Anda di halaman 1dari 19

PERADABAN ISLAM MASA

DINASTI ABBASIYAH (750-1258 M)


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampuh: Apriliana. MA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI/IAT-1B

SAIPUL BAHRI (0403202050)


ISMU NANDA INNISA (0403202044)
MUAZ FADIL (0403202090)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Sejarah Peradaban
Islam dengan judul “Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah” tepat pada waktunya.
Bani Abbasiyah menjadi dinasti kekhalifahan terlama sepanjang sejarah berdirinya
agama Islam yang berkuasa mulai tahun 750 M – 1258 M (132 H – 656 H), dan ibukota
pemerintahan dipindahkan ke Baghdad dari Damaskus pada 762 M. Dalam sejarah berdirinya
dinasti Abbasiyah, mereka memerintah seluruh Asia Barat dan Afrika Utara.

Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan kedua Islam


yang berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat
dan menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menaklukkan


semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah merujuk kepada keturunan paman
termuda Nabi Muhammad seperti yang diceritakan dalam sejarah peristiwa isra miraj, Abbas
bin Abdul Muthalib (566 – 652) dan itu sebabnya juga masih termasuk kepada Bani Hasyim.

Bani Abbasiyah lebih fokus kepada dataran Irak dan Iran daripada wilayah pesisir
seperti Israel, Suriah, Lebanon dan Mesir. Baghdad dengan cepat berkembang menjadi kota
besar dan maju dihuni oleh sekitar hampir setengah juta orang pada tahun 800-an masehi.

Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh dua Faktor, yaitu internal dan
eksternal. Dari faktor internal kemunduran Dinasti Abbasiyah, yang paling dominan
berpengaruh terhadap kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah karena umat Islam
meninggalkan ajaran agamanya.

Dampak kehancuran Dinasti Abbasiyah terhadap dunia Islam kontemporer dapat


dilihat dari berbagai aspek, hal ini dikarenakan kehancuran Dinasti Abbasiyah menjadi sebab
mundurnya dalam berbagai aspek. Pada aspek ilmu pengetahuan, setelah hancurnya
Abbasiyah umat Islam selalu ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan terhadap dunia
Barat. Dalam aspek politik ketika itu umat Islam dipimpin oleh seorang raja yang beragama
Syamanism (penyembah matahari) yaitu Khulagu Khan dan pada masa kontemporer
hilangnya kekuatan Islam sebagai negara super power. Umat Islam terkotak-kotak, umat
Islam dijajah oleh Barat, dan tidak ada lagi sistem khalifah. Dalam aspek ekonomi setelah

i
hancurnya Abbasiyah umat Islam mengalami kemiskinan dan perekonomian dikuasai oleh
bangsa Barat hingga saat ini.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun, tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami memberikan kesempatan bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik
dan saran yang positif untuk menjadikan makalah kami lebih baik lagi.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Medan, 10 Januari 2021

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Dan Manfaat ...................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN

DINASTI ABBASIYAH

A. Sebab Berdirinya Dinasti Abbasiyah ............................................................. 2


B. Sistem Yang Berkembang Dalam Pemerintah Abbasiyah ............................. 4
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Abbasiyah ................. 5
D. Sebab-sebab Terjadinya Transmisi Pengetahuan ke Dunia Barat ................. 9
E. Faktor Kemunduran Dinasti Abbasiyah......................................................... 11

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................................. 14

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan


kedua Islam yang berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya kekhalifahan
Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan
dunia.

Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan


menaklukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah merujuk
kepada keturunan paman termuda Nabi Muhammad seperti yang diceritakan
dalam sejarah peristiwa isra miraj, Abbas bin Abdul Muthalib (566 – 652) dan itu
sebabnya juga masih termasuk kepada Bani Hasyim.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2. Siapa saja pemimpin pada masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah?
3. Apa kemajuan yang dicapai pada masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah?
4. Apa yang menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah?
5. Kapan peristiwa Kemunduran Dinasti Abbasiyah?

