Anda di halaman 1dari 13

NAMA: HAZIZAH

NIM: 105731113219

KELAS: AK19 D

“MUHAMMADIYAH BERKEMAJUAN”

A. Islam Berkemajuan

Islam yang berkemajuan merupakan bentuk transformasi Al Maun untuk


menghadirkan dakwah dan tajdid dalam pergulatan kehidupan keummatan,
kebangsaan, dan kemanusiaan. Agama Islam yang bercorak maju dan mencerahkan
merupakan wujud dari pandangan keagamaan yang bersumber pada Al Qur'an dan As
Sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah kehidupan modern di abad ke-21
yang kompleks."Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran,
kebaikan dan kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan
hidup secara dinamis bagi seluruh ummat manusia," demikian pesan utama yang
diuraikan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Agung Danarto, M. Ag.
dalam kesempatan menjadi khatib pelaksanaan shalat Idul Adha di lapangan Helipad
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (10/8) pagi. "Islam yang
menjunjung tinggi kemuliaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan tanpa
diskriminasi. Islam yang menggelorakan anti perang, anti terorisme, anti kekerasan,
anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti dalam segala bentuk pengrusakan di
muka bumi, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan,
eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan
ummat manusia," urai Agung.

Islam yang secara positif, lanjut Agung, melahirkan keutamaan yang memayungi
kemajemukan suku, ras, bangsa, golongan dan kebudayaan ummat manusia di muka
bumi. Karakter Islam yang berkemajuan telah memberikan kekuatan yang dinamis,
dalam menghadapkan Islam dengan perkembangan zaman. Dalam penghadapan
Islam atas realitas zaman itu dikembangkan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran
dan ilmu pengetahuan.

Islam dalam pergumulan dengan kehidupan sepanjang zaman, sambung Agung,


harus diwujudkan dalam amal. Islam sangat menjunjung tinggi amal, sejajar dengan
iman dan ilmu. Sehingga Islam hadir dalam paham keseimbangan sekaligus
membumi dalam kehidupan. Dalam kehidupan yang konkrit, tidak ada manisfestasi
lain dari Islam, kecuali dalam amal shaleh. "Islam memiliki pandangan tentang
masyarakat yang dicita-citakan, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Dalam pesan Al Qur'an, masyarakat Islam diidealisasikan sebagai perwujudan khaira
ummah (ummat terbaik) yang memiliki posisi dan peran sebagai ummatan washatan
(ummat tengahan), dan syuhada alannas (pelaku sejarah) dalam kehidupan manusia,"
papar Agung.

Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang di dalamnya ajaran Islam berlaku
dan menjiwai seluruh bidang kehidupan yang dicirikan oleh pertama, bertuhan dan
beragama. Kedua, berpersaudaraan atau ukhuwah. Ketiga, berakhlak dan beradab.
Keempat, berhukum syar'i. Kelima, kesejahteraan. Keenam, bermusyawarah.
Ketujuh, berikhsan. Kedelapan, berkemajuan. Sembilan, berkepemimpinan.
Kesepuluh, berketertiban.Dengan demikian masyarakat Islam menampilkan corak
yang bersifat tengahan yang melahirkan format kebudayaan dan peradaban yang
berkeseimbangan. "Masyarakat Islam yang dicita-citakan tersebut, memiliki
kesamaan karakter dengan masyarakat Madani atau civil society yang maju, adil,
makmur, demokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat dan berakhlak mulia, yang
dijiwai nilai-nilai Ilahiyah," terang Agung.

Masyarakat Islam sebagai kekuatan Madani, menjunjung tinggi kemajemukan


agama, dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh elemen masyarakat, perdamaian
dan nir-kekerasan. "Serta menjadi tenda besar bagi golongan dan seluruh kelompok
masyarakat tanpa diskriminasi," tandas Agung. Sementara itu, terkait dengan
penyediaan hewan kurban, UMM telah menyiapkan 7 sapi dan 13 kambing. Hewan
kurban ini didistribusikan ke beberapa titik, seperti di wilayah dakwah UMM yang
ada di Malang Selatan, serta sejumlah titik di penempatan mahasiswa Kuliah Kerja
Nyata. Selain itu, tentunya di bagikan ke sekitar masyarakat Kampus III UMM.

