Anda di halaman 1dari 1

4

OPINI

REPUBLIKA

Basis Maqasid Syariah

tajuk

ALI RAMA
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Daya Saing Merosot

MAKHLANI
Penasihat Konsorsium Ekonomi Islam (KEI)

ukum Islam dikenal memiliki dua sifat, yaitu


baku (muhkamat), agar
Islam memiliki satu
kesatuan pikiran, rasa,
dan perilaku bagi umat
dan menjadikannya umat yang satu, serta
temporal (mutasyabihat) untuk membuka ruang perbedaan berdasarkan ruang,
waktu, dan kondisi masing-masing dengan tetap memperhatikan maksud-maksud syara.
Hukum dalam hal ini bisa berubah
menurut situasi dan kondisi dengan tujuan tercapainya kemaslahatan manusia.
Kedua sifat karakteristik hukum Islam
inilah yang membuat Islam tetap orisinal
dan bisa survive meskipun peradaban
manusia semakin modern dan kompleks.
Hukum-hukum syariat yang disyariatkan kepada umat manusia adalah
untuk kemaslahatan mereka sendiri di
dunia dan akhirat. Tujuan syariah atau
biasa disebut maqashid syariah adalah
untuk mencapai kebaikan, maslahat bagi
manusia dan menghindari bahaya serta
kerusakan mereka.
Menurut Imam al-Ghazali, tujuan
utama dari syariat adalah untuk mencapai kesejahteraan manusia yang terletak
pada perlindungan terhadap: agama (din),
jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nasl),
dan harta (mal). Segala sesuatu yang
dapat melindungi lima unsur kepentingan
publik tersebut adalah keharusan dan
sebaliknya, segala sesuatu yang dapat
mengancam kelima kepentingan publik
itu adalah harus dihilangkan.
Kebijakan pembangunan seharusnya
berorientasi pada pemenuhan maqashid
syariah, yakni perlindungan dan pengembangan lima unsur kepentingan publik
tersebut. Pertama, perlindungan agama
(din). Masyarakat diberikan ruang kebebasan untuk mengamalkan dan mengembangkan ajaran agamanya dengan
baik. Agama menginjeksikan makna
dan tujuan hidup, menyediakan arah
yang benar atas semua usaha manusia,
dan mentransformasi individu menjadi
manusia yang lebih baik.
Para pakar sejarah termasuk Toynbee
dan Durants mengakui bahwa agama
memiliki peran penting dalam kemajuan
suatu peradaban. Kejayaan peradaban
Islam yang pernah berlangsung selama
delapan abad tidak terlepas dari karakteristik ajaran Islam itu sendiri, yang

sangat mendorong pembangunan dan


kemajuan peradaban.
Jika kebijakan pembangunan bersifat
sekularistik yang mengutamakan materialisme dan hedonisme, justru akan
membuat pembangunan itu rapuh dan
sebaliknya menurut Ibnu Khaldum sedang menuju ke kehancurannya. Oleh
karena itu, orientasi pembangunan
justru seharusnya mendorong setiap
individu supaya taat menjalankan ajaran
agamanya.
Kedua, perlindungan jiwa (nafs).
Manusia adalah faktor penting dalam
pembangunan sebagaimana fungsinya
sebagai khalifah di muka bumi. Fungsi
khalifah menempatkan manusia sebagai
pelaku utama dan tentunya memiliki
kapasitas untuk mengelola alam semesta
beserta isinya sesuai yang dikehendaki
Sang Pencipta.
Kebijakan pembangunan harus menjamin kelangsungan hidup manusia. Segala sesuatu yang dapat melindungi jiwa
harus dijaga dan segala sesuatu yang
dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia harus dibasmi. Misalnya,
salah satu faktor yang paling banyak
mengancam kehidupan manusia adalah
kecelakaan lalu lintas. Menurut data dari
WHO, kecelakaan lalu lintas menempati
urutan ketiga penyebab kematian setelah
HIV/AIDS dan TBC. Sekitar 2,5 juta jiwa
manusia mati di seluruh dunia setiap
tahun akibat kecelakaan lalu lintas.
Di Indonesia sendiri, selama tahun
2011, terjadi 109.776 kecelakaan dengan
korban meninggal 31.185. Yang barubaru ini, sekitar 908 jiwa yang tewas
akibat kecelakaan lalu lintas saat
mudik Lebaran tahun ini, meningkat 17
persen dari tahun 2011. Artinya, syariat
mewajibkan kepada pihak yang memiliki
otoritas untuk menyediakan infrastruktur
transportasi yang nyaman, aman, dan
manusiawi yang bisa menyelamatkan
jiwa manusia dari kematian.
Ketiga, menjaga akal (aql). Akal
adalah karakteristik pembeda manusia
dibanding dengan makhluk yang lain. Ia
butuh untuk diasah dan dikembangkan
secara terus-menerus demi mencapai
kehidupan manusia yang berkeadaban.
Pengembangan akal/ilmu bisa dilakukan
melalui sistem pendidikan yang bermutu
dan berkualitas. Semua negara yang maju
menempatkan pendidikan sebagai unsur
penting dalam pembangunan negaranya.