C. Tujuan Dan Manfaat


1. Mengetahui penyebab berdirinya Dinasti Abbasiyah
2. Mengenal para pemimpin pada Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
3. Mengetahui kemajuan yang dicapai pada masa Pemerintahan Dinasti
Abbasiyah
4. Mengetahui penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah
5. Mengetahui kapan terjadi peristiwa runtuhnya Dinasti Abbasiyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

DINASTI ABBASIYAH

Dinasti Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah atau biasa dikenal Bani Abbasiyah
merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya
kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan
dunia.

A. SEBAB BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH

Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan


menaklukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah merujuk kepada
keturunan paman termuda Nabi Muhammad seperti yang diceritakan dalam sejarah
peristiwa isra miraj, Abbas bin Abdul Muthalib (566 – 652) dan itu sebabnya juga
masih termasuk kepada Bani Hasyim.

Anggota dari bani Umayyah yang selamat melarikan diri dari Damaskus dan
menuju Spanyol dengan menyeberangi Laut Tengah lalu mendirikan Kekhalifahan
Umayyah. Keturunan bani Umayyah yang selamat memerintah Spanyol untuk waktu
yang lama.

Bani Abbasiyah menjadi dinasti kekhalifahan terlama sepanjang sejarah


berdirinya agama Islam yang berkuasa mulai tahun 750 M – 1258 M (132 H – 656 H),
dan ibukota pemerintahan dipindahkan ke Baghdad dari Damaskus pada 762 M.
Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, mereka memerintah seluruh Asia Barat
dan Afrika Utara.

Bani Abbasiyah lebih fokus kepada dataran Irak dan Iran daripada wilayah
pesisir seperti Israel, Suriah, Lebanon dan Mesir. Baghdad dengan cepat berkembang
menjadi kota besar dan maju dihuni oleh sekitar hampir setengah juta orang pada
tahun 800-an masehi.

Banyak kelompok bangsa berbeda yang tinggal di Baghdad seperti Arab,


Persia, Yahudi dan Yunani, dengan bahasa Arab, Aram dan Persia. Selain Islam yang
menjadi agama mayoritas, ada juga penganut agama lain seperti Kristen, Yahudi dan
Zoroaster.

2
Pemerintahan Abbasiyah berkembang selama tiga abad dan mulai meredup
setelah bangsa Turki yang sebelumnya menjadi bagian dari tentara kekhalifahan
bernama Mamluk mulai naik daun. Hingga sekarang, keturunan dari Bani Abbasiyah
termasuk suku al – Abbasi banyak tinggal di timur laut Tikrit, Irak.

Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berdiri setelah mereka berhasil menaklukkan Dinasti


Umayyah. Keturunan Al-Abbas menjadi pendiri dinasti Abbasiyah, yaitu Abdullah al-
Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas.

Kelompok Abbasiyah merasa lebih layak memegang tonggak kekuasaan


daripada Bani Umayyah karena mereka berasal dari Bani Hasyim yang lebih dekat
garis keturunannya dengan Nabi Muhammad. Saat itulah sejarah runtuhnya bani
Umayyah.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peperangan


yang berdarah dan bergejolak. Pada awalnya, cicit dari Abbas bernama Muhammad
bin Ali berkampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga
Bani Hasyim di Parsi ketika Umar bin Abdul Aziz masih memerintah. Pertentangan
semakin memuncak pada masa pemerintahan khalifah Marwan II.

Menjelang berakhirnya dinasti Umayyah, ada kelompok dari Bani Hasyim


yang teraniaya sehingga melakukan perlawanan. Kelompok Bani Hasyim keturunan
Ali dipimpin oleh Abu Salamah dan keturunan Abbas dipimpin oleh Ibrahim Al-
Iman.

Selain itu juga ikut kelompok keturunan bangsa Persia, pimpinan Abu Musli
al-Khurasany bekerja sama menaklukkan dinasti Umayyah. Pada akhirnya kaum
Abbasiyah berhasil menaklukkan pemimpin terakhir Umayyah, yaitu Marwan bin
Muhammad. Abu Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Bani Umayyah dan diangkat
sebagai khalifah.

3
Selama tiga abad bani Abbasiyah memegang kekuasaan kekhalifahan,
mengusung kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan kembali ilmu pengetahuan
dan pengembangan budaya di Timur Tengah. 1

B. SISTEM YANG BERKEMBANG PADA MASA DINASTI ABBASIYAH

Sistem pemerintahan politik

Pada masa abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik.


