih dalam lagi empat peringkat.
Dalam laporan Global Competitiveness 2012-2013 tersebut, Indonesia menempati urutan ke-50, turun dari tahun sebelumnya yang
berada di peringkat ke-46. Dengan peringkat tersebut, Indonesia semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan Singapura (2), Malaysia
(25), Brunei Darussalam (28), Cina (29), dan Thailand (38).
Survei yang dilakukan terhadap 15 ribu pemimpin bisnis di 144
negara itu mencatat bahwa skor Indonesia stagnan pada angka 4,4.
Skor penilaian adalah 1 hingga 7, semakin kecil angka semakin buruk daya saing global suatu negara.
Ketika skor yang diperoleh stagnan, sementara peringkat kita
terus merosot berarti beberapa negara lain sudah melakukan banyak perbaikan sehingga mereka menyalip Indonesia. Berarti pula
dalam tiga tahun terakhir ini kita tidak melakukan apa-apa untuk
memperbaiki persaingan global.
Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia adalah adanya inefisiensi birokrasi pemerintah dan korupsi. Berikutnya yang menjadi sorotan negatif adalah infrastruktur dan rendahnya etika tenaga kerja. Ketiga hal
itu sebetulnya juga dirasakan oleh rakyat.
Melihat turunnya daya saing tersebut kita mesti prihatin. Karena, kondisi tersebut sekaligus menandakan bahwa pemerintah
tidak memiliki kemauan besar dan tidak mau bekerja keras untuk
memperbaiki kekurangan yang ada, sehingga yang terjadi justru penurunan peringkat.
Inefisiensi birokrasi, misalnya, ini sudah menjadi pekerjaan rumah bertahun-tahun tapi tetap tidak selesai, padahal anggaran untuk operasional birokrasi ini sudah menyita anggaran belanja negara cukup besar. Begitu pula korupsi, meskipun sudah banyak pejabat
yang ditangkap dan dibui, ternyata masih terus terjadi.
Infrastuktur yang dipermasalahkan juga masih menjadi persoalan. Kemacetan yang terjadi di mana-mana membuat ketepatan waktu
dalam pengiriman barang, misalnya, menjadi terbengkalai. Buruknya infrastruktur ini mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.
Pemerintah perlu serius mengatasi masalah ini. Selama ini pemerintah hanya terlena oleh puja-puji dari luar negeri tentang pertumbuhan ekonomi yang kita capai. Padahal, pertumbuhan ekonomi
itu sendiri tidak berkualitas karena tak disertai pemerataan, hanya
kelas menengah atas yang menikmati.
Tiga sektor yang menjadi sorotan, birokrasi, korupsi, dan infrastruktur tersebut semestinya menjadi prioritas bagi pemerintah. Bukan saja karena menyebabkan kompetisi global merosot, tetapi juga
dibutuhkan guna menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah.
Kita tahu dalam dua tahun terakhir ini dari berbagai survei menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah merosot, salah satunya karena hukum yang tidak adil dan korupsi yang
tidak juga mampu diberantas.
Bagaimanapun survei tersebut harus menjadi cerminan buat pemerintah. Jika pemerintah mampu menaikkan peringkat, investor
akan makin berbondong-bondong datang. Pertumbuhan ekonomi
akan semakin baik. Kesejahteraan rakyat pun akan meningkat.
suarapublika
Protes untuk Masa Steril KRL di Gambir dan Senen
PT KA memberlakukan aturan KRL Jabotabek dilarang berhenti di Stasiun Gambir dan Pasar Senen. Awalnya, dan seperti biasanya, alasannya karena musim mudik Lebaran. Kita semua maklum
dengan alasan tersebut. Tapi kemudian, aturan tersebut diperpanjang lagi seminggu. Dan, sekarang ini diperpanjang kembali hingga 30 September 2012 dengan alasan evaluasi boarding pass kereta
jarak jauh. Aturan ini sangat merugikan para penumpang Commuter Line yang biasa naik dan turun KRL di Stasiun Gambir dan Senen, dan juga para penumpang kereta jarak jauh yang biasanya bisa
meneruskan perjalanannya dengan menggunakan KRL Commuter.
Sebagai bagian dari customer jasa layanan KRL Jabotabek, KRL
mania sangat menyayangkan kebijakan tersebut dan meminta PT
KA untuk mempertimbangkan kembali dan membatalkannya. Semestinya, pergantian antarmoda (KRL dengan KA jarak jauh maupun
busway, bus Damri bandara, bus Damri Lampung, dan lain-lain) itu
saling berkesinambungan, bukan menjadi putus seperti sekarang.