Keempat,
menjaga
keturunan
(nasl). Keturunan di sini bisa diartikan
sebagai keberlanjutan. Pembangunan
ekonomi, misalnya, tidak boleh hanya
mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi
semata tanpa mempertimbangkan kesinambungan pembangunan. Semua
kekayaan alam dikuras sampai habis tanpa memikirkan generasi-generasi selanjutnya. Oleh karena itu, kebijakan
pembangunan
semestinya
lebih mengedepankan keberlanjutan
pembangunan supaya generasi selanjutnya tidak mengalami kehabisan sumber ekonomi.
Kelima,
perlindungan
harta
(mal). Harta adalah sama pentingnya
dibandingkan empat item sebelumnya
yang perlu dilindungi dan dikembangkan
menurut maqashid syariah. Rasulullah
bersabda, Tidak ada salahnya kekayaan
bagi mereka yang bertakwa kepada
Allah. (al Bukhari).
Harta adalah titipan Allah yang butuh untuk dikembangkan dan digunakan
demi mengurangi kemiskinan, memenuhi
kebutuhan manusia, membuat kehidupan
lebih nyaman, dan mendorong distribusi
pendapatan dan kekayaan secara
merata dan adil. Kebijakan demi
mengembangkan kehidupan ekonomi
orang-orang yang tidak mampu adalah
termasuk dari kewajiban agama.
Hal yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan harta demi mencapai
maqashid syariah adalah melalui pendidikan keuangan (nancial education)
bagi setiap individu. Setiap individu perlu diajari bagaimana mengelola sumber
dan pengeluaran pendapatan, inilah yang
jarang diajarkan di lembaga-lembaga
pendidikan negeri ini. Setiap individu
perlu diajarkan bagaimana menciptakan
peluang yang bisa memberikan penghasilan keuangan.
Pendidikan keuangan akan membuat anak didik berorientasi menciptakan lapangan pekerjaan, atau dengan kata lain mengembangkan harta
melalui penciptaan peluang bisnis yang
baru. Inilah sebenarnya cara yang paling
efektif dalam menanggulangi kemiskinan
dibandingkan hanya mengandalkan
program
pengentasan
kemiskinan
dari pemerintah ataupun program
zakat, infak, dan sedekah yang juga
persentasenya hanya sekitar 2,5 persen
per individu. Wallahualam bissawab.

Pendidikan Lintas Mazhab


JUSUF AN
Pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UNSIQ Wonosobo

uatu ketika, Sultan Harun


Ar-Rasyid meminta izin
kepada Imam Malik untuk
menggantungkan kitab alMuwaththa di Kabah dan
memaksa agar seluruh umat
Islam mengikuti isinya. Tapi, Imam Malik
menjawab, Jangan engkau lakukan itu
karena para sahabat Rasulullah SAW
saja berselisih pendapat dalam masalah
furuk (cabang), apalagi (kini) mereka
telah berpencar ke berbagai negeri.
Membaca kisah tersebut kita bisa
memetik pelajaran sangat berharga berkaitan dengan masalah khilaah, perbedaan pendapat. Perbedaan merupakan
keniscayaan yang tidak bisa dihindari.
Lebih-lebih dalam masalah kih dan
paham teologis. Alquran dan hadis
sebagai landasan umat dalam berakidah
membutuhkan penafsiran sedangkan
penafsiran menggunakan suatu metode,
dan metode yang digunakan para ulama
terkadang berbeda satu dengan yang
lainnya.
Belum lagi kalau kita berbicara masalah kondisi dan situasi (sosial, budaya,
politik) di mana hukum Islam tersebut
ditetapkan, ayat-ayat Alquran dan hadis
apa yang dijadikan dasar. Sungguh kian
terang keyakinan kita akan niscayanya
sebuah perbedaan.