Menurut pandangan orang pemimpin bani abbasiyah, kedaulatan yang ada pada
pemerintahan (khalifah) adalah berasal dari allah, bukan dari rakyat yang
diaplikasikan oleh Abu bakar dan Umar pada zaman khulafaurrasyidin. Hal ini dapat
dilihat dari perkataan khalifah al-mansur “saya adalah sultan di atas buminya”.

Pada zaman dinasti bani abbasiyah, pada pemerintahan yang di terapkan


berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Sistem
politik yang dijalankan oleh daulah dinasti abbasiyah I antara lain :

a. Para khalifah tetap dari keturunan arab, sedang para manteri, panglima,
gubernur, dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan
mawali.
b. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota Negara, yang menjadi pusat
kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
c. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
d. Para menteri keturunan Persia di beri kekuasaan penuh untuk menjalankan
tugasnya dalam pemerintahan.

Selanjutnya periode II, III, IV, kekuasaan politik abbasiyah sudan mengalami
penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan Negara-negara
bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan kekuasaan pusat, kecuali
pengakuan politik saja. Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya, dan mereka
telah mendirikan atau membentuk pemerintahan sendiri. Selama dinasti ini berkuasa,
pola pemerintahan yang di tetapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan pilitik,
kebudayaan, ekonomi dan sosial.

1 Devita Retno, “Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Dalam Islam”,


Https://www.google.com/amp/s/sejarahlengkap.com/agama/islam/sejarah-berdirinya-dinasti-abbasiyah-
dalam-islam/amp (diambil pada 7 Januari 2021, pukul 15.53).

4
Pada sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan bani abbasiyah menjadi 5
periode :

a. Periode pertama (750-847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.


b. Periode kedua (847-945 M), disebut masa pengaruh turki pertama.
c. Periode ketiga (945-1055 M), masa kekuasaan dinasti buwaih dalam
pemerintahan dinasti abbasiyah. Periode ini juga disebut sebagai pengaruh
Persia kedua.
d. Periode keempat (1055-1199 M), masa kekusaan dinasti bani saljuk dalam
pemerintahan khaifa abbasiyah, biasanya juga disebut juga dengan masa
pengaruh turki kedua.
e. Periode kelima (1199-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain tetapi kekuasaan hanya efektif di sekitar kota Baghdad.

Pada periode pertama pemerintah bani abbasiyah mencapi masa


kekhalifahannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi.

Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan
ilmu pengetahuan dalam islam. Masa pemerintahan Abu al-abbas, pendiri dinasti ini
sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. karena itu pembina sebenarnya dari
daulah abbasiyah adalah abu ja’far al-mansur (754-775 M).

Pada mulanya ibu kota Negara adalah al-hasyimiyah, dekat kufah. Namun,
untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas Negara ke kota yang baru berdiri itu,
al-mansur memindahkan ibu kota Negara ke kota yang baru dibangunnya, yaitu
Baghdad dekat bekas ibu kota Persia tahun 762 M.2

C. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DINASTI


ABBASIYAH

Dinasti Abbasiyah merupakan zaman keemasan umat Islam, kemajuan yang


dicapai pada masa Abbasiyah adalah berkembangnya peradaban Islam mencapai
puncaknya, hal ini yang membedakan Abbasiyah dengan masa-masa yang lainnya.
Salah satu wujud dari peradaban tersebut adalah pesatnya perkembangan ilmu

2 Shofiyun Nahidloh, S.Ag., M.H.I, pengantar studi islam,2007,hlm 164-167.


5
pengetahuan, yang akan penulis bahas dalam kesempatan ini. Hal yang paling
menarik perhatian dari lintasan sejarah Islam yang terjadi pada Abbasiyah adalah
tentang perkembangan ilmu pengetahuan, dimana sejarah menyebutkan bahwa pada
masa inilah Islam menoreh tinta emas dalam bidang peradaban dan ilmu pengetahuan.