B. Muhammadiyah Berkemajuan

     Islam itu pada hakikatnya agama yang berkemajuan, karena itu penting untuk
ditonjolkan watak dasar Islam yang maju itu. Jika Muhammadiyah menekankan pada
pandangan Islam yang berkemajuan maka jangan ditarik ke konsep dan pemikiran
yang sempit dan formalistik. Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang
berkemajuan itu bahkan memperdalam dan memperluas tentang Islam sebagai ajaran
yang menyeluruh atau komprehensif, yang diturunkan ke muka bumi untuk
membawa kemajuan kepada seluruh umatnya di alam semesta.
            Muhammadiyah itu memiliki paham dan mendakwahkan Islam yang
berkemajuan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi
utama dakwah dan tajdid dapat dikatakan sebagai Gerakan Islam yang berkemajuan.
Dalam pandangan keislaman Muhammadiyah menyeimbangkan antara pemurnian
atau peneguhan dan pengembangan atau pembaruan, sehingga seimbang tetapi kaya
dengan nilai kemajuan. Inilah karakter utama Muhammadiyah, yakni ideologi Islam
yang berkemajuan.
Ideologi atau suatu pandangan mendasar itu bukan sekadar sistem paham
tentang kehidupan, tetapi sekaligus mengandung unsur sistem perjuangan untuk
mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan. Artinya Islam yang berkemajuan yang
dipahami Muhammadiyah itu harus diamalkan melalui sistem perjuangan yang
bersifat kolektif dan terorganisasi sejalan dengan pandangan Islam yang
berkemajuan. Namun kini dan ke depan usaha-usaha mewujudkan pandangan Islam
yang berkemajuan itu dituntut untuk direvitalisasi sehingga mencapai keunggulan
yang tinggi baik dalam pemikiran, kepribadian, maupun amaliah yang ditampilkan
Muhammadiyah di tengah kehidupan yang serba kompleks dan sarat tantangan saat
ini. Dengan spirit dan pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah
mencerahkan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan wujud dari ijtihad dakwah Islam
sebagai agama berkemajuan dan menyebar risalah rahmatan lil-‘alamin untuk
membangun peradaban yang utama di muka bumi yang dianugerahkan Allah SWT.