Mempelajari khilaah
Disadari atau tidak, khilaah sering
kali memicu perpecahan di kalangan
umat Islam. Sayangnya, mata pelajaran
agama Islam yang di dalamnya terdapat
materi akidah dan kih sering kali hanya
terpaku pada satu pendapat atau mazhab.
Siswa didik kadang hanya dijejali dengan
pendapat-pendapat dari mazab yang
dianut oleh sang guru. Aspek khilaah

atau pengenalan akan perbedaan mazhab


dikesampingkan.
Pendapat lain yang tidak sesuai
dengan mazhab yang dianut sang guru
tidak dianggap ada dan karena itu tidak
pernah disampaikan kepada siswa. Akibatnya, pembelajaran agama Islam di
sekolah cenderung bersifat doktrin dan
pragmatis, tanpa pengayaan pada aspek
keberagamaan pandangan agama. Tidak
heran jika wawasan siswa didik menjadi
sempit, kaku, dan pada akhirnya sulit
untuk menghargai perbedaan pendapat
yang mereka temui di luar pagar sekolah.
Islam memang sangat membenci perpecahan dan perselisihan, tetapi juga sangat menghargai perbedaan. Rasulullah
SAW bahkan pernah memerintahkan
kepada sahabat yang sedang membaca Alquran agar menghentikan bacaannya apabila bacaannya itu akan mengakibatkan perpecahan.
Konik di Sampang Jawa Timur belum lama ini yang konon dipicu oleh perbedaan paham agama Islam bisa menjadi
contoh di mana toleransi intern sesama
umat Islam di Indonesia masih lemah.
Hal ini disebabkan, antara lain karena
pemahaman agama yang sempit.
Sebenarnya, perbedaan antara Sunni
dan Syiah tidak banyak dan tidak perlu
untuk dibesar-besarkan. Tokoh Ikatan
Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi)
Jalaluddin Rakhmat pernah menyatakan
bahwa perbedaan Sunni dan Syiah
hanya terletak pada hadis. Jika hadis
Sunni paling besar berasal dari sahabat
Nabi seperti Abu Hurairah maka hadis
Syiah berasal dari ahlul bait (keluarga
Nabi Muhammad SAW). Tetapi, karena
pemahaman agama yang sempit umat
Islam cenderung mudah terprovokasi
dan pertikaian menjadi sulit dihindari.

Terbit sejak 4 Januari 1993, Republika hadir sebagai pelopor


pembaruan media massa Indonesia. Harian ini memberi
warna baru pada desain, gaya pengutaraan, dan sudut
pandang surat kabar negeri ini. Sebagai koran, kemudian
portal berita pertama di Tanah Air, media ini melahirkan
keseimbangan baru dalam tata informasi. Republika terbit
demi kemaslahatan bangsa, penebar manfaat untuk semesta.

Semua naskah yang dikirim ke Redaksi dan diterbitkan menjadi


milik Harian Republika. Semua wartawan Harian Republika dibekali
tanda pengenal dan tidak menerima maupun meminta imbalan dari
siapa pun. Semua isi artikel/tulisan yang berasal dari luar,
sepenuhnya tanggung jawab penulis yang bersangkutan. Semua isi
artikel/tulisan yang terdapat di suplemen daerah, menjadi tanggung
jawab Kepala Perwakilan Daerah bersangkutan.

Pemimpin Redaksi:
Nasihin Masha.
Wakil Pemimpin Redaksi:
Arys Hilman Nugraha.
Redaktur Pelaksana Koran:
Elba Damhuri.
Redaktur Pelaksana Newsroom:
Maman Sudiaman.
Redaktur Pelaksana Online:
M Irwan Ariefyanto.
Redaktur Senior:
Anif Punto Utomo.
Wakil Redaktur Pelaksana:
Irfan Junaidi, Syahruddin El-Fikri,
Kumara Dewatasari.
Asisten Redaktur Pelaksana:
Firkah Fansuri, Heri Ruslan, Johar Arief,
Joko Sadewo, Nur Hasan Murtiaji, Subroto.
Sekretaris Redaksi:
Fachrul Ratzi.
Kepala Quality Control dan Bahasa:
Rakhmat Hadi Sucipto.
Kepala Perwakilan Jawa Barat:
Rachmat Santosa Basarah .
Kepala Perwakilan DIY - Jateng & Jatim:
Haryadi B Susanto.