Situasi sosial, politik dan perekonomian yang kondusif yang memayungi


Dinasti Abbasiyah pada periode pertama memberi kesempatan meningkatkan taraf
pendidikan masyarakat. Karena itu muncul pada zaman ini para filosof, para ahli
dalam sejarah, ilmu astronomi, matematika, linguistik, kedokteran dan lain-lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan ini didukung oleh ajaran umat Islam itu sendiri,
dalam Al-Qur’an menjelaskan pentingnya mengamati gejala alam dan
merenungkannya. Banyak ayat al-Qur’an yang mengungkapkan contoh-contoh dari
hukum-hukum alam, kosmologi, fisika, biologi, kedokteran sebagai bahan renungan
Muslim. Di antaranya adalah, seperti yang terdapat dalam surat al-Ghasyah /88: 17-20

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan
langit bagaimana ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan, dan bumi
bagaimana dihamparkan (Al-Ghasyiyah/88: 17-20).

Dalam al-Qur’an (750) ayat yang mendorong para Muslim untuk menelaah
alam ini, merenungkan, menyelidiki dengan menggunakan akal budi dan berusaha
memperoleh pengetahuan serta pemahaman alamiah sebagai bagian hidup manusia.
Walaupun pada tahap awal dari pengembangan Islam, persoalan ini belumlah dapat
berjalan dengan kondusif karena perhatian para Muslim lebih pada persoalan lain.
Barulah pada masa Dinasti Abbasiyah penyelidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan itu berjalan dengan baik, yang menjadi cikal bakal pengembangan ilmu
pengetahuan modern. Menurut Beriffault seperti yang dikutif oleh CA. Qadir (2005:
2) mengatakan bahwa yang disebut ilmu pengetahuan itu muncul sebagai akibat dari
metode eksperimen baru, yang dikenalkan ke bangsa Eropa oleh bangsa Arab dan
merupakan sumbangan paling penting dari umat Islam. Perkembangan lembaga ilmu
pendidikan mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Diawal kebangkitan Islam lembaga pendidikan sudah berkembang, lembaga
pendidikan terdiri dari dua tingkat (Hassan, 1889: 129), Yaitu: Pertama, dalam masjid
dan Maktab/Kuttab, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal
dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan serta tempat para remaja belajar dasar-dasar

6
agama seperti, tafsir, hadits, fikih, dan bahasa. Kedua, tingkat pendalaman. Para
pelajar yang ingin mendalami ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada
orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut
adalah ilmu-ilmu agama.

Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau rumah-rumah ulama


bersangkutan. Bagi anak penguasa atau orang kaya bisa berlangsung di istana atau di
rumahnya dengan memanggil ulama. Kemudian pada masa Dinasti Abbasiyah
lembaga-lembaga tersebut berkembang, dengan berdirinya perpustakaan dan kademi.
Perpustakaan pada masa itu tidak hanya tempat buku-buku melainkan juga sebuah
universitas, di sana orang-orang dapat membaca buku-buku, menulis dan berdiskusi
(Yatim, 2003: 55). Banyak faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan di masa Dinasti Abbasiyah menurut Yatim (2003: 55) ada dua faktor
yaitu, pertama, terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Kedua, gerakan
penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Arab. Menurut penulis tidak hanya ada dua
faktor pendukung kemajuan ilmu pengetahuan, penulis akan bahas enam faktor
pendukung kemajuan ilmu pengetahuan di antaranya adalah :

Pertama, kontak antara Islam dan Persia penyebab kemajuan ilmu


pengetahuan, dimana secara kultural Persia banyak berperan dalam pengembangan
tradisi keilmuan Yunani. Adapun salah satu lembaga yang berperan dalam
penyebaran tradisi helenistik di Persia adalah Akademik Jundishapur warisan
kekaisaran sassaniah. Selain Jundishapur, terdapat pusat-pusat ilmiah lainnya yaitu
salonoka, Ctesiphon, dan Nishapur (Nakosten, 1996: 135).

Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan tampak lebih menonjol terutama


pada khalifah yaitu Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun yang sangat mencintai ilmu
pengetahuan (Al-Isy, 2007: 53). Dengan demikian bahwa peranan penguasa sangat
berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Abbasiyah.

Ketiga, peran keluarga Barmak yang sengaja dipanggil khalifah untuk


mendidik keluarga istana dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan. Keluarga
barmak ini turun-menurun menjadi penasihat intelektual khalifah yang diawali oleh
Khalid Ibn Barmak di masa Harun Al-Rasyid (Saefudin, 2002: 148). Melainkan juga

7
keluarga Barmak diberi kepercayaan menjadi wazir (perdana menteri) seperti
diuraikan pada bab-bab terdahulu.