1. Konsep Muhammadiyah Tentang Islam Agama Berkemajuan


            Islam adalah agama wahyu yang sempurna dan paripurna. Islam memiliki
landasan yang kokoh, karena sebagai agama yang diturunkan Tuhan (al-fitrah al-
munajalah), kompatibel dengan hakikat dan potensi dasar manusia yang dianugerahi
Allah fitrah beragama (fitrah al-maqbulah), sehingga agama ini disebut sebagai
agama fitrah sebagaimana firman Allah:
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui[1] (QS Ar-Rum: 30).
Islam sebagai agama mengatur seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada aspek-
aspek kehidupan yang secara rinci diatur, ada yang sifatnya mujmal atau umum, dan
bahkan ada yang diberikan keleluasaan manusia untuk mengaturnya. Dalam hal ini
terutama masalah-masalah mu’amalah-dunyawiyyah, al-ashlu fil asyaa (al-
mu’amalat) al-ibahah, hatta yaquma ad-dalil ‘ala at-tahrim, bahwa asal muasal
hukum mu’amalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkan. Termasuk dalam hal
bagaimana mengurus masyarakat, bangsa, dan negara. Islam hanya mengatur prinsip-
prinsipnya atau isyarat-isyarat.
Islam mengajarkan agar manusia mengurus dunia dan menjadikannya
sebagai “majra’at al-akhirat” atau ladang akhirat. Islam memerintahkan umatnya 8
Aktualisasi Islam Berkemajuan untuk merencanakan masa depan sebagai bagian tidak
terpisahkan dari bertaqwa, bahkan umat diperintahkan untuk melakukan perubahan
nasib dengan ikhtiar sebab Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali
kaum itu sendiri yang mengubahnya. Muslim tidak boleh melupakan dunia,
sebaliknya mengurus untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat dengan perbuatan
baik sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS
Al-Qashash: 77).
            Karena itu menjadi suatu kewajiban umatnya agar Islam didakwahkan
sehingga menjadi  sistem kehidupan yang utama bagi peradaban umat manusia.
Kewajiban berdakwah itu merupakan tanggungjawab pribadi sekaligus kolektif,
sehingga setiap muslim harus merasa terpanggil untuk melakukannya dengan ikhlas
dan niat beribadah tanpa paksaan.    
            Nabi membangun fondasi peradaban Islam selama 23 tahun dengan penuh
dinamika dilanjutkan oleh empat khalifah utama. Setelah itu peradaban Islam meluas
dan Islam menjadi agama peradaban dunia selama sekitar lima abad lamanya.
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan mencapai puncaknya ketika Barat saat itu
tertidur lelap. Terbentuknya peradaban Islam yang utama itu tidak lepas dari spirit
ijtihad dan tajdid yang menyatu dalam kehidupan umat Islam. Nabi sendiri melalui
sebuah hadis memberikan perspektif, bahwa pada setiap kehadiran abad baru datang
mujadid yang akan memperbarui paham agama. Maknanya bahwa pada setiap
babakan sejarah yang penting dan krusial selalui dibutuhkan pembaruan, sehingga
Islam mampu menjawab tantangan zaman. Islam dan umat Islam tidak boleh jumud
atau statis, sebaliknya harus dinamis dan progresif. Itulah spirit dan pandangan Islam
yang berkemajuan sebagai tonggak peradaban.
Dari sejumlah ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi yang dipaparkan tersebut
tampak jelas hakikat Islam sebagai agama yang menanamkan nilai-nilai kemajuan
bagi umat manusia. Karenanya menjadi muslim dan umat Islam semestinya
mempunyai spirit, etos, pemikiran, sikap, dan tindakan yang berwawasan kemajuan.
Dengan Islam yang berkemajuan maka umat Islam akan melahirkan peradaban yang
menyinari dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
            Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed dalam sebuah Pengantar buku Islam Berkemajuan
mengatakan bahwa ada lima pondasi Islam Berkemajuan yang menjadi karakter
Muhammadiyah, yaitu: (1) tauhid murni yang merupakan doktrin sentral ajaran
Islam; (2) memahami Al-Qur’an dan Sunnah secara mendalam; (3) melembagakan
amal shalih yang fungsional dan solutif; (4) berorientasi kekinian dan masa depan; (5)
bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama (Kyai Syuja, 2009 : x-xix).
Istilah “kemajuan”, “maju”, “memajukan”, dan “berkemajuan” telah melekat
dalam pergerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga dalam perjalanan
berikutnya. Pikiran-pikiran dasar dan langkah-langkah awal Kyai Dahlan sejak
meluruskan arah kiblat sampai mendirikan lembaga pendidikan Islam, mengajarkan
dan mempraktikkan Al-Ma’un, dan membentuk pranata-pranata amaliah sosial Islam
yang bersifat modern, semuanya menunjukkan pada watak Islam yang berkemajuan.
Istilah “berkemajuan” juga diperkenalkan dalam memberikan ciri tentang
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam Muktamar ke-37 tahun 1968
dikupas tentang karakter masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antara
sembilan ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, salah satu cirinya ialah
“Masyarakat berkemajuan”, yang ditandai oleh: “(a) Masyarakat Islam ialah
masyarakat yang maju dan dinamis, serta dapat menjadi contoh; (b) Masyarakat
Islam membina semua sektor kehidupan secara serempak dan teratur/ terkoorrdinir;
(c) Dalam pelaksanaannya masyarakat itu mengenal pentahapan dan pembagian
pekerjaan” (Dr. Haedar Nashir, 2010:341).
            Dari ciri masyarakat Islam yang berkemajuan itu jelas sekali bagaimana
tujuan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid untuk membentuk
masyarakat yang dicita-citakan. Makin kuat rujukan tentang ikon pandangan dan cita-
cita Islam yang berkemajuan.