JUMAT, 7 SEPTEMBER 2012

Pada titik inilah pendidikan agama


Islam yang diajarkan di sekolah memiliki
peran utama dalam membentuk sikap dan
mental sebuah bangsa. Sebab, bukankah
mental dan sikap yang positif sangat
ditentukan oleh bagaimana pendidikan
dijalankan? Dan, untuk membentuk sikap tersebut, mula-mula yang mesti
dijalankan adalah mengenalkan perbedaan itu sendiri.
Kita tentu tidak ingin apa yang penah
diterapkan Orde Baru (Orba) di mana
realitas masyarakat dengan keragamannya
direpresi dan didekonstruksi sesuai dengan
arah kebijakan Orba. Pemerintahan orba menganggap bahwa perbedaan memiliki potensi berbahaya yang akan
menyebabkan kesatuan bangsa menjadi
chaos.
Pendidikan monokultur dengan
mengabaikan pluralitas seperti itu,
pada kenyataannya disadari atau tidak
telah memasung pertumbuhan pribadi
yang kritis, kreatif, dan toleran. Oleh
karena itu, sudah saatnya lembaga
pendidikan berupaya membumikan
pendidikan agama Islam lintas mazhab
atau multikultural. Dengan pendidikan
lintas mazhab diharapkan siswa didik
lebih paham akan keniscayaan perbedaan
sehingga konik-konik kekerasan atas
nama agama tidak kembali terulang.
Umat Islam harus bersatu itu iya,
tetapi persatuan tersebut bukanlah
dengan cara menyatukan pendapat kih
atau paham teologis. Melainkan, dengan
berusaha sekuat mungkin agar umat
Islam bisa saling menghargai perbedaan
di antara kalangan setauhid, umat Islam
dapat bersatu padu dalam satu cita-cita,
yakni menegakkan ajaran moral yang
berasaskan monoteisme dan keadilan
sosial.

ahun silam, 2011, World Economic Forum (WEF) melansir peringkat daya saing global. Hasilnya, peringkat Indonesia turun
dua tingkat dibanding sebelumnya. Tahun ini, lembaga yang
sama melakukan survei serupa, hasilnya lebih memprihatinkan lagi,
Indonesia merosot lebih dalam lagi empat peringkat.
Dalam laporan Global Competitiveness 2012-2013 tersebut, Indonesia menempati urutan ke-50, turun dari tahun sebelumnya yang
berada di peringkat ke-46. Dengan peringkat tersebut, Indonesia semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan Singapura (2), Malaysia
(25), Brunei Darussalam (28), Cina (29), dan Thailand (38).
Survei yang dilakukan terhadap 15 ribu pemimpin bisnis di 144
negara itu mencatat bahwa skor Indonesia stagnan pada angka 4,4.
Skor penilaian adalah 1 hingga 7, semakin kecil angka semakin buruk daya saing global suatu negara.
Ketika skor yang diperoleh stagnan, sementara peringkat kita
terus merosot berarti beberapa negara lain sudah melakukan banyak perbaikan sehingga mereka menyalip Indonesia. Berarti pula
dalam tiga tahun terakhir ini kita tidak melakukan apa-apa untuk
memperbaiki persaingan global.
Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia adalah adanya inefisiensi birokrasi pemerintah dan korupsi. Berikutnya yang menjadi sorotan negatif adalah infrastruktur dan rendahnya etika tenaga kerja. Ketiga hal
itu sebetulnya juga dirasakan oleh rakyat.
Melihat turunnya daya saing tersebut kita mesti prihatin. Karena, kondisi tersebut sekaligus menandakan bahwa pemerintah
tidak memiliki kemauan besar dan tidak mau bekerja keras untuk
memperbaiki kekurangan yang ada, sehingga yang terjadi justru penurunan peringkat.
Inefisiensi birokrasi, misalnya, ini sudah menjadi pekerjaan rumah bertahun-tahun tapi tetap tidak selesai, padahal anggaran untuk operasional birokrasi ini sudah menyita anggaran belanja negara cukup besar. Begitu pula korupsi, meskipun sudah banyak pejabat
yang ditangkap dan dibui, ternyata masih terus terjadi.
Infrastuktur yang dipermasalahkan juga masih menjadi persoalan. Kemacetan yang terjadi di mana-mana membuat ketepatan waktu
dalam pengiriman barang, misalnya, menjadi terbengkalai. Buruknya infrastruktur ini mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.
Pemerintah perlu serius mengatasi masalah ini. Selama ini pemerintah hanya terlena oleh puja-puji dari luar negeri tentang pertumbuhan ekonomi yang kita capai. Padahal, pertumbuhan ekonomi
itu sendiri tidak berkualitas karena tak disertai pemerataan, hanya
kelas menengah atas yang menikmati.
Tiga sektor yang menjadi sorotan, birokrasi, korupsi, dan infrastruktur tersebut semestinya menjadi prioritas bagi pemerintah. Bukan saja karena menyebabkan kompetisi global merosot, tetapi juga
dibutuhkan guna menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah.
Kita tahu dalam dua tahun terakhir ini dari berbagai survei menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah merosot, salah satunya karena hukum yang tidak adil dan korupsi yang
tidak juga mampu diberantas.
Bagaimanapun survei tersebut harus menjadi cerminan buat pemerintah. Jika pemerintah mampu menaikkan peringkat, investor
akan makin berbondong-bondong datang. Pertumbuhan ekonomi
akan semakin baik. Kesejahteraan rakyat pun akan meningkat.