Keempat, penerjemahan literatur-literatur Yunani ke dalam bahasa Arab


demikian besar dan ini didukung oleh khalifah yang memberi imbalan yang besar
terhadap para penerjemah. Karya-karya yang diterjemahkan mencakup seluruh
keilmuan Yunani. Kemudian juga penerjemahan karya-karya sastra Persia (Hamka,
2005: 274). Pada masa Al-Ma’mun banyak para penerjemah baik Muslim maupun
non muslim diberikan tempat dan imbalan khusus dari penerjemahan. Demikian
bahwa dengan penerjemahan literatur dari Yunani dan Persia menambah wawasan
keilmuan masyarakat serta menjadikan berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa
Dinasti Abbasiyah.

Kelima, tidak adanya ekspansi perluasan wilayah kekuasaan Islam dan tidak
adanya pemberontakan-pemberontakan pada menyebabkan stabilitas negara terjamin
untuk aspek sosial dan intelektual. Pemberontakan hanya terjadi pada masa awal
Dinasti Abbasiyah yaitu masa Al-Saffah dan Al-Mansur, setelah khalifah kedua
pemberontakan yang tergolong besar relatif tidak terjadi seiring dengan kuatnya
tentara militer Abbasiyah. Dengan kondisi keamanan yang stabil memberikan
kesempatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Keenam, adanya peradaban dan kebudayaan yang heterogen pada masa


Abbasiyah menimbulkan proses interaksi antara satu kebudayaan dan kebudayaan
lain. Terdapat empat kebudayaan yang lain yaitu Persia, Yunani, Hindu, dan Arab
(Amin, 2009: 163). Banyaknya kebudayaan pada masa Abbasiyah menyebabkan
terjadinya asimilasi budaya sehingga memberikan dampak yang besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Ketujuh, berpindahnya ibu kota dari Syam ke Baghdad, yang diberi nama
Madinah As-Salam. Pusat pemerintahan yang sangat strategis terletak dekat dengan
Eufrat, Dajlah, dan ditengah Irak sehingga memudahkan para pedagang dari luar
datang. Selain letak yang strategis, tanah tersebut subur dan udaranya sangat sejuk (A-
Isy, 2007: 33).

Dengan kondisi tersebut menurut penulis memberikan kemudahan masuknya


ilmu pengetahuan yang datang dari luar melainkan juga memudahkan rakyat
Abbasiyah keluar untuk menuntut ilmu ke daerah lainnya seperti Persia dan Romawi.

8
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah mengalami kemajuan yang
luar biasa baik ilmu agama, filsafat, ilmu alam dan ilmu sosial dan lain-lain, jauh
melebihi kemajuan masa-masa sebelumnya. Ilmu tafsir muncul seiring dengan
kebutuhan masyarakat akan petunjuk-petunjuk menjalankan kehidupan sehari-hari.
Ketika pada zaman Nabi seluruh problematika dan kalau ada ayat-ayat yang kurang
dipahami masyarakat akan langsung menanyakan kepada Nabi.

D. SEBAB-SEBAB TERJADINYA TRANSMISI PENGETAHUAN KE DUNIA


BARAT

Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya transmisi atau biasa disebut
manuskrip pengetahuan ke dunia barad, perpindahan manuskrip-manuskrip Islam ke
tangan Barat. Sebagian manuskrip diperoleh lewat perampokan dan penjarahan pada
masa kolonialisme. Yang lain, melalui proses transaksi jual-beli. Tapi, ada pula yang
sengaja dihadiahkan oleh penguasa Muslim.

Stefanie Brinkmann dari Institute of Oriental Studies, University of Leipzig,


mengatakan, banyak koleksi naskah Islam berasal dari kontak dengan Kekaisaran
Ottoman pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Manuskrip-manuskrip itu dibawa oleh
tentara, pedagang, misionaris, administrator, penulis, dan pelancong.

Interaksi pertama Barat dengan manuskrip Islam terjadi pada masa


kekhalifahan Abbasiyah. Pada masa itu, banyak sarjana Barat belajar di pusat-pusat
intelektual Islam, seperti Kordoba, Sevilla, Granada, Salamanca, dan Toledo.