Implementasi Islam Berkemajuan di Lingkungan Muhammadiyah


Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan
Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah. Muhammadiyah berasas Islam.
Dengan karakter tersebut Muhammadiyah menegaskan dirinya sebagai Gerakan
Islam yang melaksanakan misi dakwah dan tajdid. Sedangkan maksud dan tujuan
Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sebagai gerakan Islam,
Muhammadiyah sejak awal berkomitmen dan berkiprah untuk memajukan kehidupan
umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Karenanya, Muhammadiyah sejak
kelahirannya memiliki watak yang berkemajuan.
Pandangan Islam yang berkemajuan secara faktual melekat dengan kelahiran
dan langkah-langkah Muhammadiyah dalam perjalanan sejarahnya. Dalam tulisan
Solichin Salam (1962: 15) apa yang dilakukan Kyai Dahlan dan Muhammadiyah
generasi awal ialah melawan kekolotan (konservatisme), taklid (fanatisme), dan
mengerjakan apa saja apa yang dipusakainya dari nenek moyangnya meskipun itu
sudah terang bukan dari ajaran Islam (tradisionalisme). Secara umum kondisi umat
Islam ketika Muhammadiyah lahir dicirikan oleh hal-hal berikut: : (a) Umat Islam
tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan
merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak
merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam
tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi; (b) Ketiadaan persatuan dan kesatuan di
antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan
suatu organisasi yang kuat; (c) Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan
Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi
tuntutan zaman; (d) Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang
sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme,
formalisme, dan tradisionalisme; (e) Karena keinsyafan akan bahaya yang
mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan
misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di
kalangan rakyat; (f) Adanya tantangan dan sikap acuh tak acuh (onverschillig) atau
rasa kebencian di kalangan intelegensia kita terhadap agama Islam, yang oleh mereka
dianggap sudah kolot dan tidak up to date lagi; (g) Ingin membentuk suatu
masyarakat, di mana di dalamnya benar-benar berlaku segala ajaran dan hukum-
hukum Islam (Salam, 1962: 35).
Sedangkan menurut Mukti Ali, bahwa background atau latarbelakang
berdirinya Muhammadiyah dapat disimpulkan dalam empat segi: (1) ketidakbersihan
dan campuraduknya kehidupan agama Islam di Indonesia, (2) ketidakefektifannya
lembaga-lembaga pendidikan agama, (3) aktivitet dari misi-misi Katholik dan
Protestan, dan (4) sikap acuh tak acuh, malah kadang-kadang merendahkan dari
golongan intelegensia terhadap Islam. Dengan latarbelakang sosiologis yang
demikian maka kelahiran Muhammadiyah menurut Mukti Ali memiliki misi gerakan
dan orientasi amaliah sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari
pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan
pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan
(4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar (Ali, 1958: 20).
Dari latar belakang dan misi Muhammadiyah awal itu maka gerakan Islam ini
melakukan langkah-langkah di bidang pemahaman dan pembinaan keagamaan,
pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan amal usaha yang terus berkembang
hingga saat ini, yang semuanya berbasis pada pandangan Islam yang berkemajuan.
Karena itu masyarakat luas menilai dan menjuluki Muhammadiyah sebagai gerakan
Islam reformis, modernis, dan istilah sejenis lainnya yang mengandung esensi Islam
yang berkemajuan.
Dari rujukan-rujukan tertulis maupun berdasarkan fakta langkah-langkah
Muhammadiyah yang melakukan tajdid atau pembaruan, maka dapat disimpulkan
bahwa Muhammadiyah itu memiliki paham dan mendakwahkan Islam yang
berkemajuan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi
utama dakwah dan tajdid dapat dikatakan sebagai Gerakan Islam yang berkemajuan.
Dalam pandangan keislaman Muhammadiyah menyeimbangkan antara pemurnian
atau peneguhan dan pengembangan atau pembaruan, sehingga seimbang tetapi kaya
dengan nilai kemajuan. Inilah karakter utama Muhammadiyah, yakni ideologi Islam
yang berkemajuan.