suarapublika
Protes untuk Masa Steril KRL di Gambir dan Senen
PT KA memberlakukan aturan KRL Jabotabek dilarang berhenti di Stasiun Gambir dan Pasar Senen. Awalnya, dan seperti biasanya, alasannya karena musim mudik Lebaran. Kita semua maklum
dengan alasan tersebut. Tapi kemudian, aturan tersebut diperpanjang lagi seminggu. Dan, sekarang ini diperpanjang kembali hingga 30 September 2012 dengan alasan evaluasi boarding pass kereta
jarak jauh. Aturan ini sangat merugikan para penumpang Commuter Line yang biasa naik dan turun KRL di Stasiun Gambir dan Senen, dan juga para penumpang kereta jarak jauh yang biasanya bisa
meneruskan perjalanannya dengan menggunakan KRL Commuter.
Sebagai bagian dari customer jasa layanan KRL Jabotabek, KRL
mania sangat menyayangkan kebijakan tersebut dan meminta PT
KA untuk mempertimbangkan kembali dan membatalkannya. Semestinya, pergantian antarmoda (KRL dengan KA jarak jauh maupun
busway, bus Damri bandara, bus Damri Lampung, dan lain-lain) itu
saling berkesinambungan, bukan menjadi putus seperti sekarang.
Setidaknya ada beberapa alasan lagi yang patut dipertimbangkan
agar kebijakan tersebut tidak diteruskan PT KA. Alasan penumpang
gelap kereta jarak jauh bakal memanfaatkan karcis KRL untuk bisa
naik kereta jarak jauh adalah alasan yang relevansinya sangat dipertanyakan. Kebijakan tersebut juga kontradiktif dengan kebijakan
sebelumnya, yakni penumpang kereta jarak jauh gratis naik KRL.
Demikian pernyataan dan sikap KRL Mania, dengan harapan PT KA
dapat segera mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut.
Nurcahyo
Moderator KRL Mania

Giatkan Kembali Tradisi Akademik


Pada era modern ini, tradisi baca tulis kian lama kian redup dengan derasnya arus hedonisme dan berbagai macam aktivitas hura-hura lainnya. Pada zaman dulu mungkin sering ditemukan komunitas-komunitas kecil yang berdiskusi dan belajar menulis. Tapi kini,
komunitas intelektual itu seperti beralih menjadi komunitas nongkrong, geng, dan lain sebagainya. Itu semua tentu tidak sesuai dengan tradisi akademik karena dapat berdampak negatif pada kepribadian seseorang.
Oleh karena itu, tradisi akademik ini harus dimunculkan kembali
oleh lembaga pendidikan khususnya sekolah atau perguruan tinggi.
Ruang-ruang diskusi dalam proses pembelajaran harus mendapat
porsi yang seimbang dengan materi yang mereka dapatkan agar peserta didik berbicara untuk mengungkapkan gagasannya. Fasilitas
untuk membaca seperti buku tidak harus ada di perpustakaan, tapi
bisa disediakan juga di tempat-tempat lain yang banyak dikerumuni
pelajar atau mahasiswa, seperti kantin dan mushala.
Epi Suhaepi
RT 02/03 Koranji, Pulosari, Pandeglang