Setidaknya ada beberapa alasan lagi yang patut dipertimbangkan
agar kebijakan tersebut tidak diteruskan PT KA. Alasan penumpang
gelap kereta jarak jauh bakal memanfaatkan karcis KRL untuk bisa
naik kereta jarak jauh adalah alasan yang relevansinya sangat dipertanyakan. Kebijakan tersebut juga kontradiktif dengan kebijakan
sebelumnya, yakni penumpang kereta jarak jauh gratis naik KRL.
Demikian pernyataan dan sikap KRL Mania, dengan harapan PT KA
dapat segera mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut.
Nurcahyo
Moderator KRL Mania
Reporter Senior:
Harun Husein, Muhammad Subarkah, Nurul S Hamami, Selamat Ginting, Siwi Tri Puji Budiwiyati,Teguh Setiawan.
Kepala Desain:
Sarjono.
Staf Redaksi:
Agus Yulianto, Alwi Shahab, Andi Nur Aminah, Andri Saubani, Anjar Fahmiarto, Asep K Nurzaman, Budi Raharjo, Burhanuddin Bella, Darmawan
Sepriyossa, Dewi Mardiani, Didi Purwadi, Endro Yuwanto, EH Ismail, Ferry Kisihandi, Fitriyan Zamzami, Heri Purwata, Indira Rezkisari, Irwan
Kelana, Israr, Khoirul Azwar, M Ikhsan Shiddieqy, Nashih Nashrullah, Natalia Endah Hapsari, Nidia Zuraya, Nina Chairani Ibrahim, Palupi Annisa
Auliani, Priyantono Oemar, Rahmat Budi Harto, Ratna Puspita, Reiny Dwinanda, R Hiru Muhammad, Stevy Maradona, Taufiqurrahman Bachdari,
Teguh Firmansyah, Wachidah Handasah, Wulan Tunjung Palupi, Yeyen Rostiyani, Yogi Ardhi Cahyadi, Yusuf Assidiq, Zaky Al Hamzah, Abdullah
Sammy, A Syalaby Ichsan, Bilal Ramadhan, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Darmawan, Desy Susilawati, Djoko Suceno, Dyah Ratna Meta
Novia, Edi Setyoko, Edwin Dwi Putranto, Eko Widiyatno, Erdy Nasrul, Esthi Maharani, Fernan Rahadi, Fitria Andayani, Ichsan Emrald Alamsyah,
Indah Wulandari, Lilis Sri Handayani, Mansyur Faqih, Mohammad Akbar, Mohamad Amin Madani, Muhammad Fakhruddin, M Asadi, M Hafil, Neni
Ridarineni, Prima Restri Ludfiani, Rusdy Nurdiansyah, Sefti Oktarianisa, Setyanavidita Livikacansera, Susie Evidia Yuvidianti, Yoebal Ganesha
Rasyid, Yulianingsih, Nian Poloan (Medan), Maspril Aries (Palembang), Ahmad Baraas (Bali).
Alamat Redaksi: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510
T. 021.780 3747 (Hunting), 021.791 84744 (Iklan)
F. 021.780 0649, 798 3623 (Redaksi), 021.798 1169 (Iklan), 021.791 98442 (Sirkulasi dan Berlangganan)
Email Redaksi Republika: sekretariat@republika.co.id.
Alamat Perwakilan:
Republika Jawa Barat: Jl. Mangga No. 37 Bandung 40114 T. 022.872 43363-65, F. 022 727 1384
Republika DIY-Jateng & Jatim: Jl. Perahu No. 4, Kota Baru, Yogyakarta T. 0274. 544.972, 566028, F. 0274. 541.582
Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992,
Anggota Serikat Penerbit Surat Kabar: Anggota SPS No. 163/1993/11/A/2012.
Direktur Utama:
Daniel JP Wewengkang.
Direktur Pemberitaan:
Ikhwanul Kiram Mashuri.
Direktur Operasional:
Mira R Djarot.
Direktur Business
Development:
Tommy Tamtomo.
Komisaris Utama:
Adi Sasono.
Wakil Komisaris Utama:
Erick Thohir.
Komisaris:
R Harry Zulnardy.
Komisaris:
Adrian Syarkawi.
GM Keuangan:
Didik Irianto.
GM Marketing dan Sales:
Yulianingsih.
Manajer Iklan:
Indra Wisnu Wardhana.
Manajer Produksi:
Nurrokhim.
Manajer Sirkulasi:
Darkiman Ruminta.
Manajer Keuangan:
Hery Setiawan.