Bahwa Muhammadiyah memandang Islam merupakan agama yang
mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang
tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama,
yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah dan tajdid
bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai
agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam perspektif
Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan, yang kehadirannya
membawa rahmat bagi semesta kehidupan.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan,
maka Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan
makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus
melakukan pembaruan dalam mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan
hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin
meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian
(purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang
seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah untuk
menghadapi perkembangan zaman.
            Sebagai gerakan dakwah dan sosial Muhammadiyah menekankan pada
pencitraan “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” dan perwujudan diri umat
sebagai masyarakat utama. Suatu pencitraan diri keumatan yang konsisten pada
pencapaian sosial yang paling tinggi, asasi, dan tercerahkan menyangkut
kemakmuran dan kebaikan secara sosial, ekonomi dan politik (Mitsuo Nakamura, et
al, 2005:47)
Muhammadiyah sejak kelahiran hingga perjalanannya yang berusia satu abad
terus berkomitmen untuk menampilkan jatidiri dan Implementasi Islam yang
berkemajuan. Islam yang murni (aseli, autentik) bersumber pada Al-Quran dan As-
Sunnah yang yang maqbulah disertai tajdid atau ijtihad atau pembaruan yang
muaranya melahirkan kemajuan sepanjang kemauan ajaran Islam. Dengan pandangan
Islam yang berkemajuan itulah, Muhammadiyah mampu melintasi zaman dalam
segala dinamika pasang-surut perjuangan yang dilalaluinya. Spirit Islam yang
berkemajuan itulah yang kemudian memberikan inspirasi bagi kemajuan berpikir dan
melangkah Muhammaddiyah pada saat ini dan ke depan.
Kini, persoalannya bagaimana mengimplemetasikan Islam yang berkemajuan
itu dalam gerakan Muhammadiyah? Ideologi atau suatu pandangan mendasar itu
bukan sekadar sistem paham tentang kehidupan, tetapi sekaligus mengandung unsur
sistem perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan. Artinya
Islam yang berkemajuan yang dipahami Muhammadiyah itu harus diamalkan melalui
sistem perjuangan yang bersifat kolektif dan terorganisasi sejalan dengan pandangan
Islam yang berkemajuan. Namun kini dan ke depan usaha-usaha mewujudkan
pandangan Islam yang berkemajuan itu dituntut untuk direvitalisasi sehingga
mencapai keunggulan yang tinggi baik dalam pemikiran, kepribadian, maupun
amaliah yang ditampilkan Muhammadiyah di tengah kehidupan yang serba kompleks
dan sarat tantangan saat ini.
            Muhammadiyah secara internal harus terlebih dulu memajukan dirinya sendiri
sebelum memajukan orang lain, sebab betapa besar tanggungjawab dan konsekuensi
mengusung ideologi atau pandangan Islam yang berkemajuan di tengah dinamika
peradaban modern pada saat ini, lebih-lebih untuk ke depan ketika Muhammadiyah
menjalani abad kedua di tengah pergumulan kehidupan umat manusia yang bercorak
pasca-modern.
            Menurut Dr. H. Haedar Nashir, M.Si dalam usaha mengimplementasikan
pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah dapat dilakukan
langkah-langkah berikut:
Pertama, memahamkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya
meningkatkan usaha-usaha untuk memahami dan memasyarakatkan Risalah
Islamiyah dan berbagai pemikiran resmi dalam Muhammadiyah, yang mengandung
pandangan Islam yang berkemajuan. Konsep Risalah Islamiyah telah mulai disusun
dan penting untuk dilanjutkan.
Kedua, mengembangkan tradisi keilmuan. Artinya melakukan berbagai
ikhtiar untuk meningkatkan tradisi keilmuan dan melakukan kajian-kajian pemikiran
melalui berbagai diskusi, halaqah, seminar, dan berbagai forum sejenis untuk
memperdalam dan memperluas wawsan pemikiran di lingkungan Muhammadiyah.
Anggota Muhammadiyah, lebih-lebih para kader dan pimpinannya, dituntut untuk
memiliki tradisi keilmuan yang tinggi sebagai wujud dari gerakan Islam yang