Sebagian aktif menerjemahkan kitab-kitab tersebut ke dalam bahasa Inggris


atau Latin. Adelard of Bath, Gerrad van Cremona, dan Petrus Alfonsi adalah beberapa
tokoh besar Eropa yang menerjemahkan karya Muslim. Inggris, misalnya, catat
Roman, hubungan negara ini dengan Islam berkaitan dengan Muslim Spanyol dan
Perang Salib. Michael Scot (1175-1235), astrolog Inggris dan ahli kimia terkemuka,
serta Adelard of Bath, guru Raja Henry II. Keduanya menghabiskan sebagian waktu
di universitas Islam untuk mempelajari sains dan filsafat.

Sepulang ke negara asal, para sarjana ini membawa harta karun berupa
manuskrip atau terjemahan manuskrip Islam. Termasuk, Canon of Medicine karya
Ibnu Sina. Pekerjaan penerjemahan ini terus berlangsung hingga abad ke-13 dan 14.

9
Karena itu, tidak mengherankan bila banyak karya Muslim yang kini hanya
ditemukan terjemahannya di perpustakaan Eropa.

Proses ini juga terkait dengan perpindahan ilmu pengetahuan dari dunia Islam
ke Barat. Mehdi Nakosteen dalam History of Islamic Origins of Western Education
A.D. 800-1350 : With an Introduction to Medieval Muslim Education
mengungkapkan, transformasi ilmu pengetahuan Islam ke Barat dibangun melalui dua
cara. Pertama, melalui para mahasiswa dan cendekiawan Eropa yang menimba ilmu
di sekolah-sekolah tinggi atau universitas Islam di Spanyol. Kedua, melalui hasil
karya cendekiawan Muslim yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa mereka.

Peradaban silih berganti. Ketika para sarjana Barat mulai menyadari kekuatan
ilmu pengetahuan, kejayaan ilmu pengetahuan di dunia Islam melemah. Puncaknya,
keruntuhan Baghdad pada 1258 M meninggalkan dampak besar dalam peradaban
Islam. Baghdad adalah wajah peradaban Islam.

JJ Saunders dalam History of Medieval Islam mengatakan, Baghdad


merupakan kiblat kehidupan intelektual bangsa Arab. Kota ini tak ubahnya rumah
kuno kebudayaan (the ancient home of culture), titik pertemuan kebudayaan Yunani
dan Persia. Keruntuhan Baghdad sontak membuat aktivitas keilmuan kaum Muslim
lumpuh. Banyak buku yang dibakar dan dibuang ke Sungai Tigris. Setelah itu,
kekuatan-kekuatan politik baru muncul di beberapa wilayah. Tapi, tradisi intelektual
tak pernah sekuat Baghdad lagi. Sejak abad ke-12, Eropa juga sudah mulai memiliki
universitas sendiri.

Kendati begitu, tradisi intelektual dan manuskrip Islam telah memberi


sumbangan besar bagi keilmuan Barat modern. Abad ke-14, cikal bakal gerakan
renaisans lahir di Florence, Italia. Profesor dari Columbia University, George Saliba,
dalam Islamic Science and the Making of European Renaissance, mengungkapkan
pengaruh ilmu pengetahuan Islam terhadap gerakan Renaisans. Saliba dalam buku ini
melacak orisinalitas pengetahuan Islam lewat astronomi. Para ilmuwan Barat
ditengarai pernah membaca karya-karya ilmuwan Muslim.

Kolonisasi Barat di negara-negara Muslim menjadi jalan perpindahan


manuskrip-manuskrip tersebut. Dalam bukunya, Roman mencatat delapan dari 10
negara yang dia teliti pernah melakukan kolonisasi di negara Muslim.

10
Prancis memiliki bekas jajahan di Mesir, Turki, dan Afrika Utara. Belanda di
Indonesia sedangkan Inggris di anak benua India dan Timur Tengah. Italia di Afrika
Utara, Amerika di negara-negara Teluk, sedangkan Jerman di Turki. Spanyol, lain
cerita. Kejayaan Andalusia di Spanyol meninggalkan warisan manuskrip yang tidak
sedikit bagi negara Spanyol modern.

