1. Universalitas
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS As Saba : 28)
Rasulullah SAW tidak diturunkan hanya untuk kalangan atau kaum tertentu saja
melainkan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi, sebagaimana
disampaikan oleh ayat diatas. Untuk itu, fungsi agama islam adalah ajaran yang
sifatnya universal bukan ajaran lokal atau yang hanya bisa diakui oleh umat
tertentu saja. Maka itu islam dalam perkembangannya tidak mengenal batas ruang
dan waktu. Untuk itu, bisa diterapkan secara prinsip oleh siapapun.
Hal ini sebagaimana pula bahwa islam tidak mengenal suku, bangsa, atau warna
kulit dalam hal kebenaran, kemuliaan dan ketaqwaan.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al Hujurat : 13)
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa islam adalah agama yang universal dengan
menyampaikan kebenaran, keadilan, kebaikan, dan persamaan seluruh manusia
tanpa melihat hal-hal fisik yang ada. Karena itu, peradaban islam adalah risalah
universal yang dapat menyatukan seluruh umat manusia dan membawakan manfaat
toleransi antar umat beragama, tanpa harus mengurangi penerapan islam dengan
seluas-luasnya.
2. Tauhid
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS Al
Ikhlas : 1-4)
Substansi ajaran islam Tauhid, yaitu Tuhan yang satu. Sebagaimanapun zaman dan
waktu berganti, ajaran ini dalam perkembangan islam tidak akan berubah. Tauhid
adalah prinsip dasar yang harus dipegang dan menjadi dasar dalam kehidupan umat
manusia. Ada sangat banyak manfaat beriman kepada Allah SWT jika manusia
mau merenunginya. Tentunya dijauhkan dari segala kesesatan hidup yang
berlandas hawa nafsu manusia semata.
Masyarakat yang menyembah kepada selain Allah akan terkena dampak yang
buruk dan kebodohan yang turun temurun. Bagaimana mungkin batu, manusia,
alam, jin dapat menjadi sesembahan manusia, padahal itu semuanya adalah ciptaan
bukanlah Yang Menciptakan. Untuk itu Tauhid tercermin dalam rukun iman dan
rukun islam sebagai bentuk aplikasi dari ketauhidan seorang manusia.
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu . Dan tegakkanlah
timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. “ (QS Ar
Rahman : 7-9)
Sikap Tawazun (seimbang) yang dimaksud adalah berhubungan dengan hak dan
kewajiban antara pribadi dan masyarakat. Tujuannya agar terwujud kesimbangan
antara kepentingan pribadi dan kemaslahatan umat. Maka manusia tidak hidup
sendiri terpisah dari masyarakat. Namun ia harus hidup bersama di dalam wilayah
suatu komunitas. Dengan demikiran ia bisa saling memberikan manfaat dan
maslahat serta mewujudkan hubungan yang baik. Dari ikatan itulah lahir hak dan
kewajiban yang diatur oleh syariat islam.
Untuk menjaga keseimbangan dan keadilan lah, tujuan penciptaan manusia oleh
Allah SWT di muka bumi. Hakikat penciptaan manusia sesungguhnya adalah
menjaga apa yang telah Allah berikan untuk dioptimalkan oleh kita, bukan justru
merusak keseimbangan tersebut.
4. Sentuhan Akhlak
Islam sangat memuliakan manusia menjaga toleransi dan tidak hendak merusak
atau memecah belah manusia menjadi permusuhan. Akhlak dalam sudut pandang
islam adalah bagaimana manusia menempatkan seseorang atau masalah
berdasarkan hak dan kewajibannya, status dan kedudukannya, serta dampak-
dampak yang menyertainya.
Allah telah telah memberikan kemuliaan pada setiap manusia secara sama rata.
Tubuh manusia adalah sama sejak diciptakan oleh Allah. Perbedaannya hanya
dipada perbedaan wujudnya saja. Kemuliaan ini diberikan Allah kepada manusia
bukan pada makhluk lainnya. Hal ini merupakan anugerah dari Allah kepada
manusia yang berupa kemuliaan akal, kebebasan kehendak, hak-hal dalam
keamanan, harta, dan keturunannya yang harus dioptimalkan dan dijaga.
Untuk itu tidak ada perbedaan antara wanita dan laki-laki, selain dari akhlaknya.
Kedudukan wanita dalam islam sama seperti laki-laki. Begitupun dengan peran
wanita dalam islam. Tentu hanya akhlak dan ketaqwaan yang membedakannya
dihadapan Allah SWT. Begitu adil dan mulianya akhlak islam.
Untuk itu sebagai manusia khususnya umat muslim hendaknya senantiasa mencari
tahu cara meningkatkan akhlak agar tidak terjebak pada akhlak yang merusak,
justru mencari dan membentuk akhlak yang membangun.
Lester Crow dan Alice Crow : menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan
yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh
keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan
suatu keterampilan.