berkemajuan. Termasuk membudayakan gemar membaca sebagai bagian dari tradisi
keilmuan di kalangan Muhammadiyah. Anggota, kader, dan pimpinan
Muhammadiyah perlu menggelorakan kebiasaan membaca, sehingga memahami
perkembangan pemikiran dan berbagai hal yang bersifat aktual dalam kehidupan saat
ini. Jika tradisi membaca meluas maka tidak akan ketinggalan dalam wacana
pemikiran dan perkembangan kehidupan, apalagi merasa bingung dan cemas dalam
menghadapi perkembangan aktual. Inilah tradisi iqra dan thalabul-ilmi yang diajarkan
Islam, yang dalam sejarah telah membangun peradaban dan kejayaan Islam di era
keemasan. Jika anggota Muhammadiyah tidak memiliki tradisi membaca dan
memahami pemikiran yang bersifat klasik maupun kontemporer, maka akan mudah
kehilangan arah atau orientasi dalam bermuhammadiyah, bahkan akan mudah
terbawa arus oleh berbagai pemikiran dan gerakan yang berkembang di sekitar.
Ketiga, memasyarakatkan pandangan Islam yang berkemajuan ke luar.
Anggota Muhammadiyah penting untuk mengkomunikasikan, mendialogkan, dan
memperluas sebaran pemikiran atau pandangan Islam yang berkemajuan ke
masyarakat luas. Melalui tulisan di media massa, jejaring sosial, pengajian,
pengkajian, seminar, diskusi, dan berbagai media publikasi lainnya hendaknya
senantiasa dipopulerkan dan dikembangkan pandangan Islam yang berkemajuan. Hal
itu sangat diperlukan selain untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan pemikiran
Islam yang dikembangkan Muhammadiyah, pada saat yang sama untuk mengimbangi
dan memperkaya pemikiran-pemikiran Islam yang selama ini berkembang dan
meluas di masyarakat khususnya di lingkungan umat Islam.
Keempat, al-ishlah fi al-’amal, yakni selalu memperbarui amaliah
Islam. Dalam hal ini bagaimana Muhammadiyah mewujudkan pandangan Islam yang
berkemajuan dalam amaliah sebagaimana tercermin dalam akksi
gerakannya. Muhammadiyah dengan seluruh majelis, lembaga, organisasi otonom,
dan amal usahanya penting untuk mengimplementasikan pemikiran-pemikiran Islam
yang berkemajuan dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh gerakan ini. Amal usaha,
program, dan kegiatan di seluruh lingkungan Muhammadiyah haruslah
mencerminkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya baik yang sudah
dilaksanakan selama ini maupun yang hendak dikembangkan hendaknya pengelolaan
dan model yang dikembangkan dalam amal usaha, program, dan kegiatan seluruh
institusi di lingkungan Muhammadiyah harus lebih baik, unggul, dan utama daripada
gerakan-gerakan lain.
Kelima, Implementasi dalam praksis gerakan. Terkait dengan langkah
keempat, bagaimana Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan
mewujudkan amaliah praksis. Istilah praksis (praxis) dalam ilmu sosial kritis yakni
tindakan emansipatoris atau tindakan pembebasan yang berbasis pada refleksi.
Refleksi dalam mazhab kritis ialah teori atau perspektif berpikir yang selain dibangun
di atas Ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, juga berorientasi pada tindakan yang
konkret yang membebaskan kehidupan manusia dari segela bentuk belenggu. Karena
itu praksis bukanlah tindakan praktis semata, tetapi praktis yang berbasis pemikiran.
Dalam tradisi pemikiran Muhammadiyah, praksis berarti perpaduan antara “ilmu
amaliah” dan “amal ilmiah”. Dalam pemikiran Qurani, praksis ialah perpaduan antara
“iman dan amal shaleh” yang begitu banyak disebut dalam ayat-ayat Al-Quran, yang
menunjukkan bahwa Islam itu agama yang mempertautkan hablu-minallah dan halu-
minannas secara menyatu dan menyeluruh.
Keenam, Islam diimplementasikan sebagai agama yang memuliakan
perempuan. Islam memuliakan manusia baik laki-laki maupun perempuan. Dalam
pandangan Islam kemuliaan manusia bukan karena jenis kelamin, suku bangsa, ras,
warna kulit, dan sejenisnya, tetapi karena ketaqwaannya. Laki-laki dan perempuan
atau perempuan dan laki-laki yang beriman dan beramal shaleh dijamin Allah
memperoleh kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) dan pahala (ajra) dari
perbuatannya sebagaimana Allah berfirman :
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik[2] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan” (QS Al-Nahl: 97).

Anda mungkin juga menyukai