Inggris, salah satu negara kolonialis paling berpengaruh dan pemilik


manuskrip Islam terbesar, memiliki jejaring dengan berbagai belahan dunia Muslim.
Mulai dari Afrika Utara, Ottoman Turki, Mesir, Sudan, Persia, India, Malaya, bahkan
Jawa dan Sumatra.

Hubungan yang berlangsung sejak abad ke-17 M ini membuat Inggris


menguasai beribu-ribu manuskrip Islam dalam berbagai bahasa Arab. Koleksi itu
tersimpan di London, Cambridge, Oxford, Birmingham, Midland, Leeds, Manchester,
Glasgow, dan Edinburgh.

E. FAKTOR KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH

Puncak runtuhnya dinasti ini terjadi kira-kira 656 H/1258 M pada akhir
kekhalifahan Al-Mu’tasim Billah, diawali dari para pembangkang dan para
pemberontak yang tidak rela dan tidak terima dengan kepemimpinan bani Abbasiyah,
kelompok-kelompok separatis pun mulai ikut bermunculan. Ditambah lagi dari
serangan bangsa Mongol yang kejam dan ingin menguasai wilayah dinasti Abbasiyah.

Pemberontakan Zang

Revolusi ini yang mengancam keberadaan dinasti Abbasiyah lebih dari


ancaman Negara Turki, revolusi atau pemberontakan ini terjadi di daerah ibukota
Abbasiyah, Baghdad. Pemberontakan ini terjadi karena sebab ekonomi, yaitu orang-
orang negro dari Afrika timur yang dipekerjakan oleh para pejabat pemerintah dan
orang-orang kaya tanpa upah, atau diberi tepung yang hanya cukup untuk makan
sekali. Sebenarnya mereka adalah kelompok yang sangat banyak, tapi kelemahan
ekonomilah yang membuat mereka diperlakaukan dengan tidak layak.

Zang mempunyai pemimpin yang bernama Muhammad bin ali ”bahbudz”, dia
sangat cerdik dalam berbagai strategi perang dan sangat hati-hati dalam melakukan
tindakan, dengan menempuh paham Khawarij Azariqah sebagai prinsipnya. Tetapi dia
sangat berlebihan dengan mengaku sebagai nabi, mengetahui hal ghaib, memiliki

11
kekuatan, dan wahyu. Pertama-tama yang dia lakukan adalah membangun benteng di
tepi barat sungai Abul Kashib dan menyerang pasukan Bashrah, pemberontakan
berlangsung kurang lebih empat belas tahun 870-883 M, dimulai dari masa khalifah
Al-Mu’tamid.

Lalu ketika kekhalifah dilanjutkan oleh saudaranya, khalifah Al-Muwaffaq,


khalifah baru ini pun mengirim komandan Ja’lan untuk mengatasi pasukan Zang yang
telah membunuh setengah juta korban, tetapi komandan tersebut dan para pasukan
kalah karena jumlah pasukan Zang lebih besar. Pasukan Zang terus bergerak dengan
menguasai Bashrah, Ahwaz, Wasith, Ubullah, dan jalan-jalan di pinggiran kota
Baghdad.

Akhirnya khalifah Al-Muwaffaq turun tangan dengan mengerahkan pasukan


berjumlah besar yang dipimpin sendiri, karena khalifah mengenal strategi pasukan
Zang dengan baik dan mengetahui sumber kekuatan mereka. Dengan memberi janji
yang muluk-muluk dan perlindungan kepada para tentara Zang yang mau menyerah,
strategi untuk membuat musuh frustasi ini berhasil, banyak diantara pasukan Zang
yang mau mendatangi khalifah dengan meminta jaminan keamanan, dari orang-orang
yang menyerah itu khalifah bisa mengetahui informasi kekuatan musuh. Disamping
itu, khalifah memerintah pasukannya untuk menyerang benteng Zang dengan
sembunyi-sembunyi dan menggunakan senjata ketapel dan busur panah.

Pasukan Khalifah berhasil menghancurkan benteng Zang, memberi


perlindungan kepada yang mau menyerah dan meminta mereka menunjukkan tempat-
tempat persembunyian para komandan dan pemimpin pasukan Zang. Pemimpin Zang
“bahbudz” berhasil ditangkap dan dibunuh.