Reporter Senior:
Harun Husein, Muhammad Subarkah, Nurul S Hamami, Selamat Ginting, Siwi Tri Puji Budiwiyati,Teguh Setiawan.
Kepala Desain:
Sarjono.
Staf Redaksi:
Agus Yulianto, Alwi Shahab, Andi Nur Aminah, Andri Saubani, Anjar Fahmiarto, Asep K Nurzaman, Budi Raharjo, Burhanuddin Bella, Darmawan
Sepriyossa, Dewi Mardiani, Didi Purwadi, Endro Yuwanto, EH Ismail, Ferry Kisihandi, Fitriyan Zamzami, Heri Purwata, Indira Rezkisari, Irwan
Kelana, Israr, Khoirul Azwar, M Ikhsan Shiddieqy, Nashih Nashrullah, Natalia Endah Hapsari, Nidia Zuraya, Nina Chairani Ibrahim, Palupi Annisa
Auliani, Priyantono Oemar, Rahmat Budi Harto, Ratna Puspita, Reiny Dwinanda, R Hiru Muhammad, Stevy Maradona, Taufiqurrahman Bachdari,
Teguh Firmansyah, Wachidah Handasah, Wulan Tunjung Palupi, Yeyen Rostiyani, Yogi Ardhi Cahyadi, Yusuf Assidiq, Zaky Al Hamzah, Abdullah
Sammy, A Syalaby Ichsan, Bilal Ramadhan, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Darmawan, Desy Susilawati, Djoko Suceno, Dyah Ratna Meta
Novia, Edi Setyoko, Edwin Dwi Putranto, Eko Widiyatno, Erdy Nasrul, Esthi Maharani, Fernan Rahadi, Fitria Andayani, Ichsan Emrald Alamsyah,
Indah Wulandari, Lilis Sri Handayani, Mansyur Faqih, Mohammad Akbar, Mohamad Amin Madani, Muhammad Fakhruddin, M Asadi, M Hafil, Neni
Ridarineni, Prima Restri Ludfiani, Rusdy Nurdiansyah, Sefti Oktarianisa, Setyanavidita Livikacansera, Susie Evidia Yuvidianti, Yoebal Ganesha
Rasyid, Yulianingsih, Nian Poloan (Medan), Maspril Aries (Palembang), Ahmad Baraas (Bali).
Alamat Redaksi: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510
T. 021.780 3747 (Hunting), 021.791 84744 (Iklan)
F. 021.780 0649, 798 3623 (Redaksi), 021.798 1169 (Iklan), 021.791 98442 (Sirkulasi dan Berlangganan)
Email Redaksi Republika: sekretariat@republika.co.id.
Alamat Perwakilan:
Republika Jawa Barat: Jl. Mangga No. 37 Bandung 40114 T. 022.872 43363-65, F. 022 727 1384
Republika DIY-Jateng & Jatim: Jl. Perahu No. 4, Kota Baru, Yogyakarta T. 0274. 544.972, 566028, F. 0274. 541.582
Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992,
Anggota Serikat Penerbit Surat Kabar: Anggota SPS No. 163/1993/11/A/2012.

Direktur Utama:
Daniel JP Wewengkang.
Direktur Pemberitaan:
Ikhwanul Kiram Mashuri.
Direktur Operasional:
Mira R Djarot.
Direktur Business
Development:
Tommy Tamtomo.
Komisaris Utama:
Adi Sasono.
Wakil Komisaris Utama:
Erick Thohir.
Komisaris:
R Harry Zulnardy.
Komisaris:
Adrian Syarkawi.

GM Keuangan:
Didik Irianto.
GM Marketing dan Sales:
Yulianingsih.
Manajer Iklan:
Indra Wisnu Wardhana.
Manajer Produksi:
Nurrokhim.
Manajer Sirkulasi:
Darkiman Ruminta.
Manajer Keuangan:
Hery Setiawan.

Harga Berlangganan: Rp 87.000 per bulan.


Harga Eceran Pulau Jawa Rp 3.500 per eksemplar.
Harga Eceran Luar Jawa: Rp 4.500 per eksemplar (tambah ongkos kirim).
Rekening Bank: a.n PT Republika Media Mandiri:
Bank BSM, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 003.011.3448
Bank Mandiri, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 127.000.424.0642
Bank Lippo, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 727.30.028.988
Bank BCA, Cab. Graha Inti Fauzi, No. Rek. 375.305.6668
Bank BNI Syariah, Cab. Fatmawati, No. Rek. 021.159.324.0

Anda mungkin juga menyukai