Penyebab Kemunduran

1. Persaingan antara bangsa Persia dan Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas atau Al-Mansur 754 M, yang
bersekutu dengan Persia, karena persamaan nasib diantara kedua bangsa itu yang
pada masa dinasti Umayyah sama-sama tertindas. Dan setelah dinasti Abbasiyah
berdiri kecenderungan untuk berkuasa diantara kedua bangsa itu muncul.

2. Memburuknya ekonomi Negara

12
Para menteri yang suka menghambur-hamburkan uang dan mengambil
keuntungan dari pungutan pajak uang rakyat, tanpa memberikannya pada khalifah
Al-Muqtadir 903-932 M. Sedangkan kebutuhan negara semakin meningkat,
tentara dan penjaga sangatlah banyak. Mereka menuntut gaji dan keadaan pun
semakin kacau.

3. Konflik keagamaan

Fanatisme keagamaan juga mengakibatkan persoalan kebangsaan


mengalami perpecahan, berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah,
Sunni, dan kelompok-kelompok garis keras yang menjadikan pemerintahan
Abbasiyah mengalami kesulitan untuk menyatukan fahamnya.

4. Gerakan-gerakan yang Memisahkan Diri

Sebab-sebab pecahnya dinasti dan pemisahan dinasti-dinasti kecil karena


penguasa bani Abbasiyah lebih mementingkan pada pembinaan peradaban dan
kebudayaaan dari pada politik, persaingan antar bangsa, terutama Arab, Persia,
dan Turki. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi
pusat dengan daerah sulit dilakukan, dan juga karena dipengaruhi oleh paham
keagamaan seperti Sunni, Syi’ah, Mu’tazilah, dan lainnya. Akibat dari beberapa
faktor itulah banyak provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari
kekuasaan Abbasiyah,

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh dua Faktor, yaitu internal


dan eksternal. Dari faktor internal kemunduran Dinasti Abbasiyah, yang paling
dominan berpengaruh terhadap kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah karena umat
Islam meninggalkan ajaran agamanya.

Dampak kehancuran Dinasti Abbasiyah terhadap dunia Islam kontemporer


dapat dilihat dari berbagai aspek, hal ini dikarenakan kehancuran Dinasti Abbasiyah
menjadi sebab mundurnya dalam berbagai aspek. Pada aspek ilmu pengetahuan,
setelah hancurnya Abbasiyah umat Islam selalu ketinggalan dalam bidang ilmu
pengetahuan terhadap dunia Barat. Dalam aspek politik ketika itu umat Islam
dipimpin oleh seorang raja yang beragama Syamanism (penyembah matahari) yaitu
Khulagu Khan dan pada masa kontemporer hilangnya kekuatan Islam sebagai negara
super power. Umat Islam terkotak-kotak, umat Islam dijajah oleh Barat, dan tidak ada
lagi sistem khalifah. Dalam aspek ekonomi setelah hancurnya Abbasiyah umat Islam
mengalami kemiskinan dan perekonomian dikuasai oleh bangsa Barat hingga saat ini.

B. Saran

Berpatokan pada hasil pembahasan dan hasil kesimpulan penelitian ini maka ada
beberapa hal yang menjadi saran penulis untuk pemerintah dan rakyat:

Pertama, bagi suatu bangsa atau negara dan pelaksana pemerintahan harus
menghindarkan faktor-faktor penyebab kemunduran suatu bangsa. Pemerintah harus
memiliki kekuatan dalam hal militer, ekonomi, menjaga persatuan, dan menjalankan
aturan pemerintah maupun agama. Agar suatu bangsa atau negara tetap berjalan
secara utuh.

Kedua, sebaiknya bangsa atau negara hendaknya menghindari kehancuran


suatu bangsa atau negara akibat serangan dari Negara lain. Apabila suatu bangsa atau
negara hancur tentunya akan menimbulkan suatu dampak yang sangat besar bagi
pemerintahan itu sendiri maupun bagi negara lain. Selain itu dengan hancurnya suatu
negara menjadikan negara tersebut tertinggal dari negara-negara lain.

14
Daftar Pustaka

Yatim, Badri. (2007) Sejarah Peradaban Islam , Jakarta: rajawali pers.

Https://www.google.com/amp/s/sejarahlengkap.com/agama/islam/sejarah-berdirinya-dinasti-
abbasiyah-dalam-islam/amp

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/owh2b9313

Anda mungkin juga menyukai